• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

3. Hasil Uji Statistik Non Parametrik

a. Hasil Uji Wilcoxon

Dalam pengujian ini digunakan data dua sampel berhubungan yaitu dengan populasi jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi antara sebelum dan sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008.

Tabel 4.10 Wilcoxon Ranks

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah – sebelum Negative Ranks 3a 5.00 15.00 Positive Ranks 11b 8.18 90.00 Ties 0c Total 14 a. sesudah < sebelum b. sesudah > sebelum c. sesudah = sebelum

Pada tabel 4.10 menunjukkan ranks dari uji Wilcoxon yaitu Negative Ranks pada kolom N adalah 3, berarti dari total sampel yang berjumlah 14 kecamatan terdapat Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 lebih kecil dari sebelum diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, yaitu sebanyak 3 kecamatan. Positif Ranks pada kolom N adalah 11, berarti dari total sampel yang berjumlah 14 kecamatan terdapat Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sesudah diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 lebih

64

besar dari sebelum diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, yaitu sebanyak 11 kecamatan.

Tabel 4.11 Wilcoxon Test Statistic

Test Statisticsb

sesudah – sebelum

Z -2.355a

Asymp. Sig. (2-tailed)

.019

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Pada tabel 4.11 menunjukkan test statistik Wilcoxon yang menghasilkan nilai signifikansi Asimp.sig.(2-tailed) sebesar 0,019 dengan nilai probabilitas < 0,05 yang berarti tolak H0. Hal ini

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.

b. Hasil Uji Marginal Homogenity

Uji ini dilakukan untuk tes dua sampel yang saling berhubungan. Penggunaan uji ini untuk melihat apakah terdapat perbedaan atau perubahan antara dua peristiwa sebelum dan sesudahnya.

65

Tabel 4.12

Uji Marginal Homogenity

Marginal Homogeneity Test

sebelum & sesudah

Distinct Values 28 Off-Diagonal Cases 14 Observed MH Statistic 82414.000 Mean MH Statistic 86512.000 Std. Deviation of MH Statistic 1846.127 Std. MH Statistic -2.220

Asymp. Sig. (2-tailed) .026

Dari hasil uji Marginal Homogenity pada tabel 4.12 menunjukkan nilai Asimp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,026 dengan nilai probabilitas sebesar < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan dan perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.

Hasil test statistik telah menunjukkan bahwa ada perbedaaan antara sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 terhadap jumlah wajib pajak pribadi pada KPP Pratama Serpong. Dengan dikeluarkannya Undang-undang perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Khususnya pasal 4 ayat 3 tentang zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak tidak secara otomatis dapat meningkatkan jumlah wajib Pajak Pribadi pada KPP Pratama Serpong, untuk itu maka dilakukan pengujian menggunakan kuisioner.

66

4. Hasil Penyebaran Kuesioner

Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Hasil Penyebaran Kuesioner

No. Jawaban Jumlah Persentase

1 Diberlakukannya peraturan

Zakat sebagai pengurang pajak

5 2,91%

2 Mengikuti peraturan 85 49,42%

3 Bertambahnya penghasilan

pribadi

10 5,81%

4 Kemudahan sistem pelayanan

perpajakan

2 1,16%

5 Ekstensifikasi Pajak 6 3,49%

6 Self Asessment System 5 2,91%

7 Profesionalitas petugas pajak 4 2,32%

8 Kesadaran sendiri 55 31,98%

172 100%

Jika disajikan dalam bentuk grafik, maka outputnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik Hasil Kuesioner

zakat, 2.91% peraturan, 49. 42% bertambah penghasilan, 5 .81% kemudahan sistem, 1.16% ekstensifikasi, 3.49% self ass. System, 2.91% prifesionalitas, 2.32% kesadaran sendiri, 31.98 %

