• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda

Contoh rumusan butir soal yang kurang baik:

B – S Banyak wanita usia subur di Desa A mengikuti program Keluarga Berencana

Kata banyak dalam kalimat butir soal tersebut dapat menimbulkan penafsiran ganda. Kata tersebut dapat ditafsirkan lebih dari dua orang, lebih dari 50%, atau mendekati 100%. Oleh karena itu dapat membingungkan peserta untuk memilih jawaban yang tepat, sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis soal.

Rumusan yang baik dari butir soal di atas sebagai berikut :

B – S Lebih dari 50% wanita usia subur di Desa A mengikuti program Keluarga Berancana

6) Jumlah rumusan butir soal yang jawabanya benar dan salah hendaknya seimbang

8) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random, tidak sistematis mengikutip pola tertentu. Misalnya : B B S S, atau B S B S, dan sebagainya. Susunan yang terpolasi sitematis seperti itu dapat member petunjuk kepada jawaban yang benar.

9) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku text. Pengambilan kalimat langsung dari buku text lebih mendorong siswa untuk menghafal daripada memahami dan menguasai konsep dengan baik

3. Tes menjodohkan a. Pengertian

Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap paling tepat.

Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kiri di antara pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kanan.

Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan soal bentuk menjodohkan antara lain (1) relatif mudah disusun (2) penyekorannya mudah, objektif dan cepat (sekor 0 untuk salah dan 1 untuk

benar) (3) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan akibatnya, istilah dan definisinya (4) materi tes cukup luas. Adapun keterbatasan soal bentuk menjodohkan yaitu (1) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja (2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah pernyataan soal ( dalam lajur sebelah kiri ) dengan pernyataan jawaban(dalam lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda.

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk menjodohkan :

1) Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami. 2) Harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.

3) Hendaknya kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri sedangkan jawabannya di sebelah kanan.

4) Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal 5) Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu.

Misalnya, sebelum pada pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga langsung pada pokok persoalan.

6) Hendaknya seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.

7) Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

c. Kaidah dan contoh soal/ tes menjodohkan

1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per butirnya

2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.

3) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri sejenis, dan pertanyataan dalam lajur kanan juga sejenis. Dengan kata lain : pernyataan dalam lajur sebelah kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan dalam lajur sebelah kanan isinya harus homogen.

4) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari pernyataan soal. Hal ini penting untuk memperkecil probabilitas peserta tes menjawab soal secara

menebak dengan benar. Seperti contoh berikut, pernyataan soal yg ada di lajur kiri adalah lima butir, pernyataan jawaban yang ada di lajur kanan adalah enam butir.

5) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal dan tahun tersebut berurutan secara kronologis,seperti dalam penulisan soal pilihan ganda.

6) Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu dalam perumusan kalimatdan penggunaan kosakata perlu memperhatikan perkembangan kemampuan bahasa peserta tes.

Contoh bentuk soal menjodohkan Petunjuk:

Kerjakan soal berikut dengan cara memasangkan secara tepat antara pernyataan yang terdapat pada lajur kiri dengan pernyataan yang terdapat pada lajur kanan! Tulislah huruf pasangan yang tepat bagi setiap nomor soal dalam lembar jawaban yang disediakan!

Contoh soal kurang baik:

1. Tahun sarekat dagang islam terbentuk 2. Tempat partai nasional indonesia terbentuk 3. Pemimpin partai Indonesia Raya

4. Pemimpin perhimpunan indonesia

5. Kapan gabungan politik indonesia terbentuk?

A. 1939 C. Bandung E. Jakarta

B. Dr. Sutomo D. 1909 F. Drs. Moh. Hatta

Kunci :

1. D 4. F

3. B 5. A Penjelasan :

Rumusan butir soal tersebut kurang baik karena pernyataan pada lajur kiri maupun pada lajur kanan tidak sejenis karena alternated jawaban yang ada tidak berfungsi untuk seluruh pertanyaan. Ruang lingkup pertanyaan meliputi pergerakan nasional namun pertanyaan kurang homogen sehingga siswa hanya mencari padanan yang tepat tentang tempat tahun, atau pemimpin.

Contoh Soal Lebih Baik :

1. Pemimpin Sarekat Dagang Islam a. Moh. Husni Thamrin 2. Pemimpin Partai Nasional Indonesia b. Dr. Soetomo

3. Pemimpin Partai Indonesia Raya c. Ir. Soekarno 4. Pemimpin Perhinpunan Indonesia d. RM Tirtoadisuryo 5. Pemimmpin Gabungan Politik Indonesia e. Danudirja Setiabudi

f. Drs. Moh. Hatta

Kunci: 1.D 2.C 3.B 4.F 5.A

Contoh soal yang kurang baik :

Jodohkan uangkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri dengan cara menuliskan huruf pilihan jawaban di depan pertanyaan yang tepat.

