• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1 Hasil Wawancara dengan Peserta Kelompok Belajar

Berikut di bawah ini adalah narasi dari rangkuman jawaban – jawaban yang diperoleh peneliti dari wawancara dan observasi selama masa penelitian dari kesembilan informan – informan (peserta kelompok belajar) di lokasi penelitian.

Nama Informan : Putri Sakinah Informan 1

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 11 Tahun

Kelas : 5 SD

Sekolah : SD Negeri 104272 Ujung Rambung Asal Desa : Ujung Rambung

Kelompok Belajar : Group II

Tempat Tinggal : Dusun III Ujung Rambung Nama Orangtua : Bpk. Hermanto

Pekerjaan Orang tua : aPetani

Kesan pertama bila berkenalan dengan Putri Sakinah adalah seperti melihat sesosok anak yang cerewet dan selalu berceloteh. Perawakan Putri Sakinah menggambarkan dia adalah seorang anak perempuan yang hitam manis, berambut panjang, aktif dan banyak bicara. Putri adalah panggilan yang diberi teman – temannya kepada dirinya didalam kelompok belajarnya. Bagi anak perempuan yang berusia sebelas tahun ini, dapat masuk dan ikut kelompok belajar YAS merupakan suatu kesempatan baginya untuk memambah ilmu dan ajang tempat untuk menambah lebih banyak pertemanan dengan orang lain. Inilah jawaban Putri pada saat ditanya alasannya bergabung dikelompok belajar YAS “Ikut gabung les disini biar makin pinter dan makin nambah banyak teman doank miss, lagian daripada di rumah kan lebih baik belajar miss” ungkapnya sambil tersenyum.

Sedikit tentang latarbelakang keluarga Putri, anak ini ternyata merupakan anak satu - satunya dari keluarga bapak Hermanto. Putri menceritakan bahwa ayahnya bekerja sehari – hari sebagai petani desa. Kehidupan keluarga mereka

tergolong sangat cukup berada, karena sawah yang diolah ayahnya adalah sawah milik keluarga sendiri. Kondisi keluarga yang mapan tidak mengharuskan ibu Putri untuk bekerja. Jadi dalam keseharian ibu Putri adalah seorang ibu rumah tangga. Walau demikian, ibu Putri tetap mencari kegiatan yang bisa menyibukkan dirinya tanpa harus keluar rumah. Mereka membuka usaha warung kecil – kecilan yang menjual kebutuhan sehari – hari selain untuk tambahan nafkah juga untuk membuat mereka tetap beraktifitas. Walau Putri anak satu – satunya dari keluarga Bapak Hermanto bukan berarti dia menjadi anak kesayangan dan dimanja oleh orang tuanya. Bila sedang tidak bersekolah atau ikut kelompok belajar, Putri dengan senang hati membantu orang tuanya dengan menjaga warung jualan ibunya.

Putri mulai bergabung dalam kelompok belajar YAS sejak bulan Januari 2013 hingga saat ini. Memang kelompok belajar di dusun Ujung Rambung ini merupakan lokasi yang masih baru saat program bantuan belajar YAS mulai mengembangkan program mereka. Program belajar ini dimulai sejak bulan Januari awal tahun 2013. Jadwal pertemuan untuk kelompok belajar biasanya sekali dalam seminggu. Di desa Unjung Rambung sendiri, jadwal untuk kelompok belajar atau biasa mereka sebut dengan istilah les, adalah setiap hari Kamis jam 14.00 – 17.00. Anak – anak yang telah mendaftar sebelumnya, akan berkumpul terlebih dahulu, terlihat bahwa mereka juga aktif untuk mengajak (menjemput) teman – teman mereka yang belum untuk bergabung dikelompok belajar untuk belajar bersama – sama. Kelompok belajar di di dusun ini masih memiliki sekitar 26 orang anak yang terbagi dalam 3 group.

