• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Non Objektif Contoh Soal yang kurang baik

PEDOMAN PENSKORAN

2. Uraian Non Objektif Contoh Soal yang kurang baik

Buatlah karangan dengan Topik “Meningkatkan minat baca siswa”

Penjelasan :

Contoh soal di atas kurang baik karena panjang karangan tidak dibatasi, dan apa yang dinilai dari karangan siswa tidak diberitahukan.

Contoh soal yang lebih baik

Buatlah karangan dengan topik “meningkatkan minat baca siswa” sekurang – kurang nya 150 kata. Perhatikan ejaan, tanda baca, struktur kalimat dan hubungan/keterkaitan (koherensi) antar kalimat.

No Kriteria Jawaban Sekor 1 Kesesuaian antara judul dan isi cerita

- Judul sesuai dengan isi cerita - Judul agak sesuai dengan isi cerita - Judul tidak sesuai dengan isi cerita

2-0 2 1 0 2 Ketepatan penulisan ejaan

- Tidak ada kesalahan ejaan - Ada kesalahan 1-3 kata - Ada kesalahan 4-6 kata

- Kesalahan ejaan lebih dari 6 kata

3-0 3 2 1 0 3 Ketepatan penulisan tanda baca

- Tidak ada kesalahan tanda baca - Ada kesalahan tanda baca 1 – 5. - Ada kesalahan tanda baca 6-10

- Ada kesalahan tanda baca lebih dari 10

3-0 3 2 1 0 4 Ketepatan struktur kalimat

- Semua kalimat memiliki struktur yang tepat - Ada 1 -2 kalimat yang strukturnya tidak tepat - Ada 2 -3 kalimat yang strukturnya tidak tepat - Lebih dari 3 kalimat yang strukturnya tidak tepat.

3-0 3 2 1 0 5 Keterpaduan antar kalimat

- Semua kalimat padu

- Ada 1 -2 kalimat yang tidak padu - Ada 2 -3 kalimat yang tidak padu - Lebih dari 3 kalimat yang tidak padu

3-0 3 2 1 0 Sekor Maksimum 14 7. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Pada dasarnya tes lisan hampir

mirip dengan tes tertulis, hanya saja dalam penyampaiannya berbentuk lisan. Oleh karena itu diperlukan alat perekam atau kerta catatan agar lebih terformulasi dengan baik. Tes lisan dapat berbentuk seperti berikut :

a. Seorang guru menilai seorang peserta didik. b. Seorang guru menilai sekelompok peserta didik. c. Sekelompok guru menilai seorang peserta didik. d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.

Kebaikan tes lisan antara lain (1) dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan (2) tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja (3) kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari. Sedangkan kelemahannya adalah (1) memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah peserta-didiknya banyak (2) sering muncul unsur subjektifitas bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.

Beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan adalah :

a. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektifitas, misalnya dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.

b. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik. Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk cara yang kurang baik, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban- jawaban yang terakhir.

c. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak sesuai dengan jawaban peserta didik.

d. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang- kadang ada juga guru yang sampai berbuat tidak wajar seperti membentak-bentak peserta didik, dan mungkin pula bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari, karena dapat mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat,

sehingga apa yang dikemukakan oleh mereka tidak mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya.

e. Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.

Demikianlah beberapa kelebihan dan kelemahan tes lisan berikut petunjuk praktisnya. Petunjuk ini dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan tes lisan. Petunjuk-petunjuk praktis untuk suatu ujian biasanya telah dimuat sebagai pedoman seperti yang telah disebutkan tadi. Jadi, Anda harus mempelajari petunjuk praktis itu sebaik-baiknya sebelum kegiatan tes dimulai.

Contoh format tes lisan

No Pertanyaan Ringkasan jawaban Ket

1 Kapan perang Diponegoro berlangsung

2 Dimana letak basis pertahanan pangeran Diponegoro dalam memerangi Belanda

3 Apa yang menyebabkan perang Jawa terjadi

4 Apa yang kamu ketahui tentang perjanjian Giyanti 5 Nilai/ pelajaran apa yang bisa

diambil dari perjuangan pangeran Diponegoro

8. Tes perbuatan (Kinerja)

Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Lebih jauh Stigins (1994 : 375) mengemukakan “tes tindakan adalah suatu bentuk tes dimana peserta didik diminta untuk melakukan kegiatan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemontrasikan”. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan

dan ditanyakan. Misalnya, praktikkan bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dinding dengan baik dan benar (tes praktik dalam SMK Teknik Sipil).

Untuk melihat bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dinding dengan baik dan benar, guru harus meminta peserta didik mempraktikkan atau mendemonstrasikan menyiapkan adukan, menyusun bata, mengukur sudut siku – siku antara dinding dan lantai dll. Begitu juga untuk mengetahui apakah seorang peserta didik sudah dapat membuat “Cheese Cake” (tes praktik SMK Tata Boga) sesuai dengan resep yang diajukan, maka cara yang paling tepat adalah melakukan tes tindakan dengan meminta peserta didik mempraktikkan langsung. Dalam pelaksanaannya, tes kinerja/ praktik dapat dilakukan dalam situasi yang sebenarnya atau situasi yang dimanipulasi. Alat yang dapat digunakan dalam tes tindakan adalah lembar kerja, lembar pengamatan dan portofolio.

