• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PRODUKSI TOMAT RAMAH LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK PRODUKSI TOMAT RAMAH LINGKUNGAN"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PRODUKSI

TOMAT RAMAH

LINGKUNGAN

Buku saku untuk Kesuburan Tanah dan Pengelolaan Hama

Alih Bahasa: Dr. Ahsol Hasyim, MS Ir. Wiwin Setiawati, MS Abdi Hudayya, SP Dr. Rahmat Sutarya

Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No 517. Lembang, Bandung 40391.

Telp. 022-2786245, Fax. 022-2786416

R. SRINIVASAN

(2)

AVRDC –Pusat sayuran dunia merupakan Lembaga Penelitian Internasional yang bergerak dibidang sayuran tropis (non Profit) dan bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan kekurangan gizi melalui peningkatan produksi dan konsumsi sayuran sehat agar kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi.

AVRDC – The World Vegetable Center P.O. Box 42

Shanhua, Tainan 74199 TAIWAN

Tel: +886 6 583 7801 Fax: +886 6 583 0009 Email: info@worldveg.org Web: www.avrdc.org AVRDC Publication: 10-740 ISBN 92-9058-182-4 Editor: Maureen Mecozzi Disain Kulit luar: Chen Ming-che

Tim penyusun: Kathy Chen, Chen Ming-che, Vanna Liu, Lu Shiu-luan

© 2010 AVRDC – The World Vegetable Center Printed in Taiwan

This work is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License. To view a copy of this license, visit http://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/tw/ or send a letter to Creative Commons, 171 Second Street, Suite 300, San Francisco, CA, 94105, USA.

Suggested citation

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Ucapan terima kasih iv

Pendahul uan v

Pr oduksi beni h t amat sehat

Su Fu-cheng, Ma Chin-Hua, R. Srinivasan, Wang Tien-chen

1

Pengel ol aan kesubur an t anah unt uk mempr oduksi t omat sehat

Ma Chin-Hua and Yueh-Huei Lin

6

Ser angga hama dan t ungau pada t omat

R. Srinivasan, Su Fu-cheng, Mei-ying Lin, Hsu Yun-che

25

Pengel ol aan penyaki t bakt er i pada t omat

Chih-Hung Lin and Jaw-Fen Wang

66

Pengel ol aan penyaki t yang di sebabkan ol eh j amur pada t omat

Chen Chien-hua, Zong-Ming Sheu, Chen Wen-yu,

Wang Tien-chen

76

(4)

KATA PENGANTAR

Tomat merupakan salah satu sayuran penting di Asia dan Afrika. Kedua benua ini menurut laporan dapat memproduksi lebih dari 65% tomat di dunia. Buah tomat kaya akan nutrisi seperti vitamin, mineral dan anti oksidan, serta penting juga untuk menjaga keseimbangan gizi manusia. Buah tomat penting sebagai komponen makanan karena mengandung Lycopene yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit kanker dan penyakit degenerasi syaraf.

Tanaman tomat sangat rentan terhadap serangan beberapa jenis serangga dan tungau serta penyakit tanaman. Penggunaan pestisida kimia saat ini telah digunakan secara sembarangan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman tomat di Asia Tenggara dan Afrika. Disamping itu pupuk kimia dan pestisida kimia kadang-kadang digunakan secara berlebihan sehingga mengakibatkan pencemaran air tanah. Penggunaan bahan kimia di lahan pertanian tomat akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi, sehingga merugikan terhadap produser, konsumer dan gangguan terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan.

AVRDC – Pusat sayuran dunia ini telah berhasil mengembangkan teknologi produksi tomat yang aman (ramah lingkungan) di Taiwan sejak tahun 2005-2007. Strategi ini berhasil mengurangi ketergantungan masyarakat tani terhadap bahan kimia seperti pestisida dengan memaksimalkan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Strategi ini telah dikembangkan di Asia Selatan dan telah siap juga untuk dipromosikan secara luas di daerah pertanaman tomat yang beriklim tropis.

(5)

Buku ini diperuntukkan bagi petani tomat dan penyuluh pertanian spesialis sehingga diharapkan bermanfaat untuk memproduksi tomat yang aman dimasa mendatang.

J.D.H. Keatinge Director General

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada M.L. Chadha (pengelolaan kesuburan tanah), Ravindra C. Joshi (ahli serangga dan tungau), Mathew M. Abang (ahli penyakit bakteri) dan Drissa Silué (ahli penyakit jamur) atas usaha dan kerja kerasnya menyusun buku saku ini. Saya ingin juga mengucapkan terima kasih kepada Asia-Pacific Forum for Environment and Development (APFED) melalui Ryutaro Hashimoto APFED Awards for Good Practices to AVRDC – The World Vegetable Center pada tahun 2008. Ucapakan terima kasih juga disampaikan kepada Maureen Mecozzi yang membantu meng edit Chen Ming-che yang membantu pengambilan foto.

R. Sr i ni vasan

(7)

PENDAHULUAN

Tomat (Sol onum l ycoper si cum L) merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di seluruh dunia. Luas tanaman tomat di China lebih dari 5.000.000 ha dengan produksi mendekati 129.000.000 ton atau lebih dari ¼ luas tanaman tomat di dunia.

Menurut laporan luas tanaman tomat di Egypt bersama India lebih dari 1/5 dari luas tanaman tomat di dunia. Negara lain yang menghasilkan tomat adalah Turki dan Nigeria. Luas areal tanaman tomat di Asia dan Afrika kira-kira 79 % dari luas areal tomat di dunia dan menghasilkan 65 persen kebutuhan tomat di dunia (FAO 2008)

Jenis tomat liar aslinya berasal dari bagian barat daya Amerika. Ada dua hipotesis yang menyatakan bahwa tomat berasal dari negara Peru dan Meksiko (Peralta dan Spooner 2007). Walaupun tomat membutuhkan iklim yang dingin dan kering agar kualitas dan produksinya tinggi (Nicola et al. 2009), namun dapat beradaptasi kondisi iklim yang luas mulai dari daerah temperate sampai daerah panas dan tropik basah.

Tomat mengandung nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, patasium, Posphor, magnesium dan Calsium (USA 2009), diamping itu tomat juga mengandung antioksidan yang dapat mengurangi serangan penyakit kanker (Miller et al. 2002) Di daerah tropik, kendala utama dalam memproduksi tomat adalah serangan hama dan penyakit. Hama utama tanaman tomat adalah penggerek buah, ulat grayak (beet

ar mywor m), kutu kebul, penggorok daun dan tungau.

(8)

musim menyemprot tanaman tomat lebih dari 50 kali

(Nagaraju et al. 2002). Penyalahgunaan pestisida dapat menyebabkan efek buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan juga menyebabkan naiknya ongkos produksi. Sekitar 31 % dari total ongkos produksi tomat di Philippina harus dikeluarkan untuk biaya pestisida (Orden et al.1994). Kelebihan penggunaan pupuk kimia dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan petani tomat. Tambahan lagi penggunaan pupuk nitrogen untuk produksi tomat secara terus menerus akan menyebabkan kontaminasi nitrat sehingga air permukaan dan air tanah akan tercemar bahan kimia. (Krusekopf et al. 2002).

(9)

Pust aka

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2008. FAOSTAT. http:/faostat.fao.org [accessed 31 December 2009].

Krusekopf HH, Mitchell JP, Hartz TK, May DM, Miyao EM, Cahn MD. 2002. Pre-side dress soil nitrate testing identifies processing tomato fields not requiring side dress N fertilizer. HortScience 37(3): 520-524.

Miller EC, Hadley CW, Schwartz SJ, Erdman JW, Boileau TMW, Clinton SK. 2002. Lycopene, tomato products, and prostate cancer prevention. Have we established causality? Pure Appl. Chem. 74(8):1435-1441.

Nagaraju N, Venkatesh HM, Warburton H, Muniyappa V, Chancellor TCB, Colvin J. 2002. Farmers’ perceptions and practices for managing tomato leaf curl virus disease in southern India. International Journal Pest Management 48: 333-338

Naika S, Van Lidt de Jeude J, de Goffau M, Hilmi M, Van Dam B. 2005. Cultivation of tomato. Production, processing and marketing. In: Van Dam B (ed.), Digigrafi, Wageningen, The Netherlands.

Nicola S, Tibaldi G, Fontana E. 2009. Tomato production systems and their application to the tropics. Acta Horticulturae 821: 27-33.

Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV. 1994. Extent of pesticide use in vegetable production in Nueva Ecija: Empirical evidence and policy implications. Research and Development Highlights 1994, Central Luzon State University, Republic of the Philippines. p.196-213.

(10)
(11)

Produksi benih t omat sehat

Su Fu-cheng

1

, Ma Chin-Hua

2

,

R. Srinivasan

1

, and Wang Tien-chen

3

1

Entomology; 2

Crop and Ecosystem Management; 3

(12)

Meningkatnya penggunaan benih hibrida komersial yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit akan menyebabkan biaya produksi benih menjadi mahal. Biaya penyediaan benih akan meningkat secara nyata bila penanam tomat benihnya banyak yang tidak tumbuh karena tempat pembibitan tidak bersih. Hal ini biasanya tidak akan terjadi bila penanam tomat mengikuti metoda pembibitan dalam kotak kecambah secara tradisonal untuk memproduksi bibit tomat. Ada beberapa langkah efektif yang dapat dilakukan untuk memproduksi benih tomat sehat, diantaranya adalah:

• Gunakan kotak semai (t r ay) lokal yang berukuran diameter 4,5 cm dan dalamnya 4 cm

• Isi lobang-lobang kotak semai dengan media tumbuh seperti tanah bekas pembakaran, campuran pasir, kompos, dan sekam bakar. Sebelum digunakan, pastikan bahwa campuran kompos yang digunakan benar-benar telah matang dan tidak mengandung bibit penyakit.

