• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

48 4.1. Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 29 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dengan siswa dan guru SD Negeri Kutowinangun 07. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran.

Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat konsentrasi siswa kurang, dalam proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang bermain sendiri dan ngobrol dengan teman sebangku. Selain itu adalah penggunaan model pembelajaran yang diterapkan guru. Pada saat pembelajaran berlangsung guru lebih banyak menggunakan model pembelajaran konvensional. Model konvensional disini berupa guru menggunakan metode ceramah, sehingga guru aktif menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, siswa cenderung bicara sendiri karena ketika guru menyampaikan materi yang tidak menarik perhatian siswa dan hanya menekan siswa untuk duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Siswa bekerja secara individu dan tidak terbiasa duduk berkelompok saat pelajaran Matematika. Hal ini membuat siswa kesulitan untuk memahami materi pelajaran.

Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD N Kutowinangun 07 sebelum dilakukan tindakan masih rendah. Hasil belajar Matematika pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.1.

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Pra Siklus No Nilai Frekuensi Persentase

1 48-54 2 6,90%

2 55-61 2 6,90%

3 62-68 12 41,38%

4 69-75 6 20,69%

5 76-82 4 13,79%

6 83-88 3 10,34%

Jumlah 29 100%

Rata-rata 69,2

Nilai Tertinggi 88

Nilai Terendah 48

Berdasarkan pada tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai Matematika pra siklus, jumlah siswa yang mendapatkan nilai 48-54 sebanyak 2 siswa dengan presentase 6,90% dari keseluruhan siswa, 55-61 sebanyak 2 siswa dengan presentase 6,90% dari keseluruhan siswa, 62-68 sebanyak 12 siswa dengan presentase 41,38% dari keseluruhan siswa, 69-75 sebanyak 4 siswa dengan presentase 20,69% dari keseluruhan siswa, 76-82 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,79% dari keseluruhan siswa, 80-84 sebanyak 3 siswa dengan presentase 10,34% dari keseluruhan siswa. Hasil belajar siswa pada pra siklus yaitu skor tertinggi 88, skor terendah 48. Rata-rata yang diperoleh mencapai 69,2.

Distribusi frekuensi nilai Matematika pra siklus, bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.1.

(3)

Gambar 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Pra Siklus

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=68) data hasil perolehan nilai Matematika pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 <68 Tidak Tuntas 16 44,83%

2 ≥68 Tuntas 13 55,17%

Jumlah 29 100%

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika belum maksimal, hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=68). Terdapat 16 siswa (44,83%) yang tidak tuntas dan terdapat 13 siswa (55,17%) yang tuntas dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan tabel 4.2 bila disajikan dalam diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 4.2.

0 2 4 6 8 10 12 14

48-54 55-61 62-68 69-75 76-82 83-88

Jumlah Siswa

(4)

Gambar 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Pra Siklus

Keaktifan siswa pada pra siklus diambil dari observasi sebelum diadakan penelitian. Keaktifan pada pra siklus diamati oleh peneliti dan guru kelas 5.

Lembar observasi keaktifan yang terdiri dari 10 indikator. Masing-masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10%, skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40%, skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 41% tidak lebih dari 70%, skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 71% tidak lebih dari 100%. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor 33-40 berarti siswa masuk dalam kategori sangat aktif, 25-32 berarti siswa masuk dalam kategori aktif, 17-24 berarti siswa masuk dalam kategori cukup aktif, 10-16 berarti siswa masuk dalam kategori kurang aktif. Hasil observasi Keaktifan pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Keaktifan siswa pada Pra Siklus

No Kriteria Skor Jumlah Siswa Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 0 0%

2 Aktif 25-32 2 6,90%

3 Cukup Aktif 17-24 22 75,86%

4 Kurang Aktif 10-16 5 17,24%

Jumlah 29 100%

Tuntas;

44,83%

Tidak Tuntas;

55,17%

(5)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 5 siswa (17,24%) yang mendapat skor 10-16 masuk dalam kategori kurang aktif, sebanyak 22 siswa (75,86%) mendapat skor 17-24 masuk dalam kategori cukup aktif, 2 siswa (6,90%) yang mendapat skor 25-32 masuk dalam kategori aktif, dan tidak ada siswa yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif. Berdasarkan tabel 4.3 bila disajikankan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3

Keaktifan Siswa pada Pra Siklus

4.2 Deskripsi Pelaksanaan siklus I

Pertemuan pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan Perbandingan.

Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut :

4.2.1 Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyusunan perangkat pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang perbandingan dua benda dan tiga benda dengan menerapkan Pendekatan RME melalui Model STAD, media yang digunakan dalam pembelajaran ini antara lain LKS, berbagai bentuk gambar ilustrasi kue yang dipotong, gambar benda-benda yang disekitar siswa, dan alat tulis, perangkat evaluasi yang meliputi butir-butir soal, soal kuis, lembar observasi keaktifan siswa, serta lembar observasi

0 10 20 30 40 50 60 70 80

33-40 25-32 17-24 10-16

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Jumlah Siswa Persentase %

(6)

implementasi RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam siklus ini dibuat untuk dua kali pertemuan.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dan observasi ini merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran serta deskripsi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.

a) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 11 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do’a, setelah itu guru melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dan motivasi yaitu dengan melakukan tanya jawab tentang perbandingan, guru meminta 2 siswa maju ke depan untuk dibandingkan tinggi badan mereka. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat mengartikan perbandingan, mengubah perbandingan menjadi sebuah pecahan dan mampu membandingkan 2 benda yang memiliki jumlah berbeda. Setelah kegiatan awal disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa tentang pecahan dengan menunjukkan gambar kue. Guru mengajukan pertanyaan tentang bentuk pecahan pada gambar kue yang ditunjukkan oleh guru.

Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan materi tentang perbandingan dengan alat peraga gambar bangun datar segitiga dan lingkaran.

Guru melibatkan siswa untuk menghitung dan menuliskan jumlah bangun datar di depan kelas, melalui alat peraga tersebut siswa dapat menuliskan bentuk perbandingan dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah pecahan.

Setelah guru selesai memberikan penjelasan dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok berdasarkan heterogenitas). Setelah

(7)

melakukan diskusi kelompok, anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka secara bergantian dan kelompok lain menanggapi dengan bimbingan guru.

Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kuis individu dimana siswa harus mengerjakan soal kuis secara individu dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan teman. Setelah siswa selesai melaksanakan kuis individu, guru dan siswa mengkoreksi hasil kuis tersebut dan melakukan penghitungan nilai kelompok berdasarkan hasil nilai kuis individu. Bagi kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapat penghargaan dari guru. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi perbandingan 2 benda yang belum dimengerti.

Kemudian guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa merefleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

b) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 07.35-08.45 WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku pelajaran matematika. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dan motivasi yaitu dengan melakukan tanya jawab tentang perbandingan, guru meminta siswa menghitung jumlah siswa perempuan kemudian dibandingkan dengan jumlah siswa laki-laki. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat menghitung jumlah benda jika diketahui salah satu jumlahnya, menghitung jumlah salah satu benda jika diketahui jumlah 2 buah benda dan perbandingannya.

Setelah kegiatan awal disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa tentang perbandingan dengan ilustrasi jumlah siswa di dalam kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Salatiga.

Guru melibatkan siswa untuk menghitung dan menuliskan jumlah siswa, bentuk perbandingan dan permisalan sebuah masalah berkaitan dengan perbandingan.

Guru mengajukan pertanyaan tentang perbandingan 2 benda. Setelah bertanya

(8)

jawab dengan siswa, guru menjelaskan materi tentang perbandingan. Setelah guru selesai memberikan penjelasan dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok berdasarkan heterogenitas). Setelah melakukan diskusi kelompok, anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka secara bergantian dan kelompok lain menanggapi dengan bimbingan guru.

Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi yaitu kelompok yang memperoleh nilai tertinggi. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi perbandingan 2 benda dan 3 benda yang belum dimengerti. Kemudian guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa merefleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan evaluasi, dimana siswa harus mengerjakan soa levaluasi secara individu dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan teman. Sebelum mengadakan tes evaluasi, guru mengulang materi tentang perbandingn yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 1 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan salam.

4.2.3 Hasil Observasi

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer dibagi menjadi 3 yaitu terhadap proses pembelajaran guru dalam menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran secara menyeluruh dan keaktifan siswa secara individu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil observasi proses pembelajaran guru diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 21 indikator, hasil observasi aktivitas siswa terdiri dari 21 indikator dan hasil observasi aktivitas siswa secara individu terdiri dari 10 indikator. Adapun hasil pengamatan implementasi RPP dan keaktifan siswa dapat dilihat pada penjelasan berikut:

(9)

a) Pertemuan Pertama

Hasil dari lembar observasi implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik dan kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran sudah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat, memberikan penguatan. Pada pengelolaan kelas dilakukan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik, waktu dikelola dengan cukup baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Hasil observasi implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 13.

Hasil dari lembar pengamatan keaktifan siswa secara menyeluruh pada kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi yang dijelaskan, siswa kurang aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa kurang aktif dalam mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup guru memberikan kesimpulan. Hasil observasi keaktifan siswa secara menyeluruh mencapai skor 3,0 tergolong dalam kategori aktif. Hasil observasi aktivitas siswa secara menyeluruh dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Siklus I

Aspek Skor

Jumlah

1 2 3 4

Kegiatan Awal 4 1, 2 3, 18

Kegiatan Inti 11 6, 8 5, 7, 9, 10 24

Kegiatan Penutup 12, 13 14 8

Keterampilan 15, 16, 17,

18, 19, 20, 21

21

Jumlah 4 11 6 63

Berdasarkan tabel 4.4 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui aspek yang memperoleh skor 2 sebanyak 4 item, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak 11 item , aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 6 item dan total skor

(10)

seluruhnya 63. Pada aspek kegiatan awal indikator nomor 4 mendapat skor 2, indikator nomor 1 , 2 mendapat skor 3, indikator nomor 3 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 18. Pada kegiatan inti, indikator nomor 11 mendapat skor 2, indikator nomor 6,8 mendapat skor 3 dan indikator nomor 5, 7, 9, 10 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 24. Pada kegiatan penutup, indikator nomor 12, 13 mendapat skor 2, indikator nomor 14 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 8.

Pada Aspek keterampilan,indikator nomor 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 mendapatkan skor 3, sehingga berjumlah 21.

b) Pertemuan 2

Hasil dari lembar observasi implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran telah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat, memberikan penguatan terhadap pendapat siswa, ruangan dipersiapkan dengan baik, waktu dikelola dengan baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Pada kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan apersepsi.

Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa kurang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa kurang berani mengungkapkan pendapat. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan bersama guru. Hasil observasi implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 13.

Hasil observasi aktivitas siswa secara menyeluruh mencapai skor 3,09 tergolong dalam kategori aktif. Hasil observasi aktivitas siswa secara menyeluruh dapat dilihat pada tabel 4.5.

