PENGALAMAN MASA MENOPAUSE IBU SUKU MINANG DI
KOTO NAN GADANG KOTA PAYAKUMBUH
SKRIPSI
Oleh:
REISY TANE
101101006
FAKULTAS KEPERAWATAN
Judul : Pengalaman Masa Menopause Ibu Suku Minang di Koto Nan Gadang kota Payakumbuh
Peneliti : Reisy Tane
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
NIM : 101101006
Tahun : 2014
ABSTRAK
Menopause adalah suatu masa berakhirnya reproduksi wanita yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang ditandai dengan berhentinya haid. Pada masa menopause terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis. Pengalaman masa menopause bersifat sangat individual dan dipengaruhi budaya. Pada budaya Minangkabau, ibu suku Minang mengungkapkan tidak merasakan perubahan pada masa menopause dan menganggap menopause sebagai suatu hal yang menyenangkan, namun masih sedikitnya informasi menjelaskan terkait dengan budaya khususnya Minangkabau dan menopause.
Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman masa menopause ibu suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak tujuh orang yang diperoleh melalui purposive sampling dan bertempat tinggal di Koto Nan Gadang kota Payakumbuh. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak tujuh orang karena telah mencapai saturasi data. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam (deep interview) dengan menggunakan alat perekam suara.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengalaman masa menopause ibu suku Minang adalah waktu menopause, pengetahuan tentang menopause, keluhan masa menopause, faktor yang mempengaruhi keluhan masa menopause, perawatan masa menopause, manfaat perawatan masa menopause, respon terhadap masa menopause dan dampak dari masa menopause.
Kesimpulan dalam penelitian ini ibu suku Minang tidak merasakan menopause sebagai suatu permasalahan hal tersebut tampak pada tema-tema hasil penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada ibu pada masa menopause.
Title : The Experience of Minangnese Women during Menopause Periods of in Koto Nan Gadang Payakumbuh
Researcher : Reisy Tane
Department : Undergraduate Study of Faculty of Nursing Student ID Number : 101101006
Academic Year : 2014
ABSTRACT
Menopause is the cessation of a woman's reproductive ability caused by the depletion of the hormones of estrogens and progesterone marked by the expiration of menstrual cycle. During menopause, physical and psychological changes occur. Experiences during menopause periods are individual and culture-influenced. In Minangkabau culture, Minangnese women revealed that they did not feel any changes during menopause periods but instead they took menopause as an interesting matter, yet there is only little information related to menopause associated with a culture, Minangkabau in particular.
Research design used was phenomological qualitative method which aimed to explore the experiences of Minangnese women in Kota Nan Gadang Payakumbuh during menopause periods. This research involved seven participants who were selected by using
purposive sampling, all residing in in Koto Nan Gadang Payakumbuh. The reason why the number of the samples was seven participants was that because data saturation had been achieved. The process of data collection used demographic data questionnaire as basic data and deep interview by utilizing voice recorder.
The research results obtained pertaining the Experience of menopause period of minangnese mothers are the periods of menopause, awareness about menopause, jeremiads during menopause, factors causing the jeremiads during menopause, treatment during menopause, the benefits of treatment during manopause periods, responses towards menopause periods and effects of meopause periods.
A conclusion drawn from this research is that minangnese women do not find menopause problematic which is evident in the themes of the research results. The results of this research hopefully can be made use of as a source of knowledge and information for nurses in providing a comprehensive nursing care to women during menopause periods.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karuniaNya, serta pertolonganNya yang senantiasa diberikan kepada penulis
selama penyelesaian skripsi ini dengan judul “Pengalaman Masa Menopause Ibu
Suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh”, yang merupakan salah
satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar
sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis memperoleh banyak dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih setulus-tulusnya kepada Ibu Nur Afi Darti S.kp., M.kep sebagai
dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia menyediakan waktu dan
memberikan masukan-masukan, motivasi dan bimbingan yang berharga selama
penulisan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp., MNS selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit S.kp., MNS selaku pembantu dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanudin A.harahap S.Kp., MNS selaku pembantu dekan III dan
penulis motivasi serta semangat selama masa studi di Fakultas
Keperawatan.
5. Ibu Reni Asmara Ariga S.kp., MARS selaku penguji II skripsi yang telah
banyak membimbing serta memotivasi penulis.
6. Ibu Sri Eka Wahyuni S.kep., Ns., M.kep selaku dosen pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis
kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh dosen pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak mendidik dan memberikan ilmu yang berharga
kepada penulis selama proses akademik dan seluruh staf nonakademik
yang membantu memfasilitasi secara administrasi.
8. Ucapan terimakasih teristimewa untuk Mama tercinta Neni Marlina yang
selalu menyayangi serta selalu memberikan saya motivasi yang sangat luar
biasa didalam hidup saya, Mama yang selalu setia menjadi pendamping
serta sahabat terbaik sepanjang masa. Selanjutnya kepada odang Idris, Ibu
Irna Yulita, tante Roza Arfani A.md dan Ir.Adriadi, Om Del Efendi. Buat
adek yang tersayang Gilang, sepupu Harun, Luma, Norin yang telah
memberikan doa, dukungan fasilitas dan menjadi sponsor utama sepanjang
masa studi saya. Tak lupa juga kepada Papa Albaga yang selalu saya
rindukan. Dan ucapan terimakasih paling spesial kepada dua orang
pahlawan dikehidupan saya yang tak pernah terlupakan dan selalu
yang menyayangi dan senantiasa mendidik saya untuk mencapai cita-cita
mulia.
9. S1 Keperawatan USU 2010, Impaliko-SU, Gamadiksi USU, Keluarga
Sumarsono 26 spesial da davit, da ijul, Renol, Ria, Nurul, Jeri, dan Sari
yang selalu setia memberikan canda tawa serta mendengarkan curhat di
hari-hari saya. Dan untuk sahabat terbaik saya Rahmadsyah Rangkuti
terima kasih buat keceriaan, semangat dan doa yang diberikan setiap
waktu.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
Medan, 18 Juli 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 5
3. Tujuan Penelitian ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Menopause ... 6
1.1 Defenisi menopause. ... 6
1.2 Klasifikasi Menopause ... 7
1.3 Fisiologis Menopause... 7
1.4 Perubahan Fisik dan Psikologis Masa Menopause ... 8
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause ... 13
1.6 Perawatan pada Masa Menopause ... 15
2. Suku Minangkabau ... 20
2.1 Suku Minang ... 20
2.2 Makanan Khas Suku Minang ... 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 24
1. Desain Penelitian ... ……24
2. Partisipan ... 25
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... …26
4. Pertimbangan Etik ... 26
5. Pengumpulan Data ... 27
6. Analisa Data ... 28
7. Tingkat Kepercayaan Data ... 29
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
1. Hasil Penelitian ... 31
1.1. Karakteristik Partisipan ... 31
1.2. Hasil Wawancara ... 34
2. Pembahasan ... 61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
1. Kesimpulan ... 87
2. Saran ... 87
2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 87
2.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 88
2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Partisipan Ibu Suku Minang di Koto Nan
Judul : Pengalaman Masa Menopause Ibu Suku Minang di Koto Nan Gadang kota Payakumbuh
Peneliti : Reisy Tane
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
NIM : 101101006
Tahun : 2014
ABSTRAK
Menopause adalah suatu masa berakhirnya reproduksi wanita yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang ditandai dengan berhentinya haid. Pada masa menopause terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis. Pengalaman masa menopause bersifat sangat individual dan dipengaruhi budaya. Pada budaya Minangkabau, ibu suku Minang mengungkapkan tidak merasakan perubahan pada masa menopause dan menganggap menopause sebagai suatu hal yang menyenangkan, namun masih sedikitnya informasi menjelaskan terkait dengan budaya khususnya Minangkabau dan menopause.
Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman masa menopause ibu suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak tujuh orang yang diperoleh melalui purposive sampling dan bertempat tinggal di Koto Nan Gadang kota Payakumbuh. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak tujuh orang karena telah mencapai saturasi data. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam (deep interview) dengan menggunakan alat perekam suara.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengalaman masa menopause ibu suku Minang adalah waktu menopause, pengetahuan tentang menopause, keluhan masa menopause, faktor yang mempengaruhi keluhan masa menopause, perawatan masa menopause, manfaat perawatan masa menopause, respon terhadap masa menopause dan dampak dari masa menopause.
Kesimpulan dalam penelitian ini ibu suku Minang tidak merasakan menopause sebagai suatu permasalahan hal tersebut tampak pada tema-tema hasil penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada ibu pada masa menopause.
Title : The Experience of Minangnese Women during Menopause Periods of in Koto Nan Gadang Payakumbuh
Researcher : Reisy Tane
Department : Undergraduate Study of Faculty of Nursing Student ID Number : 101101006
Academic Year : 2014
ABSTRACT
Menopause is the cessation of a woman's reproductive ability caused by the depletion of the hormones of estrogens and progesterone marked by the expiration of menstrual cycle. During menopause, physical and psychological changes occur. Experiences during menopause periods are individual and culture-influenced. In Minangkabau culture, Minangnese women revealed that they did not feel any changes during menopause periods but instead they took menopause as an interesting matter, yet there is only little information related to menopause associated with a culture, Minangkabau in particular.
Research design used was phenomological qualitative method which aimed to explore the experiences of Minangnese women in Kota Nan Gadang Payakumbuh during menopause periods. This research involved seven participants who were selected by using
purposive sampling, all residing in in Koto Nan Gadang Payakumbuh. The reason why the number of the samples was seven participants was that because data saturation had been achieved. The process of data collection used demographic data questionnaire as basic data and deep interview by utilizing voice recorder.
The research results obtained pertaining the Experience of menopause period of minangnese mothers are the periods of menopause, awareness about menopause, jeremiads during menopause, factors causing the jeremiads during menopause, treatment during menopause, the benefits of treatment during manopause periods, responses towards menopause periods and effects of meopause periods.
A conclusion drawn from this research is that minangnese women do not find menopause problematic which is evident in the themes of the research results. The results of this research hopefully can be made use of as a source of knowledge and information for nurses in providing a comprehensive nursing care to women during menopause periods.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup (life expectancy at birth) pada manusia
dewasa ini mencapai usia 80 tahunan merupakan bukti adanya peningkatan
kesejahteraan dan kesehatan yang baik namun pada wanita akan mencapai masa
akhir dari reproduksi. Berdasarkan hasil sensus penduduk US tahun 2002 jumlah
penduduk wanita di Negara Amerika adalah 144 juta, dimana 33 juta telah
berumur 55 tahun keatas dan sebagian besar telah mengalami menopause
(Decherney, 2007).
Di Indonesia menurut data hasil sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan
Pusat Statistik, jumlah penduduk wanita di Indonesia 102,8 juta jiwa dengan usia
harapan hidup rata-rata 66 tahun (Depkes, 2007). Pada tahun 2025 Indonesia
diprediksi akan menghadapi sekitar 60 sampai 65 juta lanjut usia sedangkan pada
saat ini jumlah lanjut usia masih sekitar 15 juta oraang. Seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup pada wanita Indonesia, akan mengakibatkan
semakin banyak wanita yang akan mengalami masa menopause (Manuaba dkk.,
2010).
Menopause merupakan masa dimana telah berakhirnya siklus menstruasi.
Rata-rata usia menopause adalah 51 tahun, namun 10% wanita telah berhenti
menstruasinya pada usia 40 tahun, dan 5% wanita tidak berhenti menstruasinya
Menopause terjadi ketika ovarium tidak mampu lagi untuk menghasilkan
sel telur yang disebabkan oleh berkurangnya folikel primordial karena atropi dan
fungsi reseptor lebih tahan didalam sel teka dan granulosa. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan level estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini
menyebabkan menstruasi berhenti dan munculnya gejala-gejala menopause
(Hamiltonfairley, 2009).
Gejala fisiologis yang sering muncul pada masa menopause adalah hot
flushes, kram otot, nyeri sendi, sakit kepala, penurunan libido, atropi urogenital,
penipisan otot vagina, osteoporosis dan gangguan kardiovaskuler (Bieber,
Sanfilippo & Horowitz, 2006). Selain menimbulkan gejala-gejala fisik menopause
juga memberikan dampak terhadap psikologis wanita. Gejala psikologis yang
sering dialami oleh wanita menopause adalah emosi yang tidak stabil, irritability,
ansietas, dan depresi (Beckmann et al., 2002).
Pengalaman masa menopause bersifat sangat individual dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu biologi, budaya, sosial ekonomi, dan gaya hidup (Jones
et al., 2012). Pada masyarakat barat, umumnya usia dewasa memiliki penghargaan
yang lebih tinggi dibandingkan usia lanjut, khususnya wanita yang mengalami
menopause. Menopause dipersepsikan sebagai suatu kehilangan dan menimbulkan
perasaan tidak berharga. Wanita memiliki keyakinan dalam diri bahwa sebagai
wanita sudah merasa tidak sempurna dengan berakhirnya proses menstruasi, dan
merasa tidak subur lagi (Kusmiran, 2011).
Penelitian yang dilakukan pada wanita Australia menggambarkan adanya
menopause. Variasi dalam pengalaman menopause menunjukkan bahwa
kelompok wanita pendatang memiliki budaya, pemahaman dan kebutuhan
berbeda selama masa menopause. Namun penelitian ini tidak banyak
mengidentifikasi tentang budaya wanita pribumi Australia (Jones et al., 2012).
Berbeda dengan budaya barat dan Australia, wanita timur menganggap
menopause sebagai peristiwa alamiah yang harus dijalani oleh semua wanita.
Proses penuaan tidak dianggap sebagai hilangnya kecantikan, tetapi proses
pematangan untuk menjadi manusia bijaksana. Masih banyak budaya yang
menganggap bahwa status wanita lansia mempunyai kedudukan terhormat
dimasyarakat. Mereka banyak diminta pendapat atau nasihatnya dalam berbagai
masalah. Perbedaaan pandangan budaya ini mempengaruhi persepsi wanita
dengan proses menopause dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh menopause
(Martaadisoebrata, Satrawinata, dan Saifuddin, 2005).
Penelitian diatas bertolak belakang dengan salah satu penelitian cross
sectional study yang menegaskan bahwa gejala-gejala yang terjadi pada masa
menopause adalah sama untuk setiap wanita meskipun dengan etnik dan latar
belakang budaya berbeda (Bieber, Sanfilippo & Horowitz, 2006).
Pada suku Minangkabau berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 2 orang ibu suku Minang di Koto Nan Gadang Kota
Payakumbuh pada bulan oktober 2013 diperoleh data tentang pengalaman masa
menopause. Mereka mengungkapkan hal yang sama tentang masa menopause.
Bagi mereka menopause merupakan hal yang menyenangkan karena pada masa
itu mereka mengatakan tidak terlalu merasakan perubahan pada fisik. Jika
perubahan fisik yang terjadi tidak menyakitkan mereka cenderung untuk
mengabaikan. Setiap hari mereka tetap mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seperti pergi ke sawah dan ladang untuk bertani. Keadaan fisik mereka sangat kuat
dan mampu untuk melakukan pekerjaan berat.
Penelitian mengenai menopause telah pernah dilakukan seperti yang telah
dipaparkan diatas, namun penelitian mengenai pengalaman menopause pada ibu
suku Minang masih belum pernah peneliti temukan. Sehingga belum tereksplorasi
secara mendalam bagaimana pengalaman ibu suku Minang pada saat menopause.
Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian “Pengalaman Masa Menopause Ibu Suku Minang di Koto Nan Gadang
Kota Payakumbuh”.