• Kotak semai diletakkan pada tempat yang ditinggikan seperti bangku/meja dan beri naungan. Jika bangku tidak tersedia, buatlah bedengan persemaian dengan ukuran lebar 1.5 meter dan panjang 2-3 meter yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menyemaikan tomat.

(13)

meter diberi dua penyangga di dalam satu baris. Penyangga tersebut berukuran diameter 1 cm. Tutuplah kerangka sungkup dengan kain kasa yang berukuran 60-mesh. Tariklah kasa agar bisa menutup keempat sisi persemaian dengan rapat dan benamkan kain kassa tersebut kedalam tanah sedalam 10-15 cm. Periksalah kembali bahwa tidak terdapat lobang diantara tanah dan kain kassa agar serangga tidak bisa masuk. (Talekar et al. 2003).

• Jika tidak tersedia kain kasa atau nylon yang berukuran 60 mess maka kain kassa berukuran 32 mess masih dapat digunakan tetapi harus diawasi agar kutu kebul tidak masuk melalui lobang kain kasa (semprot bagian luas bagian luar kain kasa dengan nimba atau insektisida kimia. Jika persemaian terbuka maka lakukan pengendalian serangga yang berperanan sebagai vektor penyakit seperti kutu kebul, thrips, dan aphids. Pengendalian serangga tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida dengan bahan imidacloprid atau nimba, dan jika diperlukan sekali gunakan insektisida sistemik berbentuk butiran yang dapat diaplikasikan ke tanah.

• Bahan media yang diperjual belikan dipasaran kadang-kadang tidak steril. Oleh karena itu lakukan perlakuan benih (seed treatment) dengan perlakuan kimia atau agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tular tanah. Perlakuan benih dapat dilakukan dengan fungisida yang berspektrum luas seperti captan dan thiram untuk mengurangi serangan penyakit rebah kecambah (Hanson et al .

2000). Alternatif lain gunakan agensia hayati seperti

Tr i choder ma vi r i de dan Pseudomonas f l uor escens. • Taburkan 2 biji tomat kedalam masing-masing lobang

(14)

et al. 2000).

• Penyiraman pertama dilakukan pada setiap lobang tanaman tomat dengan takaran kira-kira 15 ml. Penyiraman selanjutnya dapat dilakukan setiap hari terutama pagi hari dengan takaran rata-rata 7.5–10 ml (maximum) per lubang tanaman. Jika temperatur tinggi terutama musim panas lakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari dengan takaran air sebanyak 7.5–10 ml (maximum) per lubang tanaman. Takaran air yang digunakan tergantung pada media tanam, dan kelembaban media tanam.

• Biji tomat akan berkecambah setelah 8 hari kemudian pada temperatur tanah optimum berkisar antara 20 – 30°C (Hanson et al . 2000).

• Jika perlakuan benih pada biji tomat tidak dilakukan, maka gunakan fungisida Etridiazole untuk mengendalikan penyakit tular benih. Pemberian fungisida dilakukan sesuai dengan dosis anjuran dan setiap lobang diberi dengan 5 ml larutan fungisida yang sudah diencerkan dengan air.

• Setelah tiga minggu, periksalah vigor dan warna daun bibit tomat. Jika daun berwarna kuning dan kurus maka benih tersebut harus diberi pupuk NPK dengan dosis 15-10-15 + 2 MgO melalui tanah. Encerkan pupuk tersebut dengan air dan beri setiap lobang persemaian benih sebanyak 5 ml. Lakukan pemberian pupuk yang telah diencerkan tersebut pada setiap lubang persemaian satu sampai dua kali sebelum dipindahkan. Lakukan pemantauan pertumbuhan benih dan jika benih tomat tumbuh dengan cepat sebelum dipindahkan, maka kurangi pemberian pupuk.

(15)

pupuk dan fungisida sesegera mungkin. Tutup lagi dengan kain kassa untuk mencegah masuknya serangga. Jika tray perbenihan ada beberapa buah buka hanya satu kotak saja pada saat yang sama.

• Gunakan bibit sehat yang mempunyai satu atau empat helai daun (umur bibit kira-kira 4 minggu), kokoh dan kekar untuk ditanam (Hanson et al. 2000).

Pust aka

Hanson P, Chen JT, Kuo CG, Morris R, Opeña RT. 2000. Suggested cultural practices for tomato. International Cooperators’ Guide, AVRDC Publication No. 00-508. p. 8. http://www.avrdc.org/pdf/tomato.pdf.

(16)

Pengelolaan kesuburan tanah

untuk produksi tomat ramah

lingkungan

Ma Chin-Hua and Yueh-Huei Lin

(17)

Kelebihan atau tidak berimbangnya penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik di dalam sistem produksi sayuran dapat mengurangi hasil sayuran dan pulusi terhadap lingkungan serta berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kurangnya pemberian pupuk, pengelolaan pupuk yang tidak benar dan kurang tersedianya unsur hara di dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya hasil panen dan hal inilah yang menyebakan kemerosotan lahan pertanian di beberapa negara. Keseimbangan unsur hara dan efisiennya penggunaan unsur hara tanaman akan meningkatnya produktivitas tanaman sehingga keuntungan yang maksimal dapat dicapai dan resiko terhadap lingkungan dapat dikurangi.

PENGGUNAAN PUPUK YANG BERLEBIHAN

Penggunaan bahan organik dan anorganik secara berkelebihan di dalam sistem produksi sayuran umumnya sering terjadi di banyak negara. Namun demikian tidak semua unsur hara yang di aplikasikan ke tanah dapat diserap oleh tanaman. Unsur hara yang masih tertinggal di dalam tanah akan berbahaya terhadap lingkungan melalui pengikisan tanah oleh air atau melalui air permukaan atau hilang menguap ke atmosfir.

Dalam kondisi normal, semua pupuk nitrogen akan mudah larut dalam air dan setelah diaplikasi, segera dioksidasi menjadi Nitrat. Nitrat yang tidak diabsorsi oleh partikel tanah, sebagian besar elemen akan hanyut melalui air tanah atau air permukaan atau hilang ke atmosfir melalui dinitrifikasi. Nitrat yang berasal dari pelapukan bahan organik pada tanah atau pupuk kandang juga mudah larut. Larutnya NO3- melalui air permukaan akan menambah kandungan NO3- pada air minum atau akumulasinya akan meningkat pada jaringan tanaman. Jika air minum yang mengandung NO3- diminum atau tertelan akan menyebabkan

(18)

akan berbahaya dan mengganggu kesehatannya (“bl ue-baby syndr ome”). Pengaruh Nitrosomanis dari N bisa menyebabkan gangguan kesehatan dan berpotensi untuk terjadinya penyakit kanker. Penguapan amoniak terdapat juga pada tumpukan pupuk kandang yang diaplikasikan di tanah. Amoniak dapat juga menguap dari pupuk urea yang diaplikasikan pada tanah yang mempunyai pH tinggi pada saat cuaca kering dan panas. Tanaman menyerap Fosfor dalam bentuk ion Fosfat. Ion fosfat didalam tanah relatif tidak bergerak (i mmobi l e) dan sangat cepat diserap oleh tanah partikel liat dan mudah terikat oleh unsur lain seperti besi, aluminium dan oksidasi dan hidroksi magnesium. Fosfat yang tersisa dan tidak terserap oleh tanaman akan tercuci atau hilang dari tanah melalui erosi. Nitrogen dan fosfat yang terdapat pada air permukaan akan menyebabkan berkembangnya alga pada air permukaan. Jika tanaman air dan alga mati, maka bakteri akan membantu proses pelapukannya sehingga oksigen yang ada didalam air akan berkurang dan hilang. Kebanyakan ikan dan serangga air tidak akan bisa hidup bila kandungan oksigen di dalam air berkurang. Massa alga akan menjadi masalah bagi ekosistem dan kehidupan manusia.

Kalium (K) merupakan ion yang dapat dipertukarkan dan mudah diserap dalam tanah. Namun demikian K yang tidak dapat diambil oleh tanaman akan hilang dan tercuci melalui air tanah. Unsur K banyak yang hilang disebabkan jika pupuk cair hewan terbuang dari pekarangan rumah petani dan kandang peternakan hewan. Kalium yang terdapat dalam air tidak mengganggu dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Ket idak seimbangan aplikasi pupuk.

(19)

berwarna hijau gelap dan tanaman tumbuh dengan cepat. Namun demikian, Pemberian pupuk nitrogen yang berkelebihan pada tanaman sayuran dapat menyebabkan tanaman mudah rebah, kompetisi dengan gulma, mudah terserang oleh hama, berkurangnya hasil dan kualitas benih yang disimpan menjadi rendah. Nitrogen yang tidak terserap oleh tanaman akan hilang dan dapat mencemari lingkungan.

Petani mengira bahwa pemberian pupuk Nitrogen saja dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, contoh pupuk Urea yang mudah diperoleh dengan harga yang dapat terjangkau. Namun demikian untuk memperoleh produksi sayuran yang tinggi, tanaman juga memerlukan sejumlah unsur lain yaitu fosfor dan Kalium. Oleh karena itu, meningkatkan hasil tanaman dengan pemberian Nitrogen tunggal akan menghabiskan nutrisi lain yang berada di dalam tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi Nitrogen akan menurun tanpa pemberian Fosfor dan Kalium.

Pemupukan seimbang antara Nitrogen, Fosfor dan Kalium seharusnya diberikan berdasarkan kebutuhan tanaman sehingga kerusakan tanah dan tanaman dapat dihindari.

Tidak cukupnya pemakaian unsur hara.

(20)

Pengelolaan unsur hara untuk menghasilkan sayuran yang aman dikonsumsi.

1. Penambahan unsur hara unt uk menggant i unsur hara dalam tanah.

Gunakan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik dapat menambah unsur hara yang cukup untuk meningkatkan produksi tanaman dalam jangka pendek, sedangkan pupuk organik akan meningkatkan bahan organik tanah, struktur tanah dan kapasitas penyangga tanah agar kesuburan tanah dalam jangka panjang dapat terjaga.

