• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Regresi binary logistik adalah regresi yang digunakan untuk

melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel Y

(respons) bertipe kategorial dua pilihan (Trihendradi, 2007). Dalam

penelitian ini variabel dependen (respons) Y bertipe kategorik/dua pilihan

yaitu: perusahaan-perusahaan yang melakukan publikasi sustainability

report (SR) dengan nilai=1 dan perusahaan-perusahaan yang tidak

melakukan publikasi sustainability report (SR) dengan nilai=0.

67 Tabel 4.4

Identifikasi Data

Sumber: output SPSS

Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 210 atau

N=210. Untuk melihat kelengkapan data yang diproses dalam penelitiann

ini dan tidak adanya missing case ditunjukkan pada tabel Case Processing

Summary:

Tabel 4.5 Data yang Diproses S u m b e r : Sumber: Output SPSS Original

Value Internal Value

0 0

1 1

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 210 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 210 100.0

Unselected Cases 0 .0

68

Karena variabel dependen bersifat dummy (melakukan publikasi SR

dan tidak melakukan publikasi SR) maka pengujian terhadap hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam

pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan

sebagai berikut (Ghozali, 2012):

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Menilai keseluruhan model (overall model fit) dengan

menggunakan Log Likehood value (nilai –2LL), yaitu dengan cara membandingkan antara nilai -2LL pada awal (block number = 0),

model ini hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2LL. Pada

bagian selanjutnya yaitu Block Number = 1, model memasukkan

konstanta dan variabel independent. Kesimpulannya bila nilai -2LL

Block Number = 0 > dari pada nilai Block Number = 1, maka

menunjukkan model regresi yang baik. Nilai -2LL awal adalah sebesar

290,645. Setelah dimasukkan kesepuluh variabel independen, maka

nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 142,402.Log likehood

pada regresi logistik, mirip dengan pengertian “Sum of Square Error”

pada model regresi, hal ini mengindikasikan penurunan nilai log

likehood menunjukkan model yang semakin baik atau dengan kata

69 Tabel 4.6

Menilai Keseluruhan Model

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant ROA NPM CR DER TYPE IT LNTA JRKA JRDD GC

Step 1 1 175.893 -16.045 4.041 0.532 -0.006 -0.001 -0.080 0.000 0.512 0.051 0.004 0.474 2 152.372 -24.396 6.806 0.955 -0.047 -0.002 -0.125 -0.001 0.773 0.115 0.004 0.468 3 144.197 -29.354 8.631 1.922 -0.104 -0.003 -0.139 -0.002 0.919 0.194 0.003 0.366 4 142.477 -31.671 9.242 3.066 -0.134 -0.004 -0.120 -0.003 0.980 0.249 0.004 0.320 5 142.408 -32.240 9.402 3.312 -0.139 -0.005 -0.112 -0.003 0.995 0.260 0.005 0.327 6 142.404 -32.265 9.405 3.320 -0.139 -0.005 -0.112 -0.003 0.996 0.261 0.005 0.328 7 142.403 -32.267 9.403 3.320 -0.139 -0.006 -0.112 -0.003 0.996 0.261 0.005 0.328 8 142.402 -32.268 9.402 3.319 -0.139 -0.006 -0.112 -0.003 0.996 0.261 0.005 0.328 9 142.402 -32.268 9.401 3.319 -0.139 -0.006 -0.112 -0.003 0.996 0.261 0.005 0.328 Sumber: output SPSS

70

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik

ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R

Square adalah sebesar 0,676 yang berarti variabilitas variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah

sebesar 67,6%, sedangkan sisanya sebesar 32,4% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian.

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Sumber: output SPSS

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai

Chi-Square sebesar 6,492 dengan signifikansi (p) sebesar 0,592.

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa signifikasi di atas 0,05 yang

berarti keputusan yang diambil adalah menerima Ho: tidak ada

perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang

diamati. Maka model regresi ini bisa digunakan untu analisis

selanjutnya atau dengan kata lain mampu memprediksi nilai

observasinya. Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 142.402a 0.506 0.676

71 Tabel 4.8

Menguji Kelayakan Model Regresi

Chi-square Df Sig.