(11)

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2 Siklus I

Aspek Skor

Jumlah

1 2 3 4

Kegiatan Awal 4 2, 3 1 12

Kegiatan Inti 10, 11 5, 6, 8 7, 9 21

Kegiatan Penutup 12, 13 14 10

Keterampilan 15, 16, 17,

18, 19, 20

21 22

Jumlah 3 13 5 65

Berdasarkan tabel 4.5 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui aspek yang memperoleh skor 2 sebanyak 3 item, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak 13 item , aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 5 item dan total skor seluruhnya 65. Pada aspek kegiatan awal indikator nomor 4 mendapat skor 2, indikator nomor 2, 3 mendapat skor 3, indikator nomor 1 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 12. Pada kegiatan inti, indikator nomor 10, 11 mendapat skor 2, indikator nomor 5, 6, 8 mendapat skor 3 dan indikator nomor 7, 9 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 21. Pada kegiatan penutup, indikator nomor 12, 13 mendapat skor 3, indikator nomor 14 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 10.

Pada Aspek keterampilan, indikator nomor 15, 16, 17, 18, 19, 20 mendapatkan skor 3, indikator nomor 21 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 22.

4.2.4 Hasil Tindakan a) Hasil Belajar

Hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus I No Nilai Frekuensi Persentase

1 40-49 3 10,34%

2 50-59 4 13,8%

3 60-69 3 10,34%

4 70-79 7 24,14%

5 80-89 8 27,58%

6 90-100 4 13,8%

Jumlah 29 100%

(12)

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 40

Rata-rata 72,82

Berdasarkan pada tabel 4.6 distribusi frekuensi nilai Matematika siklus I, jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40-49 sebanyak 3 siswa dengan presentase 10,34% dari keseluruhan siswa, 50-59 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8%

dari keseluruhan siswa, 60-69 sebanyak 3 siswa dengan presentase 10,34% dari keseluruhan siswa, 70-79 sebanyak 7 siswa dengan presentase 24,14% dari keseluruhan siswa, 80-89 sebanyak 8 siswa dengan presentase 27,58% dari keseluruhan siswa, 90-100 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8% dari keseluruhan siswa. Hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata nilai 72,82. Distribusi frekuensi nilai Matematika pada siklus I, bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus I

Ketuntasan hasil belajar Matematika kelas 5 pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

Jumlah Siswa

(13)

Tabel 4.7

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Siklus 1 No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 <68 Tidak Tuntas 9 31,03%

2 ≥68 Tuntas 20 68,97%

Jumlah 29 100%

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil belajar Matematika pada siklus I, terdapat 9 siswa (31,03%) yang tidak tuntas dan terdapat 20 siswa (68,97%) yang tuntas. Berdasarkan tabel 4.5 bila disajikan dalam diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 b) Keaktifan

Keaktifan siswa pada siklus 1 diambil dari observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan pada siklus 1 diamati oleh peneliti dan guru kelas 5. Sedangkan keaktifan siswa secara individu pertemuan 1 siklus I diperoleh dari hasil observasi keaktifan yang terdiri dari 10 indikator. Masing- masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10%, skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40%, skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 41% tidak lebih dari 70%, skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 71% tidak lebih dari 100%. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan

Tuntas;

68,97%

Tidak tuntas;

31,03%

(14)

diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor 33-40 berarti siswa masuk dalam kategori sangat aktif, 25-32 berarti siswa masuk dalam kategori aktif, 17-24 berarti siswa masuk dalam kategori cukup aktif, 10-16 berarti siswa masuk dalam kategori kurang aktif. Hasil observasi Keaktifan pada pertemuan 1 siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Keaktifan Siswa pada Pertemuan I Siklus I No Kategori Skor Jumlah Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 2 6,90%

2 Aktif 25-32 23 79,31%

3 Cukup Aktif 17-24 3 10,34%

4 Kurang Aktif 10-16 1 3,45%

Jumlah 29 100,00%

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa terdapat 2 siswa (6,90%) mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 23 siswa (79,31%) mendapat skor 25-32 masuk dalam kategori aktif, 3 siswa (10,34%) mendapat skor 17-24 masuk dalam kategori cukup aktif, 1 siswa (3,45%) mendapat skor 10-16 masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pada pertemuan 1 siklus 1 bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 1 Siklus 1

0 5 10 15 20 25

33-40 25-32 17-24 10-16

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

(15)

Sedangkan hasil observasi Keaktifan pada pertemuan 2 siklus I dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus I No Kategori Skor Jumlah Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 6 20,69%

2 Aktif 25-32 21 72,41%

3 Cukup Aktif 17-24 2 6,90%

4 Kurang Aktif 10-16 0 0,00%

Jumlah 29 100,00%

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa terdapat 6 siswa (20,69%) yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 21 siswa (72,41%) yang mendapat skor 25-32 masuk dalam kategori aktif, 2 siswa (6,90%) yang mendapat skor 17-24 masuk dalam kategori cukup aktif, tidak ada siswa yang mendapat skor 10-16 masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pada pertemuan 2 siklus 1 bila disajikan dalam diagram batang yang dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus 1 4.2.5 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I maka hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran dengan menerapan pendekatan Realistic

0 5 10 15 20 25

33-40 25-32 17-24 10-16

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Jumlah Siswa

(16)

Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada siklus I adalah sebagai berikut:

Dalam kegiatan pembelajaran guru sudah memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan kegiatan inti pembelajaran dilakukan sesuai dengan menerapkan pendekatan realistik yang dikolaborasikan dengan langkah-langkah model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD). Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup, perhatian, antusias siswa lebih meningkat, karena mereka belajar tanpa tekanan. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pendekatan realistik yang dikolaborasikan dengan langkah-langkah model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) membuat aktivitas siswa dapat meningkat. Siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar dapat terbantu oleh teman satu kelompok

Namun, dalam proses pembelajaran guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas, karena masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan bicara sendiri dengan teman sebangkunya.

