PENGARUH IMPLEMENTASI PERAN KOMITE AUDIT DAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT TERHADAP KUALITAS LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti dan Konstruksi Periode 2009-2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Adharia Saptiti
NIM: 109082000199
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Adharia Saptiti
NIM : 109082000199
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh
Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk Management terhadap
Kualitas Laba Pada Perusahaan Properti dan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2011” adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replika maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat
yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 3 Juni 2013
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Adharia Saptiti
2. Tempat & Tanggal Lahir : Cilacap, 4 Juli 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Gumilir Indah Blok 16 No. 48 Cilacap
6. Telepon : 085718151425
7. Email : adharia_t13@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1996-2002: SD Negeri Sidanegara 09 Cilacap
2002-2005: SMP Negeri 01 Cilacap
2005-2008: SMA Negeri 01 Cilacap
2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Divisi Penelitian dan Pengembangan periode 2010-2011.
2. Anggota Corruption Preventing Allience Universitas Islam Negeri
vi
IV. Kegiatan Kepanitiaan
1. Kepanitian dalam kegiatan Company Visit to Indonesia Stock
Exchange and Museum BI sebagai Bendahara.
2. Kepanitiaan dalam kegiatan Anti Corruption Training sebagai anggota
Kesekretariatan.
3. Kepanitiaan dalam kegiatan Workshop Audit Perpajakan dan Pelatihan
vii THE IMPACT OF IMPLEMENTATION OF AUDIT COMMITTEE’S ROLE
AND ENTERPRISE RISK MANAGEMENT TOWARD EARNINGS QUALITY
Empirical Study on the Property and Construction Company period 2009-2011
ABSTRACT
The purpose of this research is to measure the influence of Audit Committee’s role (effectivity and size of audit committee) and enterprise risk management toward earnings quality. This research was conducted by selecting 24 property and constructions firms listed in Indonesia Stock Exchange for period 2009 until 2011. This research were tested by purposive sampling and multiple regression analyzing method.
The result of this research showed that simultaneously the audit committee’s role (effectivity and size of audit committee) and enterprise risk management have significant relation toward earnings quality with significancy 0,041. Partially, the effectivenessof the audit committee does not have association towards earnings quality with significance of 0,529, the size of audit committee does not have significant assosiation towards earnings quality with significance of 0,711, and enterprise risk management does not have association towards earnings quality with significance of 0,881. This research used two control variables, namely leverage and company size. Leverage as a control variables has significant influence towards earnings quality with significance of 0,001. While the size of the company does not have the significant influence on the quality of earnings with significance of 0,082.
viii
PENGARUH IMPLEMENTASI PERAN KOMITE AUDIT
DAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT TERHADAP KUALITAS LABA Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Konstruksi
Periode 2009-2011
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh implementasi peran komite audit (efektivitas dan ukuran komite audit) dan enterprise risk management terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan ERC. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 24 perusahaan property dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 hingga 2011. Penelitian ini diuji dengan metode purposive sampling dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komite audit, ukuran komite audit, dan enteprise risk mangement berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit dengan signifikansi sebesar 0,041. Sedangkan secara parsial, efektivitas komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dengan signifikansi sebesar 0,529, ukuran komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dengan signifikansi sebesar 0,711, enterprise risk management tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dengan signifikasnsi sebesar 0,881. Penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu leverage dan ukuran perusahaan. Variabel kontrol yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba adalah leverage dengan signifikansi sebesar 0,001. Sedangkan ukuran perusahaan tidak memilki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dengan signifikansi sebesar 0,082.
ix
KATA PENGANTAR
Al „ilmu bilaa „amalin kaassyajarin bilaa tsamarin
Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH
S.W.T yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan Enterprise Risk
Management terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Sektor Properti dan
Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011”. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
S.A.W, selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita, beserta para
sahabat, keluarga dan pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayah Soeharto dan Ibu Dedeh, serta kakak-kakakku, Mba
Nia, Mas Ari, Mas Tanto, Mas Todi, Mas Popo, dan Mas Ade, atas do‟a,
dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Semoga kita
dapat menjadi anak yang menjalani harapan setiap kedua orang tua yang ada
di dunia ini. Aamiin.
2. Ibu Dr. Rini, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Jurusan
x
diberikan, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah Ibu berikan kepada
penulis.
3. Kak Wilda Farah, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang
telah diluangkan untuk ilmu, bantuan, dan motivasinya selama penyusunan
skripsi ini.
4. Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Prof., Dr. Abdul Hamid, MS.
5. Sekretaris Jurusan Akuntansi, Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM.
6. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
perhatiannya kepada para mahasiswanya tidak terkecuali penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik, Husna, Lyta, Via, Frida, Destia, dan Isil yang telah
memberi kenangan dan motivasi dalam menjalani dunia kuliah.
8. Kakak-kakak, rekan-rekan dan adik-adik angkatan 2007-2010, kak imam, kak
ipul, kak yudo, kak yudi, taufik, anggun, niday, fadlun, dewe, erna, fauzi, siti
sarah, nabila, amy, biya, iqbal, yandi, dan ulil, atas semangat dan inspirasi
yang diberikan kepada penulis.
9. Kawan-kawan seperjuangan Akuntansi E ‟09, yang telah menyemangati dan
membantu kelancaran penulisan skripsi.
