• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Wawancara Tentang Perawatan Ibu Setelah Melahirkan

BAB 4. HASILPENELITIAN

4.3 Hasil Wawancara Tentang Perawatan Ibu Setelah Melahirkan

Hasil wawancara tentang perawatan ibu setelah melahirkan diambil hanya dari informan utama yaitu 3 orang ibu nifas dan 1 orang ibu yang mempunyai bayi usia 11 bulan berkaitan dengan perawatan ibu setelah melahirkan dari perspektif masyarakat Suku Leukhon di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue ditambah pernyataan dukungan dari informan pendukung.

4.3.1. Informan Pertama

Informan penelitian yang pertama berusia 18 tahun, baru melahirkan anak pertama dengan jenis persalinan spontan dibantu oleh bidan dan dukun kampung. Pendikan informan Sekolah Dasar dan tidak bekerja (IRT). Saat diwawancarai informan sedang mengalami masa nifas hari ke sepuluh. Informan dirawat oleh ibu kandung dan ibu mertua.

Berikut hasil wawancara kepada informan pertama tentang 9 topik pertanyaan yang berkaitan dengan perawatan ibu setelah melahirkan:

a. Penggunaan Minyak Makan dan Kapur Sirih (Mamalasan Aol Alek Lana Fangi) Menurut informan pertama mengatakan setelah melahirkan perut ibu dioles dengan campuran kapur sirih 2 sendok makan dan air jeruk nipis, sedangkan minyak makan dioleskan di punggung, lalu ibu tidur di dekat perapian. Tujuannya supaya darah kotor keluar semua, mengobati luka di jalan lahir, mengobati luka dalam perut, mencegah darah putih naik ke kepala dan mengeluarkan darah kotor. Kapur sirih juga bermanfaat untuk pengobatan sakit dalam tulang. Sebelum obat dioles, terlebih

dahulu dibacakan doa oleh dukun yaitu “kunna yana wardah ibrahim” sembari menekan perut.

Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan informan pertama yaitu

“Kapur sirih dioleskan di perut dan minyak makan dioleskan dipunggung, lalu tidur dekat api supaya darah kotor keluar semua dan untuk mengobati luka dalam perut”.

Pembacaan doa ini dikuatkan oleh tokoh masyarakat yang menyatakan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Ibu Dioleskan Minyak Makan pada Puggung/Mamalasan Lanafangi

“Sebelum mengoleskan minyak makan dan garam dibacakan doa terlebih dahulu yaitu kunna yana wardah ibrahim dan untuk mencegah naiknya darah putih ke kepala”.

Gambar 4.2. Perut Ibu sedang Dioleskan Kapur Sirih/Mamalasan Aol

b. Mandi Air Daun-daunan/Rumek uek bolong-bolong

Menurut informan, sehabis melahirkan ibu mandi air rebusan daun-daunan yang terdiri dari daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis tujuannya supaya ibu cepat sehat dan segar badannya.

Sesuai dengan pernyataannya seperti dibawah ini:

”Saya mandi dengan air rebusan daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis. Air dimasak dicampur dengan air dingin untuk mandi ibu. Supaya ibu cepat sehat dan segar badannya”.

Artinya jika setelah melahirkan ibu tidak mandi air daun-daunan seperti yang

disebutkan maka kesehatan ibu akan lama pulihnya.

Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan seperti dibawah ini:

“Setelah ibu melahirkan dimandikan dengan air rebusan daun-daunan terdiri dari daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis”.

Gambar 4.3. Daun yang Digunakan untuk Mandi. Bolong Singa Difahai Bahak Rumek: (Daun Kunyit/Bolong Odel, Daun Pandan/Bolong Pandan, Daun Jeruk

Nipis/Bolong Alimau)

Gambar 4.4. Ibu Dimandikan oleh Dukun/Mak Teng Diba Rumek Bidan Kampong

c. Pakai Gurita/Mamahai Gurito

Menurut informan, setelah melahirkan ibu dipakaikan gurita supaya perut tidak kendor, karena setelah melahirkan perut ibu nampak berkerut dan tidak kencang lagi. Sebelum gurita dipakai, perut ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dan dicampur air jeruk nipis. Gurita digunakan selama 10 hari. Tujuannya adalah supaya darah kotor lancar keluarnya, kulit perut tidak kendor, rahim tidak kembang dan ibu tidak banyak makan karena perut tertekan oleh gurita.

