• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Perubahan Sistem Reproduksi

1. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus, dan akhirnya dengan kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut telah dilalui, dan rahim menjalani involusi, segera setelah melahirkan, berat rahim menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat membulat, mencapai tali pusar, pada hari ke 14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak lagi dapat dirasakan keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke ukuran normal. Involusi di sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan substansinya. Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea (Jones, 2005).

2. Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus

selama prenatal, tergantung pada hyperplasia, peningkatan sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa nifas penurunan kadar hormon- hormon menyebabkan terjadinya Autolisys.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: a. Autolisys

Autolisys merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga yang tertinggal hanya jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah yang besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi tehadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

c. Efek Oksitosin (Kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi placenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan placenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama nifas intensitas utama kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan Oksitosin biasanya diberikan secarara intravena atau intramusculer segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan pada payudara.

3. Bagian Bekas Implantasi Placenta

a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm, permukaan kasar dimana pembuluh darah bermuara 2.

b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6- 8cm pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.

e. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. f. Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu nifas.

4. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas

a. Involusi uterus dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uterus dengan cara: segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di atas pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm setiap hari.

b. Pada hari ke 2 setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (nifas haemorrhage).

5. Lochea

Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah mengerut kembali ke ukuran semula. Selama kehamilan, rahim merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh. Rahim melindungi janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri.

a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b. Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklat-coklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 nifas.

c. Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 nifas.

d. Lochea Alba/ Putih

Mengandung leukosit dan sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba keluar pada hari ke 15 sampai 40 hari atau berlangsung selama 2 sampai 6 minggu nifas.

6. Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi 10cm pada waktu persalinan, menutupi secara bertahap-bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 nifas servik menutup.

1. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu nifas. Penurunan estrogen pada masa nifas berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami obstipasi setelah melahirkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.

Supaya buang air besar kembali lancar dapat diberikan diit yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam 2-3 hari dapat ditolong dengan hugna atau diberikan obat pencahar.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Kadang-kadang masa nifas sulit untuk BAK (Buang Air Kecil) karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingterani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama proses persalinan. Sisa urine dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan difragma pelvis yang meregang pada saat persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur, untuk pemulihan dibantu dengan latihan.

8. Perubahan Endokrin a. Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Penurunan hormon hpl (human placental lactogen, estrogen dan progesteron serta placental enzime insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas.

b. Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke- 3 dan LH tetap rendah sehingga ovulasi terjadi.

c. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke-3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi atas tempat plasenta dan

mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

d. Hipotalamik Pituitari Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyususi akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progestron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

9. Perubahan tanda-tanda vital a. Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikitnya (37,5ºC- 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal maka suhu tubuh akan normal lagi.

b. Nadi

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Tapi jika lebih dari 100 x permenit adalah abnormal, hal itu disebabkan oleh adanya infeksi atau perdarahan nifas yang tertunda.

c. Tekanan darah

Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi nifas akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak turun, berarti adanya tanda pre- eklamsia.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

10. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada

penderita vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.

11. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah (Ambarwati, 2008).

Dokumen terkait