2. Rumusan Masalah
Menopause mengacu kepada suatu keadaan berhentinya menstruasi.
Berbagai perubahan dialami pada masa menopause baik secara fisiologis maupun
psikologis akibat penurunan hormon estrogen. Banyak faktor yang mempengaruhi
pengalaman wanita pada masa menopause. Berbagai penelitian mengenai
pengalaman masa menopause telah banyak dilakukan, namun penelitian
sebelumnya itu tidak menggali secara khusus pengalaman masa menopause pada
wanita suku Minang.
Di Indonesia, khususnya mengenai bagaimana pengalaman masa
menopause wanita suku Minang masih belum tereksplorasi secara mendalam baik
disusunlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah pengalaman
masa menopause ibu suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman masa
menopause Ibu suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh.
4. Manfaat Penelitian.
a. Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perawat sebagai landasan
dalam upaya meningkatkan kesehatan pada masa menopause khususnya
pengembangan program-program health promotion mengenai kesehatan pada saat
menopause maupun menjadi landasan dalam memberikan asuhan keperawatan
(ASKEP) pada wanita menopause.
b. Pendidikan Keperawatan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan
Menambah sumbangan ilmu pengetahuan bagi pendidikan keperawatan
dan mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai
menopause dan kesehatan pada masa menopause.
Hasil penelitian ini bagi perkembangan ilmu keperawatan dapat
memperkaya khasanah perkembangan ilmu keperawatan terkait menopause pada
budaya Minangkabau. Disamping itu menjadi landasan bagi keperawatan dalam
mengembangkan berbagai instrumen pengkajian terkait menopause dan budaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Menopause
1.1 Defenisi Menopause
Menopause berasal dari bahasa latin “Menses”, yang berarti bulan dan dari
kata Yunani “Pause” yang artinya berhenti. Jadi menopause adalah suatu periode
berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi rata-rata pada usia 51
tahun. Menopause terjadi akibat proses normal dari penuaan dan berlangsung
secara bertahap, periode pertama diawali dengan penurunan frekuensi mentruasi,
selanjutnya menstruasi menjadi hilang dan pada akhirnya berhenti sama sekali
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).
Menopause merupakan suatu tahapan kehidupan seorang wanita saat masa
menstruasi berakhir. Hal ini terjadi karena ovarium tidak lagi menghasilkan
estrogen yang cukup untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh yang aktif.
Pada sebagian besar wanita, menopause terjadi antara usia 50 sampai 55 tahun dan
usia rata-rata menopause 51 tahun, tetapi ada juga sebagian wanita mencapai masa
menopausenya pada dasawarsa keempat, dan sebagian kecil mungkin masih ada
mengalami haid hingga berusia 60 tahun (Hacker & Gambone, 2010).
Jhones et al (2012) mendefinisikan menopause sebagai suatu proses
biologis yang diawali dengan variasi panjang dalam siklus mentruasi dan
dengan periode akhir mestruasi, menopause dapat dipastikan dengan jangka waktu
12 bulan tanpa menstruasi.
Dengan demikian, menopause adalah masa akhir dari menstruasi yang
merupakan proses normal dari penuaan yang disebabkan oleh kegagalan fungsi
ovarium menghasilkan estrogen dan ditandai dengan berhentinya haid disertai
dengan gejala fisiologis dan psikologis.
1.2 Klasifikasi Menopause
Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2004) mengklasifikasikan tahapan
klimakterium menjadi:
Premenopause adalah fase pertama dari klimakterium ketika terjadi
penurunan kesuburan dan mentruasi menjadi tidak teratur. Fase ini berlangsung
selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Gejala yang sering muncul pada masa
ini seperti vasomotor instability, kelelahan, sakit kepala dan gangguan emosi.
Menopausal adalah masa akhir dari menstruasi yang diikuti dengan
berhentinya fungsi ovarium dan menstruasi secara permanen. Usia rata-rata
menopause adalah 51 tahun, tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40
dan 5% berhenti menstruasi pada umur 60 tahun.
Postmenopause adalah fase setelah menopause, ketika gejala-gejala yang
terkait dengan penurunan hormone yang dihasilkan ovarium tanda yang sering
muncul seperti atropi vagina, osteoporosis, gangguan kardiovaskuler.
1.3 Fisiologis Menopause
Wanita dilahirkan dengan jumlah sel telur (primary ovarian follicles)
tersisa. Selanjutnya ketika berumur 30 sampai 35 tahun jumlah dari sel telur
semakin mengalami penurunan menjadi sekitar 100.000. Kebanyakan wanita
mengalami ovulasi sebanyak 400 kali diantara usia menarche sampai menopause
dan selama waktu ini, hampir semua sel telur hilang akibat atresia dan ovulasi.
Hal ini mengakibatkan ovarium mengalami penurunan sensitivitasnya terhadap
stimulasi gonadotropin sehingga ovarium berhenti menghasilkan estrogen dan
progesterone (Hacker & Gambone, 2010).
Penurunan level estrogen mengakibatkan peningkatan kadar follicle
stimulating hormone (FSH), sehingga endometrium semakin tidak berkembang
dan mengalami atropi. Lapisan stroma pada ovarium menghasilkan
androstenedion yang mengubah lemak di perifer menjadi estron yang merupakan
jenis estrogen yang lebih lemah dari estradiol. Akhir dari proses diatas adalah
berhentinya menstruasi pada wanita, padahal sebagian besar wanita mengandalkan
hormon steroid untuk kehidupan reproduksi (Hamilton-fairley, 2009).
1.4 Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Masa Menopause
Pada saat menopause sekitar 60% wanita relatif tanpa gejala, 25% gejala
ringan, dan 15% mengalami gejala sedang sampai berat (Hamilton-fairley, 2009).
Sekitar 85% wanita mengalami hot flushes selama melewati masa klimakterium,
tapi separuh wanita menganggap hot flushes tidak mengganggu. Gejala yang
muncul akibat kehilangan estrogen tubuh dapat dikelompokkan menjadi: 1) gejala
awal yang terdiri atas hot flushes, insomnia, irritability dan gangguan mood; 2)
Pada tahap intermediet terjadi perubahan fisik berupa atropi urogenital,
akhir terjadilah penyakit seperti osteoporosis, demensia, penyakit kardiovaskuler
dan kanker (Hacker & Gambone, 2010).
Sebagian besar wanita melaporkan hot flushes berkembang pada
masa-masa transisi dan semakin berat pada periode menstruasi terakhir. Hot flushes
terjadi akibat putusnya estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Biasanya hot
flushes dikaitkan dengan peningkatan denyut nadi, peningkatan suhu kulit,
vasodilatasi perifer, berkeringat dan penurunan suhu tubuh secara bertahap. Hot
flushes berbeda pada setiap wanita, pada beberapa wanita hot flushes hanya
berupa sensasi hangat yang bersifat sementara dan hanya sesekali muncul. Namun
pada sebagian wanita lainnya mengalami sensasi panas setiap jamnya, berkeringat
dan peningkatan denyut jantung. Beberapa melaporkan adanya menggigil, demam
disertai dengan sensasi panas. Pada observational study menunjukkan bahwa 75%
wanita akan mengalami hot flushes setelah menopause. kebanyakan wanita yang
tidak melakukan pengobatan akan mengalami penghentian hot flushes dalam
waktu 5 tahun, meskipun ada beberapa wanita terus mengalami gejala ini selama
30 tahun atau lebih. Hot flushes adalah alasan utama sekitar 50% wanita
menopause mencari pengobatan medis (Bieber, Sanfilippo & Horowitz, 2006).
Kegagalan fungsi ovarium telah mengakibatkan terjadinya penurunan
estradiol yang menyebakan suatu perubahan dalam siklus tidur seorang wanita,
wanita akan mengalami kesulitan untuk istirahat dan tidur yang cukup. Terjadinya
perubahan pada fase laten dari tidur (waktu yang dibutuhkan untuk tidur) yang
Gangguan tidur sangat sering dilaporkan pada masa menopause. Banyak
wanita memandang bahwa gangguan tidur diakibatkan oleh gejala vasomotor
namun data dari hasil pemeriksaan pada saat tidur menegaskan bahwa tidak
adanya hubungan antara gejala vasomotor dengan gangguan tidur yang tercatat.