Guru kurang memberikan kesempatan untuk bertanya jawab dengan siswa. Dalam kegiatan melakukan diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam mengikuti diskusi kelompok, karena hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan lembar diskusi siswa dan berani berbicara mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa masih belum terbiasa maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Karena ada beberapa siswa yang kurang percaya diri dan tidak mau saat maju mempresentasikan ke depan kelas.

Sebagian siswa tidak mendengarkan atau memperhatikan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan guru tidak memberikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

Dari berbagai permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu diadakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan di siklus berikutnya yaitu pada siklus II, maka hal-hal yang perlu diperbaiki dan diadakan revisi untuk tahap pelaksanaan siklus berikutnya antara lain:

(17)

1) Guru harus meningkatkan keterampilan guru dan lebih optimal dalam mengondisikan siswa baik pada awal maupun selama pembelajaran berlangsung agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2) Guru lebih memberikan dorongan/motivasi agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

3) Guru tetap membagi kelompok 4-5 siswa, agar kerja kelompok menjadi efektif, sehingga siswa tidak bicara sendiri dan mempunyai tanggung jawab yang sama, setiap siswa mengerjakan/ menulis hasil diskusi secara individu dan kelompok.

4) Guru memberikan nomor dada kepada siswa sesuai dengan absensi, hal ini bertujuan agar mempermudah dalam proses pengambilan nilai keaktifan.

5) Guru memberikan dorongan/motivasi kepada siswa yang mempresentasikan hasil diskusi, agar siswa lebih percaya diri dalam mempresentasikan diskusi kelompok.

6) Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, guru mengajak seluruh siswa untuk memperhatikan siswa yang memprsentasikan hasil diskusi kelompok.

4.3 Deskripsi Siklus II

Pada siklus II ini merupakan upaya perbaikan dari siklus I yang akan diuraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi seperti seperti pada siklus I.

4.3.1 Tahap Perencanaan

Pembelajaran pada Siklus II merupakan tindak lanjut dan upaya perbaikan dari kegiatan pembelajaran siklus I. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui 2 pertemuan dengan rincian sebagai berikut :

a) Pertemuan Pertama

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah membuat Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dengan materi tentang perbandingan skala membaca skala, menentukan skala dan menentukan jarak sebenarnya. Kemudian peneliti

(18)

mempersiapkan media dan alat peraga. Alat peraga ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berupa peta Indonesia, karton rumus, nomor dada. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar lembar kerja siswa, lembar kuis, lembar observasi siswa, lembar observasi kegiatan guru, lembar penilaian kuis, penghargaan berupa piagam dan buku pembelajaran. Selanjutnya penulis dan kolaborator mempelajari materi yang akan di ajarkan di kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.

b) Pertemuan kedua

Perencanaan pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai tindak lanjut pada pertemuan pertama yang membedakan dari pertemuan pertama adalah materi yang akan dipelajari yaitu tentang menentukan jarak pada peta yang dikaitkan dengan perbandingan. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan pada proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) dengan materi skala. Setelah menyiapkan RPP, peneliti menyiapkan alat peraga yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran yaitu peta besar, meteran, gambar provinsi di Indonesia dan nomor dada. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti lembar kerja siswa, lembar kuis, lembar observasi siswa, lembar observasi kegiatan guru, lembar penilaian keaktifan siswa secara individu, buku pembelajaran, penghargaan yang berupa alat tulis dan piagam penghargaan yang diberikan pada kelompok terbaik pada akhir pembelajaran. Sebelum mengadakan tes evaluasi, guru mengulang materi tentang perbandingan dan skala yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 2 x 35 menit.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan berdoa.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dan observasi ini merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran serta deskripsi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.

(19)

a) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do’a, setelah itu guru melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan ice breaking konsentrasi, apersepsi, menjelaskan langkah-langkah penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dan memotivasi siswa dengan menunjukkan piagam penghargaan bagi kelompok siswa yang berprestasi, kemudian guru melakukan tanya jawab tentang skala, guru menunjukkan peta Indonesia, guru meminta siswa maju menunjukkan skala. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat mengartikan skala, menentukan skala dan menghitung jarak sebenarnya jika diketahui jarak gambar dan skalanya, serta guru memberikan motivasi dengan menunjukkan piagam penghargaan untuk kelompok maupun untuk siswa secara individu.

Setelah kegiatan awal disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa tentang skala peta. Guru mengajukan pertanyaan tentang skala yang bebentuk perbandingan kemudian diubah dalam bentuk pecahan. Setelah bertanya jawab dengan siswa, guru menjelaskan materi tentang mengartikan skala, menentukan skala dan menghitung jarak sebenarnya jika diketahui jarak gambar dan skalanya dengan menunjukkan karton rumus. Guru melibatkan siswa untuk menghitung jarak peta di depan kelas, menulis skalanya dan menentukan jarak sesungguhnya.

Setelah guru selesai memberikan penjelasan dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok berdasarkan heterogenitas). Guru memberikan instruksi sesuai dengan LKS dan mengkondisikan siswa serta memberi batas waktu berdiskusi. Setelah melakukan diskusi kelompok, anggota

(20)

kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka secara bergantian dan kelompok lain menanggapi dengan bimbingan guru.

Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kuis individu dimana siswa harus mengerjakan soal kuis secara individu dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan teman. Setelah siswa selesai melaksanakan kuis individu, guru dan siswa mengkoreksi hasil kuis tersebut dan melakukan penghitungan nilai kelompok berdasarkan hasil nilai kuis individu. Bagi kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapat penghargaan dari guru. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi skala yang belum dimengerti. Kemudian guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran bersama siswa melalui tanya jawab.

Pada kegiatan akhir pembelajaran guru dan siswa merefleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

b) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2014 pukul 07.00-08.10 WIB. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucap salam, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do’a, setelah itu guru melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan ice breaking konsentrasi, apersepsi, menjelaskan langkah-langkah penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dan memotivasi siswa dengan menunjukkan piagam penghargaan bagi kelompok siswa yang berprestasi, kemudian guru melakukan tanya jawab tentang skala, guru menunjukkan peta Indonesia, guru mengingatkan materi pelajaran sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat menentukan ukuran pada peta jika diketahui jarak sebenarnya dan skalanya, serta guru memberikan motivasi dengan menunjukkan piagam penghargaan untuk kelompok maupun untuk siswa secara individu.

Setelah kegiatan awal disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru menggali pengetahuan siswa tentang skala peta. Guru

(21)

mengajukan pertanyaan tentang membaca skala, dan meminta siswa untuk mengukur jarak peta dua kota pada peta Indonesia yang ditunjukkan oleh guru.

Setelah bertanya jawab dengan siswa, bagaimana cara menentukan jarak antara dua kota pada peta, kemudian guru menjelaskan materi tentang menentukan jarak pada peta/gambar jika diketahui jarak sebenarnya dan skalanya dengan menunjukkan karton rumus. Guru melibatkan siswa untuk menghitung jarak peta di depan kelas, jika diketahui skalanya dan jarak sebenarnya.

Setelah guru selesai memberikan penjelasan dilanjutkan dengan kegiatan elaborasi. Pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok berdasarkan heterogenitas). Guru memberikan instruksi sesuai dengan LKS dan mengkondisikan siswa serta memberi batas waktu berdiskusi. Setelah melakukan diskusi kelompok, anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka secara bergantian dan kelompok lain menanggapi dengan bimbingan guru.

Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kuis individu dimana siswa harus mengerjakan soal kuis secara individu dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan teman. Setelah siswa selesai melaksanakan kuis individu, guru dan siswa mengkoreksi hasil kuis tersebut dan melakukan penghitungan nilai kelompok berdasarkan hasil nilai kuis individu. Bagi kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapat penghargaan dari guru. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi skala yang belum dimengerti. Kemudian guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran bersama siswa melalui tanya jawab.

Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi, dimana siswa harus mengerjakan soa levaluasi secara individu dan tidak diperbolehkan bekerjasama dengan teman. Sebelum mengadakan tes evaluasi, guru mengulang materi tentang perbandingn yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 2 x 35 menit. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.

(22)

4.3.3 Hasil Observasi

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer dibagi menjadi 3 yaitu terhadap proses pembelajaran guru dalam menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran secara menyeluruh dan keaktifan siswa secara individu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil observasi proses pembelajaran guru diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 21 indikator, hasil observasi aktivitas siswa terdiri dari 21 indikator dan hasil observasi aktivitas siswa secara individu terdiri dari 10 indikator. Adapun hasil pengamatan implementasi RPP dan keaktifan siswa dapat dilihat pada penjelasan berikut:

a) Pertemuan Pertama

Hasil dari lembar pengamatan implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik dan kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran sudah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat, memberikan penguatan. Pada pengelolaan kelas dilakukan dengan baik, ruangan dipersiapkan dengan baik, waktu dikelola dengan cukup baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Hasil observasi implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 13.

Hasil dari lembar pengamatan keaktifan siswa secara menyeluruh pada kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan apersepsi. Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan materi yang dijelaskan, siswa aktif bertanya, siswa aktif dalam kegiatan kelompok, siswa aktif dalam mengungkapkan pendapat. Hasil observasi keaktifan siswa secara menyeluruh mencapai skor 3,33 tergolong dalam kategori sangat aktif. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan. Hasil observasi keaktifan siswa secara menyeluruh dapat dilihat pada tabel 4.10.

(23)

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1 Siklus II

Aspek Skor

Jumlah

1 2 3 4

Kegiatan Awal 3, 4 1, 2 14

Kegiatan Inti 6 8, 9, 11 5, 7, 10 23

Kegiatan Penutup 12, 13 14 10

Keterampilan 16 17, 18, 20 15, 19, 21 23

Jumlah 2 10 9 70

Berdasarkan tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui aspek yang memperoleh skor 2 sebanyak 2 item, aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak 10 item , aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 9 item dan total skor seluruhnya 70. Pada aspek kegiatan awal indikator nomor 3, 4 mendapat skor 3, indikator nomor 1, 2 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 14. Pada kegiatan inti, indikator nomor 6 mendapat skor 2, indikator nomor 8, 9, 11 mendapat skor 3 dan indikator nomor 5, 7, 10 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 23. Pada kegiatan penutup, indikator nomor 12, 13 mendapat skor 3, indikator nomor 14 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 10. Pada Aspek keterampilan, indikator nomor 16 mendapat skor 2, indikator nomor 17, 18, 20 mendapatkan skor 3, indikator nomor 15, 19, 21 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 23.

b) Pertemuan kedua

Hasil dari lembar observasi implementasi RPP yaitu pada perencanaan pembelajaran guru sudah menyiapkan RPP dengan baik, kegiatan menggambarkan pembelajaran siswa aktif. Kemudian pada awal pembelajaran telah menyampaikan tujuan pembelajaran, membantu siswa membangun pemahaman, memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapat, memberikan penguatan terhadap pendapat siswa, ruangan dipersiapkan dengan baik, waktu dikelola dengan baik. Selanjutnya pada penilaian perkembangan keaktifan siswa dipantau dengan baik, adanya umpan balik terhadap pembelajaran, pemberian penghargaan terhadap siswa. Pada kegiatan awal siswa antusias menyimak tujuan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan apersepsi.