Sesuai dengan pernyataan seperti ungkapan dibawah ini:

“Setelah melahirkan dipakai gurita supaya perut tidak kendor dan darah kotor lancar keluarnya. Gurita digunakan selama 10 hari. Sebelumnya perut ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dicampur air jeruk nipis”.

Artinya jika ibu menggunakan gurita selama masa nifas minimal 10 hari, maka ibu akan terlihat langsing kembali sebagaimana sebelum ibu hamil.

Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Setelah ibu melahirkan dipakaikan gurita setelah sebelumnya perut ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dicampur air jeruk nipis. Pemakaian gurita pada umumya kurang lebih selama 10 hari. Tujuan pemakaian gurita agar perut ibu tidak kendor, rahim tidak kembang, ibu tidak banyak makan karena perut tertekan oleh gurita dan agar darah kotor keluar dengan lancar”.

Gambar 4.5. Ibu sedang Dipakaikan Gurita/ Mak Teng Mamahai Gurito

d. Penggunaan Batu Hangat (Bulanching/Manenden)

Setelah melahirkan ibu menggunakan batu hangat. Batu hangat digunakan selama 7-15 hari. Batu hangat digunakan dengan cara batu dibungkus dengan kain, dan digosokkan ke perut. Tujuan penggunaan batu hangat adalah untuk menjarangkan kehamilan, menghancurkan darah merah yang membeku di dalam rahim sehingga lancar keluarnya dan mencegah darah putih naik ke kepala. Jika darah putih naik ke kepala, ibu bisa pening, demam, bahkan meninggal. Oleh karena itu penggunaan batu hangat setelah melahirkan sangat diperlukan.

Hal ini sesuai dengan peryataan seperti dibawah ini:

“Batu hangat digunakan untuk mengecilkan rahim (melayukan rahim) karena jika rahim tidak layu, maka ibu akan cepat hamil lagi. Juga untuk menghancurkan darah merah dari dalam rahim dan mencegah darah putih naik ke kepala, karena jika darah putih naik ke kepala bisa membuat ibu pening, demam, bahkan kadang-kadang meninggal”.

Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Setelah melahirkan ibu menggunakan batu hangat yang dibungkus dengan kain, digosokkan ke perut, untuk mengecilkan rahim jika rahim tidak kecil, maka ibu akan cepat hamil lagi. Batu hangat digunakan selama 7-15 hari”.

Gambar 4.6. Batu saat Dibakar/Manotong Batu

Gambar 4.7. Batu yang Sudah Dibungkus kain, sedang Digosokkan di Perut Ibu/ Mak Teng Manenden

e. Pengasapan /Naite

Menurut informan, setelah melahirkan ibu langsung diasapkan. Pengasapan dilakukan di dapur, dengan menggunakan tungku kayu. Pengasapan diakukan selama 10 hari dan selama 24 jam. Untuk mencegah ibu bolak-balik ke kamar untuk menyusui, maka bayi ikut dipindahkan ke dapur. Selama masa pengasapan Ibu dan bayi tidur di dapur, di dekat api. Efek buruknya pada bayi tidak ada. Selama masa pengasapan ibu tidak boleh tinggal sendirian di rumah. Harus ada yang menjaga ibu di rumah. Pada saat dirumah ibu harus ditinggal tanpa ada yang menemani, jika ibu keluar dari tempat tidurnya, maka harus diletakkan besi sebagai penggantinya ditempat tidur untuk mencegah ibu kesurupan. Tujuan pengasapan adalah untuk kesehatan ibu dan bayi, ibu akan hangat, mencegah ibu sakit kepala, dan untuk mengusir mahluk halus.

Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Setelah melahirkan ibu langsung diasapkan menggunakan tungku kayu bertempat di ruang dapur dan dilakukan selama 10 hari penuh 24 jam setiap hari. Untuk mencegah ibu tidak bolak balik ke kamar menyusui bayi, si bayi juga ikut ke ruang dapur pengasapan. Efek buruknya pada bayi tidak apa-apa bayinya. Malahan sehat. Tujuan pengasapan supaya sehat dan supaya ibu merasa hangat dan berkeringat. Juga untuk mengusir mahluk-mahluk halus. Jika keluar keringat, maka kepala ibu tidak pening”.

Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Pengasapan dilakukan siang dan malam dan harus ada yang menjaga. Kalau ditinggalkan ibu bisa kesurupan, maka bila ditinggalkan sebaiknya letakkan besi (seperti pisau dari besi) di tempat tidur. Apapun besinya boleh, yang penting ada. Manfaat pengasapan supaya badan ibu hangat, dan supaya

darah kotor keluar lancar. Manfaat pengasapan untuk menjaga kesehatan si Ibu dan si anak”.

Gambar 4.8. Ibu sedang saat Diasapkan/ Mak Teng ya Naite

f. Makanan (Ikan, Sayur, dan Buah-buahan)/ An-an bak afu-afu(Nai, Bolong- bolong, Buah-buahan)

Menurut informan, 7 hari pertama setelah melahirkan ibu diberikan makan nasi bubur, atau bubur pulut yang dimasak dengan santan. Dengan tujuan agar air susu ibu cepat keluar banyak. Menunggu ASI keluar, bayi diberi bubur nasi tanpa makanan lain atau diberikan pisang awak yang dihaluskan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan seperti dibawah ini:

“Ibu diberikan makan nasi bubur, supaya air susu ibu cepat keluar. Menunggu ASI keluar, bayi diberi bubur, dan pisang awak”.

“Setelah melahirkan, dalam 1 minggu pertama ibu makan bubur nasi, lebih enak pulut dimasak sampai lembut pakai santan. Manfaatnya supaya ASI banyak dan cepat keluar”.

Selama masa nifas ibu mempunyai pantangan makan ikan, sayur dan buah- buahan. Setelah melahirkan ibu hanya dibolehkan makan ikan gabui, ikan tamban, dan ikan tongkol. Masyarakat berpendapat bahwa ikan tersebut tidak mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan ibu. Ikan yang dipantangkan (tidak boleh dimakan) ibu yaitu ikan karang seperti kerapu, kepiting, udang, lobster, dan cumi- cumi. Semua jenis ikan tersebut tidak boleh dimakan karena mengandung racun yang dapat menyebabkan wajah dan seluruh tubuh ibu bengkak-bengkak. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Setelah melahirkan biasanya boleh makan ikan gabui, ikan tamban, dan ikan tongkol. Tapi ikan karang seperti kerapu, kepiting, udang, lobster, dan cumi-cumi tidak boleh dimakan”.

Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan seperti dibawah ini:

“Ibu nifas tidak bisa makan ikan karang seperti kerapu, gurita, cumi-cumi, marang, udang dan ikan berbisa. Tapi bisa makan ikan gabui, tongkol, tamban, dan ikan sungai. Kalau ibu makan ikan yang berbisa, bisa menyebabkan sakit pada tulang. Selama 3-4 hari ibu tidak boleh makan gulai santan dan cabe”.

Tamban/Tamban-tamban Sure/Tongkol

Gambar 4.9. Ikan yang Boleh Dimakan Ibu/Nai Singa Dai Nian Bak Afu-afu Gurapu/Kerapu Lahok/Lobster Urang/Udang

Lanex/Kepiting Cumi-cumi/Cumi-cumi

Gambar 4.10. Ikan yang tidak Boleh Dimakan Ibu/ Nai Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu

Selama masa nifas ibu juga tidak boleh makan cabe karena dapat menyebabkan ibu diare, begitu pula dengan santan juga tidak boleh dimakan ibu karena dapat menganggu proses pengeluaran darah kotor. Santan dapat digunakan

hanya untuk masak bubur pulut saja, tapi jika untuk gulai ikan dan sayur, santan tidak boleh digunakan.