Dampak nyata akibat sering terbangun dimalam hari adalah dapat menyebabkan
kelelahan disiang hari, irritability, dan perubahan mood pada beberapa wanita
yang mengalami postmenopause (Bieber, Sanfilippo & Horowitz, 2006).
Wanita juga melaporkan peningkatan kecemasan dan irritability selama
periode menopause. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan. Irritability mudah terlihat dibanding kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu. Hal ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka
wanita menjadi sangat menyadari proses-proses mana yang sedang berlangsung
dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku
orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut
dipersepsikannya sebagai menyinggung penerimaan yang sedang terjadi dalam
dirinya (Berek, 1996).
Mukosa vagina, servik, endoservik, endometrium, miometrium dan
uroepitelium adalah jaringan estrogen dependent. Akibat penurunan produksi
estrogen, jaringan ini menjadi atropi sehingga menimbulkan berbagai gejala.
Selain itu, jaringan epitel pada vagina menjadi tipis dan sekresi dari serviks
libido dan dispareunia. Atropi vagina juga bisa menimbulkan rasa gatal dan
terbakar serta lebih rentan terinfeksi oleh flora normal (Beckman et al, 2002).
Estrogen juga dapat mempengaruhi ketebalan kulit. Terjadinya penurunan
produksi estrogen oleh ovarium dapat menyebabkan kulit menjadi tipis, kurang
elastis dan biasanya lebih rentan terkena luka abrasi dan trauma. Beberapa wanita
juga menyatakan terjadinya perubahan pada rambut dan kuku akibat perubahan
hormonal pada masa menopause. Penurunan produksi estrogen menyebabkan
peningkatan testosteron yang bebas yang mengakibatkan tumbuhnya rambut
diwajah. Perubahan jumlah produksi estrogen juga mempengaruhi kecepatan
rambut rontok (Berek, 1996).
Penurunan libido atau ketertarikan terhadap hubungan seksual bisa terjadi
pada masa menopause. Atropi pada vagina adalah faktor yang berkaitan dengan
penurunan kepuasan seksual. Rasa tidak nyaman diakibatkan karena kurangnya
lubrikasi dari vagina sehingga terjadilah penurunan kepuasan seksual. Namun
aktifitas seksual masih relatif stabil pada wanita sebelum dan setelah menopause.
(Astutik, 2013).
Hasil study observational juga menunjukkan bahwa kehilangan estrogen
pada saat menopause adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa, hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan keluhan
merasa kering dibagian mata (Bieber, Sanfilippo & Horowitz, 2006).
Akibat lanjut dari penurunan kadar estrogen adalah osteoporosis. Menurut
Kanis (1994) dalam Schorge et al (2008) sekitar 1,5 juta orang Amerika
sering terkena fraktur adalah tulang belakang, pinggul dan pergelangan tangan.
Fraktur pada osteoporosis berhubungan dengan peningkatan kecacatan dan
kematian. Resiko kematian setelah fraktur dilaporkan dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami fraktur. Persentasi kematian
yang disebabkan karena fraktur tulang pinggul adalah 30%. Disisi lain 40% dari
mereka mereka yang mengalami fraktur tulang pinggul mampu untuk mandiri
seperti keadaan sebelum fraktur.
Kiezback (2003) dalam Schorge (2008) mendefinisikan osteoporosis
sebagai penyakit pada tulang dimana kekuatan tulang terganggu, mengakibatkan
peningkatan resiko fraktur. Sebagian besar kekuatan tulang ditentukan oleh bone
mineral density (BMD), sehingga BMD dijadikan sebagai alat pengukuran
efektif untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi fraktur. Tidak hanya BMD,
kekuatan tulang dan resiko fraktur juga dipengaruhi oleh kualitas tulang lainya
seperti kecepatan pembentukan tulang, ukuran dan geometri, mikro arsitektur,
kandungan mineral, timbunan kerusakan dan kualitas matriks tulang.
Menurut (Beckmann, 2002) osteoporosis terjadi karena hilangnya
kekuatan tulang akibat tulang yang mengalami demineralisasi yang terjadi sekitar
15 sampai 20 tahun setelah berhentinya fungsi ovarium. Demineralisasi tulang
tidak hanya terjadi karena proses alami dari menopause tetapi juga karena
penurunan produksi estrogen.
Penurunan produksi estrogen juga mempengaruhi kadar lemak dalam
sirkulasi dan dapat mengakibatkan gangguan pada kardiovaskuler. Total
(HDL) dan terjadinya peningkatan low density lipoprotein (LDL) sehingga
kolesterol meningkat (Manuaba, 2010).
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause
Seiring dengan perubahan zaman usia wanita menopause cenderung
semakin cepat. Banyak penelitian yang gencar dilaksanakan guna
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause seorang
wanita. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
a. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak maka semakin tua ia mulai
memasuki masa menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan akan memperlambat proses
penuaan tubuh (Hastutik, 2010).
b. Indeks masa tubuh (IMT)
Hasil studi menunjukkan bahwa wanita dengan indeks massa tubuh yang
lebih rendah cendrung mengalami menopause pada usia yang lebih cepat, dimana
wanita dengan IMT yang rendah beresiko 0,6 kali lebih cepat untuk mengalami
menopause. Diasumsikan bahwa jaringan adiposa yang lebih banyak pada wanita
obesitas memungkinkan proses aromatisasi androgen yang lebih tinggi. Namun
begitu, mekanisme mengenai hubungan IMT dengan usia menopause belum dapat
dijelaskan secara pasti dikarenakan hasil penelitian yang mengidentifikasi
hubungan ini sering berbeda satu sama lain. Karena disisi lain, obesitas juga dapat
c. Jumlah paritas
Ayurai (2009) dalam Hastutik (2010) menegaskan adanya hubungan yang
signifikan antara jumlah paritas dengan usia menopause seorang wanita. Semakin
banyak seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau semakin lama mereka
memasuki masa menopause.
d. Stres psikososial
Prospective study pada wanita U.S. ditemukan bahwa stres psikososial
diprediksi menjadi penyebab menopause dini. Tampak bahwa stres mengaktifkan
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, yang menyebabkan peningkatan sekresi
glukokortikoid dengan penghambatan pelepasan gonadotropin hormon dan
menekan ovulasi (Palmer et al, 2003).
e. Status sosioekonomi dan tingkat pendidikan
Walaupun tingkat signifikansi kedua faktor ini dalam mempengaruhi
menopause masih bervariasi, didapati data bahwa menopause cenderung lebih
awal terjadi pada wanita dengan status sosioekonomi menengah ke bawah dan
pada wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah (Astutik, 2013).
f. Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu zat aktif dalam rokok,
yaitu polycyclic aromatic hydrocarbon telah terbukti bersifat toksik terhadap
folikel-folikel ovarium. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan
dosis-respon dimana perokok berat mengalami usia menopause yang jauh lebih cepat
yang merokok mengalami menopause sekitar dua tahun lebih awal dibandingkan
wanita yang tidak merokok (Palmer et al., 2003).
1.6 Perawatan Pada Masa menopause
Untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan wanita selama masa
menopause perlu dilakukan beberapa perawatan mandiri. Perawatan mandiri yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama “Melakukan Kunjungan ke Pelayanan Kesehatan”. Usahakan
pemeriksaan kesehatan secara rutin berupa pap-test, mammogram, tes kolesterol,
triglyceride, dan screning lainnya. Penting bagi bagi para wanita untuk tidak lupa
melakukan general check-up. Banyak praktek dokter dan klinik kesehatan swasta
menawarkan program check-up untuk wanita yang dikenal sebagai well women
check, program ini didesain untuk menilai kesehatan wanita secara umum dan
menemukan masalah kesehatan yang berpotensi muncul pada tingkat dini.
