• Tidak ada hasil yang ditemukan

Helicoverpa armigera Hübner (Lepidoptera: Noctuidae)

Dalam dokumen TEKNIK PRODUKSI TOMAT RAMAH LINGKUNGAN (Halaman 36-45)

Penggerek buah tomat merupakan serangga polifagus yang mempunyai mobilitasnya tinggi, merupakan hama penting yang dapat merusak banyak tanaman pertanian, sayuran dan buah-buahan. Hama ini merupakan hama utama pada tanaman pertanian terutama tanaman tembakau, jagung, sorgum, bunga matahari, kedelai, sejenis rumput-rumputan (Lucerne), dan merica (Torres-Villa et al. 1996). Telah diketahui bahwa hama ini dapat merusak lebih dari 180 jenis tanaman budidaya dan tanaman liar sekurang-kurangnya 45 famili (Venette et al. 2003a).

Biologi

Serangga dewasa merupakan ngengat bertubuh gemuk dengan rentangan sayap kira-kira 35-40 mm (Gambar 1).

Serangga jantan yang dewasa biasanya berwarna kuning pucat dengan kehijauan atau warna abu-abu sedangkan serangga betina dewasa berwarna coklat kemerahan. Serangga jantan mempunyai sayap luar berwarna kuning pucat dan kehijauan dengan cokelat terang bergaris melintang, sedangkan sayap luar betina berwarna coklat kemerahan dengan garis melintang coklat kehitaman yang berbeda. Sayap bagian dalam berwarna putih dengan tepi cokelat. Sebagian besar, ngengat betina muncul lebih awal dan melepaskan feromon seks untuk menarik serangga jantan setelah 2-5 hari keluar dari pupa. Serangga akan kawin setelah 1-5 hari keluar dari pupa. Pada umumnya ngengat betina hidupnya lebih lama dari pada ngengat jantan. Di laboratorium, panjang umur ngengat jantan bervariasi antara 1-23 hari ngengat sedangakn ngengat betina berumur antara 5-28 hari (Pearson 1958). Bhatt dan Patel (2001) mencatat umur ngengat jantan sekitar 51 hari dan ngengat betina umurnya dapat mencapai 54 hari . Serangga dewasa memakan nektar dan bertelur satu per satu dan tersebar, biasanya telur diletakkan dekat daun, tunas bunga, atau buah muda. Ngengat ini lebih suka bertelur pada permukaan tanaman yang berbulu. Telur banyak diletakkan pada saat sebelum atau selama inang memproduksi bunga (King 1994). Seekor ngengat betina dapat meletakkan sekitar 730 sampai 1702 telur, jumlah telur maksimal yang diletakkan adalah 4394 telur selama masa bertelur antara 10 - 23 hari (King 1994; Fowler dan Lakin 2001; CAB 2003). Telur berbentuk bulat, mempunyai diameter sekitar 0,5 mm, berwarna putih saat diletakkan, tetapi kemudian berobah menjadi coklat, dan kehitaman sebelum menetas. Lamanya stadia telur sekitar 4-5 hari, tergantung pada suhu. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 3 hari pada suhu 25°C, tetapi pada suhu yang lebih rendah dapat lebih lama lagi hingga mencapai 11 hari (CAB 2003).

gelap atau kepala berwarna hitam dengan duri yang menonjol pada tubuhnya. Larva dewasa warnanya bervariasi, mulai dari hijau pucat sampai coklat atau bahkan kehitaman dengan garis-garis lateral pada tubuhnya (Gambar 2). Larva dewasa dapat tumbuh sampai berukuran sekitar 40 mm. Periode larva adalah sekitar 15-25 hari, tergantung pada suhu, tanaman inang, dan beberapa faktor lainnya. Larva mempunyai lima sampai tujuh instar, dan yang paling umum adalah enam instar. Larva ditemukan pada bagian tanaman atau buah satu per satu. Jika kepadatan larva tinggi, maka akan terjadi kanibalisme. Tahap pre-pupa berlangsung selama 1-4 hari, dan selama waktu ini aktivitas larva menurun (King 1994).

