B. Hasil Uji Analisis Data penelitian
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2
Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
71
Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut.
Tabel 4.8. Hasil Uji Adjusted R2
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .422a .178 .102 .72421 2.018
a. Predictors: (Constant), Ln.ACEFK, LEV, UE, ACSIZE, ERM, COMPSIZE b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data Sekunder Diolah
Dari tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2 sebesar 0,102 dimana berarti hanya sebesar 10,2% variasi variabel dependen (CAR) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (UE, Ln.ACEFK, ACSIZE, dan ERM) dan variabel kontrol (LEV dan COMPSIZE) dalam penelitian ini. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel independen dan kontrol dalam menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya yang sebesar 89,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,422 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah karena memiliki nilai R < 0,5.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba diantaranya adalah kualitas auditor (Teoh dan Wong, 1993:346; Balsam et al., 2003:26); Investment Opportunity Set dan kepemilikan institusional,
72
(Puteri dan Rohman, 2012:12) . Kualitas auditor yang tinggi dianggap lebih memberikan laporan keuangan perusahaan yang bisa lebih dipercaya (Teoh dan Wong, 1993:346).
b. Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di halaman berikutnya.
Tabel 4.9. Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7.391 6 1.232 2.349 .041a
Residual 34.091 65 .524
Total 41.482 71
a. Predictors: (Constant), Ln.ACEFK, LEV, UE, ACSIZE, ERM, COMPSIZE b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data Sekunder Diolah
H4 : Efektivitas dan ukuran komite audit, serta enterprise risk mangement secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laba.
Dari tabel 4.9. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 2,349 dengan nilai sig. sebesar 0,041. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba karena nilai signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H4 dapat
73
diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara efektivitas dan ukuran komite audit, serta enterprise risk management terhadap kualitas laba.
c. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial), yaitu peran komite audit yang diwakili oleh efektivitas komite audit (Ln.ACEFK), ukuran komite audit (ACSIZE), dan enterprise risk management (ERM) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu kualitas laba (CAR). Variabel independen ditambahkan satu demi satu kedalam regresi cumulative abnormal return (CAR) yang diproksikan dengan ERC. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.10. Tabel 4.10. Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -3.009 2.034 -1.479 .144 UE .000 .022 .000 -.008 .994 .993 1.007 ACSIZE -.112 .303 -.046 -.372 .711 .833 1.201 ERM -.086 .569 -.020 -.151 .881 .740 1.351 LEV .092 .027 .393 3.467 .001 .982 1.019 COMPSIZE .137 .077 .250 1.769 .082 .633 1.579 Ln.ACEFK -.151 .239 -.100 -.633 .529 .508 1.969 a. Dependent Variable: CAR
74
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi memiliki nilai konstanta sebesar -3,009 dengan nilai t hitung sebesar -1,479 dan nilai sig. sebesar 0,114. Konstanta sebesar -3,009 menadakan bahwa jika variabel independen dan kontrol konstan maka rata-rata nilai perusahaan adalah sebesar -3,009.
H1 : Efektivitas komite audit secara parsial memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel efektivitas komite audit (Ln.ACEFK) terhadap kualitas laba tidak sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,151 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,529 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -0,633. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan efektivitas komite audit berpengaruh signifikan terhadap ERC ditolak.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Bryan et al. (2004), Anderson et al. (2003), dan Puteri dan Rohman (2012:9) namun mendukung hasil penelitian Pamudji dan Trihartati (2009:13), Kiatapiwat (2010:70). Selain itu Uzun et al. (2004 dalam Kiatapiwat, 2010:70) menemukan bahwa efektivitas komite audit yang diproksikan dengan jumlah pertemuan dalam setahun tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kecurangan dalam pelaporan laporan keuangan.
75
Efektivitas Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal memerlukan rapat rutin yang akan membantu dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan menjaga informasi manajemen (McMullen dan Raghunandan, 1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012:3) sehingga kualitas laba dinilai tinggi. Namun, hal ini dapat berbeda karena diduga karena pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat mandatory terhadap peraturan yang ada. Hal tersebut menyebabkan komite audit belum melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal sehingga fungsi dan perannya tidak efektif. Kemungkinan lainnya adalah pertemuan komite audit jarang dihadiri baik oleh pihak manajemen maupun oleh auditor eksternal sehingga masalah-masalah yang terdapat dalam proses laporan keuangan tidak terungkap sehingga tidak diketahui oleh komite audit. Kemungkinan lain karena kurangnya koordinasi dengan auditor internal perusahaan sehingga komite audit kurang mendapatkan informasi tentang keadaan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan masalah yang ada dalam proses pelaporan keuangan tidak menemukan penyelesaian (Pamudji dan Trihartati, 2009:15).