Program tersebut juga memberikan berbagai informasi tentang risiko penyakit
kardiovaskuler, osteoporosis dan juga memastikan tindakan apa yang dilakukan
dokter supaya wanita menopause tetap sehat (Fox-spencer & Brown, 2006).
Kedua “Terapi Sulih Hormon (TSH)”, merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause
dalam masa premenopause dan postmenopause. TSH mengandung beberapa
macam hormon yang dapat dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu TSH estrogen,
TSH estrogen-progestin, TSH estrogen-androgen, dan TSH
estrogen-androgen-progestin. Terapi sulih hormon digunakan untuk mengurangi gejala hot flushes,
mencegah perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen,
seperti osteoporosis dan jantung koroner. Tujuan dari pemberian TSH adalah
sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan normal
untuk mempertahankan kesehatan wanita menopause (Azziz, 2007).
Ketiga “Olahraga Secara Teratur”, olah raga pada masa menopause ini
harus disesuaikan dengan usia dan juga memperhatikan penyakit dan gangguan
yang diderita. Olah raga yang paling ditekankan pada masa menopause adalah
olahraga yang dapat meningkatkan kebugaran, kalau memungkinkan dapat
meningkatkan kesehatan. Jenis olahraga yang dapat dilakukan yaitu jalan cepat,
senam, dan berenang. Setiap olahraga yang akan dilakukan harus memperhatikan
kondisi kesehatan, jika memiliki penyakit jantung koroner, osteoporosis dan darah
tinggi maka intensitas dari olah raga harus diperhatikan karena olah raga pada
keadaan tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan. Manfaat lain dari
olahraga selain kebugaran adalah dapat memperkuat tulang, mencegah penyakit
jantung, diabetes, dan kanker tertentu, menstabilkan berat badan, mengurangi
keluhan klimakterik dan mengurangi stres (Bramantyo, 2002).
Keempat “Melakukan Latihan Teknik Relaksasi dan meditasi lainnya”,
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh wanita menopause untuk
mengurangi stres, kekalutan emosi dan bahkan dapat mereduksi gangguan
fisiologis tubuh. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli dan
mnunjukkan bahwa teknik relaksasi mempunyai hubungan yang positif secara
psikologis dan kesehatan fisik. Relaksasi merupakan salah satu teknik manajemen
dalam diri individu, teknik ini juga dapat menjadi suatu hal yang positif bila
dilakukan secara rutin. Melakukan teknik relaksasi memberikan beberapa
keuntungan yaitu dapat mengurangi gelaja-gejala pada saat menopause seperti hot
flushes dan juga dapat memberikan ketenangan psikologis bagi ibu (Proverawati
& Sulistyawati, 2010).
Kelima “Nutrisi”, bertambahnya usia mengakibatkan beberapa organ tidak
melakukan proses perbaikan (remodeling) diri lagi. Semakin tua, aktivitas gerak
yang dilakukan berkurang sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang.
Selain itu, kebutuhan kalori untuk metabolisme juga menurun. Semua energi yang
dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan ketika usia muda. Dengan demikian,
asuhan makanan yang dibutuhkan juga berkurang. Apabila asupan yang
dikonsumsi dalam jumlah yang sama akan tersimpan dalam bentuk lemak.
Meskipun demikian wanita menopause membutuhkan makanan bergizi seimbang.
Oleh karena itu wanita menopause harus mengetahui makanan apa saja yang
diperbolehkan dan dilarang untuk dikonsumsi. Makanan yang dianjurkan pada
saat menopause adalah makanan yang rendah lemak dan kacang-kacangan
(kedelai, kacang buncis, dan jenis polongan lainnya). Pada saat menopause
konsumsi suplemen dalam makanan harus ditingkatkan seperti kalsium, vitamin
D, vitamin E, dan lemak merupakan bagian penting dari pola makan, lemak yang
dianjurkan yaitu lemak monounsaturated (lemak tak jenuh tunggal) atau
polyunsaturated (lemak tak jenuh ganda). Sumber lemak tak jenuh yang baik yaitu
minyak ikan (misalnya ikan sardine), kacang-kacangan dan biji-bijian, alpukat dan
pada saat menopause adalah makanan pedas, berkafein, dan beralkohol karena
dapat memperburuk gejala yang dirasakan oleh wanita (Proverawati &
Sulistyawati, 2010).
Keenam “Menerapkan Pola Makan yang Sehat”, penting untuk
mempertahankan pola makan yang seimbang menyediakan kebutuhan kalori
harian, tetapi juga usahakan tidak melebihi batas-batas yang diperbolehkan. Cara
makan yang tepat terdiri atas: 1) memilih jenis makanan yang “bermanfaat”.
Misalnya, memilih makanan berprotein yang mengandung lemak tak jenuh,
seperti ikan tuna dan salmon; 2) patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan
bergizi seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan
siang, dan makan malam dan dua kali makan makanan selingan; 3) jangan makan
dalam kondisi lapar karena akan membuat cara makan menjadi terburu-buru dan
banyak; 4) perbanyak konsumsi makanan yang diolah dari bahan makanan yang
segar dengan proses pengolahan yang tidak terlalu lama. Dengan demikian,
kandungan zat gizinya diharapkan dapat diperoleh secara maksimal; 5) makanlah
secukupnya, jangan turuti selera makan yang meningkat atau sebaliknya
(Bramantyo, 2002).
Ketujuh “Gaya Hidup”, gaya hidup seseorang dapat menentukan kesehatan
dimasa yang akan datang. Gaya hidup yang sehat akan membantu tubuh
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat menopause. pola
makan dan olah raga yang dilakukan dapat mengendalikan gejala-gejala
menopause. gaya hidup yang harus dikurangi adalah kebiasaan merokok, minum
Kedelapan “Catatan tentang kontrasepsi dan Aktivitas Seksual”, salah satu
aspek fundamental dari menopause adalah menandakan akhir dari kehidupan
reproduktif. Tetapi sangat perlu diketahui bahwa sangat sulit menentukan kapan
menopause terjadi. Menstruasi masih dapat terjadi diakhir usia reproduktif secara
tidak teratur, hal ini dapat menyebabkan kehamilan. Kehamilan diakhir usia
reproduktif dapat menimbulkan masalah biologis, psikologis, dan sosial. Jadi
penting untuk menggunakan alat kontrasepsi selama 2 tahun jika usia menopause
masih dibawah 50 tahun. Aktivitas seksual sebaiknya tetap dilakukan agar dapat
menjaga keharmonisan hubungan dalam rumah tangga. Kekurangan cairan vagina
yang terjadi dapat diatasi dengan menambahkan lubrikan sehingga saat
berhubungan tidak terjadi rasa sakit (Fox-spencer & Brown, 2006).
Kesembilan “Meningkatkan Kehidupan Religi”, ketenangan jiwa dan batin
mungkin akan menyeimbangkan seluruh kehidupan yang sudah dijalani. Apalagi
dengan bertambahnya usia, hampir semua pengalaman sudah dialami, baik
berbentuk kepuasan maupun ketidakpuasan, apa pun hasil akhirnya ketenangan
bathin yang ingin didapatkan. Semua dikembalikan kepada Allah Yang Maha
Besar, dengan cara ini apa pun yang terjadi dapat diterima dan dikembalikan
kepada Allah semata. Oleh karena itu, harus diupayakan tubuh tetap sehat, bugar,
hati gembira dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan
2.Suku Minangkabau
2.1 Suku minang
Minangkabau adalah suatu lingkungan adat di provinsi Sumatera Barat
dan sekitarnya, pengertian Minangkabau tidaklah persis sama dengan pengertian
Sumatera Barat. Hal ini disebabkan karena kata Minangkabau lebih banyak
mengandung makna sosial kultural, sedangkan kata Sumatera Barat lebih banyak
mengandung makna geografis administratif. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa Minangkabau terletak dalam daerah geografis administratif Sumatera Barat
dan juga menjangkau keluar daerah Sumatera Barat yaitu kesebagian barat daerah
geografis administratif Propinsi Riau dan sebagian barat daerah geografis
administratif Jambi. Kedua hal ini masuk kedalam lingkungan sosial kultural
Minangkabau dapat diketahui bahwa mereka secara sosial dan budaya pada
umumnya sama dengan yang terdapat dalam masyarakat yang berada di Sumatera
Barat (Panuh, 2012).
