• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1.2. Hasil Wawancara

1 1 14.3% 14.3% 14.3% 7. Status paritas : - Primipara - Multipara - Grandemultipara 0 2 5 0% 28.6% 71.4% 8. Usia menopause: - 40- 44 tahun - 45 -55 tahun - 56-60 tahun 1 5 1 14.3% 71.4% 14.3% 9. Lama menopause - < 10 tahun - 10-15 tahun - 15-30 tahun 1 2 4 14.3% 28.6% 57.1% 10. Pasangan : - Hidup - Meninggal dunia 3 4 42.9% 57.1% 11. Tempat tinggal: - Milik sendiri - Bersama anak 4 3 57.1% 42.9% 1.2 Hasil Wawancara

Hasil analisa data menjelaskan 8 tema yang ditemukan pada penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman masa menopause ibu suku Minang sebagai berikut: a) Waktu menopause; b) Pengetahuan tentang masa menopause; c) Keluhan masa menopause; d) Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan masa menopause; e) Perawatan masa menopause; f) Manfaat perawatan masa menopause; g) Respon terhadap masa menopause; h) Dampak masa menopause.

a. Waktu menopause

Waktu menopause mencakup usia ibu mengalami menstruasi terakhir kalinya. Hasil wawancara terhadap ibu suku Minang ditemukan waktu menopause

ibu suku Minang dalam rentang usia menopause yang semestinya yaitu dalam rentang 42 sampai 60 tahun, berikut ungkapannya:

“Sajak umua 42 tahun… Ibu yobana masih mudo katiko 42 tahun. Ibu yobana ndak manyangko masak iyo umua 42 tahun ibu alah baranti mens”.

(Semenjak berumur 42 tahun…Ibu masih sangat muda ketika berumur 42 tahun. Ibu sangat tidak menyangka ketika umur 42 tahun ibu sudah berhenti mens). (P7)

“Sajak baumua 45 tahun awak ndak pernah halangan lai… kiro-kiro alah 15 tahun…”.

(Semenjak berumur 45 tahun saya tidak pernah haid lagi… kira-kira sudah 15 tahun). (P5)

“Katiko tanggal 6 februari 2004, kiro-kiro alah 10 tahun… jarak umua 45 sampai 60 gitu. Ibu menopause nyo umua 46 tahun”.

(Pada tanggal 6 februari 2004. Kira-kira sudah 10 tahun… Dengan jarak usia 45 sampai 60 tahun. Ibu berhenti menopausenya umur 46 tahun). (P3) “Kiro-kiro tahun 97… katiko umua ibuk 49 mandakekan 50 tahun..”. (Kira-kira tahun 97… ketika umur ibu 49 mendekati 50 tahun…). (P1) “…Katiko cucu partamo ibu lahia. Kiro-kiro umua 50 tahun…”.

(Ketika cucu pertama ibu lahir. Kurang lebih ketika berumur 50 tahun…). (P2)

“Sajak umua 52 tahun, ibu emang dari dulu ndak tetap menstruasinyo… Sampai pado akhirnyo yo bana baranti katiko ibu baumua 52 tahun”. (Semenjak berumur 52 tahun, ibu memang dari dulu tidak tetap menstruasinya… Sampai pada akhirnya berhenti ketika ibu berumur 52 tahun). (P6)

“Ibu baronti halangan nyo katiko baumua 60 tahun, lamo kan”. (Ibu berhenti menstruasinya ketika berumur 60 tahun, lama kan). (P4) b. Pengetahuan tentang masa menopause

Hasil wawancara terhadap ibu suku Minang ditemukan pengetahuan masa menopause ibu suku Minang. Pengetahuan ibu suku Minang tentang masa menopause adalah suatu kondisi berhentinya menstruasi, berikut ungkapannya:

“Menopause ri satau ibu katiko menstruasi awak baronti, kalau lah lewat umua awak ndak menstruasi awak le, baronti total mens awak…”.

(Menopause menurut pengetahuan ibu adalah ketika menstruasi kita berhenti, kalau sudah berumur lanjut menstruasi kita berhenti total). (P1)

“Satau ibu menopause tu katiko awak ndak haid lai, awak lah abis haid nyo dek faktor umua lah tuo…”.

(Setahu ibu menopause itu adalah ketika kita sudah tidak haid lagi, darah haid kita sudah habis karena faktor usia yang sudah tua). (P3)

“Menopause ri berhubungan jo halangan yaitu katiko akhir dari halangan awak, awak ndak halangan lai sampai salamo e”.

