• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.4 Strategi Pembelajaran Pendidikan Nonformal

Strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan seseorang atau organisasi untuk dapat sampai pada tujuan (Hamdani, 2011: 18).

Menurut Sudjana (dalam Wahyu Estiningsih, 2011) strategi pembelajaran mengacu pada proses pendidikan yang akan mencakup tujuan belajar yang akan dicapai, pelaku pembelajar, isi atau kegiatan pembelajaran, dan sarana

pembelajaran yang diperlukan. Dengan demikian strategi pembelajaran dapat dikatakan sebagai pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Pada sisi lain, strategi pembelajaran itu tidak lain adalah upaya untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Secara lebih konkrit dan operasional strategi pembelajaran sering diberi pengertian sebagai pendekatan, metode, teknik, media, sumber belajar, pengelompokkan peserta didik untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dan peserta didik dan antara peseta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses hasil dan /atau dampak kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2005: 6).

Dalam pelaksanaan pendidikan nonformal, terdapat strategi-strategi yang digunakan dalam proses pembelajarannya. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan nonformal antara lain sebagai berikut:

1) Identifikasi kebutuhan

Identifikasi kebutuhan dimaksudkan untuk mengumpulkan permasalahan kebutuhan akan pendidikan yang di perlukan oleh masyarakat. Kemudian dari berbagai macam permasalahan itu diambil salah satu masalah yang paling urgent dan membutuhkan pemecahan masalah yang sesegera mungkin.

2) Menetapkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pendidikan nonformal adalah sebagai penambah, pengganti dan pelengkap dari pendidikan formal. Karena itu pembelajaran yang diberikan dalam pendidikan nonformal harus dapat memperbaiki pengetahuan lama yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang lebih baru terutama dalam

kecakapan hidup, agar pada akhirnya warga belajar mampu mandiri dan meningkatkan mutu dan taraf hidupnya dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dia miliki (Nur Halim, 2011: 77).

3) Menetapkan sasaran

Kelompok sasaran/warga belajar yang akan menerima layanan program yang dirancang perlu ditetapkan dengan mempertimbangkan latar belakang seperti pengalaman, pengetahuan, usia, dan kapasitas lainnya (Joko Sutarto, 2008: 173):.

4) Menetapkan Kegiatan

Kegiatan pembelajaran pendidikan nonformal bersifat fleksibel, tidak seperti pada pendidikan formal yang mengacu pada jadwal pelajaran. Kegiatan pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dengan menyesuaikan jadwal atau kesibukan warga belajar itu sendiri.

5) Materi yang diberikan

Materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan. Materi yang diberikan kepada peserta didik bukan hanya sebagai penambah pengetahuan baru tetapi juga memberikan tambahan ketrampilan yang baru supaya dapat memperoleh pengalaman yang lebih baik sehingga warga belajar memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

6) Menetapkan Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu di luar warga belajar yang memungkinkan warga belajar untuk belajar yang dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan (Joko Sutarto,2008: 48). Dalam penggunaan sumber belajar warga belajar harus diarahkan oleh tutor. Jadi tutor bukan hanya

satu-satunya sumber belajar, melainkan ada sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan pemahaman dan pengalaman warga belajar. Keberhasilan suatu program ditentukan oleh kepiawaian pamong belajar dalam memberikan materi pembelajaran kepada warga belajarnya (Joko Sutarto, 2008: 176).

7) Metode yang digunakan dalam pendidikan nonformal

Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran nonformal disesuaikan dengan jumlah peserta didik tujuan pembelajaran, fasilitas dan tutor. Metode yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut (Nur Halim, 2011: 82-89):

a) Metode ceramah. Metode tradisional yang mana dalam pelaksanaannya lebih banyak menuntut keaktifan tutor daripada warga belajarnya. Namun penggunaan metode ini tidak bisa lepas dari kegiatan pembelajaran apalagi dalam pembelajaran tradisional seperti di pedesaan.

b) Metode diskusi. Merupakan cara lain dalam belajar dimana tutor dan siswa, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif, timbal balik dari dua arah.

c) Metode latihan. Metode yang juga disebut dengan metode training ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan bagi warga belajar.

d) Metode belajar mandiri. Merupakan metode dimana warga belajar dibiarkan belajar secara mandiri untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Peran tutor hanya sebagai pendamping saja.

e) Metode sosiodrama. Merupakan metode dimana warga belajar mendramatisasikam tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

f) Metode problem solving. Merupakan metode pemecahan masalah, metode ini bukan hanya sebagai metode mengajar tetapi juga metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mncari data sampai kepada menarik kesimpulan. g) Metode eksperimen. Merupakan metode dimana warga belajar melakukan

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya.

h) Metode demonstrasi. Merupakan metode dengan cara mempertunjukan kepada warga belajar mengenai suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

i) Metode proyek. Merupakan metode pembelajaran dimana cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

j) Metode Tanya jawab. Merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari tutor kepada warga belajar, tetapi dapat pula dari warga belajar kepada tutor.

8) Menetapkan pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan nonformal. Pendekatan yang digunakan antara lain:

a) Pendekatan terpusat pada masalah. Pendekatan ini mengarah kepada pengetahuan warga belajar terhadap masalah kehidupan sehari-hari agar dapat menunjukan bahwa pengetahuan yang diberikan itu memiliki relevansi dan manfaat terhadap kehidupan mereka. Selain itu mereka didorong agar mereka percaya pada kemampuan sendiri dan dilibatkan langsung pada masalah yang dihadapi, karena motivasinya untuk belajar masih kurang.

b) Pendekatan proyektif. Pendekatan ini membantu warga belajar menemukan sudut-sudut pandang baru untuk dapat melihat permasalahan secara lebih jelas.

c) Pendekatan perwujudan diri. Pendekatan ini membantu warga belajar untuk mengaktuaisasikan dirinya sendiri, tanpa harus dipaksa atau dibantu oleh orang lain, meskipun masih dalam tahap proses dimana masih dalam bentuk memotivasi diri untuk mencapai aktualisasi diri

9) Menetapkan evaluasi pelaksanaan program

Ada tiga evaluasi yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan nonformal (Joko Sutarto, 2008: 181-187):

a) Evaluasi hasil pembelajaran. Berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pelaksanaan program pembelajaram yang telah dilaksanakan.

b) Evaluasi proses. Adalah evaluasi yang dilakukan terhaddap langkah-langkah kegiatan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi proses mengungkapkan pendapat seluruh peserta tentang pamong belajar, kelompok sasaran, materi pembelajaran dan proses pelaksanaan kegiatan. c) Evaluasi akhir. Berguna untuk mengetahui apakah semua harapan yang

disampaikan warga belajar sudah terpenuhi, atau masih ada yang belum terpenuhi. Dan juga apakah tujuan pelaksanaan program kegiaatn yang telah dirumuskan sebelumnya telah tercapai atau masih ada yang memerlukan tindak lanjut berikutnya, dan sebagainya.

2.2Model Pembelajaran