• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Widy Santri Ningsih

NIM : 121101092

Judul Penelitian : Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman ibu usia remaja dalam merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan. Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman ibu usia remaja dalam merawat BBLR di Kota Medan. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan pelayanan keperawatan khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan pada ibu usia remaja yang melahirkan BBLR.

(3)

3. Penelitian ini tidak menimbulkaan resiko. Apabila Saudara merasa tidak aman saat wawancara, Saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari penelitian ini.

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti. 6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.

Peneliti,

(4)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Umur : ………..

Pekerjaan : ………..

Alamat : ………..

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami bahwa penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai partisipan. Saya berhak tidak melanjutkan berpartisipasi dalam penelitian ini jika suatu saat merugikan saya.

Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi partisipan pada penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan pelayanan keperawatan khususnya bagi ibu yang merawat BBLR. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, 2016

Partisipan Peneliti,

(5)

Lampiran 3

KUISIONER PENELITIAN

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kota Medan

1. Kuisioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai menurut Saudara.

Kode (diisi oleh peneliti) :

1. Usia :

2. Pendidikan :

3. Agama : Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain,….

4. Suku : Batak Melayu

Jawa Lain-lain,….. 5. Pekerjaan :

(6)

Lampiran 4

Panduan Wawancara

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kota Medan

1. Bagaimana perasaan ibu ketika melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)?

2. Coba ibu ceritakan bagaimana cara ibu merawat bayi berat lahir rendah di rumah?

3. Siapa saja yang memberikan dukungan dan bagaimana bentuk dukungan yang diberikan saat ibu merawat BBLR di rumah?

4. Coba ibu ceritakan tentang pelayanan kesehatan yang telah ibu terima tentang perawatan bayi BBLR?

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Lampiran 8

JADWAL PENELITIAN

Jenis Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan judul

Menetapkan judul

Menyiapkan

proposal

Uji validitas

Mengajukan sidang

proposal

Sidang proposal

Revisi proposal

Pengumpulan data

dan analisa data

Penyusunan

laporan skripsi

Ujian skripsi

Revisi

Mengumpulkan

skripsi

(15)

Lampiran 9

ANGGARAN DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal  Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka  Memperbanyak proposal 2 Pengumpulan data dan analisa data

Izin penelitian dan ethical clearence Fakultas Keperawatan USU

 Fotokopi KDD dan informed consent  Cinderamata

Rp. 150.000,00

Rp. 10.000,00 Rp. 200.000,00 3 Pengumpulan laporan skripsi

 Kertas A4 80 gr 2 rim  Penjilidan

(16)
(17)
(18)
(19)

Lampiran 12

Riwayat Hidup

Nama : Widy Santri Ningsih

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 21 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gang Medan Area No: 23 Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Quran Tahun 1999 - 2000

2. SD Perguruan Sariputra Tahun 2000 - 2006

(20)

NO PERNYATAAN SIGNIFIKAN LINE KODING KATEGORI SUB TEMA TEMA

1.

Kalo sakit ya saya bawa ke dokter spesialis anak, buka praktek di rumahnya selalu saya bawa kesitu, imunisasi juga disitu kalo minum obat gitu kan gak sampe 3 hari sembuhlah dia.

P1.L127-berobat ke dokter dan

bidan

1.1 Cuma saya bawa ke rumah sakit aja berobatnya

mbak nanti dikasih obat sama dokternya

P2.L128 Ibu membawa BBLR

berobat ke dokter spesialis

1.2 Bayi saya ini cocok-cocokan sama dokternya,

jadi cuma saya bawa ke dokter itu itu aja

P2.L133-134

BBLR selalu dibawa berobat ke dokter yang

sama

1.3 Kalo gak bisa sembuh di bidan yaudah dibawa

ke dokter, pokoknya dicoba semualah

P8.L182 Ibu membawa BBLR

berobat ke dokter

1.4 Kalo sakit dibawa ke bidan sumi aja berobat P3.L133 Ibu membawa BBLR

berobat ke bidan

1.5

Ya dibawa ke bidan aja, serasi dia sama bidannya. Gak pernah ke dokter-dokter ke bidan ajalah dia

P4.L120-121 Ibu membawa BBLR

berobat ke bidan

1.6

Kalo sekarang kan udah agak lumayan lah ini, dulu setiap seminggu sekali berobat, memang sakitnya demam berobat ke bidan

P4.L127-130

BBLR sakit seminggu sekali dan dibawa rutin berobat ke bidan

1.7

Belum pernah sakit dia sejauh ini, jadi ya belum pernah kakak bawa berobat. Biasanya memang tempat bu sumi, anak pertamaku kalo sakit ya bawa kesitu

P5.L113-115 Ibu membawa BBLR

(21)

1.8

Kalo berobat biasanya dibawa ke bidan dekat sini, di murtatuli biar gak jauh kali, cocok kok dia berobat di bidan itu

P6.L117-118

Ibu membawa BBLR berobat ke bidan dekat

rumah

1.9

Udah besar ini pun paling lama sakit 2 ato 3 harilah, karena kalo sakit demam pun dibawa ke bidan dikasi obat ya turun panasnya, trus berat badannya turun dikit aja, nanti makan yaa naik lagi

P6.L158-160 BBLR mengalami

demam dan selalu dibawa berobat ke

bidan

1.10

Ku bawa lah tempat bidan dekat rumah memang bidan itu juga yang nolong melahirkan, kata orang pun coba dulu bawa ke bidannya biar bidan itu yang nangani

P8.L179

Ibu membawa BBLR berobat ke bidan dekat

rumah

1.11 Ya kalo sakit dibawa ke bidan aja, soalnya di

bidan juga udah sembuhnya

P9.L82 Ibu membawa BBLR

berobat ke bidan

1.12

Udah dikasih makan gak mau diam, dikasi susu juga gak mau diam. Terakhir, kakak bawa ke tempat orang tua sana, adalah dulu kakek-kakek kan, ntah diapain sama dia baru dia diam agak lumayan nangisnya

Ya berobat-berobat kampong gitulah. Kalo sama dokter sama aja, bayi gak mungkin minum-minum obat banyak-banyak kan

P4.L116-117

Ibu membawa BBLR berobat kampung

1.14 Ya iyalah, dibawa dia kusuk kemana-mana

P4.L112 Ibu membawa BBLR

berobat ke tukang kusuk

(22)

dekat-dekat sini tempat pak uban namanya, tiga-tiganya anak kakak dikusuk disitu

164 kusuk setiap bulan

1.16

Yah paling kalo jatuh kakak bawa kusuk, kalo capek dia kakak bawa kusuk juga itu ajanya. Kalo jamu gak ada kakak kasih, paling cuma itulah nanti anak kakak belajar jalan jatuh dia keseleo yaudah dibawa kusuk

P9.L119

Ibu membawa BBLR ke tukung kusuk jika

terjatuh

1.17

Cuma minum jamu ajalah kemaren, itupun jarangnya mereka minum jamu, nanti kalo lewat jamunya kakak panggil trus kakak kasih lah ke mereka, malam sebelum tidur pun kakak kasih

P7.L166-169 BBLR diberikan jamu

setiap malam

1.18

Gak ada pake pengobatan tradisional, istilahnya udah umur 4 tahun ininya orang itu tau minum jamu gendong, kalo dulu gak ada dikasih

P8.L187 BBLR diberikan jamu

gendong sejak usia 4 tahun

2.