Pemberian pupuk berimbang dengan menggunakan sumber pupuk organik dan anorganik akan meningkatkan produksi tanaman yang menguntungkan dan berkelanjutan. Pemberian pupuk organik dalam jangka panjang dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi asam, sedangkan pemberian pupuk dari berbagai bahan organik dalam jangka panjang akan meningkatkan pH menjadi basa. Pemberian pupuk berimbang antara pupuk organik dan anorganik penting untuk menjaga kondisi tanah menjadi lebih baik dan dapat menyediakan sumber hara lebih efisien. Perbandingan antara pupuk organik dan anorganik adalah 1;1 atau 1;3 berdasarkan kebutuhan Nitrogen, umumnya telah direkomendasikan untuk petani.

(21)

kirra-kira 1/5~1/10 dari N dan K yang tersedia. Sebagai contoh dalam Gambar 1 terlihat bahwa unsur hara NPK yang diambil tanaman tomat adalah 9.5-1.2-13.5 g/tanaman pada saat tanaman berumur 120 hari setelah tanam.

Dengan konversi, rasio pengambilan unsur hara oleh tomat adalah sama untuk N:P:K = 1:0.13:1.42. Data ini memperlihatkan bahwa tanaman tomat memiliki kebutuhan K yang lebih besar dibandingkan dengan sayuran yang lainnya. Aplikasi yang terus menerus pupuk organik dan anorganik dengan rasio NPK yang tidak seimbang atau sama mungkin akan menghasilkan akumulasi hara tertentu di dalam tanah. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan bahwa petani harus memperbaiki aplikasi pupuk dengan mencampurkan beberapa jenis pupuk pupuk organik untuk membentuk rasio yang diinginkan sehingga tanaman yang dibudidayakan pertumbuhannya lebih baik. Petani juga harus menggunakan kombinasi pupuk anorganik yang berbeda selama periode pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan mengurangi akumulasi unsur hara dan pencucian di dalam tanah.

2. Memperbaiki efisiensi penggunaan unsure hara

(22)

pertumbuhan yang penting untuk serapan unsur hara meliputi pertumbuhan bibit, ketika serapan unsur hara yang maksimum dan awal pembuahan, dan tingkat akumulasi K terjadi. Pupuk organik dan anorganik yang diaplikasikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam, dan pupuk anorganik

Fig.1. Serapan N, P, and K ke dalam tanaman tomat pada lebih dari 120 hari. (potensi hasil 60 t/ha)

Sebagai pupuk samping pada saat tanaman berumur 20, 40, 60, 85, 105 hari setelah tanam. Selama fase tangkai buah dan fase pembesaran buah terbentuk, pemupukan samping harus lebih sering diaplikasikan. Pencucian N sangat tergantung pada pupuk yang diaplikasikan, waktu presipitasi, pengairan, tipe tanah dan serapan N oleh tanaman. Membagi aplikasi pupuk N selama satu fase tanam direkomendasikan untuk pengendalian N, terutama pencucian NO3- ke dalam air tanah.

(23)

Mempertahankan konsentrasi NPK yang cukup dalam larutan tanah selama periode pertumbuhan aktif sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman. AVRDC - Pusat Sayuran Dunia telah mengembangkan "Solusi Teknologi Starter" untuk beberapa sayuran: Pupuk anorganik dalam bentuk butiran disiapkan sebagai larutan cair yang dapat digunakan segera setelah tanam dengan cara pemberian larutan pupuk disamping tanaman tomat.

Larutan Starter dapat menyediakan nutrisi penting untuk tanaman tomat muda sebelum sistem akar tanaman mapan dan membantu tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mendesak selama periode pertumbuhan aktif, sehingga hasil buah yang lebih tinggi. Larutan starter dapat dibuat dengan cara mengencerkan pupuk organik majemuk cair (14% N-28% P2O5-K2O 14%) dan aplikasikan larutan tersebut rata-rata 2,4 g (240N-210P-200K mg) dalam 50 ml air per tanaman (setara untuk 7.2N-6.2P-6K kg / ha) setelah tanam, untuk tanaman tomat pada jenis tanah lempung berpasir. Larutan harus diaplikasikan dalam volume kurang dari 1% dari kapasitas lapang sehingga larutan akan terserap oleh permukaan tanah dekat akar tanaman. Meskipun konsentrasi larutan sangat tinggi, namun konsentrasinya akan menurun dekat akar setelah bereaksi dengan tanah, dan larutan ini dapat dipertahankan dalam tanah dalam dalam jumlah maksimum.

(24)

menunjukkan bahwa hasil maksimal dari tanaman kubis, tomat, dan cabai diperoleh dengan cara menggunakan pupuk dasar berupa kompos atau pupuk kandang, dan satu kali aplikasi larutan Starter pada saat tanam, kemudian diikuti pupuk tambahan yang diberikan disamping tanaman tergantung pada jenis tanaman dan musim. Aplikasi pupuk berimbang berbasis teknologi larutan Starter dalam kombinasi dengan sumber nutrisi organik dan anorganik yang ditemukan dapat meningkatkan efisiensi pupuk, menambah keuntungan petani, serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

3. Mengurangi kehilangan unsur hara dalam tanah

Mengurangi jumlah pupuk adalah salah satu cara yang efektif untuk mengurangi pencucian hara. Pengaturan jadwal tanam yang tepat adalah cara lain untuk menghindari hilangnya nutrisi. Misalnya, pupuk hijau mudah terurai dengan cepat di daerah tropis bila dibenamkan ke dalam tanah. Oleh karena itu, perlu ada tanaman berturut-turut di lapangan setelah beberapa minggu, agar nutrisi yang dihasilkan dari pupuk hijau dapat digunakan. Bedeng yang bermulsa dan tanaman penutup tanah di lapangan selama musim hujan juga efektif untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh aliran permukaan dan terbuangnya nutrisi.

4. Pengelolaan sumber daya yang lebih baik.

(25)

sisa tanaman, dll. Semua ini adalah metode yang cukup baik untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya isue tentang dampak lingkungan dan keberlanjutan penggunaan tanah telah mendorong kompos sebagai salah satu cara untuk mendaur ulang limbah kembali ke tanah. Penelitian yang banyak telah dikembangkan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi pengomposan ramah lingkungan. Pengomposan dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan rasio C / N untuk 20-30:1, menjaga kelembaban tanah pada 50-60%, dan mempertahankan aerasi yang baik untuk mendorong pertumbuhan mikroorganisme. Pembuatan kompos yang tepat akan meningkatkan efisiensi hara di dalam kompos, dan juga menurunkan kehilangan N selama proses pengomposan.

Lakukan pergiliran tanaman: Pergiliran tanaman yang tepat akan menyediakan bahan organik tanah secara berkelanjutan, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), dan meningkatkan sifat biologis tanah sehingga mungkin dapat menekan beberapa patogen tular tanah. Disarankan bahwa tanaman pupuk hijau dimasukkan dalam sistem, terutama jenis pupuk hijau yang dapat mengikat N. Sayuran solanaceous tidak boleh dibudidayakan pada lahan yang sama tanpa pergiliran tanaman. Tanah perlu diberakan untuk memulihkan kesuburan tanah setelah budidaya tanaman secara intensif. Pergiliran tanaman padi dengan sayuran dataran tinggi harus dikelola dengan hati-hati, karena penanaman padi dapat merusak struktur tanah dan tidak mendukung keberhasilan budidaya sayuran.

Rekomendasi pemupukan unt uk memproduksi t omat ramah lingkungan.

(26)

saat tanaman tomat berbuah, berdasarkan target produksi. Rekomendasi pemupukan optimum untuk masing-masing daerah harus ditentukan bekerjasama dengan Balai penelitian setempat, ahli pengelolaan kesuburan, dan petani andalan, atau hasil penelitian pemupukan, untuk menentukan tingkat optimal.

Table 1. Serapan hara oleh tanaman tomato berdasarkan target produksi

(27)

Jumlah kebutuhan pupuk yang akan diterapkan kemudian dapat dihitung berdasarkan target keuntungan dan nutrisi sisa tersedia. Ketika panen buah tomat, nutrisi yang diambil oleh buah dikeluarkan dari lapangan. Perkiraan pupuk yang aman dan rasional harus berdasarkan kehilangan hara yang diambil oleh buah tomat. Sebagai bahan perbandingan hasil penelitian dari IPNI misalnya: Serapan NPK setara dengan 3.3-0.4-4.2 kg/t buah tomat dipanen. Jika kita mengasumsikan potensi hasil tomat sekitar 40 t/ha, maka jumlah hara yang hilang diambil oleh tomat untuk mencapai target keuntungan dapat diperkirakan dengan mengalikan hara individu dengan 40, yaitu, NPK = 132-16-168 kg/ha (Tabel 2, setara dengan N -P2O5-K2O = 132-37-202 kg / ha, Tabel 1).

Mengubah kebut uhan nut risi dengan faktor perbaikan pupuk: Jumlah upuk yang dibutuhkan harus dikonversi dari nutrisi yang hilang oleh faktor pemulihan pupuk. Namun, serapan pupuk yang efisiensi oleh tanaman sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis pupuk, waktu, dan penempatan, irigasi, curah hujan, jenis tanah, dan praktik pengelolaan yang lainnya. Di daerah tropis, tingkat pemulihan pupuk umumnya rendah. Jika kita mengasumsikan tingkat pemulihan pupuk NPK = 40% 10% -50%, total kebutuhan unsur hara bagi untuk mendapatkan keuntungan sebesar 40 t / ha (berat segar) tercantum dalam Tabel 2.

(28)

bahwa 100 kg masing-masing N, P, dan K yang tersedia, Anda hanya perlu menggunakan 230N-60P-236K kg/ha, yang setara dengan N: P2O5: K2O = 230-138 -283 kg / ha. Penggunaan pupuk ini mencakup jumlah nutrisi dari pupuk baik organik dan anorganik.