(Menopause itu berhubungan dengan menstruasi yaitu akhir dari menstruasi kita, kita tidak pernah menstruasi lagi sampai selamanya). (P5) “Menopause nan ibu tau olah baronti halangan awak, mens ndak pernah datang le, baronti untuak salamo e”.

(Menopause menurut pengetahuan ibu adalah berhenti menstruasi, menstruasi tidak pernah datang lagi, berhenti untuk selamanya). (P6)

“Menopause tu halangan yang lah baranti, ndak akan datang lagi halangan sampai maningga”.

(Menopause itu menstruasi yang sudah berhenti, tidak akan datang lagi menstruasi sampai kita meninggal). (P7)

Namun dua partisipan tidak mengetahui istilah menopause, berikut ungkapannya:

“Menopause itu nan ndak mangaroti ibu, mungkin yo jak itu ajo nye, ndak ado marusak dan ndak berdampak ka kasehatan awak do samo ajo jo katiko menstruasi dulu…”.

(Menopause itu yang ibu tidak mengerti, mungkin ya seperti itu saja, tidak merusak dan tidak berdampak terhadap kesehatan sama saja seperti waktu menstruasi). (P2)

“Menopause ri ibu ndak tau de nak, dulu ndak ado istilah itu de…”.

(Ibu tidak mengetahui tentang menopause, dahulu tidak ada istilah menopause…). (P4)

c. Keluhan Masa Menopause

Keluhan masa menopause merupakan semua gejala yang dirasakan oleh ibu suku Minang sepanjang masa menopause baik pada saat pramenopause, menopause dan post menopause.

Dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu suku Minang mengungkapkan keluhan premenopause, menopause dan postmenopause. Berikut peneliti menguraikan satu persatu hasil wawancara yang diperoleh :

(1) Keluhan pramenopause

Keluhan pramenopause yang diungkapkan oleh ibu suku Minang antara lain jumlah darah saat menstruasi sedikit, menstruasi tidak teratur (irregular), jumlah darah saat menstruasi banyak, sakit kepala dan mual.

Jumlah darah saat menstruasi sedikit diungkapkan oleh satu partisipan, berikut ungkapannya:

“Manjolang kaboronti ri yang ibu rasoan biaso ajo nye, tapi tigo bulan sabulan menopause ri mens ibu saketek-saketek sajo”.

(Sebelum berhenti itu yang ibu rasakan ya biasa-biasa saja. Tetapi tiga bulan sebelum menopause jumlah darah menstruasi ibu yang keluar sedikit- sedikitsaja). (P1)

Menstruasi yang tidak teratur diungkapkan oleh tiga partisipan, berikut ungkapannya:

“…Mens awak ndak taratur do, misalnyo bulan kini awak menstruasi tu bulan besuak indak, tapi alah bara bulan siap itu datang menstruasi tu baliak”.

(Menstruasi saya tidak teratur, misalnya bulan sekarang saya menstruasi, bulan berikutnya tidak namun beberapa bulan berikutnya datang lagi…). (P3)

“ Sabalum baranti tibo-tibo sajo menstruasi ibu ndak rutin do. Misalnyo bulan kini datang menstruasi ibu, bulan besuaknyo ndak datang lai,

(Sebelum berhenti tiba-tiba saja menstruasi ibu tidak rutin. Misalnya bulan ini menstruasi ibu datang, bulan besoknya tidak datang lagi, kadang dalam satu bulan menstruasi ibu bisa datang dua kali). (P4)

“…Sabalum baranti menstruasi ibu, haid ibu acok ndak teratur. Kadang tiok bulan ado datang kadang ndak pernah datang bara bulan. Ndak teratur gitu menstruasi ibu do. Kadang Cuma sakali tigo bulan ibu menstruasinyo…”.

(Sebelum ibu berhenti menstruasi, haid ibu sering tidak teratur. Kadang tiap bulan datang kadang tidak pernah datang beberapa bulan. Menstruasi ibu tidak teratur dan sering datang hanya sekali dalam tiga bulan…). (P6) Sakit kepala diungkapkan oleh tiga partisipan, berikut ungkapannya: “…Sakik kapalo nyo acok datang tibo-tibo, tapi dalam bara minik kadang ilang sakik kapalonyo. Dan kadang-kadang sakik kapalonyo taraso sangaik manusuak, ado raso kamuntah kadang. Raso sakik kapalonyo mulai dari bagian balakang lihia sampai ka kapalo muko”.