Pas di rumah sakit bayi saya gak diimunisasi, jadi kami sibuk nyariin imunisasi ke rumah sakit lain

P1.L69

Ibu mencari imunisasi untuk BBLR di rumah

sakit lain

Diimunisasi pun lengkap udah sampe imunisasi meningitis, kan kalo usia diatas 9 bulan baru sampe meningitis aja.

P1.L143

Ibu memberikan imunisasi meningitis

untuk BBLR

2.2 Supaya gak mudah sakit selalu saya antisipasi

dengan rutin imunisasi P2.L101

Ibu memberikan imunisasi agar BBLR

tidak mudah sakit

2.3

(23)

2.4 Selalu ikut imunisasi dia kakak buat, nantilah

tanggal 16 ini di tempat bu sumi, 2 bulan sekali P5.L80

Ibu rutin membawa BBLR untuk imunisasi

ke bidan

2.5

Hmm, imunisasi mereka lengkap udah sampe imunisasi campak, kemaren imunisasi di rumah sakit malahayati

P6.L120-121

Ibu memberikan imunisasi campak untuk BBLR di rumah

sakit

2.6

Iyalah, wajib diimunisasi pokoknya lengkap imunisasi dia sampe 9 bulan itu kan. Kalo gak salah sampe imunisasi campak

P9.L105

BBLR diberikan imunisasi lengkap sampai usia 9 bulan

2.7

Dikasih ASI aja dia sampe sekarang umurnya 6 bulan, kakaknya dulu gitu juga, mereka berdua kuat ASI

P5.L72-73 BBLR diberikan ASI

eksklusif

BBLR diberikan ASI ekslusif, susu formula

dan makanan pendamping asi (mp

asi) seperti roti dan bubur

Memenuhi kebutuhan nutrisi BBLR

2.8 Iya, 2 tahun juga ASI kakak kasih mereka itu

kemaren

P8.L159

BBLR diberikan ASI selama 2 tahun

2.9

Cuma kakak kasih ASI 1 jam sekali sama mereka selama sebulan, kalo sekarang udah pake susu tambahan lah kayak susu-susu formula gitu

P7.L83-85 BBLR diberikan ASI

setiap 1 jam dan susu formula

2.10 Iya, saya kasih ASI sama dia sampe 2 tahun

P9.L69

BBLR diberikan ASI sampai berusia 2 tahun

2.11

Makan juga harus dijaga, minum dikasi sekali 2 jam kadang gak nyampe sejam orang ini nangis yah dikasi susu lagi makanya cepat naik berat badannya apalagi pas dikasi susu bebelac

P6.L79-81 BBLR diberikan susu

(24)

2.12

Tidur aja kerjaannya, harus seringlah bangunin dia biar dikasih minum susu, setiap satu jam dikasih minum. Karena harus hati-hati kali, dan telaten.

Trus dikasih susu formula khusus BBLR, di rumah sakit dikasih Enfagrow cuman setelah pulang gak naik-naik berat badannya cobalah diganti susu bebelac rupanya naik berat badannya

P6.L85-88

Ibu mengganti susu formula dengan merk

lain karena tidak ada penambahan berat badan pada BBLR

2.14

Dikasih susu formula biasa aja, soalnya dikasih kemaren susu formula khusus untuk bayi bblr gak cocok, jadi digantilah malah susu biasa yang cocok

Hm, kuat orang itu minum susu dek, selagi ayahnya masih mau kerja ada ajanya itu rezekinya

P7.L92-93 BBLR kuat minum

susu formula

2.16

Kasih kue karena pas suami baru-baru buka bengkel masih mendasarlah bilang, susu orang itu awak kasih sgm sama mp asi bubur-bubur itu

P8.L113

BBLR diberikan susu sgm dan mp asi

2.17

Dibilang kuat ya biasalah, pagi nanti dikasih makan, kasih roti 1 biji, sore dikasih makan lagi terserah mau nasi ato bubur baru malam dikasih makan lagi, 4 kali lah satu hari dikasih makan, nanti satu sachet mp asi itu untuk berdua

P8.L163

BBLR diberikan roti, bubur, mp asi dan makan 4 kali sehari

2.18 Kalo PASI nya ya dikasih bubur SUN

P5.L78

(25)

2.19 Kalo PASI semuanya lah kakak kasih, mau bubur mau nasi semua dimakan

P6.L144

Ibu memberikan PASI yaitu bubur

2.20

Ku kasih nasi buburlah dicampur sama bayam sampe sekarang, cuman itulah buburnya dimasak sendiri

P7.L114-115 BBLR diberikan bubur yang dicampur dengan bayam

2.21

Oh kalo PASI ku kasih promina dek, gak ada dicampur apa-apa. Kadang ya ku kasih bubur, tapi kalo bubur pas udah 8 bulan kemaren, agak lama jugalah

P9.L71

Ibu memberikan PASI yaitu bubur saat BBLR berusia 8 bulan

2.22

Ya pengalaman selama ini harus hati-hatilah harus benar-benar teliti, cara jagalah segalanya lah gimana minum susunya, botol susunya sebentar-sebentar harus direndam pake air panas dan air harus dimasak sendiri tidak boleh dari dispenser.

P6.L76-78 Harus hati-hati dan

menjaga kebersihan botol susu dan air harus dimasak sendiri

Menjaga kebersihan botol susu, air minum

dan pakaian BBLR

Mempertahankan kesterilan dalam perawatan BBLR

2.23

Kan kata dokternya gitu berat badannya belum mencukupi jadi jaganya harus hati-hati, gak sembarangan nyuci botolnya, nyuci bajunya memang ada khusus sabunnya

P6.L81-Pas keluar dari rumah sakit, karena masih kecil itu kan terbilang ngerawatnya harus teliti, harus dijaga harus higienis lah semua, kalo udah mencapai berat normal yah gak masalah

P6.L109-Kalo waktu kecil jarak sakitnya antara 30 menitlah, maksudnya yang satu mencret tunggu setengah jam lagi awak mau berobat udah datanglah satu lagi mencret itu

P8.L87

Ibu kebingungan karena BBLR sakit

bersamaan

Bingung saat BBLR sakit, tidak bisa pergi

ke pesta, tidak bisa pergi ke pengajian, tidak bisa belanja dan

Hambatan dalam

(26)

sakitlah, stress awak karena sama-sama pulak

Paling pas dia sakitlah, gak tau mau ngapain bingung lah nanti itu. Kalo udah panas nanti, apalagi tengah malam trus rewel juga dia kan makin bingung lah.

