• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seperti yang telah disebutkan diatas, meskipun agama Khonghucu telah diakui sebagai agama resmi yang diakui oleh negara Indonesia, tetapi kenyataannya masih

terdapat beberapa daerah yang masih belum melaksanakan amanat tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jawaban dari masalah tersebut, maka penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait di Kota Tangerang, berikut adalah hasil dari wawancara tersebut:

1. Pada tanggal 6 Mei 2006 melakukan wawancara dengan pihak MAKIN Tangerang, didapatkan data tiga pasang umat Khonghucu yang telah secara resmi mencatatkan perkawinan mereka di KCS untuk tingkat Kabupaten Tangerang, yaitu pasangan Jo Sin Siang dengan Vivi Sagita Chandra, Kwouw Anton dengan Taraniyani Hernando dan Andi Lokaria dengan Melian Sunardi.

2. Pada tanggal 17 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Bapak Koesnara serta pihak lain dari Kantor Catatan Sipil (KCS) tingkat Kotamadya, didapatkan informasi bahwa hingga saat itu belum ada pasangan umat Khonghucu yang belum mendaftarkan diri untuk dicatat. Tetapi disebutkan bahwa, pihak KCS Kotamadya Tangerang tersebut akan selalu siap dan bersedia melayani pasangan umat Khonghucu yang ingin mencatatkan perkawinan mereka dengan agama Khonghucu. Alasan tersendatnya pencatatan perkawinan tersebut terlebih dikarenakan penyampaian SE Mendagri yang kurang efektif dan efisien, dikatakan oleh Bapak Koesnara sendiri bahwa pihak mereka baru menerima SE Mendagri tersebut pada akhir bulan Maret. Selain itu, terdapat masalah teknis lainnya, yaitu sistem komputer yang belum terpogram dengan enam agama. Hal ini dikarenakan adanya benturan dana, karena anggaran dari pemerintah tersebut memiliki skala

prioritas. Jadi, harus menunggu giliran untuk dilayani dengan dana tersebut, demikianlah alasan yang dikatakan oleh pihak KCS Kotamadya Tangerang.

3. Pada tanggal 17 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Bapak Muchtar dari kantor Kecamatan Kota Tangerang, mengatakan hal yang sama, yaitu pihak mereka hingga saat itu masih belum tahu dan belum menerima kebijakan pemerintah yang baru tersebut. Dalam program komputer di kantor kecamatan tersebut masih terprogram dengan lima agama. Meskipun masih belum menerima SE Mendagri tersebut, pihak Kecamatan Kota Tangerang sudah mencatatkan kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan agama Khonghucu, demikianlah keterangan yang diberikan oleh Bapak Muchtar selaku pihak dari kantor Kecamatan Kota Tangerang.

4. Pada tanggal 24 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Ibu Lily selaku sekretariat dari MAKIN Tangerang dan Bapak Hendrik selaku Ketua Bidang Pendidikan dari sekolah Setia Bhakti, dikatakan bahwa mengenai masalah pendidikan pun sudah tidak mengalami masalah karena dengan adanya surat dari Menteri Agama melalui surat MA No. 12/MA/2006 mengenai penjelasan mengenai status perkawinan menurut agama Khonghucu dan pendidikan agama Khonghucu, menyatakan bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 12a UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dalam hal ini Departemen Agama ke depan akan mefasilitasi penyediaan guru-guru pendidikan agama Khonghucu di sekolah-sekolah. Persiapan yang dilakukan pihak MATAKIN dan MAKIN adalah

mempersiapkan tenaga pengajar untuk pelajaran agama Khonghucu, dengan melatih para pengajar di MAKIN Tangerang dimulai dari tanggal 10 April hingga 28 Mei. Selain itu, materi pengajaran pun harus dipersiapkan. Materi-materi pendidikan agama Khonghucu tersebut dipersiapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Proses dimasukkannya ke dalam kurikulum sekolah negeri atau swasta lainnya sedang dalam proses, hingga diturunkannya surat dari (Depdiknas). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat ini tengah mempersiapkan rumusannya dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. RPP tersebut kini telah berada di tangan Sekretariat Negara sehingga pengesahannya diperkirakan tidak akan lama lagi.

5. Pada tanggal 30 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Ibu Lily selaku sekretariat dari MAKIN Tangerang, dikatakan bahwa hingga saat itu masih belum ada penambahan dalam pencatatan perkawinan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya penambahan pencatatan perkawinan pasangan umat Khonghucu, karena hal ini merupakan perjuangan yang sudah mereka nantikan selama tiga puluh tahun lebih. Apabila terdapat pasangan umat Khonghucu yang mau mencatatkan perkawinan mereka di KCS Kotamadya Tangerang sudah tidak mengalami masalah dan kesulitan lagi. Hanya saja sebagian besar umat Khonghucu lebih memilih untuk dicatatkan di tingkat Kabupaten, hal ini dikarenakan biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan

tingkat Kotamadya.

