B. Hasil Penelitian
2. Hasil Utama Penelitian
a. Hubungan Sense of Humor dengan Kebahagiaan pada Lansia
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia. Penyebaran data dalam penelitian ini adalah tidak normal, maka peneliti melakukan analisa data secara non parametrik. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi parsial spearman dengan bantuan SPSS version 18.0 for windows.
Tabel 16. Hasil Uji Korelasi
Variabel Correlation Coeffition R Sig. (2-tailed) N
Sense of Humor
Hasil analisa data yang diperoleh menunjukkan bahwasanya nilai signifikansi adalah 0,00 yang berarti p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak maka Ha
diterima, yang artinya bahwa adanya hubungan antara sense of humor dengan
kebahagiaan pada lansia. Adapun koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah sebesar 0,730 sehingga dapat ditafsirkan bahwasanya hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan berada dalam kategori tinggi. Koefisien determinasi (R) diperoleh
sebesar 0,533. Hal ini menujukkan sense of humor memberikan sumbangan sebesar
53,3% terhadap kebahagiaan, sedangkan sisanya yang sebesar 46,7% disebabkan oleh faktor-faktor lain.
b. Hubungan antara Sense of Humor dengan Masing-Masing Komponen Kebahagiaan
1. Hubungan antara sense of humor dengan komponen kognitif
Pengolahan data variabel sense of humor dengan data komponen kognitif menggunakan korelasi parsial.
Tabel 17. Hubungan Sense of Humor dengan Komponen Kognitif
Variabel Correlation Coeffition R Sig. (2-tailed) N
Sense of Humor
Komponen Kognitif 0,623 0,388 0,000 195
Hasil yang diperoleh adalah koefisien korelasi (r) sebesar 0,623 dan 0,000 pada nilai signifikansinya. Karena nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara sense of humor dengan komponen kognitif pada kebahagiaan. Koefisien determinasi
(R) diperoleh sebesar 0,388. Hal ini menunjukkan sense of humor memberikan sumbangan sebesar 38,8% terhadap komponen kognitif, sedangkan sisanya yang sebesar 61,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain.
2. Hubungan antara sense of humor dengan komponen afektif
Pengolahan data variabel sense of humor dengan data komponen afektif
menggunakan korelasi parsial.
Tabel 18. Hubungan Sense of Humor dengan Komponen Afektif
Variabel Correlation Coeffition R Sig. (2-tailed) N
Sense of Humor
Komponen Afektif 0,581 0,337 0,000 195
Hasil yang diperoleh adalah koefisien korelasi (r) sebesar 0,581 dan 0,000 pada nilai signifikansinya. Karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara sense of humor dengan komponen afektif pada kebahagiaan. Koefisien determinasi (R)
diperoleh sebesar 0,337. Hal ini menunjukkan sense of humor memberikan
sumbangan sebesar 33,7% terhadap komponen afektif, sedangkan sisanya yang sebesar 66,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain.
3. Kategorisasi Data Penelitian
Data penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi yang digunakan pada kedua skor skala adalah kategorisasi berdasar signifikansi perbedaan, yaitu menguji signifikansi perbedaan antara mean skor empirik atau mean sampel (M) dan mean skor teoritik atau mean populasi (μ)
(Azwar, 2013). Ada 2 kategori yang digunakan pada kedua skor skala yaitu tinggi dan rendah.
a. Kategorisasi Skor Sense of Humor
Sebelum melakukan pengkategorian terhadap skor sense of humor, terlebih
dahulu dibahas deskripsi umum data penelitian sense of humor pada lansia. Deskripsi data penelitian sense of humor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 19. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Sense of Humor
N Min. Maks. Rata-Rata SD
Nilai Empirik 195 21 32 29,86 2,449
Nilai Hipotetik 195 16 32 24 2,67
Dari tabel diatas, diperoleh nilai rata-rata empirik sense of humor sebesar 29,86 dengan standard deviasi empirik sebesar 2,449 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 24 dengan standar deviasi sebesar 2,67. Jika nilai rata-rata empirik dan hipotetik dibandingkan, maka diperoleh nilai rata-rata empirik lebih besar daripada nilai rata-rata hipotetik dengan selisih sebesar 5,86. Hal ini menunjukkan bahwa
subjek penelitian memiliki sense of humor yang lebih tinggi daaripada yang
diperkirakan alat ukur.