Kesulitannya cuma pas mereka sakit aja, apalagi kalo ada keperluan mau pesta, disitu jugalah kendalanya, gak bisa pergilah kesana

P10.L148 Ibu mengalami

kesulitan saat BBLR sakit, tidak bisa pergi

ke pesta

3.4

Karena namanya awak yang ngurus sendiri kan, mana terkontrol lagi istilahnya awak masak di dapur gak adalah yang ngawaninnya, namanya anak-anak kan lasak, gak bisa pergi wirid di mesjid

P9.L102 Ibu kesulitan dalam

perawatan BBLR karena menjaga sendirian dan tidak

bisa pergi wirid

3.5

Cuma kalo kendalanya karena kembar di waktu sakitlah, stress awak karena sama-sama pulak sakitnya, gak bisa kemana-mana, belanja pun gak bisa

P8.L145 Ibu mengalami

kesulitan karena BBLR sakit bersamaan, tidak bisa

belanja ke warung

3.6

Istilahnya kalo sakit orang itu kan, pekerjaan rumah gak bisa dikerjakan, kawan gak ada, itunya makanya stress awak bertumpuk dengan rutinitas yang itu aja

P8.L137 Ibu mengalami

kesulitan saat BBLR sakit, pekerjaan rumah

terabaikan

4.

Dia dulu juga gak pande sendawa, udah ditepuk-tepuk juga gak akan keluar, jadi kakak tidurin di dada kakak, kakak tetap duduk sampe pagi, disuruh dokternya ditelungkupkan aja bayinya tapi kakak gak beranilah, kadang kan sampe kakak gak tidur pun, ya tapi gak

P1.L172-174 Ibu mengalami

insomnia karena bayi sakit, dan sering bangun di malam hari

Mengalami insomnia saat merawat BBLR

(27)

susahnya cuma itu aja

4.1

Cuma itulah yang saya bilang tadi kesulitannya sering gak tidur malam, dia sakit-sakitan terus, nangis aja kerjanya

Waktu kami baru pindah kesini kalo pagi sampe siang dia tidur, pas malam dia melek, jadi kalo malam kami gak ada tidur jagain dia sepanjang malam, itu aja sih.

Karena beratnya 2500 gram, kata dokter gapapa udah aman itu, tapi saya ada takut juga dan paling ya sedih kok bayi orang montok ya bayi saya enggak

P1.L66 Ibu merasa sedih

karena bayinya kecil

Hmm gimana ya, pasti sedihlah liat keadaan bayi saya yang kecil tapi karena saya lihat dia utuh maksudnya gak kurang sesuatu apapun ya agak tenang lah dikit

P2.L74

Ibu merasa sedih karena bayinya kecil

4.3

Ya sedihlah, kecewa juga dek yang lain anaknya besar-besar, anak awak lain sendiri. Trus bayinya kecil pulak, jadi agak takut ngerawatnya, gak berani takutlah pokoknya.

P3.L62

Ibu merasa sedih dan takut karena bayinya

kecil

4.4

Baru-baru lahir sempat sedih kalo liat dia, anak orang besar-besar lah anakku kecil sendiri. Tapi kan udah lama-lama dia kan bertambah beratnya makin besar ya senanglah gitu gak sia-sia yang ngerawatnya sampe gak tidur.

P3.L181

Ya sedihlah dek, sempat terpikir juga kayak gini, hidup gak itu anak ya kecil kali pulaknya? Ya gimana lah, ya gitulah dek.

P4.L57

(28)

4.6

Kalo sedih ya paling karena bayiku kok gak kayak bayi orang lain ya, kan besar-besar, nah anak kakak kecil paling itu doang, kalo masalah takut ya enggaklah dek

P5.L60 Ibu merasa sedih

karena bayinya kecil tidak seperti bayi normal umumnya

4.7 Sedihlah aku dek, siapalah yang menjaga

mereka sementara awak masih diinfus kemaren.

P8.L80 Ibu merasa sedih

karena tidak ada yang menjaga BBLR

4.8

Sempat kena baby blues sih namanya emosi kadang nangis, gak dibentak nangis, nanti sikit-sikit sensi sama suami bahkan sama semua orang sensi, kadang tebilang kenapa aku gak diajak tapi kok dia diajak gitu gitulah dek pokoknya.

P1.L204

Ibu merasa sedih dan sensitif saat merawat

BBLR

4.9

Tapi kadang kalo gak terhadapi, keluarlah awak dari rumah, dihalaman rumah juga memang ku tinggalkan mereka berdua nangislah dulu awak, baru masuk lagi ngerawat orang itu

P8.L134

Ibu merasa sedih dan menangis melihat

kondisi BBLR

4.10

Tiba-tiba bangun pagi subuh-subuh ketika bayi saya nangis saya juga ikutan nangis gitu gitu aja kerjaan saya selama kurang lebih 4 bulan

P2.L150

Ibu menangis melihat kondisi BBLR

4.11

Gak pernah kena baby blues, cuma ya itu lah yang kakak bilang kalo mereka sakit, mencret dua-duanya, awak gak sanggup sempat nangis tapi gak didepan orang itu awak keluar mencairkan suasana

P8.L190

Ibu menangis saat melihat BBLR sakit

4.12

Habis melahirkan itu paling sensi yang melarlah perut jadi jeleklah inilah, udah itu sering gak tidur malam, merasa diabaikan abis lahir aja dulu aku dirame-ramekan pas dia lahir sunyi tinggal aku sendiri

(29)

saya terkena baby blues blues saat merawat BBLR

5.

Pokoknya orang tua dari kedua pihak selalu mendukung perawatan bayi saya kok sampe dia sebesar ini

5.1 Suami saya juga ikut ngebantu tapi yang lebih

ngebantu sih mama saya

P2.L116 Ibu dibantu suami saat

merawat BBLR

5.2

Ya, kalo lagi repot suami bantulah dikit-dikit, pas anaknya kecing, digantiin popoknya, kadang nidurkan anaknya yah gitu ajalah

P3.L159-Mama saya bantu yaa mulai dari ganti popok, ngasih susu formula, ngerawat bayi saya kalo sakit, trus kasih obat

P2.L112-Mama kakak dia paling kalo namanya belum habis haid kan nyuciin baju anak saya trus sebelum tali pusarnya lepas yang mandiin bidan dekat rumah, trus mama juga ngerawat-ngerawat saya , buat jamu ntah apa gitu.

P1.L157-160 Ibu dibantu menyuci

baju oleh orang tua, dan bayi dimandikan

oleh bidan

5.5

Biasanya mama ato mama mertua bantu-bantu biasalah, ganti popok bantu kasih makan anak awak, gitu ajalah

Ikutlah, kadang suami kakak yang nyuci nanti kakak ngurus anak kakak, kalo kakak lagi tidur ya suami kakak yang jaga, gantian lah dek

P7.L147-Suami bantu yah kalo malam kadang buatkan susu, karena satu nyusu satu lagi minum susu di dodot, kalo pas mau makan nanti dipanggilnya mereka, dipangkuinnya trus dikasinya makan

P8.L120

Ibu dibantu suami memberikan makan

(30)

disuapinnya

5.8

Ya ikutlah, ya kalo kakak tidur dia gantiin popok, kalo kakak capek nanti gantian jaganya, dari habis maghrib sampe jam 9 nanti dijaganya lah itu anaknya, gitu-gitu ajalah paling kalo dia gak sibuk ya.