Sebelum belajar kelompok dimulai, dan sambil menunggu teman – teman mereka yang lain datang, anak – anak yang sudah berkumpul mengisi waktu dengan bercerita dengan teman – teman mereka yang lain, ada juga yang asyik membaca majalah anak – anak yang memang telah dibawa oleh staff pengajar YAS untuk mengisi waktu mereka. Di dalam kelompoknya, Putri terlihat sedang asyik membaca majalah yang ada padanya, sesekali dia berbicara dengan temannya tentang gambar atau hal yang menarik perhatian dari apa yang dilihatnya dalam majalah itu dan sekali – kali mereka tertawa gembira. Putri adalah anak yang baik, ramah, aktif dan pandai bergaul dengan teman – teman

dikelompoknya. Setelah semua anak berkumpul dan waktu menunjukkan jam 14.00, kelompok belajar pun dimulai

Tiap – tiap anak dibagi lembar materi pelajaran dan lembar tugas yang nantinya harus dikerjakan. Pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, Putri dan teman sekelompoknya memberikan perhatian kepada materi yang sedang diajarkan. Namun sesekali terlihat Putri berbisik – bisik dengan temannya menceritakan sesuatu. Sewaktu proses belajar mengajar Putri termasuk murid yang suka berkicau, sekali – kali terdengar suara kecilnya bertanya kepada temannya dan kepada peneliti, yang pada sesi itu mendapat kesempatan sebagai pengajar di group III dimana Putri bergabung, “miss, ini soalnya Putri nggak ngerti miss, maksudnya apa ya miss?” disambut lagi dengan suara temannya yang lain yang juga berkata “iya miss, ini kami nggak ngerti miss? Susah miss..” Lalu miss yang mengajar memberikan penjelasan akan pertanyaan yang tadi mereka kurang mengerti.

Putri termasuk salah satu anak yang suka bertanya selain David Gunawan teman sekelompoknya apabila dia tidak mengerti tentang pelajaran yang diberikan atau juga sekedar memastikan bahwa apa yang dikerjakannya benar. Anak kecil belia ini juga memiliki rasa kepedulian kepada teman sekelompoknya. Dia dengan senang hati membantu mengajari temannya apabila temannya bertanya kepadanya. Saat waktu pembahasan soal tiba, Putri dengan semangat ingin mendapat giliran untuk maju kedepan dan mengerjakan soal yang dianggapnya mampu dikerjakannya.

Pada sesi kedua, materi yang diberikan adalah belajar bahasa Inggris. Tidak berbeda seperti di sesi pertama sebelumnya, Putri dan teman – teman sekelompoknya terlihat masih bersemangat dan kali ini lebih banyak melatih bagaimana mengucapkan kosa kata bahasa Inggris dan menghafal vocabulary.

Setelah selesai belajar, peneliti bertanya kepada Putri “apa yang membuat dirinya senang belajar dikelompok belajar ini dan apa perbedaan sistem pengajaran di sekolah dan di kelompok belajarnya” Putri menjawab “Temen – temennya baik dan menyenangkan dan miss yang mengajar lebih sabar. Beda kalau di sekolah banyak yang jahat” Hal ini membuat Putri lebih merasa nyaman belajar di kelompok belajar ini daripada di sekolah. Putri juga merasa lebih mudah

mengerti pelajaran di kelompok belajarnya dikarenakan dukungan dari teman – teman yang mudah diajak untuk berdiskusi. Hal lain juga ditambahkan oleh Putri bahwa pelajaran yang didiskusi dengan teman – teman lebih mudah untuk diingat daripada bila belajar sendirian di rumah. Pelajarannya yang diberikan dari YAS juga tidak terlalu sulit dan terbatas hanya pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Putri juga menjelaskan bahwa miss yang pengajar juga mau memberi bimbingan untuk beberapa tugas – tugas sekolah yang kurang dimengerti karena terbatasnya waktu belajar dan guru di sekolah yang tidak selalu ada untuk membimbing.

Setelah selesai belajar, Putri memberi waktu untuk bercengkrama dengan beberapa teman – temannya sebelum berpamitan pulang. Keramahan dan kemampuannya yang lumayan baik dalam pelajaran membuat teman – temannya merasa nyaman untuk berdiskusi dengan dirinya.