Begitu pula dengan sayuran, tidak semua sayuran dapat dimakan oleh ibu. Sayur yang dapat dimakan ibu yaitu sayur daun ubi dan daun katuk karena sayur ini tidak mengandung racun yang dapat membuat ibu mengantuk. Jenis sayur yang tidak dapat dimakan ibu yaitu sayur kangkung dan sayur yang menjalar karena ada getahya. Jenis sayuran ini tidak boleh dimakan karena dapat membuat ibu mengantuk dan selalu ingin tidur sehingga menyebabkan bengkak-bengkak. Jika ibu sering tidur dapat menyebabkan wajah dan seluruh tubuh ibu jadi bengkak. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi dan daun katuk. Tapi tidak boleh makan sayur kangkung karena menjalar dan ada getahya”.

Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan seperti dibawah ini:

“Sayur yang boleh dimakan ibu nifas adalah sayur daun ubi dan daun katuk. Kangkung tidak boleh dimakan karena tumbuhnya menjalar dan bisa bikin ngantuk nanti sehingga ibu banyak tidur dan wajah dan tubuh menjadi bengkak-bengkak. Santan juga tidak boleh, karena mengakibatkan darah kotor tidak lancar keluarnya.”

Bolong gadumbio/ Daun Ubi

Bolong Mani-mani/ Daun Katuk

Gambar 4.11. Sayur yang boleh Dimakan Ibu/Bolong Singa Rai Nianbak Afu-afu Bolong Kangkung/Daun

Kangkung

Sipilik Sebel/Cabe Merah Sipilik Itok-itok/Cabe Kecil

Gambar 4.12. Sayur yang tidak Boleh Dimakan Ibu/Bolong Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu

Begitu pula dengan jenis buah-buahan, tidak semua jenis buah dapat dimakan oleh ibu. Ibu dipantangkan makan buah selama 1 bulan. Jenis buah yang dapat dimakan ibu yaitu hanya buah pisang saja karena disamping rasanya tidak asam juga tidak termasuk buah yang dingin. Selain buah pisang tidak dapat dimakan oleh ibu. Buah-buahan yang dingin yaitu: pepaya dan timun. Buah-buahan yang dipantangkan bagi ibu dapat menyebabkan bayi dan ibu diare.

Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Ibu nifas tidak boleh makan buah durian, buah yang dingin seperti timun dan pepaya. Buah yang boleh dimakan ibu hanya buah pisang saja”.

Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa:

”Ibu nifas selama 1 bulan tidak boleh makan buah yang dingin seperti timun, pepaya, nenas, kelapa muda, durian, kecuali kalau sudah dimasak. Kalau dimakan, si ibu bisa diare”.

Haol Kurinci/Pisang Banten

Gambar 4.13. Buah yang Boleh Dimakan/Buah-buahan Singa Rai Nian Bak Afu-afu

Kedongdong/Kadongdong Durian/Durian Mentimun/Antimon Pepaya/Iamor

Gambar 4.14. Buah yang tidak Boleh Dimakan Ibu/ Buah-buahan Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu

g. Obat Kampung (Jamu)/Don Hampong

Menurut informan, setelah melahirkan ibu diberikan minum obat kampung (jamu) yang terdiri dari: air daun pepaya, daun bahong-bahong bae, jeruk nipis, kunyit, pala, lada, bawang putih, lagundi. Semua bahan-bahan obat kampung direbus dalam kuali, dan pada saat sudah hangat diminumkan pada ibu. Ibu minum obat kampung 1 kali dalam 2 hari selama seminggu (3 x minum). Jika selama 1 minggu, ibu masih kurang sehat, maka minum obat kampung dilanjutkan lagi hingga ibu benar-benar sembuh. Tujuan ibu minum obat kampung adalah untuk mencegah ibu sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Setelah melahirkan ibu diberikan minum air daun pepaya, daun bahong- bahong bae, jeruk nipis, kunyit, pala lada, bawang putih, lagundi. Semuanya direbus dalam kuali, dan pada saat sudah hangat diminumkan pada ibu. Ibu minum obat kampung 1 kali dalam 2 hari selama seminggu (3 x minum)”. Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Ibu nifas minum obat kampung berupa air rebusan campuran daun lagundi, daun bahong-bahong bae, daun pepaya, jeruk nipis, lada hitam, bawang putih ditambahkan garam. Manfaatnya supaya ibu tidak demam. Obat kampung diminum selama 3-7 hari tergantung keadaan kesehatan si ibu”.