Gak lah dek, disini dulu kan rame banyak yang bantu jadi gak sendirian lah kemaren, istilahnya pas mau kerja ada yang gendong anak kakak, ada yang jaga juga, pokoknya rame lah dulu senang aja lah rasanya, anakku ada yang jaga terbantulah. Ya biasa ajalah rasanyaa hahaa.

P10.L142

Luar biasa sekali dukungan yang mereka berikan apalagi disaat saya gak bisa ngasih ASI ke bayi saya dan disitu saya demam

P2.L86 Mendapatkan

dukungan dari keluarga saat sakit

5.11

Kalo bidannya ya mandiin bayi saya terus diliatnya juga bayinya masih kuning ato gak. Sering diingetin juga kalo pagi hari jangan lupa dijemur bayinya, pakein baju, seminggu sekali ditimbang sama dia biar liat perkembangan bayi saya

Pas di stabat, kami nyewa bidan disana karena kami pun gak berani ngerawat bayi, karena kan kecil.

Dulu dia gak pande minumnya jadi bidan itulah yang bantu ngasih minum kemaren, nyusu pun dia gak pande pas bulan-bulan pertama, lama kali kalo nyusu.

P3.L121-123 Ibu dibantu bidan

dalam pemberian minum BBLR

5.14

Yah pertamanya dimasukin dalam keranjang lah anak kakak baru dikelilingi pake karton baru dipasang lampu diatasnya gitu sama bidannya

P7.L67-68

(31)

dipasang lampu oleh bidan

5.15

Ya trus dilap aja sama bidannya bayinya jangan dimandikan dulu selama sebulan dikasi baby oil aja, dibajuin harus hangat biar jangan kedinginan bayinya

P7.L75-77 BBLR tidak boleh

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Atikah. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika Brunedell et al. (2012). Perawatan Bayi Lengkap. Jakarta: Inovasi

Depkes RI. (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode

Kanguru. Diakses pada tanggal 28 November 2015 dari

http:www.depkes.go.id

Ellya, E. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: TIM.

Elvira, S. (2006). Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Irianto, K. (2014). Seksologi Kesehatan. Bandung: Alfabeta

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Lee., C. S., Long, A., & Boore, J. (2009). Taiwanese Woman’s Experiences of Becoming A Mother to A Very-Low-Birth-Weight Preterm Infant: A Grounded Theory Study. Interrnational Journal of Nursing Studies, 46: 326-336

Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Gadjah Mada University Press

Maryunani & Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada Neonatus. Jakarta: Trans Info Media.

Mok, E. & Leung, S. F. (2006). Nurses as Providers of Support for Mothers of Premature Infants. Journal of Clinical Nursing. 15, 726-734

Nabiwemba et al. (2014). Recognition and Home Care of Low Birth Weight Neonatus: a Qualitative Study of Knowledge, Beliefs, and Practices of Mothers in Iganga-Mayuge Health and Demographic Surveillance Site. Nurse Media Journal of Nursing. 1(2): 147-158

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.

Perinasia (2010). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode Kanguru. Jakarta: Nuha Medika

(33)

Pramono, J. (2010). Jamu Ramuan Surga Plus Pijat Refleksi. Jakarta: TIM

Proverawati, A. (2010). BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assesing Evidence for Nursing Practice (9th ed). Philadelphia: Lippincott

Polit, D.F., & Beck, C.T (2012). Nursing Research: Principles and Methods (7 th ed). Philadelphia: Lippincott

Rasak, M & Natsir, S. (2013). Perilaku Pencarian Pengobatan di Kalangan Ibu Rumah Tangga dalam Menanggulangi Penyakit pada Balita di Binanga. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Roesli, U. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Rukiyah & Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM

Rumil. (2010). Gizi pada Bayi. Yogyakarta: Nuha Medika

Siswuharjo, S & Chakhrawati, F. (2002). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

World Health Organization (WHO). (2014). Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy Brief . Geneva

(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2012) sehingga dari pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman ibu usia remaja dalam merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan.

3.2 Partisipan

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan

menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah (1) ibu usia 17-20 tahun yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini dan Klinik Bersalin Sumiariani, (2) mempunyai pengalaman merawat bayi berat lahir rendah di rumah, (3) komunikatif, dan (4) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.

(35)

(Polit & Beck, 2012). Pada penelitian ini sudah terjadi saturasi data saat partisipan kesepuluh. Pengambilan data partisipan dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini dan Klinik Bersalin Sumiariani.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Badrul Aini dan Klinik Bersalin Sumiariani Kota Medan karena terdapat partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti pada kriteria inklusi.

3.3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dimulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan bulan April 2016, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

3.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (Lampiran 6). Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

(36)

Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi yang diperlukan saja yang akan dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian. Peneliti juga tidak akan merugikan partisipan baik dalam hal fisik maupun psikologis (non-maleficiency).

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Pertama merupakan Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan meliputi usia, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku , berat lahir bayi, dan lama perawatan BBLR (Lampiran 3)

(37)

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya peneliti melakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan cara mewawancarai partisipan yaitu ibu remaja yang melahirkan bayi berat lahir rendah. Pilot study pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen sudah cukup baik dalam melakukan wawancara dan melakukan analisa data kualitatif. Setelah melakukan pilot study, hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya dikonsultasikan dengan

pembimbing. Setelah mendapat persetujuan pembimbing, kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada partisipan berikutnya.

Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan wawancara kepada partisipan. Proses wawancara dimulai dengan melakukan prolonged engagement yaitu dengan cara mengadakan hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti sudah membina hubungan yang baik dengan partisipan. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh akan lebih lengkap. Pada tahap ini, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan pengumpulan data yang dilakukan terhadap partisipan.

(38)

untuk mendapatkan data dasar kemudian peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-dept interview. In depth interview adalah salah satu cara pengumpulan data melalui percakapan dan proses tanya jawab antara peneliti dengan partisipan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektifitas yang dipahami oleh individu (Polit & Beck, 2012). Pada metode ini peneliti dan partisipan bertemu secara langsung untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan di rumah masing-masing partisipan.

Wawancara dilakukan sekitar 60 menit. Pada penelitian ini, 7 partisipan dilakukan wawancara dengan 1 kali pertemuan dan 3 partisipan lainnya dilakukan wawancara dengan 2 kali pertemuan dikarenakan masih ada hal-hal yang kurang jelas menurut peneliti yang perlu ditanyakan kembali kepada partisipan. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik probing. Peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam wawancara.

(39)

3.7 Analisis Data

Proses analisis data dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara. Peneliti menggunakan metode Colaizzi (1978, dalam Polit & Beck, 2012) dalam menganalisis data karena metode ini memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisis data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses analisa data dalam penelitian ini meliputi:

1. Membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan partisipan. Dalam hal ini, peneliti membaca semua transkrip dan juga mendengarkan alat perekam beberapa waktu untuk mendapatkan rasa keakraban terhadap makna ekspresi dan untuk kepekaan peneliti terhadap cara setiap partisipan berbicara.