76 H2 : Ukuran komite audit secara parsial memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laba.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel ukuran komite audit (ACSIZE) terhadap kualitas laba adalah tidak sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,112 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,711, lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -0,372. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2 yang menyatakan ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap ERC ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian Anderson et al. (2003: 24), namun mendukung hasil penelitian Xie et al. (2001:18).
Jumlah anggota Komite Audit harus lebih dari satu orang dimaksudkan agar Komite Audit dapat mengadakan rapat dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota Komite Audit memiliki pengalaman tata kelola
perusahaan dan pengetahuan keuangan yang berbeda-beda (Kristanti dan Syafrudin, 2012:2). Terjadi perbedaan hasil penelitian
diduga karena perbedaan negara dan pasar yang terjadi dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Kemungkinan lain, anggota komite audit dalam sampel kurang memiliki keahlian dalam akuntansi, serta kurangnya pengalaman di perusahaan lain. BAPEPAM mewajibkan minimal satu orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan
77
auditing. Jadi walaupun anggota komite audit banyak, jika kurang memiliki pengalaman dan kurang memiliki keahlian di bidang akuntansi, auditing maupun manajemen keuangan, tidak akan berpengaruh terhadap peran komite audit di perusahaan dalam hal pengawasan.
H3 : Enterprise risk management secara parsial memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel enterprise risk management (ERM) terhadap kualitas laba adalah tidak sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -0,086 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,881, lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -0,151. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan enterprise risk management berpengaruh positif terhadap ERC ditolak.
ERM dengan kualitas tinggi dapat mempengaruhi alokasi sumber daya melalui persepsi pelaku pasar dari keandalan laba akuntansi (Baxter, 2012:2) dan berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik (audit komite mengawasi langsung atas risiko perusahaan), dan pengurangan audit yang berkaitan dengan risiko (pengendalian internal yang efektif). Nilai perusahaan yang baik akan berdampak pada naiknya harga saham perusahaan, berkurangnya ketidakstabilan harga
78
saham (Woon et al., 2011:5), dan berkaitan langsung dengan ERC yang menyiratkan bahwa pasar menempatkan nilai yang lebih besar pada pendapatan tak terduga.
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Baxter et al. (2012:18) diduga karena enterprise risk management belum diadopsi dengan baik di Indonesia dan tidak adanya peraturan yang mewajibkan perusahaan membuat komite pemantau risiko, terkecuali pada sektor perbankan.
Variabel kontrol leverage (Lev) memiliki koefisien regresi sebesar 0,92 dengan nilai t hitung sebesar 3,467 dan nilai sig. sebesar 0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa Ln.Lev berpengaruh secara signifikan terhadap ERC. Hasil ini berbeda dengan penelitian Puteri dan Rohman (2012:12). Namun hasil ini mendukung penelitian Zheng (2008:46), karena perusahaan dengan leverage yang tinggi akan lebih sedikit melakukan manajemen laba, maka kualitas laba yang dihasilkan akan menjadi lebih baik.
Variabel kontrol ukuran perusahaan (COMPSIZE) memiliki koefisien regresi sebesar 0,137 dengan nilai t hitung sebesar 1,769 dan nilai sig. sebesar 0,082. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi > 0,05 yang berarti bahwa Ln.Sal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ERC.
79
Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Jadi, semakin informatif harga saham maka semakin kecil pula muatan informasi earnings sekarang (Jang et al., 2007:8). Hasil ini mendukung penelitian Trilestari dan Saifudin (2011:8) dan Puteri dan Rohman (2012:12).
Easton dan Zmijewski (1989 dalam Mulyani et al., 2007:38). Namun, akan menjadi signifikan apabila tingkat signifikansi diperbesar menjadi 0,1. Hal tersebut diduga karena terlalu besar selisih antara perusahaan kecil dan perusahaan besar di sektor property sehingga terlalu banyak perusahaan yang berada dibawah rata-rata.
80 BAB V