Gambar 4.15. Jenis Daun-daun yang Diminum Ibu. Obat Kampung (Jamu)/ Bolong-bolong Don Hampong Bak Afu-afu, Daun Kunyit (Bolong Odel), Daun

Pepaya (Bolong Iamor), Daun Pandan (Bolong Pandan), Daun Jeruk Nipis (Bolong Alimau), Lada Hitam, Bawang Putih

h. Kusuk/Manyawe

Menurut informan, setelah melahirkan 2 atau 3 hari, ibu dikusuk seluruh tubuhnya termasuk perut. Ibu dikusuk 3x, setiap 2 hari, selama 1 minggu. Jika dalam 1 minggu, ibu masih sakit maka kusuk dilanjutkan hingga 10 hari. Tujuan dari kusuk adalah utuk meraba rahim apakah sudah mengecil, untuk mengobati keseleo waktu melahirkan, melancarkan keluarnya darah kotor, menghilangkan sakit pinggang, di masa tua nanti tangan ibu tetap bisa diangkat, jari-jari kaki dan jari-jari tangannya tidak bengkok kedalam sebagaimana posisi jari seperti menggenggam.

Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Ibu nifas setelah melahirkan 2 atau 3 hari dikusuk seluruh tubuhnya termasuk perut untuk melihat rahimnya sudah layu atau belum.”

Pernyataan ini dikuakan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Ibu nifas dikusuk seluruh badannya, sekali dua hari selama 1 minggu (3 kali kusuk). Saat dikusuk, rahim ibu juga diraba untuk mengetahui bengkaknya rahim. Jika ibu merasa sakit, kusuk terus dilakukan hingga 10 hari sekali setiap 2 atau 3 hari. Tergantung keadaan ibu. Manfaatnya untuk mengobati keseleo waktu melahirkan, melancarkan keluarnya darah kotor. Menghilangkan sakit pinggang ibu, di masa tua nanti tangan ibu tetap bisa diangkat, jari-jari kaki dan jari-jari tangannya tidak bengkok”.

Gambar 4.16. Ibu sedang Dikusuk oleh Dukun/Mak Teng Disawe Bidan Hampong

i. Larangan keluar rumah/Pantangan Kaluar Lumah

Selama dalam masa nifas, ibu tidak diperbolehkan keluar rumah karena ibu dan bayinya dapat diganggu oleh mahluk halus. Bayi masih sangat lemah, sehingga mudah diganggu oleh mahluk halus. Sedangkan ibu nifas, karena masih mengeluarkan darah nifas, mahluk halus menyukai darah nifas. Jika darah nifas ibu menetes, maka dapat dijilat oleh mahluk halus sehingga ibu bisa kesurupan. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Selama 40 hari ibu tidak boleh keluar rumah ibu, pantang kalau keluar rumah. Nanti bisa diikut mahluk halus ibu sama bayinya.”

Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Selama 40 hari, ibu sama bayinya tidak boleh keluar rumah, karena bayi itu masih lemah, nanti diganggu setan, bayinya suka menangis. Kalau ibunya karena masih ada darah yang keluar, mahluk halus suka sama darah kotor ibu.”