Table 2. Jumlah pupuk N, P, K yang dibutuhkan untuk target produksi tomat 40 t/ha o

Assumes nutrients available in the soil; the actual fertilizer amount applied should be adjusted downward based on the soil testing results.

Hasil analisis uji tanah tidak menunjukkan jumlah kebutuhan pupuk secara langsung. Klasifikasi nilai uji tanah sebagai "tinggi", "menengah", dan "rendah" tidak menunjukkan berapa banyak pupuk perlu diaplikasikan untuk mendapatkan peningkatan hasil yang diinginkan dan paling ekonomis. Untuk membuat rekomendasi pemupukan yang baik, hasil uji tanah harus dikalibrasi dengan respon tanaman. Jika tanah subur dan unsur haranya "sangat tinggi" maka kebutuhan pupuk sesungguhnya dapat disesuaikan ke bawah untuk 30 ~ 40% dari jumlah yang dihitung, atau 60 ~ 70% ketika tanah diklasifikasikan mempunyai kesuburan tanah tinggi.

(29)

membantu meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, sehingga meningkatkan daya sangga tanah dan kemampuan bertahannya hara dalam tanah. Jumlah pupuk yang disebutkan di atas termasuk pupuk organik dan anorganik. Tiga puluh persen dari jumlah pupuk yang sebenarnya harus diaplikasikan dalam bentuk pupuk kompos atau pupuk organik (8 ~ 10 t / ha), sedangkan sisanya dapat digunakan pupuk anorganik (N: P2O5: K2O = 161-96-199 kg / ha).

Nitrogen (N)

Tiga puluh persen dari pupuk anorganik dalam bentuk N harus diberikan sebagai pupuk dasar dan diberikan pada saat sebelum tanam. Empat persen N harus diaplikasikan sebagai larutan Starter dan diberikan segera setelah tanam. Sisanya N harus diaplikasikan sebagai pupuk samping tiga kali dengan jumlah yang sama pada saat tanaman berumur 3, 6, dan 9 minggu setelah tanam (ST).

Fosfor (P)

Tiga puluh persen dari pupuk P harus diberikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam. Lima belas persen dari P harus diberikan sebagai larutan Starter segera setelah tanam dan sisanya P dapat diberikan sebagai pupuk samping di kedua sisi tanaman pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam(6 ST).

Pupuk Kalium (K)

Dua puluh persen dari pupuk K harus diberikan sebagai pupuk dasar dan 30 persen harus diberikan sebagai Starter solution. Sisa K harus dibagi menjadi tiga bagian, diterapkan pada waktu yang sama dengan pemupukan N secara samping (Tabel 3).

(30)

pertumbuhan pertumbuhan tanaman, dan serapan hara yang berbeda per unit hasil. Jika ketersediaan pupuk merupakan kendala bagi petani, maka penggunaan pupuk dapat dikurangi, namun rasio NPK harus dijaga seperti yang disarankan di atas. Pembagian pupuk, waktu aplikasi, dan aplikasi metode untuk produksi tomat

Table 3. Sumber pupuk, waktu aplikasi , cara aplikasi, untuk produksi tomat

a. Starter Solution can be prepared with locally available soluble fertilizers with all NPK at a rate of 180-240 mg N/50 ml/plant. At first time of application, test the concentration to find out the optimum rate for your tomato plants.

b. WAT = weeks after transplanting, timing for the side-dressing can be changed based ongrowth of the plants. If fruit yield is high, additional side-dressing is recommended after 1st harvest of fruit.

c. Assumes the manure contains 1.27-0.82-1.55% of N-P2O5-K2O and with 55% dry matter

content.

(31)

negara. Buah tanaman yang kekurangan K tampak kekuningan dan bernoda, dan tipis berdaging. Kekurangan kalsium (Ca) menyebabkan bunga busuk pada ujung buah tomat, biasanya disebabkan oleh kekurangan air. Pada saat pembentukan tangkai buah, sel-sel di ujung buah tidak dapat menerima Ca yang cukup karena sedikitnya Ca yang dapat diangkut ke bagian bunga, sehingga bintik-bintik cokelat kering dan membusuk di bagian bawah buah membesar. Kekurangan Ca kemungkinan besar terjadi pada tanah tropis yang kurang Ca, tanah berpasir, atau tanah asam. Kebutuhan Ca dapat ditambah melalui pupuk daun atau pengapuran. Jika tanaman kekurangan magnesium (Mg) maka mula-mula akan terlihat tulang daun tetap berwarna hijau tua, sementara daerah antara vena menjadi kuning. Kekurangan Mg kemungkinan akan terjadi pada tanah berpasir dengan kapasitas tukar kation rendah, kadar Mg yang rendah, tanah asam, dan tanah yang yang mempunyai kandungan K tinggi. Aplikasikan pupuk yang mengandung Mg atau gunakan kapur dolomit untuk tanah yang kekurangan Mg.

Sebagian besar sulfur (S) dalam tanah terikat dalam bahan organik dan tidak dapat digunakan oleh tanaman sampai diubah menjadi bentuk sulfat (SO4-2) oleh bakteri tanah. Sulfur tidak bergerak dalam tanaman, ketika tanaman kekurangan sulfur maka efek yang pertama terlihat adalah bagian pucuk tanaman. Daun tanaman yang masih muda akan berwarna hijau pucat. Sulfur dapat disebarkan, dalam larikan pupuk yang mengandung sulfur atau tepung

(32)

tinggi, bebas CaCO3, P tinggi, dan aerasi kurang baik. Untuk kekurangan zat besi, semprotlah daun dengan larutan 0,05% Fe EDTA sekali atau dua kali seminggu dianjurkan, berhati-hati bahwa semprotan tidak menyebabkan daun terbakar. Kekurangan (Mn) dapat menyebabkan daun muda menunjukkan gejala klorosis diantara tulang daun dengan tulang daun lebih hijau. Tanaman cepat pulih setelah setelah penyemprotan daun dengan pupuk pelengkap cair dari 0,3 ~ 0,5% mangan sulfat. Gejala kekurangan seng (Zn) adalah daun muda kecil dengan bintik interveinal kuning. Daerah interveinal nekrotik terjadi pada daun dan dapat meluas pada daun yang lebih tua. Kekurangan seng dapat dipulihkan dengan memberikan 40 ~ 80 kg/ha seng sulfat atau pupuk pelengkap cair dari 0,2 ~ 0,3% seng sulfat setiap minggu.

Kekurangan Boron (B) akan mempengaruhi pertumbuhan titik tumbuh. Ujung tunas akan mengarah ke bagian dalam dan mati. Tanaman yang mengalami kekurangan B akan memiliki ukuran daun kecil, berkerut, daun cacat dengan area tidak teratur dengan disertai adanya perubahan warna. Defisiensi B dapat disebabkan oleh adanya pengapuran yang berkelebihan. Defisiensi B dapat dipulihkan dengan memberikan 10 kg/ha boraks per tahun atau pupuk pelengkap cair dengan 0,1 ~ 0,2% boraks atau asam borat 3-5 kali per minggu. Aplikasi boron yang berlebihan dapat juga menyebabkan gejala keracunan pada tanaman.

(33)

Anj uran penggunaan pupuk untuk memproduksi sayuran ramah lingkungan.

• Pilihlah varietas tomat yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan setempat dan gunakan unsur hara seefisien mungkin.

• Aplikasikan pupuk yang berselaput (blanket) terutama untuk aplikasi pupuk yang berlebih. Ikuti cara aplikasi pupuk berimbang berdasarkan perkiraan hilangnya hara dari buah yang dipanen. • Hara yang diambil dari tanah melalui hasil panen

harus dikembalikan dalam bentuk pupuk organik dan anorganik agar produktivitas lahan dapat dipertahankan.

• Membagi pemupukan disamping tanaman menjadi tiga atau empat kali pemberian, lebih baik dibandingkan dengan hanya satu kali. Perlakuan ini meningkatkan efisiensi penggunaan hara dan dapat mengurangi kerugian.

• Menjaga keseimbangan pemberian pupuk NPK, terutama untuk tomat, yang membutuhkan unsur K dan N lebih banyak.

• Gunakan larutan Starter untuk produksi tomat yang ramah lingkungan.

• Gunakan pupuk sebaik mungkin, agar keuntungan dapat dicapai secara maksimal sehingga dapat menjaga keselamatan dan system produksi yang berlanjutan.

Pust aka

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1998. Guide to efficient plant nutrient management. Land and Water Development Division. Rome, Italy.

(34)

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. Fertilizer use by crop. Fifth edition. Rome, Italy.

[IFA] International Fertilizer Industry Association. 2008. Fertilizer use

manual for tomato. (http://www.fertilizer.org/ifa/content/download/8975/133784/version

1/file/tomato.pdf)

[IPNI] International Plant Nutrition Institute. 2008. Nutrient removal in selected crops. (http://www.ipni.net/nutrientremoval and http://www.farmresearch.com/nurd/SourceDetails.asp?SID=73&CropID= 1)

Ma CH, Palada MC. 2006. Fertility management of the soil-rhizosphere system for efficient fertilizer use in vegetable production. Extension Bulletin 586. Food and Fertilizer Technology Center (FFTC). Taipei, Taiwan. 12 p.

Soh KG. 1997. Fertilizer use by crops. IFA Agro-economics Meeting, Beijing, China. United Nations. 2005. The Millennium Development Goals Report 2005.