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang pengalaman ibu usia remaja dalam merawat BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di Kota Medan. 3. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil pengertiannya.

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam kelompok-kelompok tema.

(40)

6. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin.

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Dari hasil validasi, partisipan menyatakan hasil yang didapat pada penelitian ini sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan.

3.8 Tingkat Kepercayaan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan lima kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, confirmability, dan authenticity (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck,

2012).

Credibility (uji tingkat kepercayaan) merupakan kriteria untuk memenuhi

nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Credibility pada penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement. Prolonged engagement pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan

hanya 1 kali pertemuan dengan partisipan dikarenakan peneliti sudah membina hubungan yang baik dengan partisipan. Dengan demikian, antara peneliti dan partisipan tumbuh hubungan saling percaya dan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka dalam memberikan informasi dan informasi yang diperoleh akan lebih lengkap.

Confirmability pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa seluruh

(41)

Kemudian peneliti menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk matriks tema.

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas

dari proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data, membuat koding-koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan dalam situasi atau kelompok yang lain. Kriteria ini digunakan untuk melihat bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks (setting) tertentu dapat ditransfer ke subjek lain yang memiliki karakteristik yang sama.

Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan

(42)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah (BBLR). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengeksplorasi pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Hasil penelitian ini memunculkan lima tema yang memberi suatu gambaran atau fenomena pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

4.1Hasil penelitian

4.1.1 Karakteristik Partisipan

(43)

orang, dan SD sebanyak satu orang. Kesepuluh ibu usia remaja bekerja sebagai ibu rumah tangga. Berat badan bayi antara 2000-2500 gram. Lama perawatan bayi saat diwawancarai berumur 6 bulan sebanyak dua orang, umur 1 tahun sebanyak satu orang, umur 2 tahun sebanyak tiga orang, dan umur 4 tahun sebanyak empat orang. Karakteristik partisipan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

19-21 tahun 5 50

22-24 tahun 5 50

Pendidikan

SD 1 10

SMA 5 50

SMK 2 30

S1 2 20

Agama

Islam 9 90

Kristen Protestan 1 10

Suku

Batak 4 40

Minang 1 10

Jawa 5 50

Pekerjaan

Ibu rumah tangga 10 100

Berat bayi saat dilahirkan

2000-2200 gram 4 40

2350-2500 gram 6 60

Lama perawatan bayi

6 bulan-1 tahun 3 30

(44)

4.1.2 Hasil wawancara pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah (BBLR) di kota Medan

Tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara adalah sebanyak lima tema yang memaparkan berbagai pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan. Kelima tema tersebut adalah (1) mengupayakan pengobatan untuk BBLR, (2) memberikan perawatan khusus pada BBLR, (3) mengalami keterbatasan kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR, (4) menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR, dan (5) mendapat dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan.

1. Mengupayakan pengobatan untuk BBLR

Selama melakukan perawatan bayi di rumah, ibu remaja mengupayakan berbagai macam tindakan pengobatan untuk BBLR. Adapun tindakan pengobatan yang dilakukan ibu remaja yaitu, mengupayakan pengobatan medis dan pengobatan tradisional untuk bayi.

a. Mengupayakan pengobatan medis

Delapan dari sepuluh partisipan lebih memilih membawa bayi yang sakit berobat ke dokter dan bidan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan seperti dibawah ini:

“….Kalo sakit ya saya bawa ke dokter spesialis anak, buka praktek di rumahnya selalu saya bawa kesitu, imunisasi juga disitu kalo minum obat gitu kan gak sampe 3 hari sembuhlah dia….”

(Partisipan 1)

(45)

(Partisipan 4)

“….Kalo berobat biasanya dibawa ke bidan dekat sini, di murtatuli biar gak jauh kali, cocok kok dia berobat di bidan itu….”

(Partisipan 6)

b. Mengupayakan pengobatan tradisional (non-medis)

Lima partisipan yang menjadi objek penelitian juga mengatakan bahwa bayi pernah dibawa berobat kampung dan memberikan jamu kepada bayi berat lahir rendah. Berikut pernyataan partisipan:

“….Udah dikasih makan gak mau diam, dikasi susu juga gak mau diam. Terakhir, kakak bawa ke tempat orang tua sana, adalah dulu kakek-kakek kan, ntah diapain sama dia baru dia diam agak lumayan nangisnya….”

(Partisipan 4)

“….Yah paling kusuk lah. Tiap bulan kusuk ada di dekat- dekat sini tempat pak uban namanya, tiga-tiganya anak kakak dikusuk disitu…”

(Partisipan 6)

“….Cuma minum jamu ajalah kemaren, itupun jarangnya mereka minum jamu, nanti kalo lewat jamunya kakak panggil trus kakak kasih lah ke mereka, malam sebelum tidur pun kakak kasih….”

(Partisipan 7)

2. Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR

(46)

a. Memberikan imunisasi kepada bayi

Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa memberikan imunisasi kepada bayi berat lahir rendah merupakan suatu keharusan agar bayi tidak mudah terserang penyakit. Partisipan juga mengatakan bahwa imunisasi dilakukan di rumah sakit atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya, misalnya di posyandu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“….Kalo imunisasi memang lengkap, wajiblah diimunisasi anakku ini biar gak sakit-sakit aja kerjanya….”

(Partisipan 4)

“….Supaya gak mudah sakit selalu saya antisipasi dengan rutin Imunisasi di posyandu dekat rumah….”

(Partisipan 2)

“….Pas di rumah sakit bayi saya gak diimunisasi, jadi kami sibuk nyariin imunisasi ke rumah sakit lain….”

(Partisipan 1)

b. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi

Empat dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi terutama pada usia 6 bulan pertama, dan tetap melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai umur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“….Dikasih ASI aja dia sampe sekarang umurnya 6 bulan, kakaknya dulu gitu juga, dia kuat ASI….”

(Partisipan 5)

“….Iya, 2 tahun juga ASI kakak kasih dia itu kemaren….” (Partisipan 8)

“….Iya, saya kasih ASI sama dia sampe 2 tahun….”

(47)

Empat dari sepuluh partisipan juga mengatakan bahwa mereka memberikan susu formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi disamping memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Makan juga harus dijaga, minum susu dikasi sekali 2 jam kadang gak nyampe sejam orang ini nangis yah dikasi susu lagi makanya cepat naik berat badannya apalagi pas dikasi susu bebelac….”

(Partisipan 6)

“….Dikasih susu formula biasa aja, soalnya dikasih kemaren susu formula khusus untuk bayi bblr gak cocok sama bayiku, jadi digantilah malah susu biasa yang cocok….”

(Partisipan 7)

Dan lima partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan makanan pendamping air susu ibu (PASI) setelah bayi berat lahir rendah berusia 6 bulan. Partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan roti dan bubur. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:

“….Dibilang kuat ya biasalah, pagi nanti dikasih makan, kasih roti 1 biji, sore dikasih makan lagi terserah mau nasi ato bubur baru malam dikasih makan lagi, 4 kalilah satu

hari dikasih makan, nanti satu sachet mp asi itu untuk berdua....” (Partisipan 8)

“….Ku kasih nasi buburlah dicampur sama bayam sampe sekarang, cuman itulah buburnya dimasak sendiri….”

