• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Prestasi Belajar

GAMBARAN UMUM

H. Sejarah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

I. Kondisi Fisik, Lingkungan, Fasilitas dan Data Siswa SMA Pangudi

3. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi

heteroskedastisitas. Dimana heteroskedastisitas adalah keadaan ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa varian dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mengisyaratkan bahwa varians dari error harus bersifat homogen (Priyatno, 2013:55).

Pada penelitian ini akan dilakukan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser, yaitu mengkorelasikan nilai absolut residual dengan masing-masing variabel independen. Jika signifikansi pada uji t kurang dari 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas.

Tabel 5.8

Deskripsi Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Penelitian

Keterangan : lihat dilampiran 5

Dari pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser dihasilkan X1 motivasi belajar adalah 0,509 > 0,05, kebiasaan belajar adalah 0,928>0,5, dan X3 perhatian orang tua adalah 0,380 >0,05. Oleh

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.258 9.505 .132 .895 Motivasi Belajar (x1) .124 .187 .084 .662 .509 Kebiasaan Belajar (x2) -.016 .179 -.012 -.090 .928 Perhatian Orangtua (x3) .119 .135 .107 .882 .380

masalah heterokesdastisitas. 4. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat empat hipotesis yang hendak di uji, yaitu hipotesis pertama hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, hipotesis kedua hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar, hipotesis ketiga hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar, dan hipotesis keempat dilakukan secara serempak untuk melihat hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar, perhatian orang tua dengan prestasi belajar diuji dengan analisis korelasi.

Analisis korelasi bivariate mencari derajat keeratan hubungan dan arah hubungan. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan kedua variabel nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif menunjukan arah hubungan searah. Jika satu variabel naik, variabel yang lain naik, tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan. Jika satu variabel naik, variabel yang lain akan turun.

Tabel 5.9

Pedoman Interpretasi Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2001:183

terdistribusi normal, perhitungan data dengan bantuan SPSS 16.0. a. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi

1) Perumusan Hipotesis

= Tidak ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi.

= Ada hubungan motivasi belajar, dengan prestasi belajar ekonomi.

2) Menentukan koefisien korelasi motivasi belajar dengan prestasi belajar

Berdasarkan tabel output SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,171 < 0,204 dan nilai probabilitas (ρ) 0,101 > 0,05 (α) taraf signifikansi maka dapat

diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

Tabel 5.10

Hasil Korelasi Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar

Correlations

Prestasi Belajar (y) Motivasi Belajar (x1)

Prestasi Belajar (y) Pearson Correlation 1 .171

Sig. (2-tailed) .101

N 93 93

Motivasi Belajar (x1) Pearson Correlation .171 1

Sig. (2-tailed) .101

N 93 93

√ √

Keterangan :

t = t hitung yang dicari r = koefisien korelasi r2 = koefisien determinan n = jumlah sampel √ √ = 0,968

Berdasarkan hasil perhitungan diatas t hitung adalah 0,968, karena t hitung < t tabel (0,968 < 1,986), maka Ho diterima, artinya bahwa tidak terdapat hubungan secara signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi pada siswa kelas XI IIS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

b. Hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi

1) Perumusan hipotesis

= Tidak ada hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi.

= Ada hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi.

Berdasarkan tabel output SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,048 < 0,204 dan nilai probabilitas (ρ) 0,648 > 0,05 (α) taraf signifikansi maka dapat

ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.

Tabel 5.11

Hasil Korelasi Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar

Correlations

Prestasi Belajar (y) Kebiasaan Belajar (x2) Prestasi Belajar (y) Pearson Correlation 1 .048 Sig. (2-tailed) .648 N 93 93 Kebiasaan Belajar (x2) Pearson Correlation .048 1 Sig. (2-tailed) .648 N 93 93

Keterangan : lihat dilampiran 6

Selanjutnya langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Rumus :

√ √

Keterangan :

t = t hitung yang dicari r = koefisien korelasi r2 = koefisien determinan n = jumlah sampel

= 0,458

Berdasarkan hasil perhitungan diatas t hitung adalah 0,458, karena t hitung < t tabel (0,458 < 1,986), maka Ho diterima, artinya bahwa tidak terdapat hubungan secara signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi pada siswa kelas XI IIS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

c. Hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi

1) Perumusan hipotesis

= Tidak ada hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

= Ada hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

2) Menentukan koefisien korelasi perhatian orang tua dengan prestasi belajar

Berdasarkan tabel output SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,155 < 0,204 dan nilai probabalitas (ρ) 0,137 > 0,05 (α) taraf signifikansi maka dapat

ditarik kesimpulan tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar.

Correlations

Prestasi Belajar (y)

Perhatian Orangtua (x3)

Prestasi Belajar (y) Pearson Correlation 1 .155

Sig. (2-tailed) .137 N 93 93 Perhatian Orangtua (x3) Pearson Correlation .155 1 Sig. (2-tailed) .137 N 93 93

Keterangan : lihat dilampiran 6

Selanjutnya langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Rumus :

√ √

Keterangan :

t = t hitung yang dicari r = koefisien korelasi r2 = koefisien determinan n = jumlah sampel √ √ = 1, 319

Berdasarkan hasil perhitungan diatas t hitung adalah 1,319, karena t hitung < t tabel (1,319 < 1,986), maka Ho diterima, artinya bahwa tidak terdapat hubungan secara signifikan antara

d. Hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar, perhatian orang

tua dengan prestasi belajar ekonomi

1) Perumusan hipotesis

= Tidak ada hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar, perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