Pada kegiatan inti siswa serius memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru,

(24)

siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa berani mengungkapkan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi. Pada kegiatan penutup siswa memberikan kesimpulan bersama guru. Hasil observasi implementasi RPP dapat dilihat pada lampiran 13.

Hasil observasi keaktifan siswa secara menyeluruh mencapai skor 3,67 tergolong dalam kategori sangat aktif. Hasil observasi keaktifan siswa secara menyeluruh dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2 Siklus II

Aspek Skor

Jumlah

1 2 3 4

Kegiatan Awal 1, 2, 3, 4 16

Kegiatan Inti 6, 8, 9, 11 5, 7, 10 24

Kegiatan Penutup 12 13, 14 11

Keterampilan 17, 19 15, 16, 18, 20, 21 26

Jumlah 7 14 77

Berdasarkan tabel 4.11 hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui aspek yang memperoleh skor 3 sebanyak 7 item , aspek yang memperoleh skor 4 sebanyak 14 item dan total skor seluruhnya 77. Pada aspek kegiatan awal indikator nomor 1, 2, 3, 4 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 16. Pada kegiatan inti, indikator nomor 6, 8, 9, 11 mendapat skor 3 dan indikator nomor 5, 7, 10 mendapat skor 4 sehingga berjumlah 24. Pada kegiatan penutup, indikator nomor 12 mendapat skor 3, indikator nomor 13, 14 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 11. Pada Aspek keterampilan, indikator nomor 17, 19 mendapatkan skor 3, indikator nomor 15, 16, 18, 20, 21 mendapat skor 4, sehingga berjumlah 26.

4.3.4 Hasil Tindakan a) Hasil Belajar

Hasil belajar Matematika siswa kelas 5 pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.12.

(25)

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus II No Nilai Frekuensi Persentase

1 70-75 11 37,92%

2 76-81 5 17,24%

3 82-87 5 17,24%

4 88-93 4 13,8%

5 94-100 4 13,8%

Jumlah 29 100%

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 70

Rata-rata 72,82

Berdasarkan pada tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai Matematika siklus II, jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70-75 sebanyak 11 siswa dengan presentase 37,92% dari keseluruhan siswa, 76-81 sebanyak 5 siswa dengan presentase 17,24% dari keseluruhan siswa, 82-87 sebanyak 5 siswa dengan presentase 17,24% dari keseluruhan siswa, 88-93 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8%

dari keseluruhan siswa, 94-100 sebanyak 4 siswa dengan presentase 13,8% dari keseluruhan siswa. Nilai tertinggi hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah 70 dengan rata-rata nilai 81,72. Distribusi frekuensi nilai Matematika pada siklus II, bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Matematika pada Siklus II

0 2 4 6 8 10 12

70-75 76-81 82-87 88-93 94-100

Jumlah Siswa

(26)

Ketuntasan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 <68 Tidak Tuntas 29 100%

2 ≥68 Tuntas 0 0%

Jumlah 29 100%

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa yang telah mencapai KKM 68 ada 29 siswa (100%) tidak ada siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan tabel 4.13 ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 pada pelajaran Matematika bila disajikan dalam diagram lingkaran dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4.9

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II b) Keaktifan

Keaktifan siswa pada siklus II diambil dari observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan pada siklus II diamati oleh peneliti dan guru kelas 5. Sedangkan keaktifan siswa secara individu pertemuan 1 siklus II diperoleh dari hasil observasi keaktifan yang terdiri dari 10 indikator. Masing- masing indikator dalam lembar observasi diberi skor 1-4, skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10%, skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40%, skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa

100%

0%

Tuntas Tidak tuntas

(27)

kurang dari 41% tidak lebih dari 70%, skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 71% tidak lebih dari 100%. Setelah itu skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor 33-40 berarti siswa masuk dalam kategori sangat aktif, 25-32 berarti siswa masuk dalam kategori aktif, 17-24 berarti siswa masuk dalam kategori cukup aktif, 10-16 berarti siswa masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa secara individu, pada pertemuan 1 siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14

Keaktifan Siswa pada Pertemuan I Siklus II No Kategori Skor Jumlah Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 13 44,83%

2 Aktif 25-32 16 55,17%

3 Cukup Aktif 17-24 0 0,00%

4 Kurang Aktif 10-16 0 0,00%

Jumlah 29 100,00%

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa terdapat 13 siswa (44,83%) yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 16 siswa (55,17%) yang mendapat skor 25-26 masuk dalam kategori aktif, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup aktif dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pada pertemuan 1 siklus II bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.10.

(28)

Gambar 4.10

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 1 Siklus II .

Sedangkan keaktifan siswa secara individu, pada pertemuan 2 siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II No Kategori Skor Jumlah Persentase

1 Sangat Aktif 33-40 20 68,97%

2 Aktif 25-32 9 31,03%

3 Cukup Aktif 17-24 0 0,00%

4 Kurang Aktif 10-16 0 0,00%

Jumlah 29 100,00%

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa terdapat 20 siswa (68,97%) yang mendapat skor 33-40 masuk dalam kategori sangat aktif, 9 siswa (31,03%) yang mendapat skor 25-32 masuk dalam kategori aktif, tidak ada siswa yang mendapat skor 17-24 masuk dalam kategori cukup aktif dan tidak ada siswa yang mendapat skor 10-16 masuk dalam kategori kurang aktif. Keaktifan siswa pertemuan 2 siklus II bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.11.