Makna Ungkapan Ungkapan

 1. Ibu sedang memasang kancing yang lepas a. sempit hati

 2. Orang itu menjadi wakil atasannya b. mata air

 3. Anak pemarah itu capat tersinggung c. buah baju

 4. Setiap hari Runa mandi di sumber air d. tangan kanan

 5. Ketua memimpin rapat dengan sabar e. lapang dada

f. hati dingin g.buah pinggang

Contoh di atas memperlihatkan ungkapan pada pilihan jawaban (respon) tidak homogen. Setiap pilihan jawaban tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi kunci jawaban bagi seluruh butir soal. Coba lihat uangkapan buah baju tidak memiliki kemungkinan menjadi jawaban makna ungkapan wakil atau sumber atau sabar.

Contoh soal yang lebih baik:

Jodohkanlah ungkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri, dengan cara membubuhkan huruf pilihan jawaban di depan pernyataan yang tepat.

Makna Ungkapan

1. Ibu sedang memasang kancing yang lepas. 2. Anak itu menjadi bahan pembicaraan di kelas. 3. Ayah membawa oleh-oleh dari Jambi.

4. Runa menjadi anak kesayangan ayahnya. 5. Silahkan mengajukan pendapat pribadi.

Ungkapan a. buah hati b. buah pena c. buah bibir d. buah baju e. buah pikiran f. buah tangan g. buah pinggang

4. Tes Isian dan melengkapi a. Pengertian

Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Soal isian adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata, frase, angka, atau simbol.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan tes jenis ini apat mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif (sekor salah 0 sekor benar 1), serta mudah menyusunnya, sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik yang berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi,menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.

Sedangkan, keterbatasan tes jenis ini Cenderung mengukur kemampuan mengingat (simple recall), pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yang harus diisi terlalu banyak, para peserta didik sering terkecoh, dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup banyak

c. Kaidah dan contoh soal/ tes Isian dan melengkapi

Kaidah dalam menulis tes jenis ini adalah sebagai berikut :

1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per butirnya

2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah.

3) Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.

4) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu

6) Soal tidak memberikan petunjuk ke kunci jawaban

7) Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban.

8) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian, supaya tidak membingungkan siswa.

9) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.

10) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah yang penting (urgen) saja.

11) Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.

Contoh – Contoh Bentuk Soal Isian a. Melengkapi

Gunung kerinci terletak di Propinsi .... (Kunci jawaban : Jambi) b. Asosiasi

Pada titik-titik disebelah kanan dari setiap lagu daerah, tuliskan asal (daerah) lagu tersebut!

Lagu Daerah Daerah

1. Keroncong Kemayoran ....

2. Ayam Den Lapeh ....

3. Manuk Dadali ....

4. Tanduk Majeng ....

5. Suwe Ora Jamu ....

Kunci Jawaban :

1. Jakarta

3. Jawa Barat

4. Madura

5. Jawa Tengah

5. Tes Jawaban singkat a. Pengertian

Tes atau soal jawaban singkat adalah Tes atau Soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan bentuk tes jawaban singkat dapat mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, serta objektif. Sedangkan keterbatasanya adalah Cenderung mengukur kemampuan mengingat (simple recall)

c. Kaidah penyusunan dan contoh tes/ soal jawaban singkat

Kaidah penulisan tes atau soal jawaban singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Soal harus sesuai dengan indikator dan hanya mengukur satu kemampuan per

butirnya.

2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah. 3) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah. 4) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang

singkat.

5) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama.

6) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau menghafal apa yang tertulis di buku.

Contoh-Contoh Bentuk Soal Jawaban Singkat Contoh soal yang kurangbaik:

Kalimat pertanyaan:

Bagaimanakah susunan pengurus suatu koperasi? Kalimat perintah:

Tulislah susunan pengurus suatu koperasi! Kunci Jawaban:

1. Dewan Pengawas

2. Pengurus harian terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota Penjelasan:

Contoh soal kurang baik Karena ruang lingkup pertanyaan menuntut jawaban yang tidak pasti, artinya setiap jawaban siswa dapat berbeda-beda satu sama lainnya.

Contoh soal lebih baik: Kalimat pertanyaan:

Siapakah pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi? Kalimat perintah:

Sebutkan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi! Kunci jawaban: Rapat Anggota

6. Tes Uraian a. Pengertian

Pengertian tes uraian adalah butir tes yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaannya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta didik. Soal bentuk uraian juga dapat didefinisikan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan

cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis

Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh pembuat tes, akan tetapi diberikan oleh peserta didik dengan bahasanya sendiri dengan mengacu kepada topik yang sedang ditanyakan.