(Sakit kepala nya sering datang tiba-tiba, tapi dalam beberapa menit terkadang hilang sakit kepalanya. Namun kadang-kadang sakit kepalanya terasa sangat menusuk, disertai mual juga. Sakit kepalanya terasa mulai dari bagian belakang leher sampai ke kepala bagian depan). (P3)

“Ibu marasoan sakik kapalo, tapi sakik kapalo datangnyo tibo-tibo. Kadang sabonto sajo datang e nyo”.

(Ibu merasakan sakit kepala, tapi sakit kepala datang nya tiba-tiba. Kadang sebentar saja datangnya). (P5)

Jumlah darah saat menstruasi banyak diungkapkan oleh dua partisipan, berikut ungkapannya:

“Manjalang baranti, mentruasi yang kalua banyak-banyak dan lamo, tu sudah itu habis ndak datang nyo lai. Ndak ado ibu menstruasi le…”. (Menjelang berhenti, menstruasi yang keluar sangat banyak dan lama, setelah itu ibu tidak menstruasi lagi). (P5)

Sakit perut diungkapkan oleh dua partisipan, berikut ungkapannya:

“…yang ibu rasoan hanyo sakik poruk iko. Rasonyo jak malilik nak, tu katiko mens ibu baronti total ndak ado sakik paruik lai”.

(…yang ibu rasakan hanya sakit perut ini. Rasanya seperti melilit namun ketika mens ibu sudah berhenti total sakit perutnya hilang). (P4)

(Selain itu ibu juga merasakan perih dibagian bawah perut ibu nak, apalagi ketika darah menstruasi ibu banyak keluar). (P5)

Kecemasan diungkapkan oleh satu partisipan, berikut ungkapannya:

“Ibu maraso cameh jo indak nyaman , nio sumbayang sajo ibu ndak bisa. Ibu dongo dari urang kalau olah limo boleh hari mens itu biasonyo panyakik. Mambuek makin comeh, soal e ibu maraso ndak ado sakik de”. (Ibu merasa cemas dan tidak nyaman, mau shalat saja ibu tidak bisa. Ibu dengar dari orang kalau sudah lima belas hari men situ biasanya penyakit. Hal tersebut semakin membuat ibu cemas, karena ibu merasa tidak ada sakit). (P5)

(2) Keluhan menopause

Keluhan menopause yang diungkapkan oleh ibu suku Minang adalah hubungan seksual tidak lancar, sakit ketika berhubungan seksual, penurunan gairah seksual, sakit kepala, semburan panas (hot flushes), kecemasan, mudah marah (irritability) dan sering terkejut.

Hubungan seksual tidak lancar diungkapkan oleh dua partisipan, berikut ungkapannya:

“…kalau nio berhubungan suami istri ndak model biasonyo le… berhubungan ndak lancar mode waktu menstruasi le”.

(…kalau mau berhubungan suami istri tidak seperti biasanya lagi, berhubungan tidak lancar seperti waktu menstruasi). (P1)

“Waktu ibu alah menopause bapak ndak ado komen apo-apo do nak, cuman kami lah jarang malakukan hubungan…”.

(Waktu ibu sudah menopause bapak tidak pernah komen, cuma kami jarang melakukan hubungan). (P6)

Sakit ketika berhubungan seksual diungkapkan oleh empat partisipan, berikut ungkapannya:

“…kalau alah menopause awak bisa merasoan sakik. Istilah e paranak’an awak ri lah koriang. Sobob aia e ri lah bakurang… kalau olah menopause taraso kosek lah sakik raso e”.

(…kalau setelah menopause kita bisa merasakan sakit. Istilahnya rahim kita sudah kering karena airnya sudah berkurang…kalau sudah menopause terasa agak kesat sudah sakit rasanya). (P1)

“…Takadang taraso sakik saat berhubungan. Raso sonang jo gairah ri bono nan indak ado lai yang ado hanyo raso sakik. Alah bara tahun ko, takuik ibu jadinyo berhubungan dek raso sakik tu”.

(Terkadang terasa sakit saat berhubungan. Rasa senang dan gairah itu yang sudah tidak ada. Sudah beberapa tahun ini ibu takut untuk berhubungan karena sakit). (P3)

“Sakik nak dek awak lendirnyo kan ndak ado lai alah kariang.”

(Sakit nak, karena kita sudah tidak ada lagi lendirnya sudah kering). (P5) “…katiko masih menstruasi kan aia e masih ado jadi ndak porih do, kalau olah menopause ndak ado lai jadi itu agak poriah raso e nak”.

