• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja (Syahyunan, 2015:103).

2.3.1Return on Asset(ROA)

17

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118).

Menurut Dewi, et al(2015) ROA adalah rasio antara laba sebelum pajakterhadap total aset bank tersebut. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Manikam dan Syafruddin, 2013). Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011)

:

���= ����������������

���� − �������������× 100% Tabel 2.1

Predikat Bank Berdasarkan ROA

No. Rasio Predikat

1 2% < ROA Sangat Sehat 2 1,25% < ROA ≤ 2% Sehat 3 0.5% < ROA ≤ 1.25% Cukup Sehat 4 0% < ROA ≤ 0.5% Kurang Sehat

5 ROA ≤ 0% Tidak Sehat

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.3.2Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR)adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank

di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain (Dendawijaya, 2009:118).

Menurut Almilia (dalam Manikam dan Syafruddin, 2013) CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, dan mengawasi risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh tehadap besarnya modal.

Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011):

���= �����

�����������������������������(����)× 100%

Tabel 2.2

Predikat Capital Adequacy Ratio (CAR)

No. Rasio Predikat

1 12% < CAR Sangat Sehat 2 9% < CAR ≤ 12% Sehat 3 8% < CAR ≤ 9% Cukup Sehat 4 6% < CAR ≤ 8% Kurang Sehat

5 CAR ≤ 6% Tidak Sehat

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.3.3Non Performing Loan (NPL)

Non Performing loan(NPL) adalah rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan (Dewi, et al, 2015).Rasio NPL menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah

19

Syafruddin, 2013).Risiko kredit diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011):

���= ���������������ℎ

����������� × 100%

Agar nilai bank terhadap rasio ini baik, Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL net di bawah 5%.

Tabel 2.3

Predikat Non Performing Loan (NPL)

No. Rasio Predikat

1 0% < NPL < 2% Sangat Baik 2 2% ≤ NPL < 5% Baik 3 5% ≤ NPL < 8% Cukup Baik 4 8% < NPL ≤ 11% Kurang Baik 5 NPL > 11% Tidak Baik Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.3.4Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO )

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya, 2009:120).

Rasio BOPO atau yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan (Manikam dan Syafruddin, 2013). Rumus untuk menghitung BOPO adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011)

:

���� = ����������������

���������������������× 100%

Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di bawah 94%, karena jika rasio BOPO melebihi 94% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya.

Tabel 2.4

Predikat Bank Berdasarkan BOPO

No. Rasio Predikat

1 < 94 % Sehat

2 > 94 % Tidak Sehat

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.3.5Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin ( NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga dari sumber dana yang dikumpulkan.Sumber dana bank terdiri dari: (1) dana dari pihak pertama (modal sendiri), (2) dana dari pihak kedua (pinjaman dari bank-bank lain), (3) dana daripihak ketiga (dana dari masyarakat). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Rumus untuk menghitung NIM adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011)

:

��� = ��������������������ℎ

21

Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing-masing sumber dana bank yang bersangkutan.

Tabel 2.5

Predikat Bank Berdasarkan NIM

No. Rasio Predikat

1 3% < NIM Sangat Sehat 2 2% < NIM ≤ 3% Sehat 3 1.5% < NIM ≤ 2% Cukup Sehat 4 1% < NIM ≤ 1.5% Kurang Sehat

5 NIM ≤ 1% Tidak Sehat

Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

2.3.6Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga (Dewi, et al, 2015). Menurut Dendawijaya (2009:116) LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Dengan kata lain, sejauh mana pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011)

:

��� = �����������

������ℎ��������× 100%

Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada tingkat 85%-100%.

Tabel 2.6

Predikat Loan To Deposit Ratio

No. Rasio Predikat

1 50% < LDR ≤ 75% Sangat Baik 2 75% < LDR ≤ 85% Baik 3 85% < LDR ≤ 100% Cukup Baik 4 100% < LDR ≤ 120% Kurang Baik 5 LDR > 120% Tidak Baik Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011

Dokumen terkait