6.492 8 0.592

Sumber: output SPSS

d. Hasil Uji Multikoliniaritas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya

gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini

menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat

besarnya korelasi antarvariabel independen.

Menurut Ghozali (2012), panduan suatu model regresi bebas

multikolinieritas dapat dilihat dari koefisien korelasi antarvariabel

bebas harus lemah (di bawah 0,5). Hasil Tabel 4.7 menunjukkan nilai

koefisien korelasi di bawah 0,5, maka tidak ada gejala

72 Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinieritas

Constant ROA NPM CR DER TYPE IT LNTA JRKA JRDD GC

Constant 1.000 -0.155 -0.055 -0.042 0.021 0.294 0.218 -0.990 -0.330 0.106 0.121 ROA -0.155 1.000 -0.316 -0.304 0.038 -0.021 -0.049 0.114 0.152 0.059 -0.070 NPM -0.055 -0.316 1.000 0.044 0.020 -0.006 -0.192 0.010 0.176 0.128 -0.057 CR -0.042 -0.304 0.044 1.000 0.044 0.016 0.072 0.032 -0.287 0.180 -0.139 DER 0.021 0.038 0.020 0.044 1.000 0.037 -0.007 -0.033 -0.021 -0.015 -0.003 TYPE 0.294 -0.021 -0.006 0.016 0.037 1.000 -0.139 -0.372 -0.022 0.300 0.091 IT 0.218 -0.049 -0.192 0.072 -0.007 -0.139 1.000 -0.170 -0.417 -0.146 -0.067 LNTA -0.990 0.114 0.010 0.032 -0.033 -0.372 -0.170 1.000 0.256 -0.181 -0.111 JRKA -0.330 0.152 0.176 -0.287 -0.021 -0.022 -0.417 0.256 1.000 -0.105 -0.053 JRDD 0.106 0.059 0.128 0.180 -0.015 0.300 -0.146 -0.181 -0.105 1.000 -0.273 GC 0.121 -0.070 -0.057 -0.139 -0.003 0.091 -0.067 -0.111 -0.053 -0.273 1.000 Sumber: output SPSS

73

e. Hasil Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan

publikasi sustainability report (SR).

Tabel 4.10 Matriks Klasifikasi Observed Predicted SR Percentage Correct 0 1 SR 0 94 16 85.5 1 19 81 81.0 Overall Percentage 83.3 Sumber: output SPSS

Menurut prediksi, perusahaan yang melakukan publikasi SR

adalah 100 perusahaan, sedangkan hasil observasi menunjukkan hanya

81 perusahaan. Jadi, ketepatan klasifikasi yang diamati untuk

perusahaan yang melakukan publikasi SR sebesar 81,0% (81/100),

sedangkan prediksi untuk perusahaan yang tidak melakukan publikasi

SR adalah 110 perusahaan dan hasil observasinya hanya 94, maka

ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang

tidak melakukan publikasi SR sebesar 85,5% (94/110), secara

74

f. Hasil Uij Regresi Logistik

Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Keterangan

ROA 9.401 3.289 8.169 1 0.004 12105.058 Signifikan

NPM 3.319 2.255 2.166 1 0.141 27.644 Tidak Signifikan

CR -0.139 0.112 1.538 1 0.215 0.870 Tidak Signifikan

DER -0.006 0.029 0.044 1 0.835 0.994 Tidak Signifikan

TYPE -0.112 0.517 0.047 1 0.828 0.894 Tidak Signifikan

IT -0.003 0.001 4.816 1 0.028 0.997 Signifikan LNTA 0.996 0.191 27.149 1 0.000 2.707 Signifikan JRKA 0.261 0.061 18.491 1 0.000 1.298 Signifikan JRDD 0.005 0.015 0.123 1 0.726 1.005 Tidak Signifikan GC 0.328 0.656 0.250 1 0.617 1.389 Tidak Signifikan Constant -32.268 5.625 32.911 1 0.000 0.000 - Sumber: output SPSS

Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model

berikut ini:

LOGIT (KODE) = -32,268 + 9,401 ROA + 3,319 NPM – 0,139

CURRENT – 0,006 DER – 0,112 TYPE – 0,003 IT + 0,996 LNTA + 0,261 JRKA + 0,005 JRDD

75

Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression)

sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi

hasil disajikan dalam sepuluh bagian. Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Publikasi Sustainability Report

(SR)

a. Diproksikan dengan Return of Asset (ROA)

Variabel ROA menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

9,401 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,004, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-1 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa return of asset (ROA) berpengaruh terhadap

sustainability report (SR). Penelitian ini mendukung hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggraini (2006),

Suryono dan Prastiwi (2011), Sari (2012), serta Puspitaningrum

dan Prastiwi (2013).

Menurut Belkoui dan Karpik (1989)dalam Sari (2012),

hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial

perusaaan paling baik diekspresikan dengan profitabilitas. Hal itu

disebabkan karena pandangan bahwa tanggapan sosial yang

diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta

untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Selain itu

76

pengelolaan manajemen perusahaan. Seperti dikatakan

Puspitaningrum (2013) bahwa perusahaan yang memiliki

profitabilitas yang tinggi akan cenderung menyebarkan

goodnews. Oleh sebab itu, tingginya ROA suatu perusahaan,

mencerminkan sumber daya keuangan yang lebih besar sehingga

mereka akan menyajikan pengungkapan lain selain yang

diwajibkan kepada pemangku kepentingan, yaitu dengan

menyajikan sustainability report.

b. Diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM)

Variabel NPM menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

3,319 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,141, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini

tidak berhasil membuktikan bahwa net rofit margin (NPM)

berpengaruh terhadap sustainability report (SR). Penelitian ini

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Almilia dan Retrinasari (2007).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Singhvi dan Desai (1971) bahwa profit margin

yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan

informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan

investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi

77

kemungkinan disebabkan karena data net profit margin (NPM)

memiliki standar deviasi yang lebih tinggi dibanding meannya.

Hal itu menunjukkan bahwa varians data untuk net profit margin

itu tinggi sehingga hasilnya tidak berpengaruh terhadap variabel

terikat. Tidak didukungnya hipotesis yang diuji karena tingkat

NPM yang tinggi akan memberikan kebebasan dan fleksibilitas

kepada manajemen untuk mengungkapkan atau tidak

mengungkapkan suatu informasi. Argumen lain terkait penolakan

hipotesis ini adalah kelemahan net profit margin sebagai alat

pengukur kinerja.

2)Pengaruh Likuiditas (CR) Terhadap Publikasi Sustainability Report

(SR)

Variabel current ratio (CR) menunjukkan koefisien regresi

negatif sebesar –0,139 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,215, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa

likuiditas berpengaruh terhadap sustainability report (SR).

Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2007), Suryono dan

Prastiwi (2011), serta Kamil dan Herusetya (2012).

Menurut penelitian Sutomo (2004) dalam Kamil dan

78

adalah karena kurangnya perhatian dari stakeholder yang

berkepentingan terhadap informasi keuangan, kurang

memperhatikan kualitas likuiditas entitas maka pada akhirnya

tidak banyak mempengaruhi luas pengungkapan CSR. Alasan lain

yang mungkin timbul adalah sustainability report hanya laporan

tambahan untuk memberntuk image perusahaan sehingga

likuiditas belum menjadi faktor yang dipertimbangkan.

3) Pengaruh Leverage (DER) Terhadap Publikasi Sustainability

Report (SR)

Variabel debt to equity ratio (DER) menunjukkan koefisien

regresi negatif sebesar -0,006 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,835, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-4 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan

bahwaleverage berpengaruh terhadap sustainability report (SR).

Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Anggraini (2006), Almilia dan Retrinasari (2007),

Suryono dan Prastiwi (2011), serta Sari (2012).

Kokobu et.al,. (2001) dalam Sari (2012:137) menyatakan

dalam penelitiannya di Jepang, perusahaan Jepang secara

tradisional mempunyai hubungan yang baik dengan bank,

walaupun mempunyai suatu derajat ketergantungan yang tinggi

79

memiliki utang dengan debtholders diperkirakan menjadi

penyebab tidak adanya pengaruh leverage terhadap CSR

disclosure.