Stadia pupa berlangsung dalam tanah, pada kedalaman 2,5- 17,5 cm. Kadang-kadang pupa terdapat pada permukaan tanaman atau didalam tanah (King 1994). Pupa berwarna coklat gelap (Gambar 3). Periode pupa bervariasi antara 6-33 hari tergantung pada suhu; rata-rata sekitar 10 hari sampai dua minggu. Suhu optimum untuk kelangsungan hidup pupa adalah 27°C (Twine 1978). Sedikit atau tidak ada diapause diamati di daerah tropis (King 1994). Namun, pupa dapat memasuki fase istirahat (diapause) tergantung pada penyinaran dan suhu. Fase di apause terjadi ketika larva terkena lamanya siang yang panjang sekitar 11,5-12,5 jam, dan suhu rendah (19-23°C), atau ketika larva mendapatkan periode panas yang panjang dan cuaca kering (≥35°C) (King 1994, Zhou et al 2000;. Shimizu dan Fujisaki 2002; CAB 2003). Dalam sebuah penelitian laboratorium, suhu tinggi (diatas 37°C) menyebabkan pupa mengalami dormansi (Nibouche 1998).

Gej ala kerusakan

Larva yang baru menetas memakan permukaan daun atau tunas bunga. Namun, larva yang agak besar lebih memilih

untuk memakan isi bagian produksi seperti tunas bunga, bunga, dan buah muda. Larva membuat lubang di bagian buah tanaman dan makan buah dengan memasukkan kepalanya kedalam buah (Gambar 4). Lubang-lubang dibuat secara melingkar (Gambar 5) dan sering dikelilingi oleh bekas kotoran. Kemudian, larva memakan sebagian isi bagian dalam buah sehingga bagian luar akan berlubang. Kerusakan yang berat akan menyebabkan buah membusuk dan jatuh atau buah yang dirusak sebagian bisa menjadi cacat.

Gambar 1: Serangga dewasa Hel i cover pa ar mi ger a

Gambar 2: Larva Hel i cover pa ar mi ger a Gambar 3: Pupa Hel i cover pa ar mi ger a

Gambar 4: Buah tomat muda yang dirusak Hel i cover pa ar mi ger a

Pengelolaan

• Hindari penanaman tomat di sekitar tanaman inang lainnya, karena H. ar mi ger a dewasa dapat dengan mudah bermigrasi ke tanaman tomat yang baru. Mungkin sulit untuk menghindari situasi ini di negara- negara yang tanahnya bergelombang atau berbukit- bukit. Mendirikan penghalang fisik seperti jaring nilon atau penanaman tanaman penghalang di sekitar lahan tomat dapat mengurangi kerusakan dari H. ar mi ger a. Tetapi, tidak dapat mencegah masuknya seluruh serangga ini, karena serangga ini kuat untuk terbang. Jika memungkinkan secara ekonomi, petani bisa mendirikan jaring nilon di semua sisi serta dibagian atas lahan tomat. Metode ini sesuai dengan sistem budi daya sayuran dipinggiran kota.

• Rotasi tanaman. Jika petani menanam tomat setelah tomat atau tanaman inang lain seperti buncis, jagung, kapas, dll maka kerusakan akan lebih tinggi karena serangga muncul dari tanaman tersebut sudah menjadi pupa dalam tanah selama siklus tanaman sebelumnya. Kerusakan tanaman akan lebih parah di lokasi di mana

H. ar mi ger a mengalami fase istirahat selama musim dingin. Lakukan rotasi tanaman tomat dengan tanaman bukan inang hama ini seperti tanaman sere, labu, atau tanaman kubis.

• Penanaman kultivar tomat tahan H. ar mi ger a dapat mengurangi kerusakan hama ini. Namun, kultivar tomat komersial yang tahan belum tersedia. Skrining plasma nutfah di AVRDC menyatakan bahwa ketahanan tingkat tinggi terhadap H. ar mi ger a hanya ditemukan pada jenis tomatliar, terutama L. hi r sut um dan L. pennel l i i. Upaya memasukkan gen tahan dari jenis tomat liar ke tomat yang dibudidayakan mengakibatkan aksesi tomat yang dihasilkan relatif tahan, namun semua aksesi

tahan buahnya kecil-kecil (Talekar et al. 2006).

• Perangkap sex feromon H. ar mi ger a dapat digunakan untuk memonitor, dan memerangkap ngengat dewasa secara massal, atau dapat mengganggu ngengat jantan selama periode kawin.