67

Dari tabel dan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa hal-hal yang mendorong Wajib Pajak untuk aktif dalam membuat laporan dan atau membayar pajak yaitu diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak sebesar 2,91 %, mengikuti peraturan sebesar 49,42%, bertambahnya penghasilan pribadi sebesar 5,81%, kemudahan sistem pelayanan perpajakan sebesar 1,16%, ekstensifikasi Pajak sebesar 3,49%, self asessment system sebesar 2,91%, profesionalitas petugas pajak sebesar 2,32%, dan kesadaran sendiri sebesar 31,98%. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa presentase terbesar dari hal- hal yang mendorong wajib pajak untuk aktif dalam membuat laporan dan atau membayar pajak yaitu karena mengikuti peraturan dengan persentase sebesar 49,42%. Sedangkan presentase terkecil yaitu kemudahan sistem pelayanan pajak dengan presentase sebesar 1,16%. Diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak memiliki pengaruh 2,91% untuk mendorong wajib pajak untuk aktif adalah membuat laporan dan atau membayar pajak. Hal tersebut berarti bahwa pengaruh diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak hanya berpengaruh 2,91% terhadap jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong, tingkat signifikasi yang diperoleh atas pengujian terhadap jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi disebabkan oleh faktor-faktor lain tersebut.

68

5. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji statistik non-parametrik menunjukkan test statistik Wilcoxon yang menghasilkan nilai signifikansi Asimp.sig.(2- tailed) sebesar 0,019 dengan nilai probabilitas < 0,05 yang berarti tolak H0. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Dari

hasil uji Marginal Homogenity menunjukkan nilai Asimp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,026 dengan nilai probabilitas sebesar < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan dan perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Zakat sebagai Penghasilan tidak kena Pajak.

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dapat dijelaskan bahwa diberlakukannya peraturan zakat sebagai pengurang pajak memiliki pengaruh 2,91% untuk mendorong Wajib Pajak Orang Pribadi untuk aktif dalam membuat laporan atau membayar pajak. Hal tersebut berarti bahwa pengaruh diberlakukannya peraturan zakat sebagai penghasilan tidak kena pajak berpengaruh 2,91% terhadap jumlah wajib pajak orang pribadi yang mendaftar di KPP Pratama Serpong, tingkat signifikansi yang diperoleh atas pengujian statistik yang dilakukan terhadap jumlahb Wajib Pajak Orang Pribadi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Menurut hasil kuesioner presentase terbesar dari hal-hal yang mendorong wajib pajak untuk aktif dalam membuat laporan dan atau

69

membayar pajak yaitu karena mengikuti peraturan dengan persentase sebesar 49,42%.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 mengenai Zakat sebagai Pengurang penghasilan kena pajak tidak mempengaruhi penambahan jumlah Wajib Pajak yang mendaftar dan mendorong Wajib Pajak untuk membuat laporan serta membayar pajak. Hal ini bisa disebabkan Undang-Undang tersebut baru diterapkan/efektif tahun 2009 (2 tahun), artinya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat kurang merata sehingga pengetahuan masyarakat mengenai Undang-Undang tersebut sangat sedikit, padahal dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak.

Zakat dan pajak pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyejahterakan masyarakat. Berlakunya zakat sebagai pengurang penghasilan maka jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) akan berkurang, dengan sendirinya setoran Pajak Penghasilan juga akan berkurang. Namun dengan adanya kewajiban NPWP maka diharapkan jumlah Wajib Pajak akan bertambah besar, dan kesadaran membayar pajak akan meningkat karena diperlakukan lebih adil dengan memasukkan komponen zakat sebagai pengurangan PKP. Lebih dari itu, secara psikologis akan mendorong kejujuran. Keikhlasan seseorang dalam membayar zakat tentunya tidak mau dikotori oleh ketidak jujuran dalam membayar pajak. Pada akhirnya, kesadaran membayar zakat dan

70

pajak akan meningkat, sehingga pendapatan negara juga semakin besar (Poernomo, 2001).

Saat ini pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan Jumlah Wajib Pajak. Undang-Undang zakat yang diakomodasi dalam Undang- Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 kemudian diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 mengenai Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan serta Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 mengenai mengenai Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto. Artinya tidak hanya zakat, sumbangan agama yang sifatnya wajib dari agama lain pun dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Begitu pula dengan lembaga pengelola seperti LAZIS dan lembaga pengelola sumbangan keagamaan lain yang diakui pemerintah akan semakin bertambah. Apabila zakat atau sumbangan keagamaan semakin besar maka masyarakatlah yang akan diuntungkan. Karena lembaga-lembaga tersebut akan menyalurkan kembali dana yang diperoleh untuk kepentingan masyarakat. Misalnya saja menyediakan fasilitas kesehatan bagi mereka yang tidak mampu dan pemberian besasiswa bagi kalangan bawah, tentu saja dampaknya akan lebih terasa di masyarakat sehingga memicu masyarakat untuk mendaftar dan membayar pajak.

71

BAB V

Dokumen terkait