2.2Makanan khas suku minangkabau
Minangkabau telah dikenal diseluruh nusantara sebagai daerah yang
mempunyai banyak ragam makanan yang rasanya lezat. Hal ini didukung dengan
keberadaan restoran ataupun rumah makan Padang.
Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging
sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini
sangat digemari disemua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri
ataupun di luar negeri. Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa
memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang
memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu
musyawarah (Sudiharto, 2007).
2.3 Perilaku Kesehatan Suku Minangkabau
Menurut Sudiharto (2007) dalam Nainggolan (2011), Praktik kesehatan
keluarga Minangkabau dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama Islam. Keluarga
Minangkabau pada kelas sosial yang rendah mempunyai pola perilaku mencari
bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana, yaitu dengan pergi ke
dukun. Sejalan dengan aktivitas ekonomi di pedesaan, banyak warung yang
menjual obat sampai ke pelosok. Oleh karena itu bila mereka sakit, biasanya
mereka hanya berobat ke warung saja. Resiko yang dapat terjadi dengan pola
mencari bantuan kesehatan seperti ini adalah terjadi komplikasi atau sakitnya
semakin parah. Dampak yang lebih luas adalah bila datang ke rumah sakit dan
tidak tertolong, mereka menganggap tenaga kesehatan di rumah sakit tidak
cekatan sehingga jiwa anggota keluarga tidak tertolong. Dilain pihak bila dukun
tidak berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, keluarga akan
mengatakan mereka belum berjodoh dengan pengobatan alternative atau dukun
(Sudiharto, 2007).
2.4 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau
Pengertian sehat-sakit menurut masyarakat suku Minangkabau tidak
terlepas dari tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Pada
umumnya, masyarakat menganggap bahwa seseorang dikatakan sehat adalah
aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan untuk masalah sakit, sebagian masyarakat
Minangkabau masih ada yang mempercayai bahwa selain disebabkan karena
penyebab fisik, juga disebabkan karena adanya gangguan roh-roh halus. Bagi
masyarakat Minangkabau, dikatakan sakit jika seseorang tersebut tidak dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti berdagang, bekerja di kantor, berladang
dan lain-lain. Walaupun seseorang tersebut sudah memiliki gejala sakit seperti
sakit kepala, flu ataupun masuk angin namun masih dapat beraktivitas belum
diartikan sebagai sakit. Dan jikalau kepala keluarga sakit, maka secara tidak
langsung semua anggota keluarga yang ada di dalam keluarga tersebut akan sakit.
Dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan jika salah seorang anggota keluarga sakit, biasanya diputuskan secara
bersama oleh anggota keluarga tersebut. Namun adakalanya, jika keluarga tidak
mampu lagi dalam hal dana ataupun penyakitnya sudah terlalu berat maka
keluarga tersebut meminta bantuan dari keluarga yang lain atau bahkan dari
organisasi yang diikuti oleh keluarga tersebut. Keputusan keluarga tergantung
jenis penyakit yang terjadi pada orang tersebut. Sebelum pelayanan medis
berkembang dan bertambah banyak seperti sekarang ini, kebanyakan keluarga
membawa yang sakit ke pengobatan alternatif (dukun). Untuk saat ini keluarga
sudah terlebih dahulu membawa ke dokter ataupun pelayanan medis yang lain
(Piliang, 2009).
Ada beberapa jenis penyakit yang menurut masyarakat Minangkabau tidak
dapat dibawa kepada pelayanan medis seperti penyakit busung, kusta atau pada
hanya dibawa kepada dukun patah. Menurut mereka, penyakit busung dan kusta
tersebut disebabkan karena guna-guna (ulah seseorang). Penyakit busung (perut
membuncit, namun badan semakin kurus) biasanya disebabkan karena seseorang
tersebut terkena kutukan karena telah memakan ikan (benda) larangan, dan untuk
sembuh harus berobat kepada orang yang telah membuat larangan tersebut
(Caniago, 2009).
Dalam hal perawatan orang sakit, seiring dengan perkembangan teknologi
dan tingginya tingkat pengetahuan, keluarga/masyarakat Minangkabau lebih
memilih untuk meneruskan pengobatan yang didapat dari petugas kesehatan.
Namun adakalanya, keluarga memberikan perawatan-perawatan sederhana seperti
jika seseorang demam hanya dikompres dengan daun-daun yang sifatnya dingin
(kembang semangkok, daun jarak), jika batuk diberikan air daun kacang tujuh
yang telah diremas. Keluarga Minangkabau memiliki waktu untuk berkumpul
bersama keluarga pada saat makan malam yang digunakan untuk mendiskusikan
ataupun mengetahui perkembangan dari setiap anggota keluarga tersebut. Dalam
hal pemanfaatan fasilitas kesehatan, hampir sebagian besar masyarakat
Minangkabau sudah lebih memilih untuk berobat kepada petugas kesehatan.
Kepercayaan pada fasilitas kesehatan tergantung pada individu tersebut, lebih
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
melalui pendekatan fenomenologi. Eksplorasi pengalaman masa menopause ibu
suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh menggunakan pendekatan
kualitatif merupakan metode yang sesuai karena dapat mencermati lebih
mendalam pengalaman individu tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam bentuk naratif
tentang persepsi yang bersifat subjektif serta cenderung menggunakan pendekatan
yang holistik untuk menguraikan pengalaman tersebut (Polit & Hungler, 2001
dalam Hamid, 2008). Pendekatan Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki
tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup.
Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, kredibel,
dan bermakna (Saryono & Anggraeni, 2013).
Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrument utama
dalam proses wawancara. Pada tahap ini peneliti mempelajari berbagai literatur
secara seksama yaitu dengan memahami laporan-laporan yang berkaitan dengan
fenomena yang akan diteliti. Selain itu peneliti juga melakukan field study untuk
melakukan pengamatan pada wanita menopause suku Minang kemudian
melakukan wawancara dengan salah seorang Ibu suku Minang.
2. Partisipan
Penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor
konstektual. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita suku Minang yang
tinggal di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh. Pengambilan sampel pada
penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas
kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai saturasi data. Tujuan
sampling adalah untuk merinci kekhususan dan menggali informasi yang akan
menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul. Oleh karena itu pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (Moleong,
2005).
Metode Purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam
suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria sampel secara sengaja
dan dengan terlebih dahulu mempelajari ciri khas dari populasi masalah yang
diteliti (Saryono dan Anggraeni, 2013). Adapun kriteria sampel dalam penelitian
ini sebagai berikut: 1) Ibu yang telah berhenti menstruasi selama 12 bulan atau
lebih; 2) Suku Minang serta sehat jasmani dan rohani; 3) Bertempat tinggal di
Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh; 4) Bersedia menjadi partisipan yang
dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian.
Penelitian kualitatif menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dan
tidak acak. Pada penelitian kualitatif jumlah sampel ditentukan berdasarkan
adalah saturasi data, apabila informasi baru yang didapatkan sama dengan
informasi sebelumnya maka data dikatakan telah sampai pada titik jenuh dan
pengambilan sampel berikutnya dihentikan. Redudansi data dapat didapatkan
dengan jumlah sampel yang kecil apabila semua partisipan memberikan informasi
secara mendalam. penelitian fenomenologi biasanya didasarkan pada 10 sampel
atau lebih sedikit dari 10 (Polit, Beck, Hungler, 2001).