(Partisipan 7)

“….Oh kalo PASI ku kasih promina dek, gak ada dicampur apa-apa. Kadang ya ku kasih bubur, tapi kalo bubur pas udah 8 bulan kemaren, agak lama jugalah….”

(48)

c. Mempertahankan kesterilan dalam perawatan bayi

Salah satu partisipan mengatakan bahwa dalam merawat bayi berat lahir rendah harus hati-hati, teliti, dan mempertahankan kebersihan dari botol susu, pakaian dan air minum yang dikomsumsi oleh bayi. Hal itu dilakukan karena bayi berat lahir rendah masih sangat rentan terkena infeksi diakibatkan sistem imunitas yang belum matang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dibawah ini:

“….Ya pengalaman selama ini harus hati-hatilah harus benar-benar teliti, cara jagalah segalanya lah gimana minum susunya, botol susunya sebentar-sebentar harus direndam pake

air panas dan air harus dimasak sendiri tidak boleh dari dispenser….” (Partisipan 6)

“….Kan kata dokternya gitu berat badannya belum mencukupi jadi jaganya harus hati-hati, gak sembarangan nyuci botolnya, nyuci bajunya memang ada khusus sabunnya….”

(Partisipan 6)

3. Mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR Saat merawat bayi berat lahir rendah di rumah, ibu mengalami hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

a. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat bayi sakit

Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan berbagai aktivitas saat bayi sakit, segala kegiatan terpaksa diabaikan dan ditunda terlebih dahulu. Partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa pergi ke pesta, pengajian, belanja dan pekerjaan rumah terabaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Kesulitannya cuma pas mereka sakit aja, apalagi kalo ada keperluan mau pesta, disitu jugalah kendalanya, gak bisa pergilah kesana….”

(49)

“….Karena namanya awak yang ngurus sendiri kan, mana terkontrol lagi istilahnya awak masak di dapur gak adalah yang ngawaninnya, namanya anak-anak kan lasak, gak bisa pergi wirid di mesjid….”

(Partisipan 9)

“….Cuma kalo kendalanya karena kembar di waktu sakitlah, stress awak karena sama-sama pulak sakitnya, gak bisa kemana-mana, belanja pun gak bisa….”

(Partisipan 8)

4. Menderita secara fisik, psikologis dan emosional saat merawat BBLR Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap kesepuluh partisipan didapatkan bahwa ibu remaja menderita secara fisik, psikologis dan emosional saaat merawat bayi berat lahir rendah yaitu mengalami insomnia, kesedihan yang dirasakan ibu, mengalami baby blues dan sensitif saat merawat bayi.

a. Mengalami insomnia

Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami insomnia saat merawat bayi di rumah, hal ini disebabkan karena bayi sakit, tidak bisa melakukan sendawa setelah makan, dan bayi sering menangis. Berikut pernyataan partisipan:

“….Dia dulu juga gak pande sendawa, udah ditepuk-tepuk juga gak akan keluar, jadi kakak tidurin di dada kakak, kakak tetap duduk sampe pagi, disuruh dokternya ditelungkupkan aja bayinya tapi kakak gak beranilah, kadang kan sampe kakak gak tidur pun, ya tapi gak susahnya cuma itu aja….”

(Partisipan 1)

“….Cuma itulah yang saya bilang tadi kesulitannya sering gak tidur malam, dia sakit-sakitan terus, nangis aja kerjanya….”

(Partisipan 4)

“….Waktu kami baru pindah kesini kalo pagi sampe siang dia tidur, pas malam dia melek, jadi kalo malam kami gak ada tidur jagain dia sepanjang malam, itu aja sih….”

(50)

b. Kesedihan yang dirasakan ibu atas kelahiran BBLR

Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa sedih karena bayi mereka kecil tidak seperti bayi-bayi normal pada umumnya. Berikut pernyataan partisipan:

“….Hmm gimana ya, pasti sedihlah liat keadaan bayi saya yang kecil tapi karena saya lihat dia utuh

maksudnya gak kurang sesuatu apapun ya agak tenang lah dikit….”

(Partisipan 2)

“….Ya sedihlah, kecewa juga dek yang lain anaknya besar-besar, anak awak lain sendiri. Trus bayinya kecil pulak, jadi agak takut ngerawatnya, gak berani takutlah pokoknya….”

(Partisipan 3)

“….Ya sedihlah dek, sempat terpikir juga kayak gini, hidup gak itu anak ya kecil kali pulaknya? Ya gimana lah, ya gitulah dek….”

(Partisipan 4)

c. Mengalami baby blues dan merasa sensitif saat merawat BBLR

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa saat merawat bayi berat lahir rendah mengalami baby blues dan merasa sensitif karena merasa diabaikan oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini:

“….Habis melahirkan itu paling sensi yang melarlah perut jadi jeleklah inilah, udah itu sering gak

tidur malam, merasa diabaikan abis lahir aja dulu aku dirame-ramekan pas dia lahir sunyi tinggal aku sendiri…”

(Partisipan 1)

“….Jadi selama bayi saya masih beberapa minggu saya terkena baby blues….”

(51)

5. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan a. Mendapatkan dukungan dari pihak keluarga

Dari tujuh partisipan yang menjadi objek penelitian, seluruhnya mendapatkan sumber dukungan dari keluarga. Terutama sumber perhatian dari orang-orang disekitarnya baik itu orang tua, suami, maupun keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini:

“….Mama kakak dia paling kalo namanya belum habis haid kan nyuciin baju anak saya trus sebelum tali pusarnya lepasyang mandiin bidan dekat rumah, trus mama juga ngerawat-ngerawat saya , buat jamu ntah apa gitu…”

(Partisipan 1)

“Suami bantu yah kalo malam kadang buatkan susu, karena satu nyusu satu lagi minum susu di dodot, kalo pas mau makan nanti dipanggilnya mereka, dipangkuinnya trus dikasinya makan disuapinnya….”

(Partisipan 8)

“….Ikutlah, kadang suami kakak yang nyuci nanti kakak ngurus anak kakak, kalo kakak lagi tidur ya suami kakak yang jaga, gantian lah dek….”

(Partisipan 7) b. Mendapat dukungan dari tenaga kesehatan

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapat bantuan dari tenaga kesehatan dalam perawatan bayi berat lahir rendah di rumah. Berikut pernyataan partisipan:

“….Kalo bidannya ya mandiin bayi saya terus diliatnya juga bayinya masih kuning ato gak. Sering diingetin juga kalo pagi hari jangan lupa dijemur bayinya, pakein baju, seminggu sekali ditimbang sama dia biar liat perkembangan bayi saya….”

(52)

“….Yah pertamanya dimasukin dalam keranjang lah anak kakak baru dikelilingi pake karton baru dipasang lampu diatasnya gitu sama bidannya….”