10.Rekan-rekan di Yamabushi Karate Dojo yang terus menyemangati dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Semoga ALLAH S.W.T membalas semua kebaikan mereka serta ilmu, amal
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun memberikan
manfaat dan dapat diandalkan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jakarta, Juni 2013
xii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi………... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi………. iii
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi………. iv
Daftar Riwayat Hidup………. v
Abstract………... vii
Abstrak………. viii
Kata Pengantar………... ix
Daftar Isi………... xii
Daftar Tabel………. xvi
Daftar Gambar……… xvii
Daftar Lampiran……… xviii
BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………..………. 1
B. Perumusan Masalah………..……… 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 13
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil 1. Teori Agensi ... 15
2. Good Corporate Governance ... 16
3. Peran Komite Audit ..………... 17
xiii
b. Ukuran Komite Audit ……….. 23
4. Enterprise Risk Management ………... 24
5. Kualitas Laba ………..………...… 35 6. Variabel Kontrol ………...………... 36
a. Leverage ………...………... 37
b. Ukuran Perusahaan ………...………... 37
B. Penelitian Sebelumnya………... 38
C. Kerangka Berpikir……….... 41
BAB. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……… 45
B. Metode Penentuan Sampel………... 45
C. Metode Pengumpulan Data……….… 46
D. Metode Analisis Data ……….……… 47 1. Analisis Statistik Deskriptif ………. 47
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas ……….. 47
b. Uji Autokolerasi ……….…… 48
c. Uji Heteroskedastisitas ………..…………. 48
d. Uji Normalitas Data ………... 49
3. Uji Hipotesis ……….………. 50
a. Uji Adj R2……….……….. 51
b. Uji F ……….……….. 51
xiv
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Efektivitas Komite Audit ……….. 52
b. Ukuran Komite Audit ………... 53
c. Enterprise Risk Management ……….…………... 53
2. Variabel Kontrol a. Leverage ………... 54
b. Ukuran perusahaan ………... 54
3. Variabel Dependen a. Kualitas laba ………. 55 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran ObjekPenelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian ..……… 61
2. Deskripsi Sampel Penelitian ………...……. 61
B. Hasil Uji Analisis Data penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……….... 64
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas ………... 66
b. Uji Autokorelasi ……….. 67
c. Uji Heterokedastisitas ………. 68
d. Uji Normalitas ………. 69
xv
b. Uji F ………. 72
c. Uji t ……….. 73
Bab V : PENUTUP A. Kesimpulan ………... 80
B. Implikasi ………..……. 81
C. Keterbatasan ………..………... 82
D. Saran ……….….………... 82
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………... 28
Tabel 3.1. : Operasional Variabel ………. 58
Tabel 4.1. : Proses Seleksi Populasi Perusahaan Properti dan Konstruksi ... 61
Tabel 4.2. : Daftar Nama Perusahaan ………... 62
Tabel 4.3. : Hasil Uji Statistik Deskriptif ………. 64
Tabel 4.4. : Hasil Uji Multikolinieritas ………... 66 Tabel 4.5. : Hasil Uji Autokorelasi ………... 67
Tabel 4.6. : Hasil Uji Heterokedastisitas ………. 68
Tabel 4.7. : Hasil Uji Normalitas ……… 69
Tabel 4.8. : Hasil Uji Adj R2..………. 70
Tabel 4.9. : Hasil Uji F ……… 71
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : COSO ERM-Integrated Framework
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Penelitian Skripsi
Lampiran 2 : Dimensi-Dimensi Enterprise Risk Management
Lampiran 3 : Data Sample Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemegang saham membutuhkan informasi yang cukup untuk memilih
investasi terbaik yang dapat dijangkau. Oleh karena itu kebutuhan atas laporan
keuangan dalam perusahaan menjadi hal yang penting dalam
menginformasikan data keuangan kepada pihak internal maupun eksternal.
Tujuannya untuk dapat menggambarkan keadaan perusahaan sebenarnya
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas (PSAK No. 1 tahun
2010).
PSAK No. 1 tahun 2010 menyebutkan kegunaan laporan keuangan
sebagai alat penunjang dalam membuat keputusan penting yang akan
berpengaruh pada perusahaan. Selain itu laporan keuangan dianggap sebagai
alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pemegang saham (investor),
kreditor, dan pemerintah serta pihak lain yang berkepentingan atas sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Namun, banyaknya masalah tentang
manipulasi laporan keuangan membuat laporan keuangan diragukan
keandalannya.
Pada tahun 2001 mulai muncul adanya kasus-kasus besar yang menimpa
perusahaan-perusahaan internasional seperti Enron, Worldcom, dan Xerox.
Semua perusahaan itu melakukan manipulasi laporan keuangan dengan
2
dihasilkan menurun. Kualitas laba menurun dihasilkan dari proses
pemanipulasian informasi laba yang mengakibatkan reaksi pasar terhadap laba
yang dihasilkan dan dipublikasikan menurun, sehingga dikeluarkannya
peraturan Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Sebelumnya, pada tahun 1998
ketua SEC, Arthur Levitt, menyatakan ketakutannya bahwa kita sedang
menyaksikan erosi dalam kualitas laba yang berdampak pada kualitas
pelaporan keuangan (Bryan, et al., 2004:3). Hal ini yang mendasari SEC
mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act (Tunggal, 2008:107).
Walaupun Sarbanes Oxley Act sudah dikeluarkan, masih banyak
kasus-kasus pelanggaran yang terjadi baik di Internasional maupun di Indonesia
sendiri. Bachtiar (2012:13) menyajikan beberapa daftar perusahaan yang
diwajibkan membayar denda dan ganti rugi atas berbagai pelanggaran dan
kecurangan, antara lain:
1. Royal Ahold, denda senilai US$1,1 miliar pada tahun 2005 atas skandal
akuntansi dimana Ahold menyajikan gambaran keuangan yang
menyesatkan kepada para investor dan menaikkan harga saham biasa dan
ADR Ahold secara tidak benar selama periode tanggal 30 Juli 1999 sampai
23 Februari 2003 (Antaranews.com, 2006).
2. AIG, denda senilai US$1,6 miliar pada tahun 2006 atas penipuan atau
kecurangan sekuritas (securities fraud) dan tidak melaksanakan kewajiban
membayar dana pensiun.
3. AOL-America Online, denda senilai US$2,6 miliar pada tahun 2006 atas
3
4. Citigroup, denda senilai US$2,65 miliar pada tahun 2004 dan US$2 miliar
pada tahun 2005, masing-masing kepada investor Worldcom atas
penjualan saham dan obligasi Worldcom sebelum bangkrut dan kepada
investor Enron karena dianggap terlibat dalam rekayasa laporan keuangan.
5. Enron, denda senilai US$1,52 miliar karena terlibat dalam rekayasa krisis
energi di negara bagian California.
6. JP Morgan Chase, denda senilai US$2 miliar pada tahun 2005 atas
penjualan obligasi Worldcom sebelum kebangkrutannya, dan senilai
US$2,2 miliar pada tahun 2005 atas keterlibatannya dalam skandal
akuntansi Enron.
7. Microsoft, denda senilai US$1 juta pada tahun 2003 atas pembebanan
biaya yang berlebihan akibat monopoli.
8. Nortel Networks, denda senilai US$2,47 miliar pada tahun 2006 atas
skandal akuntansi. CEO Nortel mengakui penggunaan akun cadangan
sebagai laba perusahaan tanpa alasan yang jelas. Akibatnya, Nortel
membayar bonus sebesar US$300 juta.
9. Phillip Morris, denda senilai US$1,25 miliar pada tahun 2004 atas
penyelundupan rokok ke negara-negara Eropa untuk menghindari pajak
dan bea masuk.
10.Time Warner, denda senilai US$3 miliar pada tahun 2005 atas pemberian
informasi yang menyesatkan kepada pemegang saham.
11.Kasus Wallstreet, terjadi karena adanya kredit macet atas perumahan yang
4
"obligasi beragun aset" (collateralised debt obligations - CDOs) oleh
pihak yang menerbitkan KPR, yang bekerja dengan beragam lapis
perantara yang meremehkan risikonya agar bisa melepaskannya secepat
mungkin ke bank lainnya dan investor institusional. Institusi-institusi ini
kemudian melepas sekuritas ini ke bank-bank lain dan institusi finansial
asing lainnya (Bello, 2008).