Nama Informan : David Gunawan Informan 2

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Usia : 13 Tahun

Kelas : 6 SD

Sekolah : SD Negeri 104272 Ujung Rambung Asal Desa : Ujung Rambung

Kelompok Belajar : Group II

Tempat Tinggal : Dusun III Ujung Rambung Nama Orangtua : Bpk. Sulman

Pekerjaan Orang tua : Petani/Pembajak Sawah

Dari arah yang tidak terlalu jauh, seorang anak datang dengan bersepeda sambil berteriak kepada anak – anak yang sedang berdiri di halaman “awas!” Anak itu berhasil mengontrol sepeda dan memarkirkannya dihalaman rumah. Itulah kesan pertama peneliti berkenalan dengan David Gunawan. Dia bertubuh besar dan berkulit kecoklatan dengan gaya rambut yang dirias meyerupai gaya rambut artis di televise. David Gunawan yang biasa dipanggil oleh teman – temannya dengan sebutan Wawan, tidak seperti anak – anak yang lain didalam kelompoknya. Wawan anaknya kelihatannya seolah- olah seorang anak yang bandel, cuek, suka menyela pembicaraan teman – temannya yang lain, dan sangat aktif (selalu bergerak kesana kemari). Perawakan Wawan yang gemuk ternyata tidak membatasi gerakannya berjalan kesana – kemari dan seraya berteriak dengan suara yang cukup keras ketika berbicara dengan temannya. Dengan menggunakan sepeda bututnya, Wawan mulai berteriak memanggil – manggil temannya “woi, ayo cepat sini, uwes ga usah main terus, nanti aja lagi mainnya” yang sedang bermain di sekitar tempat dimana kelompok belajar akan dimulai. Tidak puas dengan perhatian yang hanya sedikit dari teman – temannya, dia pun mendatangi mereka untuk mengajak temannya untuk bergabung dan ikut belajar bersama dengannya. Usaha Wawan ternyata tidak sia – sia. Kelompok belajar yang awalnya hanya tiga orang bertambah menjadi delapan orang dan makin bertambah walaupun sebagian dari mereka datang terlambat. Nantinya setelah beberapa lama memperhatikan Wawan, ternyata dia anak yang baik dan sangat antusias dalam mengikuti pelajaran di kelompok belajarnya.

David Gunawan memiliki penampilan yang biasa dan sederhana. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Orang tuanya bapak Sulman, sehari – hari

bekerja sebagai petani disawah milik keluarga mereka sendiri, walau kadang – kadang mendapat pekerjaan sampingan lainnya yaitu sebagai jetor bila dipanggil oleh orang lain. Istilah jetor adalah panggilan bagi orang yang bekerja membajak sawah dengan bantuan mesin jet pembajak dengan tidak menggunakan bantuan hewan.

Kesan cuek ternyata tidak selamanya benar, selama proses belajar mengajar berlangsung, Wawan termasuk salah satu anak yang aktif dalam menjawab pertanyaan apabila miss, panggilan anak – anak di dalam kelompok selama prose belajar mengajar berlangsung, yang mengajar memberikan beberapa pertanyaan di kelompok tersebut. Berbeda dengan Putri yang lebih banyak berdiskusi dengan teman – temannya. Dia terlihat mengerutkan dahi kepalanya saat mencoba mengerjakan tugas yang diberikan pada lembar kedua dari materi pelajaran hari itu. Wawan bukanlah anak yang gampang menyerah dan langsung bertanya kepada temannya. Bila dia kurang mengerti, dia mencoba mengerjakan apa yang diketahuinya terlebih dahulu. Kemudian dia menunjukkan hasil pekerjaan untuk terlebih dahulu diperiksa oleh miss yang mengajar apa sudah benar atau masih kurang. Begitulah cara dia mengerti dan menerima pelajarannya. Wawan juga sering menunjuk tangan ke atas, yang beratrti dia bersedia maju ke depan untuk mengerjaan soal yang diberikan di papan tulis. Wawan termasuk anak yang berani dan tidak malu bertanya apabila dia kurang mengerti materi pelajaran yang sedang di bahas di dalam kelompok belajarnya. Dan Wawan selalu bersedia membantu mengajari teman – temannya yang lain jika ada yang bertanya padanya.