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh yaitu
dikelurahan Muaro, Pasir dan Taruko. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember sampai Februari 2014.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan
kepada calon partisipan penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian, maka partisipan dipersilahkan untuk mendatangi informed consent.
Jika partisipan menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
Penelitian ini juga menggunakan etika penelitian dengan menerapkan
beberapa prinsip etik yaitu prinsip manfaat (beneficient), prinsip menghargai hak
asasi manusia (respect human dignity), dan prinsip keadilan (right to justice)
(Streubert & Carpenter, 2003 dalam Palupi, 2010). Penelitian ini tidak
menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi partisipan, baik resiko fisik
(confidentiality) dan anonimitas (annonimity) semua catatan mengenai data
responden dijaga dengan tidak menuliskan nama partisipan pada instrument, tetapi
hanya menggunakan inisial saja. Seluruh data-data yang diperoleh dari partisipan
juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian (Polit, Beck, & Hungler,
2001).
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti melakukan uji coba wawancara
pada salah seorang wanita menopause yang familiar dengan peneliti. Hasil uji
coba wawancara dibuatkan transkrip kemudian dikonsulkan dengan pembimbing.
Hasil transkrip wawancara dirubah dari bahasa Minang kedalam bahasa
Indonesia. Setelah melakukan uji coba, selanjutnya peneliti mengadakan
pendekatan kepada calon partisipan. Pada awalnya calon partisipan pertama
menolak untuk diwawancarai namun setelah peneliti menjelaskan lebih detail
mengenai penelitian partisipan pertama bersedia dan terbinalah hubungan saling
percaya antara peneliti dan partisipan. Sebelum dilakukan wawancara partisipan
menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi sampel
penelitian. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan
kuesioner data demografi sebagai data dasar, dan in-depth interview yaitu
wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder dan catatan lapangan.
Wawancara mendalam dengan partisipan pertama dilakukan selama 35 menit.
Untuk partisipan kedua dan selanjutnya peneliti melakukan snowball sampling
diminta menandatangani informed concent, mengisi kuesioner data demografi dan
dilakukan wawancara mendalam selama 30 sampai 60 menit. Setelah mencapai
saturasi data maka pengumpulan data dihentikan.
6. Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2010).
Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama
dilakukan data diseleksi kata perkata. Kemudian analisa data dilakukan dengan
menggunakan metode Collaizi (1978) karena cocok dengan pendekatan
interpretative (menafsirkan) pada penelitian kualitatif. Ini adalah salah satu
metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi
fenomenologi (Talbot, 1995).
Proses analisa data meliputi:
(1) Membaca semua deskripsi untuk mendapatkan perasaan partisipan. Dalam hal
ini, peneliti membaca semua deskripsi dan juga mendengarkan tape recorder
beberapa waktu untuk mendapatkan rasa keakraban terhadap makna ekspresi
partisipan dan untuk kepekaan peneliti terhadap cara setiap partisipan
(2) Mengutip frase atau kalimat secara langsung yang menyinggung fenomena.
Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang menyinggung tentang
pengalaman masa menopause. Pernyataaan signifikan diformulasikan ke
dalam bentuk yang lebih umum atau yang dinyatakan kembali untuk
mentransformasikan bahasa konkrit partisipan kedalam bahasa ilmiah.
(3) Formulasi arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini
pernyataan yang signifikan dipelajari untuk diambil dan direkam
pengertiannya.
(4) Mengorganisasikan kumpulan makna formulasi tersebut kedalam kelompok
tema. Dalam langkah ini, peneliti mengidentifikasi tema dari makna yang
diformulasikan kedalam kelompok dan kategori untuk mendapatkan tema
yang umum pada deskripsi semua partisipan.
(5) Menghilangkan hasil deskripsi yang lengkap. Dalam analisis ini, deskripsi
mendalam tentang pengalaman masa menopause pada ibu suku Minang
diperoleh, yaitu integrasi narasi dari semua tema, kelompok tema, dan kategori
tema.
(6) Formulasi deskripsi mendalam dengan pernyataan tegas dari instruktur
penting fenomena tersebut. Dalam langkah ini peneliti mengembangkan
deskripsi mendalam untuk memperoleh pengetahuan dalam struktur
pengalaman hidup. Peneliti memformulasikan struktur esensial dari
pengalaman menopause pada ibu suku Minang yang mendalam (Lasmaria,
7. Tingkat Kepercayaan Data
Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data atau keabsahan data,
peneliti mempertimbangkan validitas peneliti melakukan uji tingkat kepercayaan
atau kredibilitas. Peneliti juga melakukan pilot studi dengan cara melakukan uji
wawancara kepada ibu menopause yang bukan partisipan. Kredibilitas meliputi
aktivitas yang dilakukan agar hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan (Streubert & Caerpenter,
2003 dalam Palupi, 2010). Prolonged engagement tidak dilakukan karena peneliti
telah familiar dengan partisipan dan peneliti memiliki budaya yang sama dengan
partisipan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil
penelitian antara lain: 1) mencatat hal-hal penting serinci mungkin mencakup
catatan pengamatan obyektif terhadap setting, partisipan maupun hal lain yang
terkait; 2) mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul,
proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya; 3) memanfaatkan langkah
dan proses yang diambil peneliti sebelumnya sebagai masukan bagi peneliti untuk
melakukan pendekatan dan menjamin pengumpulan data yang berkualitas; 4)
menyertakan pihak yang dapat memberikan kritik dan saran yang memberi
pertanyaan kritis terhadap peneliti yaitu pembimbing peneliti; dan 5) melakukan
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan berbagai pengalaman masa menopause Ibu suku
Minang. Melalui proses analisa data secara induktif dari hasil wawancara
mendalam dan catatan lapangan, ditemukan tema-tema esensial yang selanjutnya
dideskripsikan dalam bentuk naratif pada penyajian hasil penelitian.
Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan
gambaran karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Bagian
kedua memberi pemaparan hasil analisis tematik pengalaman masa menopause
ibu suku Minang. Karakteristik partisipan diuraikan meliputi umur ibu, agama,
suku, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, status gravida, paritas dan abortus
(GPA), usia menopause, lama menopause. Paparan hasil penelitian meliputi
deskripsi hasil wawancara mendalam yang disusun berdasarkan tema yang
ditemukan.
1.1 Karakteristik partisipan
Jumlah partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah sebanyak
tujuh orang. Semua partispan adalah ibu suku Minang yang telah mengalami
menopause dan bertempat tinggal di Koto Nan Gadang kota Payakumbuh.
Karakteristik Ibu suku Minang tersebut sebagai berikut:
Partisipan pertama (P1) 65 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan ibu rumah tangga dan menjahit, jumlah anak 4 orang, gravida 10,
memiliki pasangan, usia pasangan 70 tahun, pengangguran, dan tinggal dirumah
milik sendiri.
Partisipan kedua (P2) 80 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD
(tidak tamat), pekerjaan buruh tani, jumlah anak 4 orang, gravida 4, paritas 4,
abortus 0, usia menopause 50 tahun, lama menopause 30 tahun, pasangan sudah
meninggal, dan tinggal bersama anak.
Partisipan ketiga (P3) 55 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan serabutan (buruh tani, tukang cuci, beternak), jumlah anak 6 orang,
gravida 6, paritas 6, abortus 0, usia menopause 46 tahun, lama menopause 9
tahun, masih memiliki pasangan, usia pasangan 45 tahun, pekerjaan kusir, dan
tinggal dirumah sendiri.
Partisipan keempat (P4) 90 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD
(tidak tamat), pekerjaan buruh tani dan beternak, jumlah anak 10 orang, gravida
10, partus 10, abortus 0, usia menopause 60 tahun, lama menopause 30 tahun,
pasangan sudah meninggal, dan tinggal bersama anak.