12.Bank Global, di tahun 2004 masuk dalam pengawasan Bank Indonesia
(special surveillance unit) selama enam bulan karena rasio kecukupan
modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio)-nya menurun dibawah syarat
minimal yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Selain itu, pelanggaran
yang dilakukan Bank Global yaitu memanipulasi laporan keuangan,
pelaporan surat berharga fiktif, dan melakukan penjualan reksadana
siluman. Bank Global melakukan pencatatan beberapa kali atas obligasi
yang sama. Pada tahun 2005 Bank Global dicabut izin usahanya dengan
Keputusan Gubernur BI No. 7/2/KEP-GBI/2005. Dua auditor yang
melakukan audit di Bank Global dibekukan izin Akuntan Publiknya.
Akuntan Publik Drs. Joseph Susilo bersama dengan KAP-nya selama 24
bulan untuk audit Bank Global setelah tahun 2002, dan Akuntan Publik
Drs. Thomas Iguna selama 12 bulan untuk audit Bank Global tahun 2002.
13.PT. KAI, di tahun 2006 salah satu komisaris PT KAI yang merangkap
sebagai Ketua Komite Audit tidak mau menandatangani laporan keuangan
yang telah dibuat oleh manajemen dan direksi karena diindikasikan adanya
5
dicatat sebagai beban, tetapi masih dicatat sebagai aset sehingga laba yang
dicatat mengalami kenaikan 40 persen dari tahun sebelumnya.
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan ini
dimotivasi oleh tingkat laba yang ingin dihasilkan oleh manajemen untuk
menarik minat shareholders, sehingga harga saham di pasar saham naik yang
mengakibatkan nilai perusahaan naik dan meningkatkan ERC yang dihasilkan.
Fenomena skandal keuangan menunjukkan kegagalan laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan, salah satunya adalah
laba yang disajikan bukan laba sebenarnya. Laba yang diharapkan menjadi
pendukung atas pengambilan keputusan pemegang saham menjadi diragukan
kualitasnya (Boediono, 2005:2).
Motivasi untuk memenuhi target laba bisa membuat perusahaan
mengabaikan praktik bisnis yang baik, dan pengelolaan laba dapat
menciptakan manipulasi (Kieso et al., 2011:145). Sesuai dengan Agency
theory yang membahas tentang principal (pemegang saham) dan agent
(manajemen), dimana agent diberi kekuasaan untuk mengelola sumber daya
yang dimiliki principal, tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan
kepentingan antara kedua belah pihak (conflict of interest). Principal
mengambil keputusan-keputusan puncak yang akan berpengaruh pada
pengelolaan dan pertumbuhan dari perusahaan.
Agent diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional
perusahaan, sehingga agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan
6
asymmetries adalah informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua
keadaan diketahui oleh kedua belah pihak, dan sebagai akibatnya terdapat
konsekuensi-konsekuensi tertentu yang tidak dipertimbangkan oleh
pihak-pihak tersebut (Januarty, 2009:5). Adanya informasi yang tidak simetris ini
mengakibatkan banyaknya kesempatan bagi manajemen untuk mengelola laba
yang dilaporkan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas laba yang
akan mengurangi manfaatnya untuk tujuan peramalan laba dan arus kas masa
depan (Kieso et al., 2011:145).
Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan, memperkirakan earning power, dan memprediksi laba
di masa depan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor, kreditor, sehingga
nilai perusahaan akan berkurang (Siagallan dan Mahfoedz, 2006:2).
Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon yang
bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba
(Cho dan Jung, 1991 dalam Boediono, 2005:2). Reaksi yang diberikan
tergantung dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Kuatnya
reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya
Earning Response Coefficient (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan
berkualitas (Boediono, 2005:2). Penelitian yang dilakukan
Balsam et al. (2003), Boediono (2005), dan Suaryana (2005) menilai kualitas
7
mengenai kualitas laba yang digambarkan dengan melihat respon pasar atas
informasi laba yang dipublikasikan.
Laba menjadi perhatian penting pengguna laporan keuangan. Hal tersebut
yang menyebabkan manajer memiliki motivasi untuk memanipulasi informasi,
terutama laba, dalam laporan keuangan. Adanya manipulasi mendorong
dibutuhkannya pengawasan secara indepeden terhadap aktivitas manajemen.
Berdasarkan teori keagenan dikatakan bahwa masalah keagenan antara
manajer dan pemilik perusahaan dapat diatasi dengan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance). Corporate governance merupakan
suatu mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditor perusahaan
untuk mengendalikan tindakan manajer. Mekanisme tersebut dapat berupa
mekanisme internal yaitu: struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris,
kompensasi eksekutif, dan struktur bisnis multidivisi, serta mekanisme
eksternal yaitu: pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional, dan
pelaksanaan audit oleh auditor eksternal, serta penilaian atas risiko yang
dihadapi oleh perusahaan sebagai bentuk pengendalian dalam perusahaan.
Sebagai bentuk pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan
manajemen, pemegang saham membentuk suatu dewan independen yang
diatur dalam Peraturan Ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 yaitu tentang
tanggung jawab dan aktivitas komite audit. Sebelumnya, Bursa Efek Jakarta
(BEJ) mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli 2001 yang mengatur tentang
pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit yang mewajibkan
8
bahwa komite audit akan meningkatkan proses pelaporan keuangan, ketika
terdiri dari anggota yang independen, mengerti tentang keuangan, memiliki
komitmen waktu untuk bertemu secara teratur. Suaryana (2005:155)
menyebutkan kualitas laba yang tinggi didapatkan pada perusahaan yang
memiliki komite audit dibanding perusahaan yang tidak memiliki komite
audit. Peran komite audit menjadi penting dalam pengawasan kegiatan
pelaporan keuangan dan kualitas laba yang dihasilkan perusahaan.
Komite audit yang efektif harus memiliki independensi dan
pengetahuan di bidang Akuntansi dan Audit. Dalam Keputusan Ketua
BAPEPAM No: KEP-29/PM/2004 dijelaskan bahwa komite audit terdiri dari
sekurang-kurangnya satu komisaris independen yang memiliki pengetahuan
tentang audit keuangan. Peran komite audit diukur dari seberapa efektif
mereka melakukan tugas mereka. Blue Ribbon Committee (BRC)
merekomendasikan komite audit yang efektif dapat dilihat dari efektivitas
komite audit (Bryan, 2004:2). Anderson et al. (2003:24) menemukan bahwa
informasi terkait earning meningkat dengan adanya pertemuan yang
dilaksanakan komite audit. Efektivitas komite audit dapat diukur dengan
proksi frekuensi pertemuan atau rapat yang diadakan komite audit dalam satu
tahun. Selain itu, Anderson et al., (2003:24) menemukan bahwa semakin kecil
anggota komite, maka kualitas laba akan semakin baik, dilihat dari tingkat
earning response coefficient (ERC) yang tinggi.