Berdasarkan penskorannya soal bentuk uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan uraian nonobjektif.

1) Soal bentuk uraian objektif adalah rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian /konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif

2) Soal bentuk uraian nonobjektif adalah rumusan soal yang menuntut sehimpunan jawaban yang berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing siswa, sehingga penskorannya sukardilakukan secara objektif (penskorannya dapat engandung unsur subjektifitas

Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk objektif dan non objektif terletak pada kepastian penskorannya. Pada soal bentuk objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas komponen-komponen yang diskor dan berapa besarnya skor untuk setiap komponen-komponen).

Pada soal bentuk uraian non objektif skornya dinyatakan dalam bentuk „rentangan‟ atau biasa disebut rentang parameter pengukuran yang bergerak dari satu kutub (negatif, kurang baik atau salah) ke kutub lainnya (positif, baik atau benar), karena hal-hal atau komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis besar dan berupa kriteria tertentu. Karena kriteria penskoran belum jelas sekali seperti halnya pada penskoran objektif dan kemungkinan masuknya unsur subjektifitas dari penskor dapat mempengaruhi pada waktu melakukan skoring, maka cara penskoran ini disebut penskoran non objektif

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan tes bentuk ini adalah Dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan

pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri.

Sedangkan keterbatasanannya Jumlah materi atau pokok bahasan dapat ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksajawaban siswa cukup lama, penskorannya relatif sunjektif terutama untuk soal nonobjektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda, karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada penskor tes.

Perbandingan Antara bentuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian

KARAKTERISTIK URAIAN PILIHAN GANDA

Penulisan Soal Relatif mudah Relatif sukar

Jumlah pokok bahasan yang ditanyakan

Terbatas Lebih Banyak

Aspek atau kemampuan Yng diukur oleh satu soal

Dapat lebih dari satu Hanya satu

Persiapan siswa Penekannannya pada

kedalaman materi

Lebih menekan pada keluasan materi

Jawaban siswa Menggorganisasikan

jawaban

Memilih jawaban

Kecenderungan menebak Tidak ada Ada

Penskoran Sukar, lama, kurang

konsisten (reliabel) dan subjektif

Mudah, cepat, sangat konsisten, dan objektif

c. Kaidah penyusunan

Pada dasarnya setiap penulisan soal bentuk uraian harus selalu berpedoman pada langkah-langkah atau kaidah – kaidah penulisan soal secara umum, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya. Dalam menulis soal bentuk uraian, seorang penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan.

Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadi ketidakjelasan soal dapat di hindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan criteria atau pedoman penskoran. Secara rinci beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal uraian adalah sebagai berikut:

1) Materi

a) Soal harus sesuai dengan indikator, artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator. b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus

jelas.

c) Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran.

d) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang,jenis sekolah, atau tingkat kelas.

2) Konstruksi

a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: Mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. b) Jangan menggunakan kata Tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,

misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kata-kata Tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.

c) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

d) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskoranya,besarnya skor bagi setiap koponen atau rentangan skor yang dapat diperoleh untuk setiap criteria dalam soal yang bersangkutan.

e) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti table,gambar,grafik,peta,atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca. Sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.

3) Bahasa

a) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang sederhana dan komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh siswa. b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung

perasaan peserta didik atau kelompok tertentu.

c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

d) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik benar. e) Rumusan soal sudah mempertingkan segi bahas dan budaya. f) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat,jika soal akan

digunakan untuk daerah lain atau nasional. 4) Penyusunan Pedoman Penskoran

Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang :

a) Batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif.

b) Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan

c) Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non objektif.

d) Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setalah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.

d. Contoh-Contoh Bentuk Soal Uraian 1. Uraian Objektif :

Indikator :Siswa dapat menghitung suhu akhir campuran dan massa es yang melebur dengan menggunakan rumus kekekalan energi : Q lepas = Q diterima

Contoh Soal yang kurang Baik:

Es sebanyak 1 kg pada suhu 0˚C dicampur dengan air 2 kg yang bersuhu

Hitunglah :Kalor yang dilepaskan!

Soal tersebut tidaks esuai dengan indikator. Tuntutan indikator adalah menghitung suhu akhir campuran dan massa es yang melebur dengan menggunakan rumus kekekalan energi : Q lepas = Qditerima, bukan kalor yang dilepaskan.

Contoh Soal yang Lebih Baik :

Es sebanyak 1kg pada suhu 0˚ C dicampur dengan air sebanyak 2 kg yang bersuhu 30˚C. Diketahui kalor lebur es = 80 kal

Hitunglah :

1. Suhu akhir campuran 2. Massa es yang melebur.

Dokumen terkait