• Monitoring: Perangkap feromon seks berumpan feromon H. ar mi ger a dapat menarik ngengat jantan dewasa. Perangkap ini dapat digunakan untuk meramalkan pertambahan populasi di lapangan.

• Perangkap massal: Perangkap feromon seks berumpan feromon H. Ar mi ger a dapat digunakan untuk menjebak banyak jantan, sehingga mengurangi kemungkinan ngengat betina untuk kawin dan menghasilkan telur di lapangan. Namun, hal ini tidak banyak pengaruhnya bagi serangga polifagus seperti H. ar mi ger a, dimana populasinya selalu lebih tinggi karena ketersediaan beberapa tanaman inang dalam sistem pertanian di daerah tropis.

• Gangguan kawin: Konsentrasi tinggi dari percampuran penuh atau satu komponen dari banyak komponen feromon yang ditempatkan di lapangan untuk menyebarkan bau feromon. Konsentrasi tinggi dari feromon di udara akan menyelubungi jantan, sehingga serangga jantan sulit untuk menemukan seekor betina yang siap kawin. Kegagalan untuk kawin mengakibatkan ngengat betina sulit menghasilkan telur, atau telur yang dihasilkan tidak fertil, sehingga mengurangi populasi serangga. Memasang feromon seks dengan konsentrasi tinggi dalam formulasi sl ow r el ease

pada 5 - 10-m gr i d dapat menurunkan ketertarikan ngengat jantan terhadap ngengat betina perawan, sehingga berpengaruh terhadap perkawinan H. ar mi ger a (AVRDC 1988).

• Penanaman tahi kotok (Taget es er ect a L.) sebagai tanaman perangkap di kedua sisi dan sejajar dengan 10 dan 15 baris tomat, dapat mengurangi serangan H. ar mi ger a (Srinivasan et al. 1994). H. ar mi ger a dewasa lebih menyukai tahi kotok pada saat tanaman ini berbunga dari pada tomat untuk meletakkan telurnya. Hal ini akan mengurangi intensitas serangan H. ar mi ger a pada tomat. Yang perlu diperhatikan bagaimana menselaraskan waktu penanam kedua tanaman tersebut, sehingga berbunga pada waktu yang tepat, dan dapat menarik ngengat betina H. ar mi ger a. Sama halnya dengan tomat yang dapat menghasilkan bunga selama periode pertumbuhan yang panjang, tagetes juga harus memiliki bunga selama periode tersebut.

• Telur parasitoid (misalnya, Tr i chogr amma pr et i osum

Riley) dan larva parasitoid (misalnya, Campol et i s chl or i deae Uchida) dapat dilestarikan dan/atau dilepaskan pada lahan tomat secara berkala untuk megendalikan H. ar mi ger a. Jika parasitoid ini terdapat di lahan, hindari penggunaan pestisida kimia berspektrum luas, yang dapat mematikan musuh alami. • Biopestisida tersedia secara komersial seperti Baci l l us

t hur i ngi ensi s (Bt), Hel i cover pa ar mi ger a nucl eopol yhedr ovi r us (HaNPV) dan nimba (Azadi r acht a i ndi ca A. Juss.) dapat digunakan untuk mengendalikan

H. ar mi ger a. Namun, formulasi Bt harus digilir untuk menghindari terjadinya resistensi. Misalnya, formulasi B.t. subsp. kurstaki dapat pergilirkan dengan formulasi B.t. subsp. aizawai.

• Pestisida kimia secara luas digunakan terhadap serangga berbahaya ini di beberapa bagian dunia. Pestisida kimia akan efektif bila diaplikasikan pada larva muda, sebelum larva masuk ke dalam tunas

bunga atau buah. Penyemprotan pestisida harus dijadwalkan segera setelah melihat telur atau selama tahap larva awal. Hal itu sulit untuk memantau tahapan tersebut, namun penyemprotan dapat didasarkan pada hasil tangkapan dari perangkap feromon seks. Lakukan pergiliran pestisida. Selain itu, efektifitas pestisida kimia dan status registrasi pestisida untuk tomat harus diperiksa sebelum digunakan.

Dalam dokumen TEKNIK PRODUKSI TOMAT RAMAH LINGKUNGAN (Halaman 36-45)

Dokumen terkait