• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Hasil Wawancara

Tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara adalah sebanyak lima tema yang memaparkan berbagai pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Kelima tema tersebut adalah (1) mengupayakan pengobatan untuk BBLR, (2) memberikan perawatan khusus pada BBLR, (3) mengalami keterbatasan kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR, (4) menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR, dan (5) mendapat dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan.

1. Mengupayakan pengobatan untuk BBLR

Selama melakukan perawatan bayi di rumah, ibu remaja mengupayakan berbagai macam tindakan pengobatan untuk BBLR. Adapun tindakan pengobatan yang dilakukan ibu remaja yaitu, mengupayakan pengobatan medis dan pengobatan tradisional untuk bayi.

a. Mengupayakan pengobatan medis

Delapan dari sepuluh partisipan lebih memilih membawa bayi yang sakit berobat ke dokter dan bidan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti dibawah ini:

“….Kalo sakit ya saya bawa ke dokter spesialis anak, buka praktek di rumahnya selalu saya bawa kesitu, imunisasi juga disitu kalo minum obat gitu kan gak sampe 3 hari sembuhlah dia….”

(Partisipan 1) “….Kalo sekarang kan udah agak lumayan lah ini, dulu setiap seminggu sekali berobat, memang sakitnya demam berobat ke bidan….”

(Partisipan 4) “….Kalo berobat biasanya dibawa ke bidan dekat sini, di murtatuli biar gak jauh kali, cocok kok dia berobat di bidan itu….”

(Partisipan 6) b. Mengupayakan pengobatan tradisional (non-medis)

Lima partisipan yang menjadi objek penelitian juga mengatakan bahwa bayi pernah dibawa berobat kampung dan memberikan jamu kepada bayi berat lahir rendah. Berikut pernyataan partisipan:

“….Udah dikasih makan gak mau diam, dikasi susu juga gak mau diam. Terakhir, kakak bawa ke tempat orang tua sana, adalah dulu kakek-kakek kan, ntah diapain sama dia baru dia diam agak lumayan nangisnya….”

(Partisipan 4) “….Yah paling kusuk lah. Tiap bulan kusuk ada di dekat- dekat sini tempat pak uban namanya, tiga-tiganya anak kakak dikusuk disitu…”

(Partisipan 6) “….Cuma minum jamu ajalah kemaren, itupun jarangnya mereka minum jamu, nanti kalo lewat jamunya kakak panggil trus kakak kasih lah ke mereka, malam sebelum tidur pun kakak kasih….”

(Partisipan 7) 2. Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh partisipan ada tiga perawatan khusus yang diberikan ibu, yaitu: (a) memberikan imunisasi kepada bayi, (b) memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dan (c) mempertahankan kesterilan dalam perawatan bayi.

a. Memberikan imunisasi kepada bayi

Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa memberikan imunisasi kepada bayi berat lahir rendah merupakan suatu keharusan agar bayi tidak mudah terserang penyakit. Partisipan juga mengatakan bahwa imunisasi dilakukan di rumah sakit atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya, misalnya di posyandu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“….Kalo imunisasi memang lengkap, wajiblah diimunisasi anakku ini biar gak sakit-sakit aja kerjanya….”

(Partisipan 4) “….Supaya gak mudah sakit selalu saya antisipasi dengan rutin Imunisasi di posyandu dekat rumah….”

(Partisipan 2) “….Pas di rumah sakit bayi saya gak diimunisasi, jadi kami sibuk nyariin imunisasi ke rumah sakit lain….”

(Partisipan 1) b. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi

Empat dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi terutama pada usia 6 bulan pertama, dan tetap melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai umur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“….Dikasih ASI aja dia sampe sekarang umurnya 6 bulan, kakaknya dulu gitu juga, dia kuat ASI….”

(Partisipan 5) “….Iya, 2 tahun juga ASI kakak kasih dia itu kemaren….”

(Partisipan 8)

“….Iya, saya kasih ASI sama dia sampe 2 tahun….”

Empat dari sepuluh partisipan juga mengatakan bahwa mereka memberikan susu formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi disamping memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Makan juga harus dijaga, minum susu dikasi sekali 2 jam kadang gak nyampe sejam orang ini nangis yah dikasi susu lagi makanya cepat naik berat badannya apalagi pas dikasi susu bebelac….”

(Partisipan 6) “….Dikasih susu formula biasa aja, soalnya dikasih kemaren susu formula khusus untuk bayi bblr gak cocok sama bayiku, jadi digantilah malah susu biasa yang cocok….”

