• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.3 Hasil yang diperoleh karyawan magang setelah mengikuti

pembelajaran magang di Sentra Industri Logam di Kelurahan Kejambon Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal

Adanya pembelajaran magang di Sentra Industri Logam Kelurahan Kejambon Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal memberikan pengaruh baik dari sisi pemagang maupun dari lingkungan sekitar karena adanya proses pemberdayaan yang terjadi di masyarakat. Hasil yang diperoleh oleh pemagang setelah mengikuti pembelajaran magang di Industri Logam Kelurahan Kejambon tampak dari adanya perubahan dalam diri pemagang dari segi pengetahuan, sikap terlebih lagi dari segi ketrampilan yang dimiliki oleh pemagang.

Menurut Bapak Amin sebagai bekas karyawan magang di CV. Tjamat Putra, ia merasakan adanya perubahan secara pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) setelah dirinya mengikuti proses belajar sambil bekerja di industri logam Tjamat Putra. Ia yang pertama kali bekerja sambil belajar di CV. Tjamat Putra mengaku memiliki sedikit pengetahuan dan ketrampilan di bidang kerajinan logam. Setelah mengikuti proses magang di sana, ia mendapatkan tambahan pengetahuan tentang berbagai jenis logam, jenis mesin

dan cara mengoperasikannya, dan pengetahuan tentang proses/tahapan pembuatan kerajinan dari bahan mentah hingga barang jadi yang siap dibubut. Perubahan psikomotorik dirasakannya setelah ia mendapatkan ketrampilan membubut dan kemampuannya untuk menggunakan mesin kerja yang ada di pabrik mulai dari mesin yang mudah hingga mesin yang membutuhkan ketelitian tinggi, serta ketrampilan dalam membuat tidak hanya satu kerajinan logam, melainkan bermacam kerajinan logam bubut. Perubahan secara sikap ia rasakan setelah dirinya merasa yakin memiliki rasa percaya diri yang tinggi setelah merasa memiliki ketrampilan yang diperolehnya selama magang, dan ia berani untuk bekerja secara mandiri dan membuka home industri rumahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengannya,

"…banyak mba, pengetahuan saya nambah, apalagi ketrampilan saya juga semakin diasah, terus saya juga jadi berani mandiri, punya percaya diri buat buka sendiri kecil-kecilan di rumah mba."

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh saudara Zaenal sebagai pemagang. Meskipun dirinya masih mengikuti proses pembelajaran magang, dirinya mengaku merasakan perubahan yang sangat besar dalam hal pengetahuan dan ketrampilannya. Seperti yang diturturkannya dalam hasil wawancara,

"…alhamdulillah banyak perubahan saya rasakan setelah saya jadi mengerti dan tau proses pembuatan kerajinan logam dari bahan mentah sampe jadi, tau jenis logam, jenis mesin yang digunakan, tau caranya ngebor, nggerinda, mbubut, tau cara ngukur juga, ketrampilan saya nambah mba, saya sedikit-sedikit sudah bisa membubut,saya bisa bikin baut sekarang, banyak sekali mba."

Hal tersebut juga dijelaskan oleh bapak Karnadi selaku pemilik pabrik industri logam dalam hasil wawancaranya,

"Perubahan untuk pemagang ya yang berubah pengetahuan, karena nambah banyak jadi tau tentang kerja di industri logam gitu, terutama dari sisi ketrampilannya, yang tadinya gak bisa jadi bisa bikin kerajinan logam.”

Berbeda dengan pernyataan Bapak Slamet, dirinya yang merupakan lulusan sekolah kejuruan merasakan perubahan lebih ke perubahan ketrampilan dan segi sikap yakni munculnya kemandirian di dalam dirinya. Meskipun dirinya sudah memiliki dasar tentang pekerjaan di industri logam, dirinya merasa perlu mengikuti pembelajaran magang untuk mengasah lagi kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang dituturkannya dalam hasil wawancara,

" Banyak mba, meskipun saya lulusan sekolah kejuruan, tapi pengetahuan saya nambah banyak, apalagi ketrampilan saya juga semakin diasah, terus saya juga jadi berani mandiri, punya percaya diri buat buka sendiri kecil-kecilan di rumah mba. Beda sewaktu di sekolah, jarang praktek karena tidak ada mesin, jadi buta pengetahuan tentang mesin bubut."

Menurut Bapak Toso yang juga sebagai mantan pemagang di Sentra Industri Logam Kelurahan Kejambon Kota Tegal mengaku dirinya merasakan perubahan secara sikap ia rasakan setelah dirinya merasa yakin memiliki keberanian yang tinggi setelah merasa memiliki ketrampilan yang diperolehnya selama magang, dan ia berani untuk bekerja secara mandiri dan membuka home industri logam rumahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengannya,

" Banyak sekali mba, wong saya cuma lulusan SD mba, jadi setelah magang saya mersa nambah banyak ilmunya. Dari pengetahuan saya nambah, apalagi dari ketrampilan saya, terus karena saya

merasa punya kemampuan saya jadi punya keberanian buat buka sendiri kecil-kecilan di rumah mba."