4.3.2. Informan Kedua

Informan penelitian yang kedua berusia 25 tahun, baru melahirkan anak kedua dengan jenis persalinan spontan dibantu oleh bidan dan dukun kampung. Pendikan informan SMP dan tidak bekerja (IRT). Saat diwawancarai informan sedang mengalami masa nifas hari ke delapan. Informan dirawat oleh ibu kandung dan ibu mertua. Berikut hasil wawancara kepada informan pertama tentang 9 topik pertanyaan yang berkaitan dengan perawatan ibu setelah melahirkan:

a. Penggunaan Minyak Makan dan Kapur Sirih (Mamalasan Aol Alek Lanafangi) Menurut informan kedua, setelah melahirkan punggung ibu dioleskan dengan minyak makan sebanyak 2 sendok dan diperut dioleskan dengan kapur sirih. Tujuannya agar darah putih tidak naik ke kepala, tidak masuk angin, mengobati sakit tulang, dan ibu jadi hangat. Jika darah putih naik ke kepala, maka ibu akan sakit kepala bahkan ibu bisa meninggal. Sebelum minyak makan dan kapur sirih dioleskan, terlebih dahulu minyak makan yang dicampur dengan garam dan kapur sirih yang dicampur dengan air jeruk nipis dibacakan doa oleh dukun. Doanya yaitu “kunna yana wardah ibrahim” Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Supaya hangat, tidak masuk angin. Sesudah melahirkan, dioleskan minyak makan sama kapur sirih di perut. Supaya tidak naik darah putih. Kalau tidak dioleskan kapur sirih maka darah putih ibu akan naik ke kepala”.

Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarkat. Seperti dibawah ini:

“Selesai mandi perut ibu diolesi minyak makan campur garam dan juga diolesi dengan kapur sirih ditambah jeruk nipis supaya ibu tidak demam. Sebelum mengoleskan minyak makan dan garam dibacakan doa terlebih dahulu yaitu “kunna yana wardah ibrahim”. Tujuannya agar kotoran tidak naik ke kepala. Kapur sirih juga bermanfaat untuk pengobatan dalam tulang”.

.

b. Mandi Air Daun-daunan (Rumek Uek Bolong-Bolong)

Menurut informan, setelah melahirkan ibu mandi air daun-daunan yang terdiri dari daun kunyit, daun pandan, dan daun jeruk nipis yang direbus dan dicampurkan ke dalam air mandi ibu. Mandi air daun-daunan ini dilakukan selama 1 minggu dan setiap 2 hari. Tujuanya agar ibu segar, sehat, dan menghilangkan sakit dalam tulang. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:

“Setelah melahirkan ibu mandi air daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis dimasak dicampur dengan air dingin untuk mandi ibu. Supaya ibu cepat sehat dan segar badannya”.

Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:

“Ibu mandi air rebusan daun-daunan yang terdiri dari daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis. Manfaatnya untuk menghilangkan sakit dalam tulang. Ibu mandi air daun-daunan terus-menerus sampai 1 minggu. Ibu mandi setiap 2 hari supaya sehat”.

c. Pakai Gurita (Mamahai Gurito)

Menurut informan, setelah melahirkan ibu menggunakan gurita selama 1 minggu sampai 1 bulan untuk mengurangi rasa sakit dalam perut. Kalau ada luka

penggunaan gurita adalah agar ibu terlihat langsing seperti sebelum hamil, tidak banyak makan dan minum, dan mengurangi sakit punggung.

Hal ini sesuai dengan peryataan informan seperti dibawah ini:

“Ibu memakai gurita selama 1 minggu sampai 1 bulan untuk mengurangi rasa sakit dalam perut. Kalau ada luka pada jalan lahir, ibu tetap memakai gurita karena luka sudah dijahit”.

Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun dan tokoh masyarakat yaitu:

“Ibu pakai gurita agar perutnya bisa kecil dan mengurangi rasa sakit di punggung. Ibu minum tidak boleh banyak misalkan ibu minta 2 gelas, cukup diberi 1 gelas saja agar ibu tidak bolak balik turun dari tempat tidur ke kamar mandi untuk BAK (Buang Air Kecil) dan agar darah nifas tidak menetes”.

d. Penggunaan Batu Hangat (Bulanching/Manenden)

Menurut informan, setelah melahirkan ibu menggunakan batu hangat. Setelah ibu selesai mandi, dan tidur di dekat perapian (pengasapan) maka ibu juga

Dokumen terkait