(35)

Hama serangga dan tungau

pada tomat: identifikasi dan

pengelolaan

R. Srinivasan, Su Fu-cheng,

Mei-ying Lin, and Hsu Yun-che

Ent omology

(36)

Dalam budidaya tomat bebarapa jenis serangga hama dan tungau dapat menyerang daun tomat, kuncup bunga, dan buah. Pada umumnya serangga hama yang dapat menyerang buah tomat adalah ulat buah atau penggerek buah (Hel i cover pa ar mi ger a Hübner ), ulat grayak

(Spodopt er a l i t ur a Fabr i ci us), ulat grayak bawang

(Spodopt er a exi gua Hübner ), kutu kebul (Bemi si a t abaci Gennadi us), leaf miner (Li r i omyza spp. ) and two-spotted spider mite (Tet r anychus ur t i cae Koch). Hama kutu kebul kebul dan penggerek buah adalah hama utama di sebagian besar daerah tropis penghasil tomat di dunia. Kutu kebul dapat menyebarkan penyakit virus daun keriting sedangkan penggerek buah menyebabkan kerusakan parah pada buah sehingga dapat mengurangi hasil panen tomat.

Penggerek buah tomat

Helicoverpa armigera Hübner

(Lepidoptera: Noctuidae)

Penggerek buah tomat merupakan serangga polifagus yang mempunyai mobilitasnya tinggi, merupakan hama penting yang dapat merusak banyak tanaman pertanian, sayuran dan buah-buahan. Hama ini merupakan hama utama pada tanaman pertanian terutama tanaman tembakau, jagung, sorgum, bunga matahari, kedelai, sejenis rumput-rumputan (Lucerne), dan merica (Torres-Villa et al. 1996). Telah diketahui bahwa hama ini dapat merusak lebih dari 180 jenis tanaman budidaya dan tanaman liar sekurang-kurangnya 45 famili (Venette et al. 2003a).

Biologi

(37)

Serangga jantan yang dewasa biasanya berwarna kuning pucat dengan kehijauan atau warna abu-abu sedangkan serangga betina dewasa berwarna coklat kemerahan. Serangga jantan mempunyai sayap luar berwarna kuning pucat dan kehijauan dengan cokelat terang bergaris melintang, sedangkan sayap luar betina berwarna coklat kemerahan dengan garis melintang coklat kehitaman yang berbeda. Sayap bagian dalam berwarna putih dengan tepi cokelat. Sebagian besar, ngengat betina muncul lebih awal dan melepaskan feromon seks untuk menarik serangga jantan setelah 2-5 hari keluar dari pupa. Serangga akan kawin setelah 1-5 hari keluar dari pupa. Pada umumnya ngengat betina hidupnya lebih lama dari pada ngengat jantan. Di laboratorium, panjang umur ngengat jantan bervariasi antara 1-23 hari ngengat sedangakn ngengat betina berumur antara 5-28 hari (Pearson 1958). Bhatt dan Patel (2001) mencatat umur ngengat jantan sekitar 51 hari dan ngengat betina umurnya dapat mencapai 54 hari .

Serangga dewasa memakan nektar dan bertelur satu per satu dan tersebar, biasanya telur diletakkan dekat daun, tunas bunga, atau buah muda. Ngengat ini lebih suka bertelur pada permukaan tanaman yang berbulu. Telur banyak diletakkan pada saat sebelum atau selama inang memproduksi bunga (King 1994). Seekor ngengat betina dapat meletakkan sekitar 730 sampai 1702 telur, jumlah telur maksimal yang diletakkan adalah 4394 telur selama masa bertelur antara 10 - 23 hari (King 1994; Fowler dan Lakin 2001; CAB 2003). Telur berbentuk bulat, mempunyai diameter sekitar 0,5 mm, berwarna putih saat diletakkan, tetapi kemudian berobah menjadi coklat, dan kehitaman sebelum menetas. Lamanya stadia telur sekitar 4-5 hari, tergantung pada suhu. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 3 hari pada suhu 25°C, tetapi pada suhu yang lebih rendah dapat lebih lama lagi hingga mencapai 11 hari (CAB 2003).

(38)

gelap atau kepala berwarna hitam dengan duri yang menonjol pada tubuhnya. Larva dewasa warnanya bervariasi, mulai dari hijau pucat sampai coklat atau bahkan kehitaman dengan garis-garis lateral pada tubuhnya (Gambar 2). Larva dewasa dapat tumbuh sampai berukuran sekitar 40 mm. Periode larva adalah sekitar 15-25 hari, tergantung pada suhu, tanaman inang, dan beberapa faktor lainnya. Larva mempunyai lima sampai tujuh instar, dan yang paling umum adalah enam instar. Larva ditemukan pada bagian tanaman atau buah satu per satu. Jika kepadatan larva tinggi, maka akan terjadi kanibalisme. Tahap pre-pupa berlangsung selama 1-4 hari, dan selama waktu ini aktivitas larva menurun (King 1994).

Stadia pupa berlangsung dalam tanah, pada kedalaman 2,5-17,5 cm. Kadang-kadang pupa terdapat pada permukaan tanaman atau didalam tanah (King 1994). Pupa berwarna coklat gelap (Gambar 3). Periode pupa bervariasi antara 6-33 hari tergantung pada suhu; rata-rata sekitar 10 hari sampai dua minggu. Suhu optimum untuk kelangsungan hidup pupa adalah 27°C (Twine 1978). Sedikit atau tidak ada diapause diamati di daerah tropis (King 1994). Namun, pupa dapat memasuki fase istirahat (diapause) tergantung pada penyinaran dan suhu. Fase di apause terjadi ketika larva terkena lamanya siang yang panjang sekitar 11,5-12,5 jam, dan suhu rendah (19-23°C), atau ketika larva mendapatkan periode panas yang panjang dan cuaca kering (≥35°C) (King 1994, Zhou et al 2000;. Shimizu dan Fujisaki 2002; CAB 2003). Dalam sebuah penelitian laboratorium, suhu tinggi (diatas 37°C) menyebabkan pupa mengalami dormansi (Nibouche 1998).

Gej ala kerusakan

(39)
(40)

Gambar 1: Serangga dewasa Hel i cover pa ar mi ger a

Gambar 2: Larva Hel i cover pa ar mi ger a Gambar 3: Pupa Hel i cover pa ar mi ger a

Gambar 4: Buah tomat muda yang dirusak Hel i cover pa ar mi ger a

(41)

Pengelolaan

• Hindari penanaman tomat di sekitar tanaman inang lainnya, karena H. ar mi ger a dewasa dapat dengan mudah bermigrasi ke tanaman tomat yang baru. Mungkin sulit untuk menghindari situasi ini di negara-negara yang tanahnya bergelombang atau berbukit-bukit. Mendirikan penghalang fisik seperti jaring nilon atau penanaman tanaman penghalang di sekitar lahan tomat dapat mengurangi kerusakan dari H. ar mi ger a. Tetapi, tidak dapat mencegah masuknya seluruh serangga ini, karena serangga ini kuat untuk terbang. Jika memungkinkan secara ekonomi, petani bisa mendirikan jaring nilon di semua sisi serta dibagian atas lahan tomat. Metode ini sesuai dengan sistem budi daya sayuran dipinggiran kota.

• Rotasi tanaman. Jika petani menanam tomat setelah tomat atau tanaman inang lain seperti buncis, jagung, kapas, dll maka kerusakan akan lebih tinggi karena serangga muncul dari tanaman tersebut sudah menjadi pupa dalam tanah selama siklus tanaman sebelumnya. Kerusakan tanaman akan lebih parah di lokasi di mana

H. ar mi ger a mengalami fase istirahat selama musim dingin. Lakukan rotasi tanaman tomat dengan tanaman bukan inang hama ini seperti tanaman sere, labu, atau tanaman kubis.

(42)

tahan buahnya kecil-kecil (Talekar et al. 2006).

• Perangkap sex feromon H. ar mi ger a dapat digunakan untuk memonitor, dan memerangkap ngengat dewasa secara massal, atau dapat mengganggu ngengat jantan selama periode kawin.

• Monitoring: Perangkap feromon seks berumpan feromon H. ar mi ger a dapat menarik ngengat jantan dewasa. Perangkap ini dapat digunakan untuk meramalkan pertambahan populasi di lapangan.

• Perangkap massal: Perangkap feromon seks berumpan feromon H. Ar mi ger a dapat digunakan untuk menjebak banyak jantan, sehingga mengurangi kemungkinan ngengat betina untuk kawin dan menghasilkan telur di lapangan. Namun, hal ini tidak banyak pengaruhnya bagi serangga polifagus seperti H. ar mi ger a, dimana populasinya selalu lebih tinggi karena ketersediaan beberapa tanaman inang dalam sistem pertanian di daerah tropis.

• Gangguan kawin: Konsentrasi tinggi dari percampuran penuh atau satu komponen dari banyak komponen feromon yang ditempatkan di lapangan untuk menyebarkan bau feromon. Konsentrasi tinggi dari feromon di udara akan menyelubungi jantan, sehingga serangga jantan sulit untuk menemukan seekor betina yang siap kawin. Kegagalan untuk kawin mengakibatkan ngengat betina sulit menghasilkan telur, atau telur yang dihasilkan tidak fertil, sehingga mengurangi populasi serangga. Memasang feromon seks dengan konsentrasi tinggi dalam formulasi sl ow r el ease

(43)

• Penanaman tahi kotok (Taget es er ect a L.) sebagai tanaman perangkap di kedua sisi dan sejajar dengan 10 dan 15 baris tomat, dapat mengurangi serangan H. ar mi ger a (Srinivasan et al. 1994). H. ar mi ger a dewasa lebih menyukai tahi kotok pada saat tanaman ini berbunga dari pada tomat untuk meletakkan telurnya. Hal ini akan mengurangi intensitas serangan H. ar mi ger a pada tomat. Yang perlu diperhatikan bagaimana menselaraskan waktu penanam kedua tanaman tersebut, sehingga berbunga pada waktu yang tepat, dan dapat menarik ngengat betina H. ar mi ger a. Sama halnya dengan tomat yang dapat menghasilkan bunga selama periode pertumbuhan yang panjang, tagetes juga harus memiliki bunga selama periode tersebut.

• Telur parasitoid (misalnya, Tr i chogr amma pr et i osum

Riley) dan larva parasitoid (misalnya, Campol et i s chl or i deae Uchida) dapat dilestarikan dan/atau dilepaskan pada lahan tomat secara berkala untuk megendalikan H. ar mi ger a. Jika parasitoid ini terdapat di lahan, hindari penggunaan pestisida kimia berspektrum luas, yang dapat mematikan musuh alami.