Ketika ditanya peneliti “mana yang lebih menarik belajar di kelompok belajar ini atau di sekolah?” Wawan menjawab, “Sebenernya dua – duanya menarik miss, cuman di sekolah lebih ramai teman – temannya” Sama pada umumnya anak laki – laki yang lain, Wawan suka membuat sensasi dan menarik perhatian di depan teman – temannya. Wawan sering sekali bercanda yang membuat tawa yang riang dari teman sekelompoknya.

Ketika ditanya lagi “apa kira –kira yang membuat adik terus mau belajar dalam kelompok ini? Dan pendapat Wawan tentang miss yang mengajar?” Wawan menjawab “ya, masih maulah miss terus belajar..soalnya miss yang ngajar baik, pelajarannya gampang dimengerti dan bisa nambah temen juga”

Nama Informan : Iwadana Nasution Informan 3

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Usia : 12 Tahun

Kelas : 6 SD

Sekolah : SD Negeri Sukajadi Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III

Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Bpk. Zulkifli Nasution

Pekerjaan Orang tua : Pekerja di Perusahaan Adolina

Jadwal kelompok belajar untuk hari Rabu adalah kelompok belajar di desa Kampung Besar II Terjun. Pada saat team pengajar YAS tiba di rumah tempat anak – anak biasanya belajar telah ramai. Ternyata mereka telah datang lebih awal. Berbeda dengan desa di Ujung Rambung, di sini peserta kelompok belajarnya lebih banyak bahkan ada seorang anak yang belum masuk sekolah, ternyata gabung di kelompok I, yaitu kelompok anak kelas I dan anak yang masih belum mahir membaca. Peneliti mendapat kesempatan untuk mengajar di kelompok belajar group III.

Setelah semua berkumpul, kurang lebih peserta kelompok belajar yang hadirr di dalam group III berjumlah 15 orang. Untuk memulai proses belajar mengajar, anak – anak mendapatkan 2 lembar bahan yaitu lembar pertama untuk penghantar teori dan lembar tugas. Sebelum mengerjakan tugasnya, materi pelajaran terlebih dahulu dijelaskan kepada anak – anak agar mereke lebih mengerti.

Iwa, panggilan Iwadana Nasution dari teman – teman sekelompok belajarnya kepada dirinya. Perawakan Iwa sangat sederhana, dan tidak terlalu banyak berbicara. Menurut teman – temannya Iwa berbicara hanya seperlunya saja. Iwa memaparkan bahwa dirinya tidak tinggal bersama orang tua kandungnya. Dia diangkat menjadi anak oleh bibi, adik dari ibu kandungnya. Bibinya sehari – hari bekerja sebagai pegawai kecil di perkebunan kelapa sawit milik PT. Adolina di daerah tersebut. Bibinya yang tidak memiliki anak, mengganggap Iwa sudah seperti anak kandung sendiri dan sangat sayang serta perduli akan pendidikan Iwa, tutur miss Siti menjelaskan latarbelakang keluarga Iwa.

Sikap Iwa yang tidak banyak bicara dan cenderung bersikap pendiam (pasif), tidak mengurangi penilaian teman – temannya pada dirinya karena memang dia anak yang baik dan sopan. Pembawaannya yang sederhana dan tenang membuat teman – temannya sayang dan perduli padanya. Sehingga walaupun dia dalam kelompok belajarnya adalah satu – satunya anak laki – laki dalam group III, dia tetap merasa semangat dan selalu antusias untuk tetap datang setiap kali ada kelompok belajar berlangsung. Walaupun dia anak laki – laki satu – satunya, namun prilaku dan sikapnya tidak menunjukkan kebosanan atau minder ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman – teman di kelompoknya.