Hal ini bisa juga disebabkan karena perusahaan memiliki

kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi terhadap ekonomi,

lingkungan, dan sosial sehingga tigkat leverage menjadi tidak

mempengaruhi dibuatnya sustainability report meskipun

hutangnya besar (Sari, 2012:137).

4) Pengaruh Tipe Indutri (TYPE) Terhadap Publikasi Sustainability

Report (SR)

Variabel TYPE menunjukkan koefisien regresi negatif

sebesar -0,112 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,828, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-5 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa tipe industri berpengaruh

terhadap sustainability report (SR). Penelitian ini mendukung

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari dan

Chariri (2007).

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

Pasal 74 Ayat 1, yang mengatur tentang kesadaran akan perlunya

menjaga lingkungan, menyatakan bahwa “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

80

sosial dan lingkungan”. Hal ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan tersebut high-profile maupun low-profile, mereka

akan tetap membuat sustainability report yang didasarkan atas

peraturan di atas dan juga kesadaran manajemen, walaupun baru

sebagian perusahaan saja yang menerapkan. Selain itu, setiap

perusahaan pasti ingin memberi image yang baik di kalangan

masyarakat, salah satunya dengan mempublikasikan SR (Lestari

dan Chariri, 2007:17).

5) Pengaruh Analisis Aktivitas Perusahaan (IT) Terhadap Publikasi

Sustainability Report (SR)

Variabel inventory turnover (IT) menunjukkan koefisien

regresi negatif sebesar -0,003 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,028, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-6 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa aktivitas perusahaan

berpengaruh terhadap sustainability report (SR).

Penelitian ini bertentangan dengan Suryono dan Prastiwi

(2011:24) yang menyatakan bahwa aktivitas perusahaan tidak

berpengaruh terhadap sustainaility report. Tingginya rasio IT

mencerminkan bahwa perusahaan mampu mengelola asetnya

dengan baik sehingga memiliki kondisi keuangan yang stabil. Hal

81 report. Tujuannya adalah meyakinkan investor dan stakeholder

lainnya demi kelangsungan hidup perusahaan.

6) Pengaruh Ukuran Perusahaan (LNTA) Terhadap Publikasi

Sustainability Report (SR)

Variabel LNTA menunjukkan koefisien regresi positif

sebesar 0,996 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-7 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap sustainability report (SR). Penelitian ini mendukung

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan olehAlmilia dan

Retrinasari (2007), Dilling (2009), Suryono dan Prastiwi (2011),

serta Sari (2012).

Berdasarkan teori oleh Meek, Roberts dan Gray (1995, dalam

Almilia dan Retrinasari, 2007:13) bahwa perusahaan besar

mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli,

serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga

perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan

pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Sebaliknya,

bagi perusahaan kecil, tidak terlalu penting untuk membuat

sustainability report karena butuh biaya yang lebih besar.

Shingvi dan Desai (1971, dalam Almilia dan Retrinasari,

82

berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan

yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya

kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam

persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan

pengungkapan selengkap perusahaan besar.

7) Pengaruh Komite Audit (JRKA) Terhadap Publikasi Sustainability

Report (SR)

Variabel JRKA menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

0,261 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-8 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh

terhadap sustainability report (SR). Penelitian ini mendukung

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryono dan

Prastiwi (2011).

Menurut Collier (1993) dalam Suryono dan Prastiwi

(2011:24) keberadaan komite audit membantu menjamin

pengungkapan dan sistem pengendalian agar dapat berjalan

dengan baik. Semakin berkualitas komite audit, mereka akan

memahami makna pengungkapan informasi. Oleh karena itu,

melalui jumlah pertemuan, komite audit semakin mampu

mendorong manajemen untuk mengungkapkan sustainability

83

8) Pengaruh Dewan Direksi (JRDD) Terhadap Publikasi

Sustainability Report (SR)

Variabel JRDD menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

0,005 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,726, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-9 tidak berhasil didukung. Penelitian ini

tidak berhasil membuktikan bahwa jumlah rapat dewan direksi

berpengaruh terhadap sustainability report (SR). Penelitian ini

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Dilling (2009) serta Suryono dan Prastiwi (2011).