• Biopestisida tersedia secara komersial seperti Baci l l us t hur i ngi ensi s (Bt), Hel i cover pa ar mi ger a nucl eopol yhedr ovi r us (HaNPV) dan nimba (Azadi r acht a i ndi ca A. Juss.) dapat digunakan untuk mengendalikan

H. ar mi ger a. Namun, formulasi Bt harus digilir untuk menghindari terjadinya resistensi. Misalnya, formulasi B.t. subsp. kurstaki dapat pergilirkan dengan formulasi B.t. subsp. aizawai.

(44)
(45)

Ulat grayak

Spodoptera litura Fabricius

(Lepidoptera: Noctuidae)

Sama halnya dengan H. ar mi ger a, S. l i t ur a juga merupakan serangga polifagus dan mempunyai mobilitas tinggi. Hama ini dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomi pada berbagai macam tanaman pertanian dan hortikultura. Larva aktif dan makan pada malam hari. Pada siang hari, larva bersembunyi di bawah tanah, di celah bongkahan tanah, dan di dalam sisa-sisa tanaman di lahan.

Biologi

Ukuran dan warna S. l i t ur a dewasa sangat mirip dengan S. or ni t hogal l i (ditemukan di Amerika Utara dan Tengah) dan S. l i t t or al i s (ditemukan di Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika) (Mochida 1973; IIE 1993; Venette et al . 2003b). Namun, jenis S. l i t ur a lebih dominan pada tomat yang di tanam di daerah tropis Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tidak ada tumpang tindih distribusi geografis antara l i t ur a

dan or ni t hogal l i atau l i t t or al i s di wilayah tersebut. S. l i t ur a

dewasa adalah ngengat bertubuh gemuk (Gambar 6) dengan rentang sayap sekitar 40 mm. Serangga dewasa biasanya berwarna coklat, sayap luar memiliki banyak garis-garis menyilang dengan latar belakang warna merah jambu atau coklat. Sayap dalam berwarna putih dengan bercak coklat di sepanjang bagian tepi sayap. Segmen perut kedelapan ngengat betina memiliki telur yang rapat. Telur diletakkan secara berkelompok dengan jumlah 200-300, dan ditutupi dengan rambut cokelat dari tubuh induknya (Gambar 7). Lamanya masa telur berkisar antara 3-5 hari.

(46)

mengelompok. Namun, mereka akan menyebar ketika bertambahnya umur dan makan secara individual. Larva besar berwarna hijau pucat, coklat kehijauan, atau warna hitam, tubuh gemuk seperti silinder dengan spirakel hitam menonjol (Gambar 9). Tubuh memiliki pita abu-abu dan kuning melintang dan memanjang. Larva yang besar dapat tumbuh sampai berukuran sekitar 35-40 mm. Bila diganggu, larva meringkuk membentuh huruf 'C' dengan kepala disimpan di pusat. Lamanya stadia larva berlangsung antara 15-30 hari. Stadia larva mempunyai enam instar.

Pupa hidup di dalam tanah. Pupa mengkilat berwarna coklat kemerahan. Lamanya masa pupa bervariasi antara satu sampai tiga minggu.

Gej ala kerusakan

Larva memakan bagian permukaan daun sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang daun. Larva besar makan daun utuh dan hanya menyisakan tulang-tulang daun utama. Larva jarang memakan tomat yang belum matang. Namun, S. l i t ur a tidak melubangi buah seperti H. ar mi ger a. Kadang-kadang, larva dapat memotong bibit atau tanaman yang masih muda sejajar dengan permukaan tanah.

Pengelolaan

• Pengelolaan hama ini secara umum sama dengan H. ar mi ger a.

• Tanaman jarak (Ri ci nus communi s L.) dapat tumbuh sebagai tanaman perangkap di sepanjang perbatasan lahan untuk menarik ngengat betina dewasa bertelur. Telur akan diletakkan secara berkelompok, kelompok telur dan larva yang masih kecil dapat diambil dengan tangan dan dihancurkan.

(47)

serta merangkap serangga dewasa secara massal. Virus Spodopt er a l i t ur a nucl eopol yhedr ovi r us

(SlNPV) juga dapat digunakan untuk menggantikan pestisida kimia.

(48)
(49)

Ulat Grayak

Spodoptera exigua Hubner

(Lepidoptera: Noctuidae)

Sama dengan S. l i t ur a, S. exi gua merupakan serangga polifagus, hidup secara nokturnal dan memakan tomat, terong, cabai rawit, paprika, bawang, dll

Biologi

Ngengat S. exi gua berukuran sedang dengan rentangan sayap sekitar 30 mm. Sayap depan biasanya berwarna coklat, sayap luar berbintik-bintik coklat. Sayap dalam berwarna abu-abu dengan garis cokelat di sepanjang tepi. Periode ngengat dewasa sekitar 10 hari, dan rata-rata satu betina meletakkan sekitar 500-600 telur.

Telur diletakkan secara bekelompok, jumlahnya berkisar antara 100-150 butir dan ditutupi dengan rambut cokelat dari tubuh induknya, mirip dengan S. l i t ur a. Lamanya stadia telur berkisar antara 3-5 hari.

Larva dewasa berwarna hijau kecoklatan dibagian punggung dan kuning pucat di bagian perut dengan garis lateral yang putih atau kuning (Gambar 10). Lamanya stadia larva adalah sekitar dua sampai tiga minggu. Larva mempunyai lima instar.

Proses pembentukan pupa terjadi di dalam tanah. Puparium dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari mulut dan mengeras ketika kering. Pupa berwarna cokelat muda. Lamanya stadia pupa berkisar antara 7-11 hari.

Gej ala kerusakan

(50)

Kadang-kadang, larva dapat memotong bibit atau tanaman muda di atas tanah. Kadang-kadang larva dapat memakan buah, melubangi satu atau beberapa lubang dalam daging buah.

Pengelolaan

Sama dengan S. l i t ur a.

(51)

Kutu kebul

Bemisia tabaci Gennadius

(Hemiptera: Aleyrodidae)

Kutu kebul tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dan di rumah kaca di daerah beriklim sedang. B. t abaci

merupakan hama yang sangat polifagus dan memakan beberapa tanaman sayuran, termasuk tomat, terong dan kacang, tanaman liar dan gulma. Cuaca panas dan kering dapat mendukung perkembangan kutu kebul, sedangkan hujan lebat secara drastis dapat mengurangi ledakan populasi hama ini. Serangga ini aktif pada siang hari dan hidup di permukaan daun bagian bawah pada malam hari.

Biologi

Serangga dewasa tubunya lunak dan lalat menyerupai ngengat (Gambar 11). Sayap ditutupi dengan lilin bertepung dan berwarna kuning terang. Sayap dibentangkan di atas tubuhnya seperti tenda. Ukuran serangga jantan sedikit lebih kecil dari serangga betina. Dewasa dapat hidup selama satu sampai tiga minggu. Serangga betina sebagian besar meletakan telurnya di dekat pembuluh dibawah permukaan daun tomat. Serangga ini lebih memilih permukaan daun berbulu untuk meletakkan telur lebih banyak. Setiap betina selama hidupnya dapat menghasilkan sebanyak 300 telur.

Telur berukuran kecil (sekitar 0,25 mm), berbentuk buah pir, dan melekat pada permukaan daun secara vertikal melalui pedisel. Telur yang baru diletakkan berwarna putih dan kemudian berubah menjadi coklat (Gambar 12). Lamanya stadia telur berkisar antara 3-5 hari selama musim panas dan 5-33 hari pada musim dingin (David 2001).

(52)

sesuai. Larva instar pertama umumnya mempunyai tungkai dikenal sebagai "crawler."

Gambar 11: Serangga dewasa Bemi si a t abaci Gambar 12: Telur Bemi si a t abaci

(53)

13), dan kadang-kadang dikenal sebagai puparium, meskipun serangga dari ordo ini (Hemiptera) tidak memiliki stadium pupa sempurna (metamorfosis tidak sempurna). Masa stadium pupa berkisar antara 9-14 hari selama musim panas dan 17-73 hari di musim dingin (David 2001). Dewasa muncul dari puparia melalui celah berbentuk T dari kepompong kosong yang dikenal sebagai exuvia.

Gej ala kerusakan

Kerusakan langsung: Baik serangga dewasa dan nimfa dapat mengisap cairan tanaman dan mengurangi vigor tanaman. Pada infestasi berat, daun menguning dan layu. Ketika populasi yang sangat tinggi (Gambar 14) serangga mengeluarkan sejumlah besar embun madu yang merupakan media yang baik tempat tumbuhnya jamur jelaga sehingga dapat mengurangi efisiensi fotosintesis tanaman.

(54)

Gambar 13: Nimfa Bemi si a t abaci bermata merah

Gambar 14: Kelompok Bemi si a t abaci

15

(55)

Kutu kebul harus makan pada tanaman terinfeksi sekurang-kurangnya 15-30 menit untuk mendapatkan virus. Demikian pula, agar virus bisa ditularkan ke tanaman maka serangga ini paling kurang 15 menit harus makan pada tanaman tomat yang sehat.

Pengelolaan

• Pilihlah varietas tomat yang tahan TLCV yang tersedia secara komersial. Misalnya, varietas dari India Selatan seperti 'Sankranthi,' 'Nandi,' dan 'Vybhav' dan telah dilaporkan tahan (Muniyappa et al. 2002). Konsultasikan badan penyuluh pertanian setempat untuk mengetahui ketersediaan varietas tahan atau agak tahan.

• Buanglah sisa tanaman tomat sehat dan sakit setelah menyelesaikan panen terakhir dan bakarlah sisa tanaman tersebut.