(Partisipan 7)

Dan lima partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan makanan pendamping air susu ibu (PASI) setelah bayi berat lahir rendah berusia 6 bulan. Partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan roti dan bubur. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:

“….Dibilang kuat ya biasalah, pagi nanti dikasih makan, kasih roti 1 biji, sore dikasih makan lagi terserah mau nasi ato bubur baru malam dikasih makan lagi, 4 kalilah satu

hari dikasih makan, nanti satu sachet mp asi itu untuk berdua....” (Partisipan 8)

“….Ku kasih nasi buburlah dicampur sama bayam sampe sekarang, cuman itulah buburnya dimasak sendiri….”

(Partisipan 7) “….Oh kalo PASI ku kasih promina dek, gak ada dicampur apa-apa. Kadang ya ku kasih bubur, tapi kalo bubur pas udah 8 bulan kemaren, agak lama jugalah….”

c. Mempertahankan kesterilan dalam perawatan bayi

Salah satu partisipan mengatakan bahwa dalam merawat bayi berat lahir rendah harus hati-hati, teliti, dan mempertahankan kebersihan dari botol susu, pakaian dan air minum yang dikomsumsi oleh bayi. Hal itu dilakukan karena bayi berat lahir rendah masih sangat rentan terkena infeksi diakibatkan sistem imunitas yang belum matang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:

“….Ya pengalaman selama ini harus hati-hatilah harus benar-benar teliti, cara jagalah segalanya lah gimana minum susunya, botol susunya sebentar-sebentar harus direndam pake

air panas dan air harus dimasak sendiri tidak boleh dari dispenser….” (Partisipan 6)

“….Kan kata dokternya gitu berat badannya belum mencukupi jadi jaganya harus hati-hati, gak sembarangan nyuci botolnya, nyuci bajunya memang ada khusus sabunnya….”

(Partisipan 6)

3. Mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR Saat merawat bayi berat lahir rendah di rumah, ibu mengalami hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

a. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat bayi sakit

Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan berbagai aktivitas saat bayi sakit, segala kegiatan terpaksa diabaikan dan ditunda terlebih dahulu. Partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa pergi ke pesta, pengajian, belanja dan pekerjaan rumah terabaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Kesulitannya cuma pas mereka sakit aja, apalagi kalo ada keperluan mau pesta, disitu jugalah kendalanya, gak bisa pergilah kesana….”

“….Karena namanya awak yang ngurus sendiri kan, mana terkontrol lagi istilahnya awak masak di dapur gak adalah yang ngawaninnya, namanya anak-anak kan lasak, gak bisa pergi wirid di mesjid….”

(Partisipan 9) “….Cuma kalo kendalanya karena kembar di waktu sakitlah, stress awak karena sama-sama pulak sakitnya, gak bisa kemana-mana, belanja pun gak bisa….”

(Partisipan 8)

4. Menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh partisipan didapatkan bahwa ibu remaja menderita secara fisik, psikologis dan emosional saaat merawat bayi berat lahir rendah yaitu mengalami insomnia, kesedihan yang dirasakan ibu, mengalami baby blues dan sensitif saat merawat bayi.

a. Mengalami insomnia

Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami insomnia saat merawat bayi di rumah, hal ini disebabkan karena bayi sakit, tidak bisa melakukan sendawa setelah makan, dan bayi sering menangis. Berikut pernyataan partisipan:

“….Dia dulu juga gak pande sendawa, udah ditepuk-tepuk juga gak akan keluar, jadi kakak tidurin di dada kakak, kakak tetap duduk sampe pagi, disuruh dokternya ditelungkupkan aja bayinya tapi kakak gak beranilah, kadang kan sampe kakak gak tidur pun, ya tapi gak susahnya cuma itu aja….”

(Partisipan 1) “….Cuma itulah yang saya bilang tadi kesulitannya sering gak tidur malam, dia sakit-sakitan terus, nangis aja kerjanya….”

(Partisipan 4) “….Waktu kami baru pindah kesini kalo pagi sampe siang dia tidur, pas malam dia melek, jadi kalo malam kami gak ada tidur jagain dia sepanjang malam, itu aja sih….”

b. Kesedihan yang dirasakan ibu atas kelahiran BBLR

Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa sedih karena bayi mereka kecil tidak seperti bayi-bayi normal pada umumnya. Berikut pernyataan partisipan:

“….Hmm gimana ya, pasti sedihlah liat keadaan bayi saya yang kecil tapi karena saya lihat dia utuh

maksudnya gak kurang sesuatu apapun ya agak tenang lah dikit….”

(Partisipan 2) “….Ya sedihlah, kecewa juga dek yang lain anaknya besar-besar, anak awak lain sendiri. Trus bayinya kecil pulak, jadi agak takut ngerawatnya, gak berani takutlah pokoknya….”

(Partisipan 3) “….Ya sedihlah dek, sempat terpikir juga kayak gini, hidup gak itu anak ya kecil kali pulaknya? Ya gimana lah, ya gitulah dek….”