(…ketika kita masih menstruasi air nya masih ada jadi tidak perih, kalau sudah menopause sudah tidak ada lagi menyebabkan rasa perih). (P6) Penurunan gairah seksual diungkapkan oleh tiga partisipan, berikut ungkapannya:

“…parasaan ibu re bono yang ndak nio untuak malakuan hubungan le nak, gairah ri bono nan ndak ado le”.

(…Perasaan ibu tidak mau lagi untuk berhubungan, gairah itu sudah tidak ada nak). (P1)

“…yo nafsu ri bono nan ndak ado le, misal e disaat nio malakuan hubungan seksual, gairah ri bono nan ndak muncul lai. Kesenangan ri ndak ado le”.

(…ya nafsu (gairah) sudah tidak ada, misalnya disaat ingin melakukan hubungan seksual, gairah itu sudah tidak muncul lagi, kesenangan itu sudah tidak ada). (P3)

Partisipan kelima mengungkapkan juga mengalami penurunan gairah seksual namun hubungan seksual tetap dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang untuk memenuhi kewajiban, berikut ungkapannya:

“Nafsu ri memanglah ilang, paliang hanyo malopean kewajiban sajo tapi kasiah sayang ri salalu tacurahkan… nafsu lah kurang tu mungkin dek kami lah tuo jo ibu olah koriang jadi ndak ado keinginan untuak malakuan tu lai”.

(Nafsu (gairah) itu sudah hilang, palingan hanya untuk memenuhi kewajiban yang sudah kurang itu mungkin karena kami sudah tu dan ibu sudah kering jadi tidak ada keinginan untuk melakukannya lagi). (P5) Sakit kepala diungkapkan oleh dua partisipan, berikut ungkapannya:

“Alah menopause ko kapalo saketek sakik, kini ko agak sakik mah…”. (Setelah menopause kepala sedikit sakit, sekarang ini agak terasa…). (P3) Partisipan kelima mengungkapkan bahwa sakit kepala sering disebabkan karena banyak pikiran dan merasa ada beban, berikut ungkapannya:

“Sakik kapalo ibu acok datang pado maso menopause, mungkin dek banyak pikiran, kadang mikian anak, mode stres gitu mungkin yo dek banyak beban pikiran”.

(Sakit kepala ibu sering datang pada masa menopause mungkin karena banyak pikiran, kadang mikirin anak, seperti stres gitu mungkin karena banyak beban pikiran). (P5)

Tidur mengalami gangguan ketika menopause ibu lebih mudah terbangun ketika dini hari dan waktu subuh diungkapkan oleh satu partisipan, berikut ungkapannya:

“Lolok ibu totop rutin. Jam 10 malam lolok, jam satangah 5 atau jam 4 subuah olah jago dan ndak bisa lolok le”.

(Jam tidur ibu tetap rutin, jam 10 malam ibu sudah tidur, jam setengah 5 atau jam 4 subuh ibu sudah bangun, dan tidak bisa tidur lagi). (P1)

Semburan panas (hot flushes) diungkapkan oleh dua partisipan, berikut ungkapannya:

“ Ibu maraso aneh ado raso angek-angek didaerah kaki ibu, rasonyo tu mode manyombua angek. Tapi sabonto ajo nye nak, lah sudah itu ilang”. (Ibu merasa aneh ada rasa panas diaerah kaki ibu, rasanya itu seperti semburan panas. Tapi sebentar saja, setelah itu hilang). (P5)

“Parubahan yang signifikan ndak ado do, paliang ibu marasoan ka angek’an ajo nyo… rasonyo tu model semburan angek, ka muko kaki jo tangan. Angek nyo tu taraso limo sampai sapuluah minik. Sudah itu agak kurang e tu model biaso sajo lai”.

ibu. Panasnya terasa sekitar lima sampai 10 menit. Setelah itu agak kurang dan hanya panas biasa). (P7)

Salah seorang partisipan mengungkapkan adanya kecemasan, mudah marah dan sering terkejut ketika menopause, kecemasan ibu sering terjadi karena takut suami marah, berikut ungkapannya:

“Ibu marasoan comeh, kadang acok takajuik-kajuik lo, badabuak jantuang ibuk, pamberang, emosional tinggi samanjak menopause. Kalau ibuk lah takajuik jantuang ibuk badabuak kancang…Ibu acok comeh jo badan ibu nyo, terkadang laki wak ndak terlayani model biaso lai, takuik wak inyo berang”.