Keputusan untuk membuka usaha secara mandiri di rumah masing-masing diakui oleh pemagang dikarenakan banyaknya keuntungan yang diperoleh apabila membuka usaha secara mandiri bila dibandingkan bekerja menjadi buruh pabrik. Menurut Bapak Slamet keuntungan yang dirasakan oleh Bapak Slamet dengan membuka usahanya secara mandiri adalah perolehan keuntungan dari penjualan kerajinan bisa dinikmati sendiri oleh Bapak Slamet. Dan harga beli yang diperolehnya dari bos maupun pemesan lebih besar karena menggunakan mesin sendiri dan tidak perlu ada biaya sewa. Seperti yang dituturkannya dalam hasil wawancara,

“Ya keuntungan penjualan bisa untuk saya sendiri, soalnya saya yang kerja, pake mesin saya juga. Dan harga beli dari bos juga lumayan karena saya pake mesin sendiri mba."

Alasan yang sama juga dituturkan oleh Bapak Amin dalam hasil wawancaranya sebagai berikut

"Enaknya mbuka sendiri itu pendapatannya lebih banyak bila dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh di pabrik orang lain. Misalnya kalau di pabrik bikin ass roda sehari cuma dapet 20 biji, saya cuma dapet Rp 40.000/hari itu dihitung satu minggu ya mba, dapet duitnya Rp 240.000, kalau saya buka sendiri saya bisa dapet keuntungan lebih, apalagi pake mesin sendiri, jadi lebih cepet juga ngerjainnya."

Hambatan yang dirasakan oleh pemagang yang sudah mandiri bermacam-macam mulai dari kesulitan bahan baku sampai dengan pemerolehan pesanan. Seperti hambatan yang dihadapi oleh Bapak Toso yang telah membuka usahanya

secara mandiri selama 8 tahun ini mengaku kerap menemui hambatan dalam hal penyelesaian pesanan yang datang, karenanya ia mempekerjakan karyawan tidak tetap dan memanfaatkan jasa bubut dari tetangganya yang juga membuka home industri dirumahnya apabila ia memperoleh pesanan yang banyak dari bosnya. Seperti yang dituturkannya dalam hasil wawancara,

"Hambatannya ya itu mba, saya suka kekurangan karyawan, makanya kerjaan kadang saya salurin ke tetangga biar kerjaan cepet selesai, itung-itung bantu tetangga juga."

Hambatan lain seperti yang dituturkan oleh bapak Amin yang mengalami kesulitan dalam hal pemerolehan pesanan. Bapak Amin yang telah membuka usahanya secara mandiri selama 7 tahun ini mengaku kerap menemui hambatan dalam hal pemerolehan pesanan kerajinan logam. Karena ia harus mencari orderan sendiri ke pabrik-pabrik lain untuk bekerja sama dengannya. Awal membuka usaha ini, ia mendapatkan pesanan dari pabrik lain yang memperoleh pesanan besar dan mendadak untuk diselesaikan. Karenanya pabrik tersebut menyalurkan sebagian pekerjaannya ke pabrik milik bapak Amin dan ia kerjakan di rumahnya sendiri. Seperti yang dituturkannya dalam hasil wawancara,

"…hambatannya ya itu susah cari orderannya mba, kadang kalo lagi banyak saya sampe nolak-nolak, kadang juga susah, gak ada kerjaan sama sekali ya gini nganggur dulu sampe ada kerjaan."

Sedangkan peran perusahaan tempat belajar sambil bekerja dalam hal kerjasama dengan pemagang yang telah mandiri ditunjukan dengan adanya kerjasama dalam hal penyaluran pekerjaan dari pabrik kepada usaha rumahan milik pemagang yang mandiri. Apabila pabrik tempat mereka bekerja dahulu

sedang kebanjiran pesanan, maka pabrik akan menyalurkan sebagian pekerjaan yang dirasa mudah kepada pemagang yang telah mandiri tersebut. Seperti yang dituturkan oleh bapak Slamet sebagai salah satu pemagang yang mandiri apabila perusahaan tempatnya bekerja dahulu sedang kebanjiran pesanan, pemilik perusahaan tidak sungkan untuk menyalurkan kepada home industri yang lebih kecil seperti usaha yang didirikan oleh Bapak Slamet. Namun beliau mengaku kerap menolak karena beliau sudah memiliki pekerjaan dari pelanggan tetap dan tidak mau mengecewakan pelanggannya tersebut. Sesuai dengan wawancara dengan Bapak Slamet,

" Ada, itu sih kalo sana lagi kebanjiran order oh mba, nanti dilempar ke saya buat digarap, tapi ya jarang saya terima, soalnya saya sudah punya pesenan tetap dari bos saya di Jakarta mba."