(Partisipan 4) c. Mengalami baby blues dan merasa sensitif saat merawat BBLR

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa saat merawat bayi berat lahir rendah mengalami baby blues dan merasa sensitif karena merasa diabaikan oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini:

“….Habis melahirkan itu paling sensi yang melarlah perut jadi jeleklah inilah, udah itu sering gak

tidur malam, merasa diabaikan abis lahir aja dulu aku dirame-ramekan pas dia lahir sunyi tinggal aku sendiri…”

(Partisipan 1) “….Jadi selama bayi saya masih beberapa minggu saya terkena baby blues….”

5. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan a. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga

Dari tujuh partisipan yang menjadi objek penelitian, seluruhnya mendapatkan sumber dukungan dari keluarga. Terutama sumber perhatian dari orang-orang disekitarnya baik itu orang tua, suami, maupun keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Mama kakak dia paling kalo namanya belum habis haid kan nyuciin baju anak saya trus sebelum tali pusarnya lepasyang mandiin bidan dekat rumah, trus mama juga ngerawat-ngerawat saya , buat jamu ntah apa gitu…”

(Partisipan 1) “Suami bantu yah kalo malam kadang buatkan susu, karena satu nyusu satu lagi minum susu di dodot, kalo pas mau makan nanti dipanggilnya mereka, dipangkuinnya trus dikasinya makan disuapinnya….”

(Partisipan 8) “….Ikutlah, kadang suami kakak yang nyuci nanti kakak ngurus anak kakak, kalo kakak lagi tidur ya suami kakak yang jaga, gantian lah dek….”

(Partisipan 7) b. Mendapat dukungan dari tenaga kesehatan

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapat bantuan dari tenaga kesehatan dalam perawatan bayi berat lahir rendah di rumah. Berikut pernyataan partisipan:

“….Kalo bidannya ya mandiin bayi saya terus diliatnya juga bayinya masih kuning ato gak. Sering diingetin juga kalo pagi hari jangan lupa dijemur bayinya, pakein baju, seminggu sekali ditimbang sama dia biar liat perkembangan bayi saya….”

“….Yah pertamanya dimasukin dalam keranjang lah anak kakak baru dikelilingi pake karton baru dipasang lampu diatasnya gitu sama bidannya….”

(Partisipan 7)

Tabel 4.1.2 Matriks Tema Matriks Tema

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan Tema 1: Mengupayakan Pengobatan untuk BBLR Sub Tema: 1. Mengupayakan pengobatan medis 2. Mengupayakan pengobatan tradisional (non-medis) Kategori :

a. Membawa BBLR berobat ke dokter b. Membawa BBLR berobat ke bidan

a. Membawa BBLR berobat kampung b. Memberikan jamu

Tema 2: Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR Sub Tema: 1. Memberikan imunisasi kepada BBLR 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi BBLR 3. Mempertahankan kesterilan dalam perawatan BBLR Kategori

a. Memberikan imunisasi lengkap b. Memberikan imunisasi meningitis c. Memberikan imunisasi campak a. Memberikan ASI ekslusif b. Memberikan susu formula

c. Memberikan makanan pendamping asi (mp asi) seperti roti dan bubur

a. Menjaga kebersihan botol susu, dan air minum BBLR

Tema 3: Mengalami Keterbatasan dalam Kegiatan Sosialisasi saat Merawat BBLR Sub Tema: 1. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat BBLR sakit Kategori:

a. Tidak bisa pergi ke pesta

b. Tidak bisa pergi ke acara pengajian c. Tidak bisa pergi belanja

Tema 4: Menderita secara Fisik, Psikologis dan Emosional saat Merawat BBLR Sub Tema: 1. Mengalami insomnia saat merawat BBLR 2. Kesedihan yang dirasakan ibu atas kelahiran BBLR 3. Mengalami baby blues dan sensitif saat merawat BBLR

Kategori:

a. BBLR tidak bisa melakukan sendawa di malam hari b. BBLR sakit

c. BBLR sering bangun di malam hari

a. Merasa sedih karena bayinya kecil, tidak seperti bayi normal pada umumnya

a. Merasa sensitif karena diabaikan b. Mangalami baby blues

Tema 5 : Mendapat Dukungan dari Pihak Keluarga dan Tenaga Kesehatan Sub Tema: 1.Mendapatkan bantuan perawatan BBLR dari pihak keluarga 2.Mendapatkan bantuan perawatan BBLR dari tenaga kesehatan Kategori:

a. Dibantu suami dalam merawat BBLR

b. Mendapat bantuan orang tua dalam perawatan BBLR

a. Dibantu bidan dalam perawatan BBLR

Dokumen terkait