(Ibu merasakan kecemasan, kadang sering terkejut juga, jantung berdebar-debar, pemarah, emosional tinggi kalau sudah menopause. Ketika ibu terkejut jantung ibu berdebar-debar kencang… ibu sering cemas dengan perubahan fisik ibu, takut suami marah tidak terlayani seperti biasanya). (P3)

(3) Keluhan postmenopause

Keluhan postmenopause yang diungkapkan oleh ibu suku Minang adalah nyeri punggung dan kaki, nyeri pinggang dan mata kabur.

Nyeri punggung dan kaki diungkapkan oleh satu partisipan, berikut ungkapannya:

“Tulang pungguang iyo, tapi itu tajadi dek dulu ibu pernah dipasangan dek dokter pen ditulang pungguang… ngilu-ngilu raso e nak, manjujuang boban ndak tolok dek ibu le… kaki ibu sakik pulo, sakik bono raso e, borek untuak dilangkahan”.

(Tulang punggung iya, tapi itu terjadi karena dulu ibu pernah dipasangkan dokter pen ditulang punggung ibu… rasanya ngilu nak, memikul beban sudah tidak sanggup ibu…kaki ibu juga sakit, sakit sekali rasanya, berat buat dilangkahkan). (P1)

Sakit pinggang dan mata kabur diungkapkan oleh satu partisipan, berikut ungkapannya:

“Sakik pinggang ri yobono ndak tatahankan sakik e dek ibu de nak, raso kaputuh pinggang ibu nak. Bacorai raso e pinggang jo kaki. Salamo tigo

togak, lolok ajo nan bisa ibu nye… mato ibu kabua pulo tapi mangaji lai nampak kalau ndak pakai kaco mato”.

(Sakit pinggang ini rasanya sangat tidak tertahanka sama ibu nak, rasanya mau putus pinggang ibu, berpisah rasanya pinggang sama kaki. Selama tiga hari ibu tidak sanggup duduk, kalau mau duduk dibantu, tidak sanggup berdiri, hanya tidur saja yang ibu bisa… mata ibu juga kabur tapi kalau mengaji masih nampak tanpa pakai kaca mata). (P4)

d. Faktor yang mempengaruhi keluhan menopause

Hasil wawancara terhadap ibu suku Minang ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menopause. Ibu suku Minang mengungkapkan faktor yang mempengaruhi keluhan masa menopause adalah faktor sosioekonomi. Berikut ungkapannya :

“Ibu mancari rasoki yo fokus ba’a caro e ndak dapek piti banyak. Ba’a caronyo bisa makan, soalnyo suami ibu ndak bisa karojo le, yo tapaso ibu karojo manjaik untuak mamonuahan kebutuhan keluarga. Jadi harus fokus karojo, kalau indak karojo nio makan apo, dek itulah ibu ndak ado taraso sakik dibadan”.

(Ibu fokus mencari rezeki bagaimana caranya supaya ibu mendapatkan banyak uang, bagaimana caranya bisa makan, soalnya suami ibu sudah tidak bisa lagi bekerja, ya terpaksa ibu bekerja menjahit untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi ibu harus fokus bekerja, kalau tidak bekerja mau makan apa, karena itu ibu tidak merasa sakit dibadan). (P1)

Faktor lain yang mempengaruhi keluhan menopause partisipan pertama adalah kondisi pasangan, berikut ungkapannya:

“…ibu samanjak bapak sakik ndak pernah berhubungan le. Sobob kondisi bapak ri bono yang ndak mengizinkan le, bapak olah impoten. Ya dek itu ndak taraso bono dek ibu le”.

(Ibu semenjak bapak sakit tidak pernah lagi berhubungan suami istri. Sebab kondisi bapak yang tidak mengizinkan lagi, bapak sudah impoten. Karena itulah tidak terlalu ibu rasakan keluhan itu).(P1)

Faktor sosioekonomi juga diungkapkan oleh beberapa partisipan lainnya, berikut ungkapannya:

“Kalau keluhan Alhamdulillah ndak ado taraso, mungkin dek dari dulu ibu harus karojo manolongan pandapek’an suami ibu yang hanyo kusia bendi. Jadi ndak ado taraso apopun dibadan ibu le”.