(Partisipan 7)

Tabel 4.1.2 Matriks Tema Matriks Tema

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kota Medan Tema 1: Mengupayakan Pengobatan untuk BBLR Sub Tema:

a. Membawa BBLR berobat ke dokter b. Membawa BBLR berobat ke bidan

a. Membawa BBLR berobat kampung b. Memberikan jamu

Tema 2: Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR Sub Tema:

a. Memberikan imunisasi lengkap b. Memberikan imunisasi meningitis c. Memberikan imunisasi campak a. Memberikan ASI ekslusif b. Memberikan susu formula

c. Memberikan makanan pendamping asi (mp asi) seperti roti dan bubur

a. Menjaga kebersihan botol susu, dan air minum BBLR

(53)

Tema 4: Menderita secara Fisik, Psikologis dan Emosional saat Merawat BBLR

a. BBLR tidak bisa melakukan sendawa di malam hari b. BBLR sakit

Tema 5 : Mendapat Dukungan dari Pihak Keluarga dan Tenaga Kesehatan Sub Tema:

4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

(54)

1. Mengupayakan pengobatan untuk BBLR

Delapan dari sepuluh partisipan lebih memilih membawa bayi yang sakit ke sarana pelayanan kesehatan, seperti dibawa berobat ke dokter dan bidan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasak (2013) bahwa dalam proses penyembuhan biasanya ibu melakukan penyembuhan suatu penyakit dengan cara mengambil rujukan dari medis.

Lima partisipan yang menjadi objek penelitian mengatakan bahwa bayi pernah dibawa berobat kampung dan memberikan jamu kepada bayi berat lahir rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasak (2013) bahwa banyak orang tua, khususnya ibu mencari pengobatan di luar medis yang dipercaya mampu untuk menyembuhkan anggota keluarganya, dan hal ini juga dipengaruhi perasaan denial (penolakan) terhadap diagnosa medis terhadap kondisi anaknya. Hal ini

juga sesuai dengan pernyataan Pramono (2010) bahwa mengkomsumsi jamu memberikan efek positif terhadap kesehatan, tidak mengandung bahan kimia, tidak memiliki efek samping, dan diramu dari bahan-bahan yang disediakan dari alam, sehingga aman untuk dikomsumsi oleh bayi.

2. Memberikan Perawatan Khusus pada BBLR

(55)

Empat partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan ASI eksklusif sebagai makanan utama bayi terutama pada usia 6 bulan pertama, dan tetap melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai umur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Roesli (2012) bahwa pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja, selain itu pemberian ASI juga penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus, selain itu pengeluaran sisa pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna.

Empat partisipan lainnya juga mengatakan bahwa mereka memberikan susu formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi disamping memberikan ASI. Lima partisipan mengatakan bahwa bayi diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) setelah bayi berat lahir rendah berusia 6 bulan. Partisipan mengatakan bahwa mereka memberikan roti dan bubur. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Rumil (2010) bahwa secara fisiologis, setelah usia 6 bulan bayi telah siap untuk menerima makanan tambahan, karena pada usia tersebut ASI tidak dapat memenuhi lagi kebutuhan gizi bayi tersebut, sehingga makanan pendamping ASI sangat dibutuhkan, misalnya susu formula. Selain itu, ASI hanya mampu memenuhi kebutuhan energi sekitar 60-70% dan sangat sedikit mengandung mikronutrien sehingga memerlukan tambahan makanan lain yang disebut makanan pendamping ASI..

(56)

pakaian dan air minum yang dikomsumsi oleh bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Pantiawati (2010) bahwa bayi berat lahir rendah lebih rentan terserang penyakit dan infeksi, karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan bayi supaya tetap bersih sekaligus meminimalisasi kemungkinan terserang infeksi.

3. Mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi

Tiga dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan berbagai aktivitas saat bayi sakit, segala kegiatan terpaksa diabaikan dan ditunda terlebih dahulu. Partisipan mengatakan bahwa mereka tidak bisa pergi ke pesta, pengajian, belanja dan pekerjaan rumah terabaikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Mansur (2009) bahwa ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah cenderung mengalami keterbatasan waktu bekerja karena harus mengurus anak, interaksi sosial juga berkurang karena banyak waktu yang dihabiskan untuk memberi perhatian kepada anaknya, mengalami keterbatasan gerak keluarga dalam bersosialisasi dan tidak bisa bebas bila ingin pergi kemanapun karena anak harus ikut.

4. Menderita secara fisik, psikologis dan emosional

(57)

Enam dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka merasa sedih karena bayi mereka kecil tidak seperti bayi-bayi normal pada umumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Elvira (2006) bahwa proses penerimaan ibu terhadap kelahiran BBLR sangat berpengaruh pada kesiapan ibu dalam merawat bayi, bila masa penerimaan terlalu lama bahkan ibu terjebak dalam keadaan penolakan (denial) yang cukup lama akan sangat mengancam kelangsungan hidup yang baru dilahirkannya. Selain itu, kondisi ibu sangat berpengaruh besar dalam mengawal bayinya melewati masa-masa pertumbuhan.

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa saat merawat bayi berat lahir rendah mengalami baby blues dan merasa sensitif karena merasa diabaikan oleh keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elvira (2006) bahwa baby blues dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi dan atau timbulnya kesadaran akan meningkatnya tanggung jawab sebagai ibu. Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami gangguan kemampuan dalam merawat bayinya, ibu

menjadi kurang bertenaga, tidak dapat berkonsentrasi, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian. Akibatnya ibu dapat merasa bersalah dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai seorang ibu.

5. Mendapat dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan

(58)

baru lahir, oleh sebab itu pelibatan keluarga harus menjadi bagian dari asuhan bayi baru lahir untuk memberikan rasa aman, meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat diri dan bayinya, dan mempromosikan kesejahteraan ibu dan bayi dengan memperhatikan keyakinan, nilai, tradisi, dan budaya yang dianut oleh keluarga. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lee., Long, & Boore (2009) menunjukkan bahwa suami adalah pendukung utama dalam keluarga selanjutnya ibu kandung dan ibu mertua melengkapi dukungan.

Dua dari sepuluh partisipan mengatakan bahwa mereka mendapat

bantuan dari tenaga kesehatan dalam perawatan bayi berat lahir rendah di rumah. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Mok dan Leung (2006) bahwa perawat dan bidan adalah tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi dengan bayi dan keluarga harus memiliki pendekatan khusus dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir untuk membantu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, spiritual, ekonomis dari keluarga secara keseluruhan terhadap asuhan perawatan pada bayi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yulianty (2010) dukungan tenaga kesehatan diwujudkan dengan pemberian informasi, melatih keterampilan, dan tindakan tenaga kesehatan terhadap perawatan BBLR.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan diantaranya yaitu:

(59)

berkomunikasi pada beberapa partisipan yang usianya masih remaja, sehingga peneliti harus membuat ilustrasi dari pertanyaan yang tidak dipahami oleh partisipan, hal ini menyebabkan data yang terkumpul menjadi belum optimal dalam waktu yang telah direncanakan.