Pada sesi belajar kali ini, sistem belajarnya sedikit diubah kedalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga peserta dalam satu kelompok. Iwa mendapat teman kelompok Saskia Citra. Saskia yang masih duduk di kelas V SD lebih banyak dibimbing oleh Iwa dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru kepada tiap – tiap kelompok. Tugas kelompok tersebut adalah soal Matematika tentang bangun ruang, yang harus dapat dikerjakan dalam waktu 45 menit. Dengan keaktifannya baik bertanya untuk klarifikasi soal dan juga membantu Saskia untuk mengerti cara – cara mengerjakan soal mereka, Iwa terlihat mampu memimpin kelompoknya. Iwa dan Saskia juga tidak malu bertanya kepada guru mereka untuk dibimbing pada saat ada soal yang mereka kurang mengerti dan rumus yang harus digunakan untuk mengerjakan soal tersebut. Sekali – sekali mereka mencari jawaban peneguhan kepada teman kelompok lain yang mereka anggap mampu menolong mereka.

Pada waktu ditanya oleh peneliti, apakah Iwa menikmati dan senang dengan kelompok belajarnya baru saat ini, Iwa menjawab sangat senang dan menikmati. Karena bagi Iwa yang paling penting bergabung dalam kelompok belajar ini adalah untuk mendukungnya dalam pelajaran di sekolah, jadi tidak terlalu masalah bila hanya dia seorang diri peserta anak laki – laki. Peneliti juga ingin tahu apakah Iwa akan terus bergabung dalam kelompok belajar ini apabila dia telah lulus SD, Iwa menjawab dia masih sangat ingin belajar dikelompok ini karena teman – temannya sudah seperti saudara buat Iwa, namun orang tuanya akan dijadwalkan untuk dipindahkan dari tempat orang tuanya bekerja dan Iwa harus ikut dengan ayah dan ibunya.

Nama Informan : Shella Octaviana Informan 4

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Kelas : 1 SLTP

Sekolah : SMP Negeri 1 Pantai Cermin Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III

Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Ibu. Ani

Pekerjaan Orang tua : Penjual makanan ringan (kue kering)

Berbeda dengan Iwadana yang merupakan satu – satunya murid laki – laki di kelompok belajar group III, Shella Octaviana adalah murid satu – satu yang sudah duduk di bangku SMP. Walau Shella sekarang sudah duduk di bangku kelas I SMP tetapi dia begitu antusias mengikuti pelajaran yang ada di kelompok belajarnya. Pada waktu diwawancari oleh peneliti yang juga mengambil bagian untuk mengajar di group III, dimana Shella berada, anak yang berambut panjang ini dengan girang memberi jawaban “Shella nggak mau malu miss! Kan lesnya ada dirumah Shella, nggak musti pergi jauh, tidak ada biaya, kelompok belajarnya gampang dan miss yang ngajarnya datang langsung kerumah” Memang ketepatan lokasi kelompok belajar yang dilaksanakan YAS di dusun VII Terjun ini, menggunakan teras rumah Shella yang cukup luas. Suasana di sekitar rumah Shella banyak pohon rindang sehingga membuat kondisi belajar nyaman dan segar. Orang tua Shella dengan tangan terbuka menerima YAS dan anak – anak peserta kelompok belajar untuk memakai halaman teras rumah mereka dipakai untuk berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik

Sedikit dari latarbelakang kehidupan keluarga Shella yang merupaka keluarga sangat sederhana. Orang tua laki – laki Shella sudah tidak ada, bersama dengan tiga orang saudara perempuannya, dua kakak dan satu adik perempuannya Citra yang juga ikut dalam kelompok belajar group II, bersama ibunya mereka membantu menjual kue – kue kering yang dibuat oleh ibunya. Shella seolah – olah sudah terlatih untuk hidup mandiri dan tetap semangat. Perilakunya yang riang dan selalu antusias dalam belajar memberikan pengaruh tersendiri di dalam kelompoknya.