(Kalau keluhan Alhamdulillah tidak terasa, mungkin karena dari dulu ibu harus bekerja membantu pendapatan suami ibu yang hanya seorang kusir bendi. Jadi tidak terasa apapun lagi dibadan ibu). (P2)

“…kok kendala nan di badan ibu ndak ado ibu rasoan bono de nak, dek banyak bono tuntutan ekonomi mambuek ibu harus giat karjo mambantu suami ibu… kalau ndak ibu sia juo lai, ibu manolongan suami ibu, penghasilan suami ibu ketek nyo”.

(Kalau kendala yang ada ditubuh ibu tidak terlalu ibu rasakan nak, mungkin karena banyaknya tuntutan ekonomi membuat ibu harus giat bekerja membantu suami ibu…kalau bukan ibu siapa lagi, ibu harus menolong suami ibu, penghasilan suami ibu hanya sedikit). (P3)

“Mungkin dek dari dulu alah menjadi suatu kawajiban dek ibu untuak bakarajo, dan emang manjadi tuntutan ekonomi mode itu. Kasado profesi ibu kakok mulai dari batani sampai bataronak. Ibu yobono suko bakarojo”.

(Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan ibu untuk bekerja, dan memang tuntutan ekonomi seperti itu. Semua profesi ibu jalani mulai dari bertani sampai memelihara ternak, ibu sangat suka bekerja). (P4)

“Ibu rutin poi kawasah nak, baporak sayua dakek rumah, mambarasiahan rumah ibu jo rumah anak ibu, mangasuah cucu. Tiok hari lah sibuk dek itu sajo nak, jadi ponek-ponek dibadan ndak taraso le. Karojo harus dikakok untuak nambah piti lanjo kok ndak di kakok tu ndak cukuk piti lanjo le nak”.

(Ibu rutin pergi kesawah nak, bertani sayur dekat rumah, membersihkan rumah ibu dan rumah anak ibu, menjaga cucu. Tiap hari ibu sibuk dengan kegiatan itu saja nak, jadi rasa lelah dibadan sudah tidak terasa lagi. Semua harus dikerjakan untuk menambah uang belanja kalau tidak dikerjakan tidak cukup uang belanja). (P5)

e. Perawatan masa menopause

Perawatan masa menopause mencakup semua tindakan yang dilakukan oleh ibu ketika masa menopause. Tindakan tersebut terdiri atas tindakan perawatan harian dan tindakan mengatasi keluhan yang dialami oleh ibu.

Hasil wawancara terhadap ibu suku Minang peneliti menemukan beberapa perawatan yang dilakukan dan tindakan mengatasi setiap keluhan yang muncul pada masa menopause.

1) Perawatan diri

Kunjungan pemeriksaan kesehatan secara umum merupakan hal yang sangat jarang dilakukan oleh ibu suku Minang. Namun ada satu partisipan mengungkapkan harus melakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap bulannya, berikut ungkapannya:

“ Yo ibu harus baubek rutin jo dokter, sakali 15 ari atau sakali sabulan harus pariso”.

(Ya ibu harus berobat rutin sama dokter, sekali 15 hari atau sekali sebulan harus periksa kesehatan...). (P7)

Dua orang partisipan mengungkapkan melakukan kunjungan pemeriksaan kesehatan dilakukan sekali dalam sebulan di posyandu lansia kelurahan, berikut ungkapannya:

“Ibu satiok bulan pariso kesehatan, disiko satiok bulan kan ado posyandu lansia. Ibu pariso ksesehatan, di pariso dokter ri tensi yang paliang kodok dipariso”.

(Ibu setiap bulan periksa kesehatan, disini setiap bulan ada posyandu lansia. Ibu melakukan pemeriksaan kesehatan, tensi yang paling sering diperiksa oleh dokternya). (P6)

Partisipan pertama juga mengungkapkan kunjungan pemeriksaan kesehatan tidak hanya dilakukan di posyandu lansia tapi juga dilakukan di puskesmas dan rumah sakit umum, berikut ungkapannya:

“Kadang-kadang poi ka puskesmas ibu, kadang ka uma sakik umum, kadang dikelurahan kan ado pospindu namo e, itu ajo nye, sakali sabulan pospindu ado”.

(Kadang-kadang pergi ke puskesmas, kadang kerumah sakit umum. Kadang dikelurahan pospindu namanya. Itu saja sih, sekali sebulan

Empat partisipan lainnya melakukan pemeriksaan kesehatan ketika dalam kondisi sakit saja, berikut ungkapannya:

“Kalau pariso kesehatan rutin re iyo ndak ado ibu de, ibu ajo poi ka dokter samenjak darah tinggi ghe ajo nye nak. Kalau ndak ado sakik ma

Dokumen terkait