= Ada hubungan motivasi belajar, Kebiasaan belajar, perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

2) Menentukan koefisien korelasi motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi

Tabel 5.13

Hasil Korelasi Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .219a .048 .016 16.792 .048 1.494 3 89 .222

a. Predictors: (Constant), Perhatian Orangtua (x3), Motivasi Belajar (x1), Kebiasaan Belajar (x2)

Keterangan : lihat dilampiran 6

Berdasarkan tabel output SPSS versi 16.0 dapat diketahui bahwa R sebesar 0,219 sedangkan nilai F hitung lebih lebih kecil dari F tabel yaitu 1,494 < 2,71 dan nilai probabalitas (ρ) 0,222 > 0,05 (α) taraf signifikansi

ekonomi pada siswa kelas XI IIS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

C. Pembahasan

1. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi

Dari analisis korelasi Pearson dapat tidak terdapat hubungan secara signifikan antara motivasi belajar ekonomi dengan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,171 < 0,204 dan nilai probabilitas (ρ) 0,101 serta berdasarkan uji t dapat diketahui t hitung < t tabel (0,968 < 1,986).

Dilihat dari perhitungan PAP II, motivasi belajar siswa terkategorikan kategori tinggi ada 62 siswa (66,6%), serta terdapat 65 siswa (69,8%) dengan prestasi sangat rendah. Hal ini bermakna tinggi dan rendahnya motivasi belajar tidak akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya prestasi belajar ekonomi pada siswa.

Motivasi belajar merupakan faktor penentu peningkatan prestasi belajar namun tidak dominan. Hal ini pun selaras dengan pendapat Syaiful Bahri (2011:175) yang menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. Apabila siswa memiliki motivasi yang besar maka dengan keinginan yang keras serta didukung kerja keras

Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat peneliti. Secara logis motivasi belajar dengan prestasi belajar mempunyai hubungan yang sangat erat. Motivasi sangat penting untuk keberhasilan belajar karena dengan motivasi siswa terdorong untuk belajar lebih baik dibanding siswa yang tidak giat belajar. Jadi apabila siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi belum tentu akan memperoleh prestasi yang semakin baik.

2. Hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi

Dari analisis korelasi Pearson dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan secara signifikan antara kebiasaan belajar ekonomi dengan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan bahwa nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,048 < 0,204 dan nilai probabilitas (ρ) 0,648 serta berdasarkan uji t dapat t hitung < t tabel (0,458 < 1,986).

Dilihat dari perhitungan PAP II, kebiasaan belajar siswa terkategorikan kategori tinggi ada 54 siswa (58,1%), serta terdapat 65 siswa (69,8%) dengan prestasi sangat rendah. Hal ini bermakna bahwa tinggi dan rendahnya kebiasaan belajar tidak akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya prestasi belajar ekonomi pada siswa.

siswa. Kebiasaan belajar yang baik dikategorikan siswa mampu mengatur waktu belajarnya secara rutin dan teratur. Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat The Liang Gie (1994:192) yang menekankan bahwa kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah.

Pelajaran ekonomi cenderung dianggap sulit bagi sebagian siswa, karena materi pelajaran ekonomi berisi tabel/diagram dan rumus. Apabila dipahami kebiasaan belajar dengan membaca buku, membuat serta mengamati tabel/diagram secara berulang-ulang akan mampu mengikuti pelajaran ekonomi. Peneliti beranggapan siswa yang memiliki pemahaman yang baik akan materi ekonomi, mampu mengikuti pelajaran ekonomi.

Berdasarkan penelitian ini peneliti beranggapan bahwa kebiasaan belajar di sekolah maupun di rumah yang cenderung baik ini diduga belum berdampak yang meningkatkan prestasi belajar apabila tidak diimbangi dengan kualitas memadai. Perilaku ini bisa terjadi karena pribadi siswa sendiri, seperti menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, menyiapkan alat tulis dan alat bantu belajar, serta memiliki catatan yang lengkap.

hubungan secara signifikan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar. Hal ini terbukti nilai r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,115 < 0,204 dan nilai probabilitas (ρ) 0,137 serta berdasarkan uji t dapat t hitung < t tabel (1,319 < 1,986).

Dilihat dari perhitungan PAP II, perhatian orang tua siswa terkategorikan masuk kategori tinggi ada 47 siswa (50,1%), serta terdapat 65 siswa (69,8%) dengan prestasi sangat rendah. Hal ini bermakna bahwa tinggi dan rendahnya perhatian orang tua tidak akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya prestasi belajar ekonomi pada siswa.

Berdasarkan penelitian dapat diungkapkan perhatian orang tua tidak ada hubungan dengan prestasi belajar siswa, peneliti berasumsi kecenderungan anak saat ini mengabaikan perhatian orang tua dan kurang peka akan kondisi lingkungan dalam keluarga. Apabila nilai siswa sedang buruk, kecenderungan siswa lebih tertutup dan lebih baik menyembunyikannya daripada menceritakan kepada orang tua, karena ketakutan berlebihan dimarahi dan dipaksa untuk belajar lebih keras.

Orang tua sering memberikan semangat agar anak menjadi optimis dan merasa ada perlindungan dan perhatian dari orang tua, sehingga anak mendapat kemudahan dalam belajar dan termotivasi untuk meraih prestasi. Hal ini pun didukung pendapat Grolnick dikutip oleh Syaiful Bahri (233:2011) Perhatian dalam bentuk keterlibatan kognitif atau

membaca buku dan pergi ke museum.

Dokumen terkait