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Frekuensi 13 16 0 0

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Siswa

(29)

Gambar 4.11

Keaktifan Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II 4.3.5 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama, dan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran Matematika dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD bagi guru kelas, observer/peneliti, dan siswa. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, apersepsi memberikan kesempatan siswa mengungkapkan pendapatnya, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas, mengelola waktu pembelajaran, pada penilaian guru melakukan penilaian keaktifan pada siswa, memberikan umpan balik, dan memberikan pujian. Berikut rincian refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 2 adalah sebagai berikut:

Rancangan pembelajaran sudah terprogram, siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.

Hasil observasi keterampilan guru secara garis besar sudah lebih baik

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif

Frekuensi 20 9 0 0

0 5 10 15 20 25

Siswa

(30)

dibandingkan siklus I. Dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan ice breaking, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan piagam penghargaan sebagai reward bagi team yang kompak dan mendapatkan nilai tertinggi, dan kegiatan inti pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan langkah- langkah pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD.

Guru dalam pengondisian kelas sudah baik karena dalam pembelajaran siklus II guru mendorong siswa dan memberikan motivasi agar siswa mendengarkan penjelasan guru dan pengarahan kepada siswa untuk berdiskusi dan berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik dan mendapatkan nilai yang paling tinggi. Siswa terlihat antusisas untuk berdiskusi, merasa senang dan fokus dengan tugas kelompok masing-masing sehingga suasana belajar dan mengajar dikelas menjadi lebih kondusif.

Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dirasa tepat karena aktivitas siswa dapat meningkat. Pada pertemuan pertama siklus 2 mendapatkan jumlah skor rata-rata 3,23 dengan kriteria sangat aktif, sedangkan pada pertemuan kedua skor rata-rata sudah meningkat menjadi 3,64 dengan kriteria sangat aktif. Siswa terlibat aktif didalam proses pembelajaran.

Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengeluarkan pendapat, mempresentasikan di depan kelas

Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan di bandingkan dengan hasil belajar siswa siklus I. Pada penelitian siklus II menunjukan peningkatan ketuntasan yaitu pada evaluasi hasil belajar siswa tuntas 100%. Dengan rata-rata nilai siswa 81,72.

Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II berdasarkan pengamatan dari observer secara keseluruhan masih mengalami hambatan yaitu pengelolaan waktu yang belum tepat yang dilakukan oleh guru.

Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara guru membatasi waktu untuk mengerjakan LKS, dan diskusi kelompok, agar waktu untuk evaluasi tidak terlalu sedikit, supaya siswa dapat berkonsentrasi dengan tenang dan dapat mengerjakan dengan benar.

(31)

4.4 Pembahasan a) Hasil Belajar

Hasil analisis data diperoleh dari perbandingan data kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang meliputi data tes evaluasi siswa pada akhir siklus. Dari data tersebut kemudian dianalisis dengan membandingkan data pada tiap siklus yaitu dari kondisi pra siklus, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang dikakukan di SD Negeri Kutowinangun 07 diketahui bahwa dari hasil belajar siswa kelas 5 dari kondisi pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD. Berhasil atau tidaknya penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes evaluasi siswa dari kondisi pra siklus, siklus I dan siklus II. Hasil tes evaluasi siswa kondisi pra siklus diperoleh dari data hasil ulangan Matematika akhir semester I tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan data pada siklus I dan siklus II diperoleh dari tes evaluasi akhir siklus. Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi keberhasilan dalam menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD pada mata pelajaran matematika khususnya materi perbandingan dan skala di kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Rekap ketuntasan hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1 Tidak Tuntas 16 55,17 9 31,03 0 0

2 Tuntas 13 44,83 20 68,97 29 100

Rata-rata 69,2 72,82 81,72

Nilai Tertinggi 88 100 100

Nilai Terendah 48 40 70

Dari tabel 4.16 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika terbukti untuk klasifikasi tuntas, pada pra

(32)

siklus ada 13 siswa (44,83%) yang tuntas dan 16 siswa (55,17%) yang tidak tuntas, dengan skor tertinggi 88, skor terendah 48, skor rata-rata 69,2. Pada siklus I terdapat 20 siswa (68,97%) yang tuntas, dan 9 siswa (31,03%) yang tidak tuntas dengan skor tertinggi 100, skor terendah 40, skor rata-rata 72,82. Pada siklus 2 seluruh siswa tuntas yaitu sebanyak 29 siswa (100%), tidak ada siswa yang tidak tuntas, dengan skor tertinggi 100, skor terendah 70, skor rata-rata 81,72. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan tabel 4.8 bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12

Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II b) Keaktifan

Berdasarkan uraian tentang hasil belajar yang meningkat dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dengan penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD pada mata pelajaran matematika khususnya materi perbandingan dan skala di kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Tahun 2013/2014, keaktifan siswa juga mengalami peningkatan. Rekap keaktifan siswa secara individu dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.17.