Fokus dunia audit (terutama audit internal) beberapa tahun ini telah
9
Semakin meningkatnya kompleksitas aktivitas dunia usaha, meningkat pula
risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga mempertegas pentingnya
manajemen risiko yang dapat diandalkan (Meizaroh dan Lucyanda, 2011:2).
Dalam tata kelola perusahaan, komite audit berperan penting dalam menilai
risiko yang akan dihadapi perusahaan. Risiko adalah segala ancaman
yang membatasi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Tuanakotta (2011:133) mengungkapkan beberapa macam bentuk risiko, yaitu:
1. Ancaman persaingan yang dapat memnghambat pertumbuhan perusahaan,
tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan, atau bahkan
menyebabkan kebangkrutan.
2. Ancaman fraud yang disebabkan oleh lemahnya lingkungan dan sistem
pengendalian internal. Manajemen tidak mengatasi kelemahan atau dengan
sengaja mengulur-ulur waktu membenahi sistem yang ada. Manajemen,
karyawan, dan pihak ketiga dapat memanfaatkan kelemahan tersebut untuk
melakukan fraud.
3. Ancaman bagi konsumen atau masyarakat akibat produk atau jasa yang
buruk.
4. Ancaman bencana alam yang dapat melumpuhkan produksi dan distribusi.
5. Kekeliruan membuat keputusan karena informasi yang tidak akurat atau
tidak cukup dan adanya ketidakpastian, misalnya politik dan
perundang-undangan.
Risiko yang dihadapi perusahaan harus dikelola dan dipantau dengan baik
10
yang telah direncanakan. COSO mengeluarkan Enterprise Risk Management
(ERM) Framework untuk membantu perusahaan memantau risiko yang akan
datang dalam perusahaan.
Enterprise Risk Management (ERM) merupakan suatu strategi yang
digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola semua risiko dalam perusahaan
(Meizaroh dan Lucyanda, 2011:2). Premis yang mendasari enterprise risk
management adalah setiap entitas ada untuk memberikan nilai bagi para
stakeholder (COSO, 2004:1). Eksternal auditor merupakan kunci
kesuksesan terlaksananya enterprise risk management secara efektif
(Meizaroh dan Lucyanda, 2011:4 ; Sarens dan De Beelde, 2006 dalam
Zwaan et al., 2009: 3).
IIA dalam Zwaan et al., (2009:3) menyatakan:
“Internal auditors should assist both management and the audit committee in their risk management responsibilities and oversight roles by examining, evaluating, reporting, and recommending improvements on the adequacy and
effectiveness of management’s risk processes.”
Perusahaan yang berhasil menciptakan ERM yang efektif memiliki
keuntungan jangka panjang yang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan
yang mengelola dan memantau risiko secara individual/parsial. Dengan
mengukur dan mengelola risiko secara konsisten dan sistematis, dan dengan
memberikan manajer informasi bisnis dan insentif untuk mengoptimalkan
tradeoff antara risiko dan return, perusahaan dapat memperkuat
kemampuannya untuk melaksanakan rencana strategis (Nocco et al., 2006:8).
Selain itu Desender (2007:5) dan Meizaroh dan Lucyanda (2011:7)
11
menurunkan volatilitas/ketidakstabilan harga saham, mengurangi biaya modal,
meningkatkan efisiensi, dan menciptakan sinergi antara aktivitas manajemen
risiko. ERM kualitas tinggi dapat mempengaruhi alokasi sumber daya melalui
persepsi pelaku pasar dari keandalan dan kelangsungan earning akuntansi
(Baxter, 2012:2). Baxter (2012:4) menemukan adanya pengaruh yang
signifikan antara ERM dengan earning response coefficient (ERC yang
menjadi proksi dari kualitas laba), menyiratkan bahwa pasar mendapatkan
nilai yang lebih besar dari unexpected earnings pada perusahaan tersebut.
Di Indonesia industri sektor properti dan konstruksi berkembang pesat.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat, menilai sektor properti merupakan
industri padat karya dan padat modal yang sangat potensial mendukung
perkembangan industri nasional. Kontribusi sektor industri sebesar 23,8
persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan didominasi oleh properti
(Mohamad, 2012). Perumahan dan kawasan-kawasan pergudangan sekarang
menjadi investasi yang menjanjikan dinilai oleh investor, diiringi
pertumbuhan ekonomi negara yang cukup stabil. Namun, terungkapnya kasus
Wallstreet membuat investor harus berhati-hati dalam berinvestasi dalam
perusahaan. Selain itu, penulis belum menemukan adanya penelitian yang
mengkaji tentang kualitas laba pada perusahaan properti dan konstruksi. Oleh
karena itu penulis akan menelusuri penelitian ini dalam sektor properti dan
konstruksi.
Belum banyaknya penelitian yang mengkaji tentang implementasi ERM
12
berhubungan dengan penurunan kualitas laba, serta peran serta komite audit
dalam menjaga nilai perusahaan, penulis ingin mengkaji ulang (replikasi)
penelitian ini dengan memperbarui periode penelitian tentang pengaruh dan
keterkaitan antara variabel peran komite audit dan implementasi enterprise
risk management terhadap kualitas laba. Dengan dasar tersebut maka
penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Implementasi Peran Komite Audit dan
Enterprise Risk Management terhadap Kualitas Laba. Study Empiris pada
Perusahaan Sektor Properti dan Konstruksi yang Terdaftar di BEI Periode
2009-2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah efektivitas komite audit secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas laba?
2. Apakah ukuran komite audit secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas laba?
3. Apakah enterprise risk management secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas laba?
4. Apakah efektivitas dan ukuran komite audit, serta enterprise risk
13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisis besarnya pengaruh efektivitas komite audit terhadap
kualitas laba
b. Menganalisis besarnya pengaruh ukuran komite audit terhadap kualitas
laba
c. Menganalisis besarnya pengaruh enterprise risk management terhadap
kualitas laba.
d. Menganalisis besarnya pengaruh efektivitas dan ukuran komite audit,
serta enterprise risk management terhadap kualitas laba secara
simultan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta
menambah pengetahuan akuntansi khususnya akuntansi dan
14
komite audit dan enterprise risk management terhadap kualitas
laba.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi serta perbaikan atas
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan dapat
mengembangkan topik ini lebih luas dan detail.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, mengenai treatment atas
risiko yang harus dihadapi perusahaan berdasarkan audit (Coso
based audit/enterprise risk management)
b. Kontribusi Praktis
1) Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan evaluasi dan perbaikan
yang dapat dilakukan perusahaan untuk terus menaikkan
pertumbuhan nilai perusahaan dan kualitas laba dengan moral dan
baik.