Partisipan kelima (P5) 60 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD
(tidak tamat), pekerjaan buruh petani, jumlah anak 7 orang, gravida 7, paritas 7,
abortus 0, usia menopause 45 tahun, lama menopause 15 tahun, masih memiliki
pasangan, usia pasangan 65 tahun, pekerjaan petani, dan tinggal dirumah milik
pribadi.
Partisipan keenam (P6) 78 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD
abortus 1, usia menopause 50 tahun, lama menopause 28 tahun, pasangan sudah
meninggal dunia dan tinggal bersama anak.
Partisipan ketujuh (P7) 72 tahun, Islam, Minang, pendidikan terakhir SD
(tidak tamat), pekerjaan pedagang, jumlah anak 12 orang, gravida 12, paritas 12,
abortus 0, usia menopause 42 tahun, lama menopause 30 tahun, pasangan sudah
meninggal dunia dan tinggal sendiri dirumah milik pribadi.
Lebih lanjut digambarkan melalui tabel distribusi frekuensi karakteristik
partisipan untuk mempermudah memahami karakteristik partisipan dalam
penelitian ini:
4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Partisipan Ibu Suku Minang
di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh
No. Karakteristik Frekuensi Presentase
(%) 1. Usia Ibu :
- Usia pertengahan (middle age : 45-59) - Lanjut usia (elderly : 60-74)
- Lanjut usia tua (old: 75-90)
- 10 orang 11. Tempat tinggal:
- Milik sendiri
Hasil analisa data menjelaskan 8 tema yang ditemukan pada penelitian ini.
Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman masa menopause ibu
suku Minang sebagai berikut: a) Waktu menopause; b) Pengetahuan tentang masa
menopause; c) Keluhan masa menopause; d) Faktor-faktor yang mempengaruhi
keluhan masa menopause; e) Perawatan masa menopause; f) Manfaat perawatan
masa menopause; g) Respon terhadap masa menopause; h) Dampak masa
menopause.
a. Waktu menopause
Waktu menopause mencakup usia ibu mengalami menstruasi terakhir
ibu suku Minang dalam rentang usia menopause yang semestinya yaitu dalam
rentang 42 sampai 60 tahun, berikut ungkapannya:
“Sajak umua 42 tahun… Ibu yobana masih mudo katiko 42 tahun. Ibu yobana ndak manyangko masak iyo umua 42 tahun ibu alah baranti mens”.
(Semenjak berumur 42 tahun…Ibu masih sangat muda ketika berumur 42 tahun. Ibu sangat tidak menyangka ketika umur 42 tahun ibu sudah berhenti mens). (P7)
“Sajak baumua 45 tahun awak ndak pernah halangan lai… kiro-kiro alah 15 tahun…”.
(Semenjak berumur 45 tahun saya tidak pernah haid lagi… kira-kira sudah 15 tahun). (P5)
“Katiko tanggal 6 februari 2004, kiro-kiro alah 10 tahun… jarak umua 45 sampai 60 gitu. Ibu menopause nyo umua 46 tahun”.
(Pada tanggal 6 februari 2004. Kira-kira sudah 10 tahun… Dengan jarak usia 45 sampai 60 tahun. Ibu berhenti menopausenya umur 46 tahun). (P3)
“Kiro-kiro tahun 97… katiko umua ibuk 49 mandakekan 50 tahun..”. (Kira-kira tahun 97… ketika umur ibu 49 mendekati 50 tahun…). (P1)
“…Katiko cucu partamo ibu lahia. Kiro-kiro umua 50 tahun…”.
(Ketika cucu pertama ibu lahir. Kurang lebih ketika berumur 50 tahun…). (P2)
“Sajak umua 52 tahun, ibu emang dari dulu ndak tetap menstruasinyo… Sampai pado akhirnyo yo bana baranti katiko ibu baumua 52 tahun”. (Semenjak berumur 52 tahun, ibu memang dari dulu tidak tetap menstruasinya… Sampai pada akhirnya berhenti ketika ibu berumur 52 tahun). (P6)
“Ibu baronti halangan nyo katiko baumua 60 tahun, lamo kan”. (Ibu berhenti menstruasinya ketika berumur 60 tahun, lama kan). (P4)
b. Pengetahuan tentang masa menopause
Hasil wawancara terhadap ibu suku Minang ditemukan pengetahuan masa
menopause ibu suku Minang. Pengetahuan ibu suku Minang tentang masa
“Menopause ri satau ibu katiko menstruasi awak baronti, kalau lah lewat umua awak ndak menstruasi awak le, baronti total mens awak…”.
(Menopause menurut pengetahuan ibu adalah ketika menstruasi kita berhenti, kalau sudah berumur lanjut menstruasi kita berhenti total). (P1)
“Satau ibu menopause tu katiko awak ndak haid lai, awak lah abis haid nyo dek faktor umua lah tuo…”.
(Setahu ibu menopause itu adalah ketika kita sudah tidak haid lagi, darah haid kita sudah habis karena faktor usia yang sudah tua). (P3)
“Menopause ri berhubungan jo halangan yaitu katiko akhir dari halangan awak, awak ndak halangan lai sampai salamo e”.
(Menopause itu berhubungan dengan menstruasi yaitu akhir dari menstruasi kita, kita tidak pernah menstruasi lagi sampai selamanya). (P5)
“Menopause nan ibu tau olah baronti halangan awak, mens ndak pernah datang le, baronti untuak salamo e”.
(Menopause menurut pengetahuan ibu adalah berhenti menstruasi, menstruasi tidak pernah datang lagi, berhenti untuk selamanya). (P6)
“Menopause tu halangan yang lah baranti, ndak akan datang lagi halangan sampai maningga”.
(Menopause itu menstruasi yang sudah berhenti, tidak akan datang lagi menstruasi sampai kita meninggal). (P7)
Namun dua partisipan tidak mengetahui istilah menopause, berikut
ungkapannya:
“Menopause itu nan ndak mangaroti ibu, mungkin yo jak itu ajo nye, ndak ado marusak dan ndak berdampak ka kasehatan awak do samo ajo jo katiko menstruasi dulu…”.
(Menopause itu yang ibu tidak mengerti, mungkin ya seperti itu saja, tidak merusak dan tidak berdampak terhadap kesehatan sama saja seperti waktu menstruasi). (P2)
“Menopause ri ibu ndak tau de nak, dulu ndak ado istilah itu de…”.
c. Keluhan Masa Menopause
Keluhan masa menopause merupakan semua gejala yang dirasakan oleh
ibu suku Minang sepanjang masa menopause baik pada saat pramenopause,
menopause dan post menopause.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu suku Minang mengungkapkan
keluhan premenopause, menopause dan postmenopause. Berikut peneliti
menguraikan satu persatu hasil wawancara yang diperoleh :
(1) Keluhan pramenopause
Keluhan pramenopause yang diungkapkan oleh ibu suku Minang antara
lain jumlah darah saat menstruasi sedikit, menstruasi tidak teratur (irregular),
jumlah darah saat menstruasi banyak, sakit kepala dan mual.
Jumlah darah saat menstruasi sedikit diungkapkan oleh satu partisipan,
berikut ungkapannya:
“Manjolang kaboronti ri yang ibu rasoan biaso ajo nye, tapi tigo bulan sabulan menopause ri mens ibu saketek-saketek sajo”.
(Sebelum berhenti itu yang ibu rasakan ya biasa-biasa saja. Tetapi tiga bulan sebelum menopause jumlah darah menstruasi ibu yang keluar sedikit- sedikitsaja). (P1)
Menstruasi yang tidak teratur diungkapkan oleh tiga partisipan, berikut
ungkapannya:
“…Mens awak ndak taratur do, misalnyo bulan kini awak menstruasi tu bulan besuak indak, tapi alah bara bulan siap itu datang menstruasi tu baliak”.
(Menstruasi saya tidak teratur, misalnya bulan sekarang saya menstruasi, bulan berikutnya tidak namun beberapa bulan berikutnya datang lagi…). (P3)