• Tidak ada hasil yang ditemukan

HDPE merupakan jenis polyethylene yang mempunyai kerapatan tinggi. HDPE lebih keras, lebih kuat dan lebih berat dari Low Density Polyethylene (LDPE), tetapi kurang bisa diperpanjang. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang sedikit lebih aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan plastik jenis ini. Walau begitu, plastik jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai.

Polietilena adalah salah satu dari poliolefin yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis peralatan rumah tangga dan kemasan makanan maupun minuman. Pemanfaatannya yang sangat luas dimungkinkan karena polimer ini memiliki banyak sifat-sifat yang bermanfaat antara lain daya tahan terhadap zat kimia dan benturan yang baik, mudah dibentuk dan dicetak, ringan dan harganya murah.

Di samping mudah dibentuk dan di cetak, namun pemanfaatan polietilena tersebut terbatasi dalam beberapa bidang aplikasinya seperti perekatan, pengecatan dan pencetakan. Untuk meningkatkan kesesuaian sifatnya (compability), salah satu cara yang sudah dikembangkan adalah dengan memodifikasi permukaan polietilena agar dapat berinteraksi dengan bahan lain sehingga memenuhi persyaratan sesuai dengan peruntukan.

HDPE merupakan kantong plastik berwarna yang sering digunakan sebagai kemasan makanan. Namun demi keamanannya, BPOM menyarankan untuk tidak menggunakan kantong plastik atau plastik kresek berwarna (terutama hitam) sebagai bahan pengemas makanan siap saji, karena tidak diketahui pasti riwayat penggunaan plastik sebelumnya dan bahan kimia yang digunakan ketika proses daur ulang. Dikhawatirkan penggunaan kantung plastik tersebut sebelum didaur ulang adalah sebagai pengemas bahan kimia beracun, seperti pestisida, logam berat dan lain-lain.

2.4.1 Sifat-sifat HDPE

High Density Polyethylene adalah senyawa termoplastik dari atom karbon yang bergabung menghasilkan berat molekul yang tinggi. Gas metana diubah menjadi etilen, kemudian dengan aplikasi panas dan tekanan diubah lagi menjadi polietilen.

Empat material termoplastik yang paling sering dipakai untuk pembuatan pipa adalah HDPE, PVC, ABS dan PP. Dari semuaya, HDPE memiliki ketahanan kimia yang paling baik. Sifat HDPE yang inert dan fleksibel menghasilkan ketahanan korosi yang tinggi.

Berdasarkan hal-hal di atas maka HDPE memiliki keuntungan sebagai berikut:

1. Toughness bagus

7. Recycleable (dapat di daur ulang)

http://www.scribd.com/doc/6646896/High-Density-Polyethylene-2 2.5 Aspal

Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal , tar, atau pitch. Aspal adalah suatu unsur dari

minyak bumi paling kasar yang bukan hasil proses utama dalam distilasi minyak bumi. Tetapi merupakan residu dari minyak mentah.

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

(Sukirman,S, 2003).

Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi atau material organik ainnya. Pitch didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) padat, berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material tersebut, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. Aspal terbuat dari minyak mentah melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain.

( The Blue Book-Building & Construction, 2009)

Aspal dapat digunakan di dalam bermacam produk - produk, termasuk:

a. Jalan aspal,

b. Dasar pondasi dan subdasar,

c. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kaki lima, jalan untuk mobil, lereng-lereng, jembatan-jembatan, dan bidang parkir,

d. Tambalan lubang di jalanan, e. Jalan dan penutup tanah,

f. Atap bangunan, dan Minyak bakar

2.5.1 Sifat – Sifat Aspal

Aspal merupakan suatu bahan/material yang bersifat padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif). Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC dibawah tekanan atmosfer untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil (Wignall,A, 2003).

Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada penguranga suhu. Namun demikian, perilaku/respon material aspal tersebut terhadap suhu dan prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.

Aspal adalah material penting dalam perkerasan lentur karena dapat merekatkan (bersifat sebagai perekat), mengisi rongga (sebagai filter) dan memiliki sifat kedap air (waterproof). Penggunaan aspal sebagai material perkerasan jalan cukup luas, mulai dari lapis permukaan, lapis pondasi, lapis aus, maupun lapis penutup.(Sulaksono, 2001)

2.5.2 Jenis-Jenis Aspal

Secara umum aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya adalah sebagai berikut :

2.5.2.1 Aspal Alam

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di Pulau Buton yang disebut dengan Asbuton. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal.

Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. Asbuton merupakan

material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang di kandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.

2.5.2.2 Aspal minyak

Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.

Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas beberapa bagian, yaitu

1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan mencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.

2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbntuk cair pada suhu ruang.

Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.

Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi tiga bagian, yaitu Slow Curing dengan bahan pencair solar, Medium Curing dengan bahan pencair minyak tanah, dan Rapid Curing dengan bahan pencair bensin.

3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%) dan bahan pengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair daripada aspal emulsi. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butir-butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Aspal emulsi dapat dibedakan berdasarkan muatan listriknya, antara lain yaitu aspal emulsi anionik atau disebut juga dengan emulsi alkali, aspal emulsi kationik atau disebut dengan emulsi asam, dan aspal emulsi nonionik (tidak mengalami ionisasi). Sedangkan berdasarkan kecepatan mengerasnya,

aspal emulsi dapat dibedakan atas tiga bahagian yaitu Rapid Setting, Medium Setting, dan Slow Setting (Sukirman, 2003).

Dari ketiga jenis aspal tersebut, semen aspal atau aspal padat yang paling banyak digunakan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan jalan yang dicampurkan dengan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan disebut dengan aspal beton. Dan yang paling umum digunakan yaitu aspal beton campuran panas yang dikenal dengan Hot Mix sedangkan jenis lainnya seperti aspal beton campuran hangat, aspal beton campuran dingin dan aspal mastis (Asiyanto, 2008).

Penelitian ini menggunakan aspal padat iran dengan penetrasi tipe Grade 60/70 merupakan salah satu jenis aspal yang diimpor dari Iran-Teheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk negara beriklim tropis seperti Indonesia, karena di desain untuk bisa elastis menyesuaikan suhu yang naik dan turun.

2.5.3 Fungsi Aspal dalam paduan material

Aspal yang digunakan sebagai material adhesif berfungsi sebagai :

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara sesama aspal.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir agregat dan pori-pori yang ada didalam butir agregat itu sendiri.

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu.

2.6 Agregat

Agregat adalah campuran butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran genteng. Agregat material granular, yaitu pasir, kerikil (gravel), batu hancur atau terak besi bekas sisa pembakaran dalam tanur tinggi (blast furnace), yang digunakan bersama medium sementik untuk membentuk genteng berbasis polimer. Walaupum namanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi

agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat gentengnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan genteng.

Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah (misalnya kerikil atau pasir) atau dapat pula diperoleh dari benda padat buangan (limbah). Agregat merupakan material pembentuk genteng polimer yang harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga semen, sehingga sangat ekonomis jika digunakan sebanyak mungkin di dalam campuran genteng.

2.6.1 Jenis Jenis Agregat 2.6.1.1 Agregat Kasar

Fraksi agregat kasar untuk keperluan pengujian harus terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran normal. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil dan mempunyai skid resistance (tahanan terhadap selip) yang tinggi sehingga lebih menjamin keamanan berkendara.

Agregat kasar yang mempunyai bentuk butiran (particle shape) yang bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi rendah stabilitasnya.

2.6.1.2 Agregat Halus

Fungsi utama agregat halus adalah untuk menyediakan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari perkerasan melalui keadaan saling mengunci (interlocking) dan gesekan antar butiran. Berdasarkan proses pengolahannya, agregat bisa dibedakan menjadi:

2.6.1.3 Agregat Alam

Agregat jenis adalah agregat yang diperoleh dari alam seperti pasir dan batu pecah. Permintaan akan agregat ini akan semakin tinggi apabila pelaksanaan pembanguna semakin tinggi. Penggunaan agregat alam yang semakin tinggi juga dapat menyebabkan rusaknya keseimbangan alam. Dapat diprediksikan pada suatu

saat agregat alam ini akan habis terpakai dan walaupun masih ada akan menjadi sulit didapatkan, untuk itu perlu dicari alternatif lain pengganti agregat alam.

2.6.1.4 Agregat Buatan

Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari produk sampingan suatu proses industri dan umumnya berupa limbah. Contoh agregat buatan yaitu terak baja dan terak nikel. Penggunaan agregat buatan sebagai bahan campuran beton memberikan efek positif pada dunia industri logam terutama baja dan nikel karena limbah terak baja dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang berguna bagi industri beton. Sehingga kerusakan alam akibat penambangan pasir atau batu pecah dapat dihindari.

Dokumen terkait