2) Investor, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan
investasi di perusahaan properti dan konstruksi dengan melihat
pada enterprise risk management dan pengelolaan good
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Teori Agensi
Jansen dan Meckling (1976:5) mendefinisikan hubungan agensi
(agency relationship) sebagai kontrak antara pemilik (principal) dan
manajemen (agent), dimana agent diberi wewenang lebih untuk
menjalankan operasional perusahaan dan mempertanggunjawabkan
sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Karena hal itu,
manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
pemilik (asymetri information). Baik pemilik maupun agen
diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata
mementingkan kepentingannya sendiri (Januarti, 2009:5). Bisa
diartikan bahwa baik pemilik maupun manajemen memiliki
keinginan untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari
perusahaan baik dari operasi maupun kebijakan atau keputusan yang
diambil dalam perusahaan.
Adanya rasionalisasi ekonomi ditambah dengan adanya
informasi asimetri membuat manajemen memiliki kecenderungan
untuk melakukan manajemen laba, baik dengan memanipulasi atau
16
menggambarkan keadaan perusahaan sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pengawasan baik
dari internal maupun eksternal auditor. Dibutuhkan pengendalian
yang baik agar perusahaan dapat terus berkembang dan melanjutkan
usahanya. Konsep Good Corporate Governance (GCG) dapat
menjadi pedoman yang baik dalam mengelola perusahaan, karena
GCG membutuhkan perhatian dari seluruh elemen perusahaan
(pemilik, manajemen, dan seluruh karyawan perusahaan).
2. Good Corporate Governance
Tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai hubungan antara
berbagai peserta dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan
(Monks dan Minow, 2004:1). Rejeb dan Frioui (2012:189)
menyatakan berbagai pendekatan difokuskan pada tiga bidang
utama:
a. Prinsip : Akuntabilitas, transparansi, tanggung jawab dan ekuitas
atau keadilan (Benham dan Dia, 2010; Murthy, 2006; OECD,
2004; Watson, 2003).
b. Misi dewan direksi : monitoring, bimbingan manajerial dan
strategis (Nicholson dan Kiel, 2004).
c. Prasyarat : Direksi keahlian dan kualifikasi (Davies, 1999;
17
Tata kelola perusahaan membutuhkan pengawasan dan
pengendalian yang baik dari setiap elemen yang ada di perusahaan
yang dapat membantu manajemen dalam mengembangkan
perusahaan dan membawa kepuasan terhadap stakeholder
(Rejeb dan Frioui , 2012:195).
3. Peran Komite Audit
SEC mengindikasikan bahwa komite audit memiliki peran
penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan melakukan
pengawasan kegiatan manajemen dan dan auditor dalam proses
pelaporan keuangan (SEC, 1999 dalam Bryan et al., 2004:1).
Perusahaan diwajibkan membentuk komite audit sesuai dengan
peraturan yang dikeluarkan oleh BEJ No: KEP-339/BEJ/2001 bagi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek. Pedoman
pelaksanaan kerja komite audit diatur dalam
Keputusan Ketua BAPEPAM No: Kep-29/PM/2004.
Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang
komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota
lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Selain itu
komite audit harus memiliki integritas tinggi, kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar
18
SEC menunjukkan bahwa komite audit memainkan peran
penting dalam sistem pelaporan keuangan dengan mengawasi dan
memantau partisipasi manajemen dan auditor independen dalam
proses pelaporan keuangan (SEC 1999 dalam Bryan et al., 2004:3).
Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No: Kep-29/PM/2004
dijelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab komite audit adalah
memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan
atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan
Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas Dewan Komisaris, antara lain meliputi:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan
informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal
d. Melaporkan kepada Komisaris berbagai risiko yang dihadapi
19
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten atau perusahaan
publik.
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Lebih lanjut Bryan et al. (2004:1) menyatakan bahwa tanggung
jawab komite audit adalah melakukan penunjukkan terhadap auditor
eksternal dan mengevaluasi laporan keuangan perusahaan,
berinteraksi dengan manajer keuangan internal dan auditor internal,
dan mereview pengendalian internal perusahaan. Komite audit
membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan
keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan (Anderson et al., 2003:1). Komite Audit berwenang untuk
mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset serta
sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugasnya, dan bekerja sama dengan
auditor internal dalam melakukan pengawasan
(Keputusan Ketua BAPEPAM No: Kep-29/PM/2004).
Klein (2006:6) menyebutkan bahwa area penyelidikan komite audit
mencakup penilaian manajemen, estimasi akuntansi, penyesuaian
audit, ketidaksepahaman manajemen dan auditor eksternal, dan
transaksi antara perusahaan dan karyawan. Komite audit juga
20
berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan dan untuk
menilai profil risiko kegiatan perusahaan dan pengendalian internal.
Komite Audit menyediakan komunikasi formal antara dewan,
manajemen, auditor eksternal dan auditor internal
(Bradbury et al., 2004:4 dan Klein, 2006:6). Komite audit juga
bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat
antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Dye, 1988; Atle dan Nalebuff, 1991 dalam Bradbury et al, 2004:5).
Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal,
dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan
eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal
yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan
kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan
(Anderson et al. 2003:6). Price Waterhouse (1980) dalam
Siallagan dan Machfoedz (2006:7) menyatakan bahwa investor,
analis dan regulator menganggap komite audit memberi kontribusi
dalam kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatkan integritas
dan kredibilitas melalui:
a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian
internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum.
21
Bryan et al. (2004:2) menekankan peran komite audit dalam
pengawasan pada kegiatan pelaporan keuangan, terutama dalam
penyusunan laba di perusahaan dengan melihat independensi dan
efektivitas komite audit. Selain itu Anderson et al. (2003:24)
menemukan bahwa ukuran komite audit berperan secara negatif
terhadap kualitas atas pelaporan laba yang dihasilkan.
a. Efektivitas Komite Audit
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
mewajibkan Komite Audit untuk mengadakan rapat tiga sampai
empat kali dalam satu tahun (Kristanti dan Syafrudin, 2012:3).
Efektivitas Komite Audit dalam melaksanakan peran
pengawasan atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian
internal memerlukan rapat rutin yang akan membantu Komite
Audit dalam memeriksa sistem pengendalian internal, dan dalam
hal menjaga informasi manajemen (McMullen dan
Raghunandan,1996 dalam Kristanti dan Syafrudin, 2012:3).