Faktor tingkat kelas dan usia Shella yang lebih tinggi diantara teman – teman sekelompok membuat Shella sering dijadikan tempat bertanya bagi teman – temannya yang membutuhkan bantuan belajar. Shella terlihat lebih dewasa dan mampu mengayomi anak – anak yang lain dalam kelompok itu. Dalam menerima dan mengerti materi pelajaran, Shella termasuk anak yang cepat menangkap materi yang diberikan oleh staff pengajar dari YAS. Tentu saja mudah bagi Shella untuk mengerti hampir semua pelajaran yang diberikan karena dia telah melewati hampir seluruh materi tersebut pada saat dia dibangku SD. Sifatnya yang terbuka, tidak sombong dan kekakak-an membuat anak – anak lain cendrung lebih memilih bertanya kepadanya daripada datang kepada “miss” staff pengajarnya.

Lebih dari dua tahun Shella telah bergabung dalam kelompok belajar ini. Kedekatannya dengan teman – teman dan staff pengajar YAS lah yang membuatnya merasa nyaman untuk terus ikut dalam kelompok belajar YAS. Staff pengajar yang sudah dianggap seperti kakak sendiri memberi kesan khusus hingga bagi Shella untuk memutuskan terus mengikuti kelompok belajar YAS. Shella berkata “Kalau di kelompok belajar disini, murid - muridnya kan nggak banyak, missnya perhatian banget seperti sahabat. Sedangkan kalau disekolah saingan banyak dan susah untuk dapat juara kelas. Teman – teman disini saling perhatian semua” sewaktu ditanya alasanya mengapa masih tetap tinggal dikelompok belajarnya. Menjadi orang yang sedikit lebih “pintar” dalam kelompok belajarnya ini, memberikan rasa percaya diri dalam diri Shella yang sebentar lagi akan duduk dibangku kelas II SMP ini.

Nama Informan : Dwita Putri Informan 5

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 12 Tahun

Kelas : 6 SD

Sekolah : SMP Negeri 1 Pantai Cermin Asal Desa : Kampung Besar II Terjun Kelompok Belajar : Group III

Tempat Tinggal : Dusun VII Terjun Nama Orangtua : Bpk. xxxx

Pekerjaan Orang tua : Petani

Dwita Putri, anak perempuan yang berusia 12 tahun ini, yang biasa mendapat panggilan akrab Wiwik dari teman – temannya bermain di kelompok belajar group III maupun di rumah, terlihat tenang dan santai.

Tidak jauh berbeda dengan teman – temannya yang lain, Wiwik juga berasal dari keluarga yang tergolong sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka sehari – hari. Wiwik menceritakan bahwa sebagai anak yang paling tua dalam keluarganya, dia harus membantu ibunya membersihkan dan menjaga adiknya tatkala orangtuanya pergi bekerja. Walaupun orang tua Wiwik seorang petani namun dapat diambil kesimpulan bahwa orang tuanya memiliki harapan besar agar Wiwik menjadi anak yang pintar dan berhasil dalam pendidikannya. Wiwik dan adiknya di dukung oleh orang tua mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan dari program belajar yang di berikan YAS. Pada awalnya peneliti menduga Wiwik mendapat informasi tentang kelompok belajar YAS ini dari teman – teman bermainnya tetapi pada saat peneliti bertanya pada Wiwik dari mana informasi tentang kelompok belajar ini, Wiwik menjawab dengan tenang “Bapak yang kasih tau miss dan Wiwik sama adik Wiwik disuruh ikut biar dapat rangking kelas.” Ternyata informasi tentang bantuan belajar YAS ini diterima dari bapak kepala dusun, yang menyebarkan informasi ini kepada warga dusunnya.

Dalam beberapa kali pertemuan dimana peneliti yang juga mendapat kesempatan untuk menjadi pengajar (sementara) di kelompok belajar group III, Wiwik memang seorang anak yang pembawaannya tenang namun tetap dapat berbaur dengan yang lainnya. Walau tidak se-“popular” Shella, Wiwik memiliki kesan yang tersendiri buat teman – temannya karena sifatnya yang ramah dan

tenang tersebut. Selama mengikuti kelas belajar, Wiwik terlihat sungguh – sungguh dalam memperhatikan materi pelajaran yang diberikan dan juga pada

Dokumen terkait