• Kutu kebul adalah serangga polifagus, tetapi memiliki beberapa tanaman inang untuk makan dan kelangsungan hidupnya mulai dari tanaman dibudidayakan sampai gulma. Lahan untuk penanaman tomat atau tempat memproduksi bibit harus bersih dan terletak jauh dari tanaman inang atau gulma. Jika bibit tomat disemaikan di area tersebut, tutuplah tempat persemaian bibit atau kotak persemaian dengan jaring serangga (50-64 mesh) yang terbuat dari jaring nilon.

• Gunakan perangkap perekat kuning di daerah persemaian bibit sebanyak 1-2 perangkap/50-100 m2 untuk menjebak kutu kebul. Demikian pula, gunakan perangkap perangkap kuning (minimal 10 perangkap per ha) di lahan pertanaman tomat.

(56)

direkomendasikan di wilayah Anda) dapat diaplikasikan atau disemprotkan ke tanah untuk mengendalikan kutu kebul di persemaian bibit tomat. • Tanamlah tanaman pembatas yang tinggi seperti

jagung, sorgum, jewawut untuk mengurangi infestasi kutu kebul. Plastik yang memantulkan cahaya atau mulsa jerami dapat mengurangi pendaratan kutu kebul ke tanaman tomat.

(57)

Pengorok Daun Tomat

Liriomyza bryoniae Kaltenbach

(Diptera: Agromyzidae)

Hama L. br yoni ae banyak dikenal di China, India, Japan, Korea, Taiwan, dan Vietnam di Asia. Mesir dan Maroko di Afrika. Jenis lain, L. sat i vae Blanchard, L. t r i f ol i i Burgess dan L. hui dobr ensi s Blanchard dapat juga menyebabkan kerusakan pada tomat. L. hui dobr ensi s menyerang tanaman di daerah dataran tinggi, sedangkan L. sat i vae menyerang tomat di daerah dataran rendah (Spencer 1989; Shepard et al. 1998; Sivapragasam dan Syed 1999; Rauf et al. 2000; Andersen et al. 2002; Andersen dan Tran 2006). Kisaran inang dari L. hui dobr ensi s and L. t r i f ol i i dapat mencapai lebih dari 400 spesies tanaman dari 12 famili (Reitz and Trumble 2002). L. br yoni ae merupakan serangga polifag dan tercatat dapat menyebabkan kerusakan tanaman, paling kurang 16 famili tanaman (Spencer 1990), namun lebih menyenangi tanaman Cucurbitae. Inang utama hama ini adalah tomat, melon, semangka,timun, kubis, dan selada.

Biologi

(58)

seperti ginjal dan berwarna agak keputihan dan tembus pandang. Bentuk telur hampir menyerupai telur Thrips. Telur diletakkan disebelah atas atau dibawah permukaan daun. Telur bertambah besar setelah telur diletakkan pada tanaman, hal ini mungkin disebabkan terjadinya imbibisi cairan dari jaringan tanaman (Parrella 1987). Periode telur 3-7 hari. Larva berbentuk silinder menyerupai belatung, dengan ujung anterior meruncing dan ujung posterior tumpul. Larva mempunyai empat instar dan makan di dalam jaringan daun. Bentuk Instar keempat adalah antara puparium dan pupa, dimana keadaan ini jarang dilaporkan (Parrella 1987). Lamanya stadia larva adalah sekitar satu sampai dua minggu. Larva dewasa jatuh ke tanah dan membentuk pupa pada serasah tanaman. Pupa juga berbentuk oval, berwarna kuning sampai coklat. Masa pupa berlansung sekitar 8-11 hari (Parrella 1987).

Gej ala Kerusakan

(59)

sekitar 88% dari total kerusakan larva (Cheng 1994). Bila serangan berat, beberapa gerekan terbentuk pada daun yang sama, yang secara drastis akan mengurangi laju fotosintesis sehingga akan mengurangi hasil. Kadang-kadang, kematian seluruh tanaman dapat terjadi.

Pengelolaan

• Warna kuning adalah warna yang paling menarik

Li r i omyza dewasa (Parrella 1987). Perangkap

perekat kuning dapat mengurangi kepadatan pengorok daun. Perangkap juga dapat digunakan untuk memantau populasi di lapangan.

 Pengorok daun mempunyai beberapa parasitoid. Misalnya, Gr onot oma mi cr omor pha Perkins (parasitoid larva dan pupa), Chr ysochar i s Pent heus Walker, Neochr ysochar i s f or mosa (Westwood) dan Di gl yphus i saea Walker (parasitoid larva) dan Hal t i copt er a ci r cul us Walker dan Opi us phaseol i Fischer (parasitoid pupa) terdapat di Asia, termasuk Jepang, Malaysia, Sri Lanka, dan Taiwan (Lee et al, 1990;. Sivapragasam dan Syed 1999; Niranjana et al 2005;. Abe 2006). Musuh alami dapat membantu menjaga populasi pengorok daun. Penggunaan insektisida berpektrum luas harus dihindari, karena pestisida ini dapat membunuh parasitoid.

• Kehilangan hasil tanaman tomat akibat serangan L.

br yoni ae tidak hanya tergantung pada tingkat

(60)

dengan pestisida pada awal fase vegetatif mungkin tidak diperlukan.

 Perkembangan resistensi pestisida terhadap hama pengorok daun dapat terjadi dengan cepat. Terjadinya resitensi hama pengorok daun L. t r i f ol i i telah dilaporkan (Parrella 1987), L. hui dobr ensi s (Milla dan Reitz 2005), dan L. sat i vae (Hofsvang et al . 2005). Lakukan pergirilan tanaman.

(61)

Hama Tungau

Tetranychus urticae Koch, T.

cinnabarinus Boisduval, T. evansi Baker

& Pritchard

(Acarina: Tetranychidae)

Tungau merupakan hama penting pada tanaman sayuran di Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, Eropa dan negara-negara Mediterania. Kelembaban relatif rendah sangat sesuai untuk perbanyakan tungau sedangkan curah hujan merupakan faktor abiotik yang dapat mengurangi populasi tungau.

Biologi

(62)

Gej ala Kerusakan

Tungau biasanya mengisap cairan sel dari daun dengan menggunakan stylet, yang merupakan alat penusuk dan penghisap yang terdapat dibagian mulut. Akibatnya kandungan klorofil pada daun berkurang, akhirnya membentuk beberapa bercak putih atau kuning pada daun (Gambar 17). Pada serangan berat, daun akan mengering dan layu. Tungau juga memproduksi benang-benang transparan pada permukaan daun (Gambar 18), bila serangan berat, seluruh tanaman dibungkus dalam jaringan benang-benang transparan (Gambar 19). Berdasarkan kepadatan populasi yang tinggi, tungau akan pindah ke ujung daun atau atas tanaman dan berkumpul untuk membentuk suatu massa seperti bola (Gambar 20), yang akan membawanya ke daun baru atau tanaman lain oleh angin.

Gambar 17: Bercak putih dan kuning yang disebabkan oleh Tungau

(63)

Pengelolaan

 Beberapa predator tungau terdapat di sebagian besar negara. Misalnya, St et hor us spp., Ol i got a spp., Ant hr ocnodax occi dent al i s, Fel t i el l a mi nut a, diketahui terdapat di Taiwan (Ho 2000). Hindari penggunaan pestisida yang mempunyai spektrum luas, karena dapat membunuh predator, sehingga akan menyebabkan ledakan populasi tungau

 Tungau predator seperti Phyt osei ul us per si mi l i s dan beberapa jenis predator seperti Ambl ysei us, terutama A. womer sl eyi dan A. f al l aci es, dapat digunakan untuk mengendalikan tungau. Predator lebih efektif di tempat yang kelindungan dan kondisi kelembaban tinggi.

Gr een l acewi ng (Mal l ada basal i s dan Chr ysoper l a

Car nea) merupakan predator umum yang efektif

terhadap tungau. Satu ekor larva instar ketiga C. Car nea dapat mengkonsumsi 25-30 dewasa tungau per hari, namun membutuhkan makanan tambahan untuk kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang (Hazarika et al, 2001.).

(64)

Gambar 19: Benang-benang halus pada tomat

(65)

Pendekat an Pengelolaan hama t erpadu unt uk serangga dan t ungau hama t omat

Kultur Teknis

 Hindari menanam tomat secara monokultur lakukan rotasi tanaman. Jika menanam tomat setelah tomat, atau tanaman inang lainnya seperti kacang, jagung, kapas, dll, kerusakan akan lebih tinggi karena H. ar mi ger a muncul dari pupa yang ada di dalam tanah selama siklus tanaman sebelumnya. Kerusakan akan lebih parah juga di lokasi di mana H. ar mi ger a mengalami masa dorman selama musim dingin. Lakukan rotasi tanaman tomat dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman padi, jagung, cucurbits, atau sayuran kubis.

 Hindari tomat yang tumbuh di sekitar tanaman inang lain, karena H. ar mi ger a dewasa dapat dengan mudah bermigrasi ke tanaman tomat baru.

 Kendalikan gulma pada persemaian serta lahan utama untuk mengurangi ketersediaan tanaman inang alternatif untuk kutu putih. Lahan yang dipilih untuk penanaman tomat atau bibit persemaian harus bersih dan terletak jauh dari gulma yang merupakan tanaman inang untuk kutu putih atau virus daun keriting.

 Tanam tanaman perangkap tahi kotok (Taget es er ect a L.) pada kedua sisi dan sejajar dengan 10 dan 15 baris tomat, dan arahkan penyemprotan pestisida pada tanaman perangkap untuk mengelola H. ar mi ger a (gambar 21).

(66)

Arahkan penyemprotan pestisida pada tanaman perangkap (gambar 22).

 Gunakan tanaman pinggiran yang tinggi seperti jagung atau sorgum untuk mengurangi serangan kutu kebul.

 Buanglah tanaman yang sehat atau sakit setelah tanaman dipanen semuanya dan kumpulkan sisa tanaman kemudian dibakar.