Direksi bertanggung jawab secara penuh dalam mengelola

perusahaan. Semakin tinggi frekuensi rapat antara anggota, maka

semakin sering komunikasi sehingga memudahkan terwujudnya

good corporate governance (GCG) dan terbukanya informasi.

Hidayah (2008:62) mengemukakan tidak didukungnya hipotesis

ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kesadaran emiten

dalam menerapkan GCG. Mereka menerapkan bukan karena

kebutuhan, tetapi hanya sekedar mematuhi peraturan. Dengan

demikian, frekuensi rapat antara anggota dewan direksi tidak

mencerminkan adanya komunikasi yang baik dalam hal

84

9) Pengaruh Governance Committee (GC) Terhadap Publikasi

Sustainability Report (SR)

Variabel GC menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

0,328 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,617, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-10 tidak berhasil didukung. Penelitian ini

tidak berhasil membuktikan bahwa pembentukan governance

committee berpengaruh terhadap sustainability report (SR).

Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi (2011).

Pembentukan GC yang dilakukan sejumlah perusahaan

diharapkan dapat memberi inisiatif untuk melakukan

pengungkapan sosial dan lingkungan yang lebih, untuk

mewujudkan prinsip transparancy dari GCG. Namun,

berdasarkan uji hipotesis hal ini belum bisa dibuktikan

dikarenakan mungkin masih minimnya jumlah perusahaan yang

membentuk GC di Indonesia (Suryono dan Prastiwi, 2011:25).

Dikatakan minim karena hanya 10 perusahaan yang membentuk

GC dari 42 perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

85 Tabel 4.12

Ringkasan Hasil Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Sustainability Report ROA (+)  NPM (+)  CR (-)  DER (-)  TYPE (-)  IT (-)  LNTA (+)  JRKA (+)  JRDD (+)  GC (+)  Keterangan:

 : variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima.

 : variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.

86 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh karakteristik perusahaan yang

meliputi profitabilitas, likuiditas, leverage, tipe industri, aktivitas perusahaan,

serta ukuran perusahaan; dan corporate governance yang meliputi komite

audit, dewan direksi, dan governance committee terhadap publikasi

sustainability report (SR). Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian

sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut:

1. Hasilnya menunjukkan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan

ROA berpengaruh terhadap publikasi sustainability report (SR),

sedangkan yang diproksikan dengan NPM tidak berpengaruh terhadap

publikasi sustainability report (SR). Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Anggraini (2006), Almilia dan Retrinasari (2007), Suryono

dan Prastiwi (2011), Sari (2012), serta Puspitaningrum dan Prastiwi

(2013). Tingkat profitabiilitas menunjukkan seberapa baik pengelolaan

manajemen perusahaan. ROA yang tinggi mencerminkan sumber daya

keuangan yang lebih besar sehingga berpengaruh pada perusahaan untuk

menyajikan pengungkapan lainnya seperti SR. Sementara, NPM yang

tinggi memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk

mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi sehingga

87

2. Hasilnya menunjukkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current

ratio tidak berpengaruh terhadap publikasi sustainability report. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian Almilia dan Retrinasari (2007),

Suryono dan Prastiwi (2011), serta Kamil dan Herusetya (2012). Alasan

yang mendasarinya menurut Sutomo (2004) dalam Kamil dan Herusetya

(2012) adalah karena kurangnya perhatian dari stakeholder yang

berkepentingan terhadap informasi keuangan, kurang memperhatikan

kualitas likuiditas entitas sehingga tidak banyak mempengaruhi luas

pengungkapan CSR.

3. Hasilnya menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan dengan debt to

equity ratio tidak berpengaruh terhadap publikasi sustainability report.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Anggraini (2006),

Almilia dan Retrinasari (2007), Suryono dan Prastiwi (2011), serta Sari

(2012). Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan yang baik antara

perusahaan dan debtholders. Selain itu, kepedulian dan tanggung jawab

perusahaan yang tinggi terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan.