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas, maka dapat dibuat kesimpulan dari permasalahan tersebut, adalah sebagai berikut:

a) Mengenai masalah pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil Kota Tangerang, sesuai dengan hasil wawancara dengan yang terkait. Jika dilihat dari alasan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa pihak KCS tidak dapat bergerak dengan leluasa, serta adanya pihak-pihak yang lebih berkuasa untuk mengatur setiap tindakan dari pihak yang lebih rendah jabatannya. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Presidium MATAKIN yang juga anggota Komisi Nasional HAM Chandra Setiawan kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (6/3), bahwa “para birokrat di daerah merasa bahwa mereka memiliki kuasa sehingga dapat melakukan apa saja. Mental seperti ini adalah warisan orde baru. Sayangnya ini masih melekat hampir di semua pejabat di daerah. Ini harus segera dikikis dan merupakan tugas Departemen Dalam Negeri untuk mengikis semua itu.” Kemudian hal-hal yang menyangkut dengan dana tidaklah dapat dijadikan alasan yang cukup kuat untuk tidak mencatatkan pasangan umat Khonghucu di KCS tersebut, karena masalah pencatatan akte perkawinan dengan agama yang diyakini mereka tidak ada hubungannya sama sekali dengan dana pemerintah, itu merupakan hak mereka yang paling dasar untuk mendapatkannya, apalagi sudah memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendukung pencatatannya

tersebut.

b) Mengenai masalah pencatatan kolom Agama dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar, sama halnya dengan masalah perkawinan. Alasan yang telah dikemukakan tersebut tidaklah kuat. Mengenai belum atau sudah terimanya Surat Edaran tersebut adalah tugas dari masing-masing pejabat untuk mencari tahu dan mengcopy amanat dari pusat tersebut, karena amanat dari pusat merupakan amanat untuk keseluruhan wilayah Indonesia dan setiap pejabat daerah wajib untuk memilikinya, serta melaksanakan amanat tersebut. Demikian pula dengan masalah komputer yang masih terpogram dengan lima agama, apakah sesulit itu untuk menambahkan satu kolom agama lagi untuk agama Khonghucu? Seharusnya tidaklah sesulit itu, karena semua orang pasti sudah mengerti bagaimana mengoperasikan perangkat lunak ini. Kenyataannya, mereka sudah melakukan pencatatan terhadap satu orang. c) Mengenai masalah pendidikan, melalui hasil wawancara yang telah

dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait, dengan adanya surat Menteri Agama tersebut terlihat jelas bahwa hak-hak umat Khonghucu secara berangsur-angsur telah pulih kembali, terutama pendidikan agama yang mereka yakini dan imani tersebut akan mereka terima di sekolah-sekolah, baik swasta maupun negeri. Oleh karena itu, MATAKIN dihimbau oleh pemerintah untuk mempersiapkan guru-guru yang dapat mengajarkan

agama Khonghucu. Selanjutnya, untuk sekolah-sekolah lainnya belum terdapat secara resmi pendidikan agama Khonghucu. Seperti yang terjadi di Bogor, pihak sekolah menyerahkan ajaran agama Khonghucu tersebut pada pihak MAKIN. Sedangkan untuk Kota Tangerang sendiri sudah tidak mengalami hambatan mengenai pendidikan agama Khonghucu, karena terdapat sebuah sekolah yang berlandaskan pada ajaran Khonghucu dan diambil dari nama nabi Khongcu itu sendiri, yaitu TK “Confucius”, SD Setia Bhakti, SLTP Setia Bhakti, SMK Setia Bhakti dan SMU “Unggul“ Setia Bhakti. Tenaga pengajar agama Khonghucu itu sendiri, didapatkan melalui pihak MAKIN Tangerang. Selain itu, umat Khonghucu juga dapat belajar agama Khonghucu di MAKIN Tangerang, yang memang menyediakan pendidikan agama Khonghucu.

Dengan demikian, dapat dikatakan secara keseluruhan, bahwa pelaksanaan Surat Edaran tersebut meskipun pada awalnya memang mengalami kendala, tetapi pada akhirnya pejabat setempat Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan administrasi pada seluruh umat Khonghucu di Kota Tangerang.

Dokumen terkait