Tes-tes semacam inilah yang dimaksudkan dengan tes perbuatan atau tindakan. Tes tindakan sebagai suatu teknik evaluasi tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran kejuruan saja, tetapi dapat juga digunakan dalam menilai hasil-hasil pelajaran tertentu, seperti olahraga, teknologi informasi dan komunikasi, bahasa, kesenian, dan sebagainya. Tes tindakan dapat dilakukan secara kelompok dan individual. Secara kelompok berarti seorang guru menghadapi sekelompok peserta didik, sedangkan secara individual berarti seorang guru menghadapi seorang peserta didik. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjaan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu piranti (komputer misalnya). Tes tindakan dapat difokuskan kepada proses, produk atau keduanya.

Tes tindakan sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakanpun mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah (1) satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan, (2) sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori dengan

keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap (3) dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk menyontek (4) guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing-masing peserta didik sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran selanjutnya maupun remedial.

Adapun kelemahan/kekurangan tes Kinerja/ tes praktik adalah sebagai berikut:

a. Memakan waktu yang lama

b. Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar c. Cepat membosankan

d. Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti apa-apa lagi

e. Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

Contoh tes kinerja

PERCOBAAN PERUBAHAN PANJANG (MUAI PANJANG)

No. Pokok-Pokok yang dinilai Skor

1 Data Pengamatan

Mengisi Tabel Pengamatan

No. Jenis Logam Pertambahan Panjang Keterangan

1. Tembaga ……… cm 2. Nikelin ……… cm 3. dll ……… cm 4. 2 2 Pembahasan Membahas tentang:

 pemuaian suatu logam

 perubahan pertambahan panjang logam karena pengaruh panas

6

3 Kesimpulan:

No. Pokok-Pokok yang dinilai Skor

4 Jawaban pertanyaan

1. Menuliskan logam/kawat yang mengalami pertambahan panjang paling besar, beserta alasannya (disesuaikan dengan hasil percobaan)

2. Yang akan mengalami pertambahan panjang paling besar adalah kawat tembaga karena memiliki panas jenis lebih besar

(bila menjawab tepat dan benar diberi poin yang sesuai, bila tidak diberi nilai nol)

2

2

Jumlah 18

B. Non tes

Instrumen non tes pada dasarnya dapat dipakai untuk mengukur ranah – ranah yang dimiliki tiap orang. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan non tes ini adalah kognitif, psikomotorik, persepsi, dan ranah afektif. Mardapi (2004), mengatakan bahwa dalam kaitan dengan afektif ada empat tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Instumen non tes sebagai alat pengumpul data secara garis besar terdiri dari 2, yaitu yang berupa kertas yang berisi pertanyaan, pernyataan dan daftar isian serta manusia itu sendiri sebagai instrumen.

Untuk kegiatan evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan wawancara dan observasi, maka subyek pengumpul data adalah instrumennya sedangkan borang dan pedoman hanyalah alat bantu. Lain halnya ketika evaluasi yang sifatnya kuantitatif, maka angket, kuisioner, daftar isian dan skala adalah insrtumennya.

1. Kuisioner/ angket a. Pengertian

Kuisioner merupakan salah satu instrumen yang seringkali digunakan baik dalam pembelajaran sekolah, perguruan tinggi maupun penelitian. Menurut Djaali (2005) kuisioner terdiri dari daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan kuisioner sebagai instrumen lebih praktis, hemat waktu dan tenaga dibanding dengan wawancara. Namun keterbatasannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang diberikan dalam kuisioner tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

c. Kaidah dan contoh instrumen kuisioner atau angket

Dalam menyusun instrumen kuisioner atau angket, langkah yang hendaknya dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengkaji teori

2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional 3) Mengembangkan dimensi dan indikator

4) Membuat kisi – kisi

5) Menetapkan rentang parameter pengukuran (kutub postif dan negatif) 6) Identifikasi ciri – ciri kutub

7) Menulis butir instrumen

8) Proses validasi konsep (telaah pakar / panel) 9) Perbaikan / revisi

10) Proses validasi empiris (uji coba instrumen, analisis data hasil uji coba dengan uji validitas dan reliabilitas)

11) Seleksi butir valid 12) Perakitan instrumen

2. Skala

a. Pengertian

Skala adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek – aspek tertentu dari suatu barang atau sifat – sifat seseorang dalam bentuk skala yang bersifat ordinal (SS, S, R, TS, STS). Skala dapat berbentuk skala sikap yang biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikolois dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk skala penilaian yaitu, apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang indikator – indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala

penilaian bukan diberikan kepada unit analisis tetapi diberikan atau diisi oleh orang yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan subjek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel yang diukur.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan dan keterbatasn skala pada dasarnya mirip dengan kuisioner atau angket, yaitu lebih praktis, hemat waktu dan tenaga dibanding dengan wawancara. Namun keterbatasannya adalah kemungkinan adanya jawaban yang diberikan dalam kuisioner tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga butuh pendalaman dan kehati – hatian dalam menganalisanya.