(67)

Tanaman Inang Tahan

 Pilihlah kultivar tanaman tomat yang tahan atau toleran terhadap hama serangga utama dan konsultasikan dengan penyuluh pertanian.

Pengendalian Kimia

 Tidak melakukan persemaian tomat berdekatan dengan lokasi penanaman tomat. Jika terpaksa, tutup persemaian dengan 50-64-mesh jarring nilon, dan penyemprotan menggunakan neem dapat dilakukan pada permukaan jaring

 Gunakan jaring nilon sekitar plot untuk mengurangi serangan H. ar mi ger a pada tomat. Walaupun hal ini tidak bisa mencegah masuknya seluruh serangga, karena beberapa diantara serangga tersebut memiliki mobilitas yang tinggi. Jika layak secara ekonomi, petani bisa menggunakan jaring nilon di semua sisi di atas lahan tomat (Gambar 24).

Pengendalian sesuai dengan t ingkah laku serangga

 Gunakan perangkap kuning untuk menarik dan memantau kutuputih dan penggerek daun

• Gunakan plastik yang memantulkan cahaya untuk mengurangi tingkat serangan kutu putih pada tomat

Pengendalian Biologi

• Gunakan nimba dan imidakloprid, jika direkomendasikan di wilayah tersebut, dengan cara menyemprotkannya ke tanah atau daun tanaman untuk mengendalikan kutu putih di tempat persemaian bibit tomat.

(68)

aktifitas predator dan parasitoid pengorok daun dan tungau dalam sistem budidaya tomat.

Gambar 22: Tanaman perangkap jarak pagar untuk mengendalikan S. l i t ur a Gambar 23: Persemaian tomat menggunakan jaring nilon

Gambar 24: Budidaya tomat menggunakan net t i ng house

(69)

Spodopt er a l i t ur a nucl eopol yhedr ovi r us (SlNPV), Spodopt er a exi gua nucl eopol yhedr ovi r us (SeNPV), dan nimba (Azadi r acht a i ndi ca A. Juss.) untuk mengendalikan H. ar mi ger a, S. l i t ur a, dan S. exi gua. Lakukan pergiliran tanaman dan pergiliran formulasi B.t. untuk menghindari perkembangan terjadinya resistensi hama. Misalnya, B.t. subsp. kurstaki formulasi bisa digilirkan dengan B.t. subsp. Aizawai.

 Lakukan konservasi dan / atau lepaskan parasitoid telur (misalnya, Tr i chogr amma pr et i osum Riley) dan parasitoid larva (misalnya, Campol et i s chl or i deae Uchida) pada lahan tomat secara berkala untuk memantau perkembangan H. ar mi ger a.

 Pasanglah feromon seks untuk H. ar mi ger a, S. l i t ur a,

dan S. exi gua dalam perangkap (Gambar 26)

sebanyak 10-15 perangkap per hektar. Tempatkan perangkap 45-60 cm di atas permukaan kanopi agar menarik serangga secara efektif. Gantilah feromon sek sekali setiap dua atau tiga minggu, tergantung pada kondisi cuaca yang berlaku. Kegiatan ini sangat efektif bila dipraktekkan di seluruh komunitas.

Pengendaliaan menggunakan senyawa kimia

(70)

Gambar 25: Perangkap kuning dan hasil tangkapan

(71)

Pust aka

Abe Y. 2006. Exploitation of the serpentine leafminer

Li r i omyza t r i f ol i i and tomato leafminer, L. br yoni ae

(Diptera: Agromyzidae) by the parasitoid Gr onot oma mi cr omor pha (Hymenoptera: Eucoilidae). European Journal of Entomology,103: 55–59.

Andersen A, Nordhus E, Thang VT, An TTT, Hung HQ, Hofsvang T. 2002. Polyphagous Li r i omyza species (Diptera: Agromyzidae) in vegetables in Vietnam. Tropical Agriculture (Trinidad), 79: 241-246.

Andersen A, Tran ATT. 2006. Polyphagous Agromyzidae as pest species in vegetables in Vietnam.In: Abstracts of the

6t h Int er nat i onal Congr ess of Di pt er ol ogy, 23-28 September 2006, Fukuoka, Japan.p. 11-12.

[AVRDC] AVRDC – The World Vegetable Center. 1988. 1986 progress report. Asian Vegetable Research and Development Center, Shanhua, Taiwan.

Bhatt N, Patel R. 2001. Biology of chickpea pod borer,

Hel i cover pa ar mi ger a. Indian Journal of Entomology 63: 255-259.

[CABI] Commonwealth Agricultural Bureau International. 2003. Crop protection compendium: global module. Commonwealth Agricultural Bureau International, Wallingford, UK.

Cheng CH. 1994. Bionomics of the leafminer, Li r i omyza br yoni ae Kalt. (Diptera: Agromyzidae) on muskmelon. Chinese Journal of Entomology, 14: 65-81.

David BV. 2001. Elements of Economic Entomology (Revised and Enlarged Edition), Popular Book Depot, Chennai, India. p. 590.

Fowler G, Lakin K. 2001. Risk Assessment: The Old Bollworm,

(72)

Noctuidae), p. 1-19. USDA-APHIS, Center for Plant Health Science and Technology (Internal Report), Raleigh, NC.

Hazarika LK, Puzari KC, Wahab S. 2001. Biological control of tea pests. In: Upadhyay RK, Mukerji KG, Chamola BP (eds.), Biocontrol potential and its exploitation in sustainable agriculture: Insect pests, Springer, USA. p. 159 – 180.

Ho CC. 2000. Spider-mite problems and control in Taiwan. Experimental and Applied Acarology, 24: 453-462.

Hofsvang T, Snoan B, Andersen A, Heggen H, Le Ngoc Anh. 2005. Li r i omyza sat i vae (Diptera: Agromyzidae), an invasive species in South-East Asia: Studies on its biology in northern Vietnam. International Journal of Pest Management, 51(1): 71-80.

[IIE] Commonwealth Institute of Entomology. 1993.

Spodopt er a l i t ur a (Fabricius). Distribution Maps of Pests, Series A, Map No.61. Commonwealth Institute of Entomology/Commonwealth Agricultural Bureau, Wallingford, UK.

King ABS. 1994. Hel i ot hi s/ Hel i cover pa (Lepidoptera: Noctuidae), p. 39-106. In Matthews GM, Tunstall JP (eds.), Insect Pests of Cotton. CAB International.

Ledieu MS, Helyer NL. 1985. Observations on the economic importance of tomato leaf miner (Li r i omyza br yoni ae) (Agromyzidae). Agriculture, Ecosystems and Environment, 13(2): 103-109.

Lee HS, Lu FM, Wen HC. 1990. Effects of temperature on the development of leafminer, Li r i omyza br yoni ae

(Kaltenbach) (Diptera: Agromyzidae) in Taiwan. Chinese Journal of Entomology, 10: 143-150.

(73)

warm climates: a case study in South Florida, USA. European journal of scientific research, 7(5): 65-73.

Mochida O. 1973. Two important insect pests, Spodopt er a l i t ur a (F.) and S. l i t t or al i s (Boisd.) (Lepidoptera: Noctuidae), on various crops –Morphological discrimination of the adult, pupal, and larval stages. Applied Entomology andZoology 8: 205-214.

Muniyappa V, Padmaja AS, Venkatesh HM, Sharma A, Chandrashekar S, Kulkarni RS, Hanson PM, Chen JT, Green SK, Colvin J. 2002. Tomato leaf curl virus resistant tomato lines TLB111, TLB130 and TLB182. HortScience, 37: 603–606.

Nibouche S. 1998. High temperature induced diapause in the cotton bollworm Hel i cover pa ar mi ger a. Entomologia Experimentalis et Applicata 87: 271-274.

Niranjana RF, Wijeyagunesekara, HNP, Raveendranath S. 2005. Parasitoids of Li r i omyza sat i vae in farmer fields in the Batticaloa district. Tropical Agricultural Research, 17: 214-220.

Parrella MP. 1987. Biology of Li r i omyza. Annual Review of Entomology, 32: 201-224.

Pearson EO. 1958. Insect pests of cotton in tropical Africa. Commonwealth Institute of Entomology, London, 355 p.

Rauf A, Shepard BM, Johnson MW. 2000. Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops,

Gambar

Table 2. Jumlah pupuk N, P, K yang dibutuhkan untuk target produksi  tomat 40 t/ha o
Table 3. Sumber pupuk, waktu aplikasi , cara aplikasi, untuk produksi tomat
Gambar  1: Serangga dewasa Helicoverpa armigeraGambar  2: Larva   Helicoverpa armigera
Gambar 6: Serangga dewasa Spodopt era lit uraGambar 7: Kelompok telur Spodopt era lit ura  Gambar 8: Larva instar pertama Spodopt era lit ura
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh penggunaan media papan balik dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa autis kelas 1 di SLB Autis Laboraturium Universitas Negeri Malang dapat dilihat dari

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa visibility berpengaruh terhadap minat beli Sate Taichan “Goreng” di Kota Bandung dan mendapatkan respon yang tinggi atau

Dari penjelasan beberapa konsep diatas, dapat digambarkan bahwa ngaji bareng sebagai media pemberdayaan masyarakat merupakan model pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan

Mekanisme konsultasi, meliputi (1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas dari berbagai pendekatan untuk melibatkan pelanggan dalam membentuk kebijakan dan layanan Ini

Delik-delik tertentu (special delicten) di dalam KUHP.. memudahkan atau menolong kejahatan tersebut. Skedar si pelaku kejahatan mengharapkan bahwa barang yang telah

Kadar E2 dalam plasma darah sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dengan hormon E2 menunjukkan

Penelitian yang sudah dilakukan terdahulu menunjukkan energi pasang surut dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik, tetapi dari hasil itu diperkirakan akan lebih cocok

Jepang merupakan negara yang berhasil mempertahankan kebudayaan tradisionalnya di era modern. Budaya tradisional tersebut adalah upacara minum teh yang penuh makna