2. Peneliti mengalami kesulitan dalam pencarian partisipan penelitian.

(60)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap sepuluh partisipan, maka penelitian ini menemukan ada 5 tema terkait dengan pengalaman ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah di kota Medan, yaitu (1) mengupayakan pengobatan untuk BBLR, (2) memberikan perawatan khusus pada BBLR, (3) mengalami keterbatasan dalam kegiatan sosialisasi saat merawat BBLR, menderita secara fisik, (4) psikologis dan emosional saat merawat BBLR, dan (5) mendapat dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan konsep bagi perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa terkait dengan asuhan keperawatan pada ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir rendah sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.

5.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

(61)

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

(62)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) 2.1.1 Definisi BBLR

Proverawati dan Ismawati (2010) menyatakan bahwa definisi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di bawah persentil 10 dinamakan ringan untuk kehamilan. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).

2.1.2 Klasifikasi BBLR

Maryunani dan Nurhayati (2009) menyatakan bahwa ada cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:

1. Menurut berat badannya:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram

c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. 2.1.3 Etiologi BBLR

(63)

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum menurut Proverawati dan Ismawati (2010) yaitu:

1. Faktor ibu

Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah antara lain: (a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat, pendarahan antepartum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal); (b) Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, malaria, TORCH; (c) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun; (d) Kehamilan ganda (multigravida); (e) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun); (f) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya; (g) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok, dan alkohol); (h) Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh; (i) Bekerja yang terlalu berat (Proverawati & Ismawati, 2010).

2. Faktor janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah antara lain: (a) Kelainan kromosom (trisomy autosomal); (b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan); (c) Disautonomia familial; (d) Radiasi; (e) Kehamilan ganda/kembar (gemeli); (f) Aplasia pancreas (Proverawati & Ismawati, 2010).

3. Faktor plasenta:

(64)

(hidramnion); (b) Luas permukaan berkurang; (c) Plasentitis vilus (bakteri,virus dan parasit); (e) Infark; (f) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa); (g) Plasenta yang lepas; (h) Sindrom plasenta yang lepas; (i) Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik) (Proverawati & Ismawati, 2010).

4. Faktor lain

Selain faktor ibu, janin dan plasenta, ada faktor lain yaitu faktor lingkungan yang meliputi bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, dan terpapar zat beracun (Proverawati & Ismawati, 2010).

Berdasarkan tipe BBLR menurut (Proverawati & Ismawati, 2010) penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:

1. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh: (a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi; (b) Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia; (c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu; (d) Malaria kronik, penyakit kronik; (e) Ibu hamil merokok.

2. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh: (a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar; (b) Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya, (c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim); (d) Pendarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage); (e) Ibu hamil yang sedang sakit; (f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.

2.1.4 Manifestasi BBLR

(65)

(b) Panjang kurang dari 45 cm; (c) Lingkar dada kurang dari 30 cm; (d) Lingkar kepala kurang dari 33 cm; (e) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu; (f) Kepala lebih besar; (g) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang; (h) Otot hipotonik lemah; (i) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea; (j) Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus; (k) Kepala tidak mampu tegak; (l) Pernapasan 40 – 50 kali / menit; (m) Nadi 100 – 140 kali / menit (Pantiawati, 2010).

2.1.5 Masalah-masalah yang Dapat Terjadi

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), masalah-masalah yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:

1. Hipotermia

Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang mengalami hipotermia adalah sebagai berikut: (a) Suhu tubuh < 32º C; (b) Mengantuk dan sukar dibangunkan; (c) Menangis sangat lemah; (d) Seluruh tubuh dingin; (e) Pernafasan lambat; (f) Pernafasan tidak teratur; (g) Bunyi jantung lambat; (h) Mengeras kaku (sklerema); (i) Tidak mau menyusui, sehingga berisiko dehidrasi (Proverawati & Ismawati, 2010).

2. Hipoglikemia

(66)

setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama (Proverawati & Ismawati, 2010).

3. Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya (Proverawati & Ismawati, 2010). 4. Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan ≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa langsung menyusui (Proverawati & Ismawati, 2010).

5. Gangguan Imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig C, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang (Proverawati & Ismawati, 2010).

6. Kejang saat dilahirkan

(67)

nafasnya agar tetap dalam kondisi bebas. Bila perlu diberikan obat anti kejang (Proverawati & Ismawati, 2010).

7. Ikterus (Kadar bilirubin yang tinggi)

Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir, dan berbagai jaringan oleh warna zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (Proverawati & Ismawati, 2010).

8. Sindroma gangguan pernafasan

Gangguan nafas yang sering terjadi pada bayi BBLR kurang bulan (masa gestasi yang pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan. Membran hialin ini jarang terjadi pada bayi besar yang lahir pada waktunya kecuali bayi yang lahir dengan bedah sesar dan bayi dari ibu penderita diabetes mellitus. Sedangkan gangguan nafas yang sering terjadi pada bayi BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. Selain itu, pada bayi BBLR dapat mengalami gangguan pernafasan oleh karena bayi menelan air ketuban sehingga masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengganggu pernafasannya (Proverawati & Ismawati, 2010).

9. Asfiksia

(68)

10. Masalah Perdarahan

Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau menurun, gangguan trombosit, dan gangguan pembuluh darah. Faktor yang berperan serta dalam masalah perdarahan pada bayi BBLR antara lain adalah: (a) Meningginya fragilitas kapiler, arteri, dan jaringan kapiler vena dalam jaringan germinal paraventrikular yang mudah rusak, dan (b) Meningginya tekanan vaskular (Proverawati & Ismawati, 2010).

11. Anemia

Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relatif lebih cepat. Oleh karena itu, anemia pada bayi BBLR terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus akan memperberat anemianya. Persediaan zat besi pada neonatus termasuk bayi dengan BBLSR biasanya mencukupi sampai berat badannya menjadi 2 kali berat lahir (Proverawati & Ismawati, 2010).

` 2.1.6 Penatalaksanaan Umum pada Bayi BBLR

Pantiawati (2010) menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat

dilakukan pada bayi BBLR yaitu: 1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

(69)

diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas (yang diukur dengan komsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal (Pantiawati, 2010).

Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan komsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5º - 37º C. Dalam keadaan tertentu bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian (Pantiawati, 2010). .

2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR (Pantiawati, 2010). .

Gambar

Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan
Tabel 4.1.2 Matriks Tema

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal NPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak

Asas Legalitas merupakan suatu asas yang menentukan bahwa tidak ada suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam

Wawancara tersebut menghasilkan sebuah permasalahan yang ada di Rumah Sakit Khusus Mata Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan yaitu kurang efisiennya aplikasi pengolahan

“Kampanye Pentingnya Doa Bagi Anak Usia 5- 12 Tahhun Melalui Pembelajaran Di Sekolah Minggu” juga terdapat berbagai pembelajaran yang diajarkan dan didalam kampanye tersebut juga

Hasil test menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan variabel independen komitmen guru terhadap variabel dependen kinerja guru dengan koefisien regresi

[r]

berjumlah 63 siswa, teknik samplingnya adalah sampling jenuh, sampelnya adalah siswa kelas VIII A dan VIII B,variabel bebas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

20+ Contoh Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9 SMP/MTs Semester Genap Terbaru - Bagi Adik adik dimana saja berada yang ingin sekali mempelajari Soal UAS Bahasa Inggris Kelas 9