c. Kaidah dan contoh instrumen skala sikap

Bentuk instrumen yang digunakan untuk skala sikap berupa skala penilaian (rating scale). Skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap. Skala sikap secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :

1) Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah 2) Sangat baik, baik, biasa saja, kurang baik, tidak baik 3) Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah

Dalam menyusun skala sikap, langkah yang hendaknya dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengkaji teori

2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional 3) Mengembangkan dimensi dan indikator

4) Membuat kisi – kisi

5) Menetapkan rentang parameter pengukuran (kutub postif dan negatif) 6) Identifikasi ciri – ciri kutub

7) Menulis butir instrumen

9) Perbaikan / revisi

10) Proses validasi empiris (uji coba instrumen, analisis data hasil uji coba dengan uji validitas dan reliabilitas)

11) Seleksi butir valid 12) Perakitan instrumen

Dalam perkembangannya, instrumen non tes berbentuk skala ini dapat disusun secara pribadi oleh guru maupun menggunakan yang sudah baku atau dapat pula menggunakan instrumen yang sudah diberikan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Berikut ini adalah contoh skala sikap tentang Disiplin Belajar yang disusun mandiri oleh guru.

No. Uraian Pernyataan SS S Jr SJr TP

1 Saya belajar setiap malam

2 Saya membaca pelajaran untuk besok hari dalam belajar sehari - hari

3 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu 4 Saya mengerjakan PR beberapa menit

sebelum berangkat ke sekolah. 5 saya kerjakan tugas secara mandiri

sepulang dari sekolah.

6 Saya merapikan buku pelajaran beberapa menit sebelum berangkat ke sekolah. 7 Saya masuk sekolah tepat waktu.

Keterangan : SS = Sangat sering S = Sering Jr = Jarang SJr = Sangat jarang TP = Tidak Pernah

3. Wawancara (borang wawancara) a. Definisi

Secara umum yang dimaksud wawacara adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan wawancara adalah pewawancara sebagai pengumpul data dapat melakukan kontak langsung dengan sumber data (responden) yang dimintai keterangan sehingga dapat diperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Melalui wawancara maka dimungkinkan sumber data dapat memberikan dan mengeluarkan ide pemikiran atau isi hati secara lebih bebas.

Sedangkan keterbatasan wawancara adalah memakan waktu yang relatif lama, memerlukan keterampilan bertanya yang sangat baik sehingga proses wawancara tidak menjemukan dan cakupan responden sangat terbatas dikarenakan belum tentu semua responden mau diwawancarai

c. Kaidah dan contoh instrumen borang wawancara

Dalam menyusun borang wawancara, langkah yang hendaknya dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengkaji teori

2) Membuat konstruk (definisi konseptual dan operasional 3) Mengembangkan dimensi dan indikator

4) Membuat borang wawancara.

5) Menulis butir pertanyaan yang terstruktur merujuk pada apa yang ingin diketahui oleh pewawancara.

6) Perakitan instrumen

Berikut ini contoh pedoman wawancara atau borang wawancara dalam wawancara terstruktur:

PEDOMAN WAWANCARA

No Aspek wawancara Ringkasan jawaban Ket

1 Motivasi belajar matematika 2 Minat belajar matematika 3 Kesulitan yang ditemui 4 Usaha yang sudah dilakukan

dalam mengahadapi kesulitan 5 Hasil usaha tersebut

4. Observasi (Pedoman Observasi) a. Pengertian

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain.

Djaali (2005) mengatakan observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena – fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai metode pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya kegiatan yang diamati.

b. Keunggulan dan keterbatasan

Keunggulan observasi adalah mendapatkan data yang begitu detail, terperinci dan berupa tingkah laku secara spesifik. Sedangkan keterbatasannya adalah diperlukan orang atau peneliti yang terlatih, waktu yang dibutuhkan cukup lama, karena data berupa tingkah laku, maka perlu proses yang cukup rumit serta sistematis dalam pengolahannya.

c. Kaidah dan contoh instrumen Observasi

Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :

5) Sangat baik, baik, biasa saja, kurang baik, tidak baik 6) Selalu, sering, kadang – kadang, tidak pernah.

Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran. Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :

1) Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan mencakup indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses.

2) Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian. 3) Pencatatan dilakukan selekas mungkin.

4) Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan

Contoh : Pedoman Observasi Sikap Spiritual (Untuk sekolah menengah)

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ……….

Kelas : ……….

Tanggal Pengamatan : ………..

Materi Pokok : ………..

No Aspek Pengamatan Skor

No Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4 1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan 3 Memberi salam sebelum dan sesudah

menyampaikan pendapat/presentasi

4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan

5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan

Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Contoh :

Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :

Peserta didik memperoleh nilai :

Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,20 – 4,00 (80 – 100) Baik : apabila memperoleh skor 2,80 – 3,19 (70 – 79) Cukup : apabila memperoleh skor 2.40 – 2,79 (60 – 69)

Kurang : apabila memperoleh skor kurang 2.40 (kurang dari 60%)

Dokumen terkait