Adapun nilai rata-rata hipotetik sense of humor adalah sebesar 24 dengan
standar deviasi sebesar 2,67. Pada kategorisasi ini, tidak ditentukan lebih dahulu kriteria kategorisasinya melainkan akan ditetapkan suatu interval skor yang mencakup kategori tengah atau kategori sedang. Untuk itu perlu dihitung batas-bawah dan batas-atas suatu interval skor-skor yang berbeda secara signifikan dari harga
mean populasi, menurut tingkat kepercayaan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan rumusan interval:
μ – t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ x ≤ μ + t(α/2,n-1)(s/√n)
Keterangan:
μ = Mean teoritis pada skala
t(α/2,n-1) = Harga t pada α/2 dan derajat kebebasan n-1
s = Deviasi standar skor
n = Banyaknya subjek
Dengan demikian, diperoleh norma kategorisasi diagnosis berdasar skor sebagai berikut:
23 24
---:---:--- X (Rendah) (Sedang) (Tinggi)
Tabel 20. Kategorisasi Data Variabel Sense of Humor
Variabel Jenjang Kategorisasi Rentang Nilai Kategori N %
Sense of Humor
μ – t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ x x ≤ 23 Rendah 5 2,6%
x ≤ μ + t(α/2,n-1)(s/√n) x ≥ 24 Tinggi 190 97,4%
Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang memiliki sense of humor dalam kategori rendah sebesar 2,6%, kemudian diikuti dengan sense
perkumpulan arisan pensiunan, klinik kesehatan, pengajian komplek, dan perkumpulan lansia di gereja.
b. Kategorisasi Skor Kebahagiaan
Sebelum melakukan pengkategorian terhadap data penelitian, terlebih dahulu dibahas deskripsi umum data penelitian kebahagiaan. Deskripsi data penelitian kebehagiaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 21. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Kebahagiaan
N Min. Maks. Rata-Rata SD
Nilai Empirik 195 28 46 43,30 3,303
Nilai Hipotetik 195 23 46 34,5 3,833
Dari tabel diatas, maka diperoleh nilai rata-rata empirik kebahagiaan sebesar 43,40 dengan standar deviasi sebesar 3,303 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 34,5 dengan standar deviasi sebesar 3,833. Jika nilai rata-rata empirik lebih besar daripada nilai rata-rata hipotetik dengan selisih sebesar 8,8. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur.
Adapun nilai rata-rata hipotetik kebahagiaan adalah sebesar 34,5 dengan standar deviasi sebesar 3,833. Sehingga diperoleh norma kategorisasi diagnosis berdasar skor sebagai berikut:
34 35
---:---:--- X (Rendah) (Sedang) (Tinggi)
Tabel 22. Kategorisasi Data Variabel Kebahagiaan
Variabel Jenjang Kategorisasi Rentang Nilai Kategori N %
Kebahagiaan μ – t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ x x ≤ 34 Rendah 7 3,6%
x ≤ μ + t(α/2,n-1)(s/√n) x ≥ 35 Tinggi 188 96,4%
Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang memiliki kebahagiaan kategori rendah sebesar 3,6%, kemudian diikuti dengan kebahagiaan kategori tinggi sebesar 96,4%. Subjek penelitian ini diambil dari perkumpulan arisan pensiunan, klinik kesehatan, pengajian komplek, dan perkumpulan lansia di gereja.
C. Hasil Tambahan Penelitian (Perbedaan Kebahagiaan ditinjau dari Status Perkawinan, Tingkat Pendidikan dan Penghasilan/bulan)