Klein (2006:6) menemukan bahwa frekuensi pertemuan/rapat
komite audit dapat membantu meningkatkan kualitas
informasi laba. Collier dan Gregory (1999) dalam
Kristanti dan Syafrudin (2012:3) mengungkapkan bahwa Komite
Audit yang menyelenggarakan frekuensi rapat yang lebih sering
22
keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan
informasi keuangan perusahaan.
Dengan melakukan rapat secara periodik, Komite Audit
dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen karena
aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus
menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat
cepat terdeteksi dan diselesaikan dengan baik oleh manajemen.
Sharma et al. (2009 dalam Barua et al., 2010:507) membuktikan
bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat
frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan
laporan keuangan yang kurang berkualitas.
Treadway Commission (National Commission on
Fraudulent Financial Reporting, 1987), Public Oversight Board
(1993), SEC Chairman Levitt (1998) dan the Blue Ribbon
Committee (BRC, 1999) menyarankan agar komite audit sering
melakukan pertemuan agar memungkinkan untuk komunikasi
yang lebih baik antara anggota komite audit dan auditor
(eksternal dan internal), dan memungkinkan komite audit
menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya
23
b. Ukuran Komite Audit
Komite audit beranggotakan minimal tiga orang (Keputusan
Ketua BAPEPAM No: Kep-29/PM/2004). Untuk membuat
Komite Audit yang efektif dalam pengendalian dan pemantauan
atas kegiatan pengelolaan perusahaan, komite harus memiliki
anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggungjawab
(Kristanti dan Syafrudin, 2012:2). Jumlah anggota Komite
Audit yang harus lebih dari satu orang ini dimaksudkan
agar Komite Audit dapat mengadakan rapat dan bertukar
pendapat satu sama lain. Hal ini dikarenakan masing-masing
anggota Komite Audit memiliki pengalaman tata kelola
perusahaan dan pengetahuan keuangan yang berbeda-beda
(Kristanti dan Syafrudin, 2012:2).
Anderson et al. (2003:24) menemukan bahwa ukuran komite
audit yang lebih kecil memiliki efektivitas yang lebih besar dan
dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut teori
ketergantungan sumber daya, efektivitas Komite Audit
meningkat ketika ukuran komite meningkat, karena komite
memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani
masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan
24
keberadaan Komite Audit yang efektif dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan.
Komite audit dan internal audit berperan untuk mengawasi
sistem pengendalian dan pengelolaan risiko perusahaan. Ini
dikarenakan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang
pembentukan dewan khusus untuk mengelola risiko dalam
perusahaan, kecuali untuk sektor perbankan yang diatur dalam
peraturan BI No. 8/4/PBI/2006. ERM menjadi sistem pengendalian
atas risiko yang masih menjadi bahan penelitian lebih lanjut
beberapa tahun ini. Dengan adanya komite audit yang turut
mengawasi dan turut mengelola risiko yang ada di perusahaan,
diharapkan dapat membuat informasi keuangan, terutama laba,
menjadi dapat diandalkan.
4. ERM (Enterprise Risk Management)
Agency theory mengusulkan serangkaian mekanisme untuk
menyatukan kepentingan pemegang saham dan manajer seperti
adanya pengawasan internal oleh dewan komisaris dan komite audit,
pengawasan dari pemegang saham mayoritas, adanya pengendalian
internal, serta pengawan eksternal auditor eksternal atas laporan
keuangan perusahaan (Meizaroh dan Lucyanda, 2011:3).
Pengendalian Internal menjadi subyek perhatian yang sering
25
(Boynton dan Johnson, 2006:389) mencantumkan beberapa faktor
yang penting mengapa dibutuhkan pengendalian internal, yaitu:
a. Ruang lingkup dan ukuran perusahaan menjadi begitu kompleks
dan luas, dan manajemen harus bergantung pada sejumlah
laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi perusahaan
secara efektif.
b. Pengecekan dan review dalam sistem pengendalian internal yang
baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan kesalahan atau penyimpangan terjadi.
c. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan atas
perusahaan tanpa adanya sistem pengendalian internal
perusahaan dengan adanya batasan biaya. Hal ini akan
menurunkan efisiensi dan efektivitas proses pengauditan.
COSO (Tunggal, 2013:3) mendefinisikan pengendalian internal
sebagai berikut:
Internal Control: a process, effected by an entitiy’s board of
directors, management, and other personel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:
a. Effectiveness and efficiency of operations. b. Reliability of financial reporting.
c. Compliance with applicable laws and regulation.
Pengendalian internal memiliki beberapa tujuan. COSO
(Tunggal, 2013:4; Boynton dan Jhonson, 2006:392) menyebutkan 3
26
a. Keandalan dan integritas informasi: komponen pengendalian
“informasi dan komunikasi” secara utuh menjelaskan dan
mencakup tujuan tersebut.
b. Ketaatan dengan kebijakan, rencana dan prosedur organisasi:
komponen pengendalian “aktivitas pengendalian” menunjukkan
bahwa penetapan dan ketaatan yang diperkuat terhadap
kebijakan dan prosedur perlu untuk mempertahankan organisasi
dalam jalur terhadap pencapaian tujuan.
c. Mengamankan harta, pemakaian sumber daya yang ekonomis
dan efisien (tujuan utama pengendalian internal), dan pencapaian
tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Dalam perspektif manajemen, sistem pengendalian internal
memberikan suatu cara memenuhi pekerjaan pengurusannya
(stewarship atau agency responsibilities), membantu manajemen
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya untuk pengambilan
keputusan. Standar pekerjaan lapangan audit yang kedua
menyatakan pemahaman yang memadai atas pengendalian internal
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
(Tunggal, 2013:28). Pemahaman pengendalian internal auditor
adalah faktor utama dalam menemukan strategi audit secara
27
COSO merumuskan sistem pengendalian internal yang berfokus
pada pelanggan dan berorientasi pada hasil yang disebut Enterprise
Risk Management (Tunggal, 2013:). Fokus audit sekarang berpindah
dari pengendalian menjadi manajemen risiko (Leech, 2011 dalam
Shortreed et al. 2011, :3). P Shortreed et al.(2011:3) menyebutkan
perubahan ini diperlukan sebagai respon dari internal audit:
a. Memainkan peran dalam mengelola risiko dan tidak hanya
menyediakan pandangan secara independen atas usaha
manajemen.
b. Untuk mendukung pengelolaan risiko dengan menyediakan
jaminan critical control.
c. Untuk mengembangkan teknik baru untuk mengawasi, mereview
dan mengomunikasikan, untuk meningkatkan efektivitas dari
manajemen risiko dan tata kelola perusahaan.
d. Bekerja sama dengan dengan kolega-kolega mereka untuk
melakukan training dan praktik dalam auditor internal untuk
menemukan inovasi-inovasi baru dalam bidang audit internal.