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas 13 44,83 20 68,97 29 100

Tidak Tuntas 16 55,17 9 31,03 0 0

0 20 40 60 80 100 120

Axis Title

(33)

Tabel 4.17

Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

No Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II

f % 1 % 2 % 1 % 2 %

1 Sangat Aktif 0 0 2 6,90 6 20,69 13 44,83 20 68,97 2 Aktif 2 6,90 23 79,31 21 72,41 16 55,17 9 31,03 3 Cukup Aktif 22 75,86 3 10,34 2 6,90 0 0,00 0 0,00 4 Kurang Aktif 5 17,24 1 3,45 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 29 100 29 100 29 100 29 100 29 100

Dari tabel 4.17 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Matematika terbukti untuk klasifikasi aktif, pada pra siklus ada 2 siswa (6,90%) yang aktif, 22 siswa (75,86%) yang cukup aktif, dan 5 siswa (17,24%) yang kurang aktif, dengan skor tertinggi 26, skor terendah 15. Pada siklus I pertemuan 1 terdapat 2 siswa (6,90%) yang sangat aktif, 23 siswa (79,31%) yang aktif, 3 siswa (10,34%) yang cukup aktif, 1 siswa (3,45%) yang kurang aktif, dengan skor tertinggi 34, skor terendah 24. Pada siklus I pertemuan 2 terdapat 6 siswa (20,69%) yang sangat aktif, 21 siswa (72,41%) yang aktif, 2 siswa (6,90%) yang cukup aktif, tidak ada siswa yang kurang aktif, dengan skor tertinggi 34, skor terendah 24. Pada siklus 2 pertemuan 1 terdapat 13 siswa (44,83%) yang sangat aktif, 16 siswa (55,17%) yang aktif, tidak ada siswa yang cukup aktif dan tidak ada siswa yang kurang aktif, dengan skor tertinggi 35, skor terendah 25. Pada siklus 2 pertemuan 2 terdapat 20 siswa (68,97%) yang sangat aktif, 9 siswa (31,03%) yang aktif, tidak ada siswa yang cukup aktif dan tidak ada siswa yang kurang aktif, dengan skor tertinggi 35, skor terendah 26. Rekap keaktifan siswa secara individu dari pra siklus, siklus I dan siklus II bila disajikan dalam diagram batang dapat dilihat pada gambar 4.13.

(34)

Gambar 4.13

Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.Peningkatan keaktifan dan hasil belajar disebabkan karena dalam penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebihan dari pendekatan RME yaitu siswa diajak langsung untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan mereka dan pengalaman yang pernah dialami, membangun kepercayaan diri siswa, meningkatkan interaksi terhadap lingkungan sekitar siswa, dalam pendekatan realistik siswa diberi kesempatan untuk mengalami proses dan membangun sendiri gagasan matematika, menemukan sendiri hasilnya (Daitin, 2006).

Kelebihan model pembelajaran STAD yaitu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini guru dibantu dengan alat peraga sehingga siswa dapat berpikir secara kongkrit.

Siswa bekerja secara tim, adanya tim dalam pembelajaran ini memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik (Isjoni,2013). Hal ini juga membuat siswa merasa senang, tidak tegang dan takut selama pelajaran berlangsung. Selain itu adanya penghargaan yang berupa hadiah

Jumlah P1 P2 P1 P2

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Sangat Aktif 0 2 6 13 20

2 Aktif 2 23 21 16 9

3 Cukup Aktif 22 3 2 0 0

4 Kurang Aktif 5 1 0 0 0

0 5 10 15 20 25

siswa

(35)

dan sertifikat yang diberikan pada tim yang menang, dapat menumbuhkan persaingan antar tim dan membuat siswa menjadi semangat untuk belajar. Dengan suasana yang demikian sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wahadi, slamet 2012 dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan RME pada Siswa Kelas 4 SD Semampir 01 Semester II Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 diperoleh rata-rata skor 2,60 dengan kategori baik dan pada siklus 2 diperoleh rata-rata skor 3,40 dengan kategori sangat baik, (2) Persentase ketuntasan klasikal pada siklus 1 66,66% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 80,95%. Kesimpulan dari penelitiannya adalah melalui Pendekatan Realistic Matematics Education (RME) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wiwin, 2009 dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika kelas 5 SDN Noborejo 01 Semester II Akademik 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil belajar siswa pada pembelajaran kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal nilai rata-rata hasil tes Matematika kelas 5 SDN Noborejo 01 adalah 58,76 dengan persentase ketuntasan 37%. Setelah diterapkan model pembelajaran STAD, hasil belajar Matematika siswa kelas 5 pada pembelajaran Siklus I nilai rata-ratanya meningkat menjadi 72,8 dengan persentase ketuntasan 76% sedangkan pembelajaran pada Siklus II nilai rata-rata tes Matematika adalah 83 dengan persentase ketuntasan mencapai 94%.

Referensi

Dokumen terkait

Menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan masih menjadi fokus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun ini, sesuai dengan tema yang diangkat pada Rembuk

Menghafal hanya mengacu pada pencapaian kemampuan ingatan belaka, sedangkan berpikir logis lebih mengacu pada pemahaman pengertian (dapat mengerti), kemampuan aplikasi,

Analisa data dilakukan secara deskriptif terhadap hasil pengujian kualitas daging bebek yang meliputi sifat mutu organoleptik yang warna, bau dan konsistensiann kandungan

Biaya Provisi : biaya yang dikenakan kepada Nasabah oleh BTPN sebagai biaya jasa atas transaksi yang dilakukan oleh Nasabah.. Cancellation Fee biaya yang dikenakan kepada

Hasil Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi serta dapat di jadikan sebagai bahan sumber ilmiah bagi peneliti yang lain untuk meneliti

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan remaja putri usia pubertas dalam menghadapi

cellulose acetat dari residu rumput laut Eucheuma Spinosum yang akan digunakan.. untuk proses penghilangan kandungan garam (desalinasi) pada air payau

$enurut Sutan Takdir Alisyahbana /dalam Sur&amp;t&amp;# (0102 +*4# puisi baru adalah puisi-puisi yang timbul ketika masyarakat telah mendapat pengaruh kebudayaan dunia# jadi tidak