4. Hasilnya menunjukkan bahwa tipe industri tidak berpengaruh terhadap

publikasi sustainability report. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Lestari dan Chairiri (2007). Alasan yang mendasarinya adalah

adanya UU PT yang mengatur kewajiban bagi seluruh perusahaan untuk

melaksanakan tanggung sosial dan lingkungan.

5. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap

88

dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi (2011). Rasio aktivitas yang tinggi

mencerminkan perusahaan mengelola aset dengan baik sehingga kondisi

keuangannya stabil. Hal inilah yang mendorong manajemen untuk

membuat SR.

6. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

publikasi sustainability report. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Almilia dan Retrinasari (2007), Dilling (2009), Suryono dan

Prastiwi (2011), serta Sari (2012). Hal ini dikarenakan perusahaan besar

memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan lebih luas, sedangkan

perusahaan kecil umumnya tidak membuat SR terkait posisinya yang

berbahaya dalam persaingan jika mengungkapkan terlalu banyak

informasi.

7. Hasilnya menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap

publikasi sustainability report. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Suryono dan Prastiwi (2011). Banyaknya jumlah rapat komite

audit mencerminkan bahwa manajemen telah mampu memahami

pentingnya pengungkapan informasi seperti SR.

8. Hasilnya menunjukkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap

publikasi sustainability report. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Suryono dan Prastiwi (2011). Hal ini ditegaskan oleh Hidayah

(2008) yang menyatakan terdapat rendahnya kesadaran emiten dalam

menerapkan GCG sehingga frekuensi rapat tidak mencerminkan

89

9. Hasilnya menunjukkan bahwa governance committee tidak berpengaruh

terhadap publikasi sustainability report. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Suryono dan Prastiwi (2011). Masih minimnya jumlah

perusahaan yang membentuk governance committee menjadi penyebab

utama sehingga kurang ada komite yang dapat memberi inisiatif untuk

membuat SR.

Dapat disimpulkan, dalam penelitian ini dari tujuh proksi karakteristik

perusahaan yang digunakan, hanya tiga yang hasilnya berpengaruh. Selain

itu, dari tiga variabel corporate governance, hanya satu saja yang hasilnya

berpengaruh, yaitu komite audit. Atau dengan kata lain, secara simultan

karakteristik perusahaan dan corporate governance tidak berpengaruh

terhadap publikasi sustainability report. Hal ini disebabkan karena adanya

regulasi seperti UU No.40 tentang Perseroan Terbatas (PT) menciptakan

iklim penerapan sustainability report bagi seluruh perusahaan publik secara

mandatory, tidak lagi bersifat voluntary (Kamil dan Herusetya, 2012:12).

B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan ilmu pemeriksaan akuntansi yang khususnya membahas

mengenai publikasi sustainability report. Serta diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat

90

ini faktor yang mempengaruhinya adalah ROA, aktivitas perusahaan, ukuran

perusahaan, dan komite audit.

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan di bawah ini sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam

mempertimbangkan pembuatan sustainability report, karena saat ini

sustainability report sudah menjadi kebutuhan yang akan berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan masyarakat di masa yang

akan datang.

b.Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

investor untuk mempertimbangkan keputusan pengambilan investasi

sehingga tidak lagi hanya menjadikan laba sebagai satu-satunya indikator

untuk menilai prospek usaha, melainkan juga kepedulian perusahaan

pada masyarakat dan alam.

c.Bagi pemerintah selaku regulator

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan kepada regulator atas

efektivitas penerapan UU PT No.40 Tahun 2007 oleh

perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

91 C. Saran

Penelitian mengenai publikasi sustainability report di masa yang akan

datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas

dengan mempertimbangkan saran di bawah ini:

1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas sampel dengan

mempertimbangkan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai

populasi penelitian dan menambah tahun pengamatan. Atau dapat pula

memfokuskan penelitiannya hanya pada perusahaan yang termasuk

industri pertambangan terkait UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas (PT).

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pengukuran yang berbeda

sebagai proksi dari variabel untuk menghasilkan penelitian yang lebih

baik. Misal, variabel profitabilitas diproksikan dengan ROE, serta

variabel corporate governance dapat diproksikan dengan kepemilikan

92

Dokumen terkait