Audit internal menggunakan profil risiko sebagai dasar
kuat untuk melakukan perencanaan audit internal
(Shortreed et al., 2011:2). Enterprise risk management merupakan
suatu strategi yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengelola
28
COSO (2004) menyatakan ERM adalah proses, dipengaruhi oleh
dewan entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya, diterapkan
dalam pengaturan strategi di seluruh perusahaan, yang dirancang
untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi
entitas, dan mengelola risiko untuk memberikan jaminan mengenai
pencapaian tujuan entitas.
Penerapan ERM dapat meningkatkan kinerja perusahaan
(Barton et al. (2002); Lam (2001); dan Liebenberg (2003), dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7). ERM juga dapat menurunkan
volatilitas harga saham, mengurangi biaya modal, meningkatkan
efisiensi, dan menciptakan sinergi antara aktivitas manajemen risiko
(Miccolis dan Shah, 2000; Lam, 2001; Meulbroek, 2002 dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7). ERM merupakan sarana untuk
mempromosikan kinerja operasional perusahaan dan membantu
pembuatan keputusan strategis (Beasley, 2005 dalam
Meizaroh dan Lucyanda, 2011:7)
Keberadaan Chief Risk Officer, dewan direksi, komisaris
independen, tipe auditor, ukuran perusahaan, dan keberadaan risk
management committee ditemukan berpengaruh pada tingkat
pengungkapan ERM (Desender, 2007 dan Andarini dan Indira,
29
Risk management committee (RMC) adalah salah satu unsur
penting dalam pengelolaan manajemen risiko perusahaan yang
bertugas mempertimbangkan manajemen risiko, dan memastikan
bahwa perusahaan telah memenuhi hukum dan peraturan yang
berlaku (Subramaniam et al., 2009 dalam Meizaroh dan Lucyanda,
2011:10). Sektor finansial, seperti perbankan telah menerapkan
praktik ERM dalam perusahaan seperti yang diatur dalam peraturan
BI No.8/4/PBI/2006 tentang Good Corporate Governance.
Pada perusahaan RMC dapat tergabung dalam komite audit
atau terpisah dalam komite tersendiri yang fokus pada masalah
risiko sebagai bentuk partisipasi dari komite audit dalam
pengawasan (Tunggal, 2013:14). Beberapa perusahaan masih
mendelegasikan tugas pengawasan risiko pada komite auditnya
(Beasley, 2007; Bates and Leclerec, 2009 dalam Meizaroh dan
Lucyanda, 2007:10). Mengetahui dan memahami risiko baik internal
maupun eksternal yang berpotensi dapat mempengaruhi organisasi,
dan memastikan bahwa risiko ini dikelola ke tingkat optimal, harus
menjadi prioritas utama bagi pengurus dan anggota komite audit.
Berdasarkan ERM Framework yang dikeluarkan COSO,
terdapat 108 item pengungkapan ERM yang mencakup delapan
dimensi. Dimensi ini menjadi komponen penting dalam ERM yaitu
30
identifikasi kejadian, penilaian risiko, respon atas risiko, kegiatan
pengawasan, informasi dan komunikasi, dan pemantauan
(Desender, 2007, dalam Meizaroh dan Lucyanda, 2007:13).
ERM framework dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Executive Summary COSO 2004
Gambar 2.1. COSO ERM- Integrated Framework
Manajemen menetapkan tujuan strategis, memilih strategi, dan
menetapkan tujuan bertingkat perusahaan dalam empat kategori:
a. Strategis - tujuan harus selaras dan mendukung misi perusahaan.
b. Operasi - penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.
c. Pelaporan - keandalan pelaporan.
d. Kepatuhan - kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
31
Delapan komponen dari Enterprise Risk Management meliputi:
a. Lingkungan internal
Manajemen menetapkan filosofi risiko dan menetapkan budaya
risiko entitas dan risk appetite.
b. Tujuan Pengaturan
Manajemen mempertimbangkan risiko dalam penetapan tujuan.
c. Identifikasi peristiwa
Manajemen mengidentifikasi peristiwa, baik internal maupun
eksternal terdapat risiko dan peluang.
d. Penilaian Risiko
Kemungkinan dan dampak risiko yang dinilai untuk
mengklarifikasi sejauh mana mereka mungkin berdampak
terhadap tujuan perusahaan. Ini menggunakan kombinasi
metodologi kualitatif dan kuantitatif untuk membentuk dasar
bagi pengelolaan risiko tersebut.
e. Respon Risiko
Manajemen membuat keputusan mengenai apakah risiko harus
dihindari, diterima, dikurangi, atau dibagi, dan kemudian
mengembangkan satu set actions untuk menyelaraskan risiko
32
f. Kegiatan Pengendalian
Kebijakan yang dibentuk untuk memastikan respon risiko
manajemen yang yang dilaksanakan secara efektif.
g. Informasi dan Komunikasi
Komunikasi yang menyeluruh dan tepat waktu untuk
memastikan peran dan tanggung jawab dapat dilakukan secara
efektif dalam proses identifikasi, penilaian, dan tanggapan
terhadap risiko.
h. Pemantauan
Pengawasan atas kegiatan ERM yang digunakan sebagai bahan
evaluasi agar dapat berjalan sesuai yang direncanakan.
The Conference Board bersama dengan McKinsey & Company
dan KPMG Audit Komite Institute membuat enam rekomendasi
utama untuk pengawasan yang efektif dari ERM.
a. ERM yang ditugaskan ke komite audit, komite risiko, atau
dewan, bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas
manajemen risiko yang harus terklarifikasi, terstruktur, dan
tercermin dalam piagam (charter).
b. Dewan harus dipersiapkan dengan baik untuk mengasumsikan
peran pengawasannya dengan melakukan pelatihan manajemen
risiko, berpartisipasi dalam diskusi yang relevan, dan
33
c. Proses ERM harus mencakup pengawasan yang tepat dalam
menilai risiko perusahaan, pengendalian untuk mengurangi
risiko, dan monitoring risiko.
d. Sebuah kerangka kerja pelaporan yang terintegrasi harus terdiri
dari laporan unit bisnis secara keseluruhan (agregat) untuk
laporan tingkat risiko perusahaan.
e. Sebuah proses harus berjalan untuk menilai dan memantau
kinerja manajemen risiko, termasuk isu-isu seperti efektivitas
komite dan piagam, tingkat pemahaman dewan kebijakan risiko,
dan tingkat produktivitas komunikasi manajemen dan dewan.
f. Harus ada interaksi langsung dari dewan dengan manajer
berkenaan dengan risiko organisasi utama.
Komite audit dan auditor internal saling bergantung. Auditor
internal memberikan pendapat obyektif, informasi, dukungan, dan
pengetahuan tentang perusahaan kepada komite audit, dan komite
audit memberikan validasi dan pengawasan terhadap auditor
internal. Para auditor internal secara berkala harus melaporkan keada
komite audit risiko yang signifikan dan masalah pengendalian, isu
tata kelola perusahaan, dan informasi lainnya yang diminta oleh
komite audit. Audit internal membantu manajemen dan komite audit
dalam manajemen risiko dan peran pengawasan dengan memeriksa,
34
kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko
(Zwaan et al, 2009:3).
ERM kualitas tinggi dapat mempengaruhi alokasi sumber daya
melalui persepsi pelaku pasar dari keandalan laba akuntansi
(Baxter, 2012:2). Nocco dan Stutz (2006:8) menyatakan bahwa
ERM dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam level mikro dan
makro.
ERM menciptakan nilai dengan memungkinkan manajemen
senior untuk mengukur dan mengelola risiko. ERM membantu
perusahaan mempertahankan akses ke pasar modal dan sumber daya
lain yang diperlukan untuk menerapkan strategi dan rencana bisnis.
Pada tingkat mikro, ERM menjadi way of living untuk manajer dan
karyawan di semua tingkat perusahaan (Nocco dan Stutz, 2006:10).
Nilai perusahaan yang baik akan berdampak pada naiknya harga
saham perusahaan, berkurangnya ketidakstabilan harga
(Woon et al., 2011:5), dan berkaitan langsung dengan ERC secara
signifikan, yang menyiratkan bahwa pasar menempatkan nilai yang
lebih besar pada pendapatan tak terduga (unexpected earnings) dari
perusahaan tersebut (Baxter et al., 2012:4).
Baxter et al. ( 2012:3) menambahkan bahwa kualitas ERM yang
tinggi berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik (audit
35
pengurangan audit yang berkaitan dengan risiko (pengendalian
internal yang efektif).
5. Kualitas Laba
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
perusahaan (Puteri dan Rohman, 2012:1). Bagi pemilik saham, laba
merupakan peningkatan nilai ekonomis yang akan diterima melaui
dividen dan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja operasional perusahaan (Boediono, 2005:2). Laba merupakan
indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional
perusahaan (Siagallan dan Mahfoedz, 2006:2). Laba digunakan
untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earning
power, dan memprediksi laba di masa depan.
Setidaknya ada tiga set yang berbeda dari keputusan yang
mempengaruhi kualitas laba:
a. Keputusan yang dibuat oleh pembuat standar
b. Pilihan yang dibuat oleh manajemen tentang metode akuntansi
yang harus dipilih dari satu set alternatif yang bisa diterima
c. Penilaian dan estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam
rangka mengimplementasikan alternatif yang dipilih.
Perbedaan metode dan kebijakan perusahaan ini dapat
menghasilkan tingkat laba yang berbeda-beda, yang akan
36
laporan keuangan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat
kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor
dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang
(Siallagan dan Machfoedz, 2006:3).
Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon yang
bervariasi yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap
informasi laba (Cho dan Jung, 1991 dalam Boediono, 2005:2).
Reaksi yang diberikan tergantung kepada kualitas laba yang
dihasilkan perusahaan. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba
yang tercermin dalam earning response coefficient menunjukan laba
yang dilaporkan berkualitas (Boediono, 2005:2). Maka kualitas laba
dapat diukur dengan ERC perusahaan. Respon investor terhadap
unexpected earning tergantung dari kredibilitas laporan laba.
6. Variabel Kontrol
Variabel kontrol atau pelengkap termasuk dalam variabel
ekstrani yang dapat mempengaruhi hubungan kausal. Guna variabel
kontrol yaitu untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausal
supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lebih
lengkap dan baik. Variabel kontrol ini bukan variabel utama yang
akan diteliti tetapi memiliki efek pengaruh terhadap hasil pengujian
37
varibel kontrol Leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel
kontrol.
a. Leverage
Leverage digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang
bagaimana perusahaan mendanai aktivanya. Leverage
memberikan ukuran atas dana yang disediakan pemilik
dibandingkan dengan keuangan yang diberikan kreditor
(Kamaludin dan Indriani, 2012:42). DeFond dan Jiambalvo
(1994 dalam Nahandi et al., 2012:3119) melaporkan bahwa
perusahaan yang memiliki leverage yang besar cenderung
melakukan managemen laba atau meningkatkan pendapatan
melalui akutansi akrual untuk menghindari pelanggaran atas
perjanjian utang. Meningkatnya diskresionary accrual yag
dilakukan manajemen mengindikasikan kualitas laba yang
dilaporkan rendah sesuai dengan model Jones yang mengukur
kualitas laba menggunakan proksi diskresionary accrual.
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga.
Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih
banyak dibandingkan perusahaan kecil. Jadi, semakin informatif
harga saham maka semakin kecil pula muatan informasi
38
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh Efektivitas Komite Audit (X1), Ukuran Komite Audit(X2), dan Implementasi ERM (X3) terhadap Kualitas Laba (Y)
No
Peneliti, judul, tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2 X3 Y
1. Kristen L. Anderson, Daniel N. Deli, and Stuart L. Gillan. Board of
Directors, Audit Committees, and the Information Content of Earnings (2003)
o Periode 2001, dan tahun fiskal 2000-2001 dengan sample 1241
perusahaan.
o Variabel lain: dualitas CEO.
o Semakin kecil audit komite, maka kualitas labanya semakin kecil
o ERC meningkat saat dewan di dalam perusahaan menjadi lebih independen dan aktif.
o Semakin sedikit rapat yang dilakukan komite audit, semakin kecil kualitas pelaporan labanya.
o Komite Audit yang independen dan sering mengadakan pertemuan meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan
√ √
39 Tabel 2.1. (Lanjutan)
No
Peneliti, judul, tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2 X3 Y
o Kualitas laba menurun mengikuti ukuran komite audit (model Jones)
o Efektivitas komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba o Variabel lain: kinerja
akuntan, penilaian pasar, krisis keuangan global
o Menggunakan kualitas ERM yang tinggi berhubungan dengan kompleksitas yang lebih baik, sumber kendala yang berkurang, dan corporate governance yang lebih baik o Meningkatnya kualitas ERM berhubungan
dengan berubahnya kinerja akuntansi dan respon kuat atas laba kejutan.
o Tidak ada hubungan antara kualitas ERM dengan kinerja pasar.
√ √
40 Tabel 2.1. (Lanjutan)
No Peneliti, judul,
tahun Metode Penelitian Hasil
Variabel
o Kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
o IOS berpengaruh negatif terhadap kualitas laba dan secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan
o Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
o Komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
o Kepemilikan institusional secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan
o Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
o Variabel kontrol yaitu ukuran kap, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan
√ √