• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hip Hemiarthroplasty

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-33)

Untuk fraktur collum femur yang displaced, reduksi, kompresi, dan fiksasi internal yang rigid diperlukan jika union masih bisa diperkirakan. Dikarenakan osteonekrosis dan non union sering terjadi setelah fiksasi interna pada fraktur collum femur yang displaced, banyak ahli bedah merekomendasikan pemakaian penggantian prosthesis primer sebagai alternatif pada pasien usia lanjut yang masih bisa melakukan ambulasi. Walaupun penggunaan prosthesis dapat menghindari non union dan osteonekrosis, hal ini juga dapat mengakibatkan berbagai komplikasi.7

Gambar 17. Austin Moore Prosthesis

(Sumber : Keating J. Femoral Neck Fractures In: Bucholz R, Heckman J, et al. Rockwood

and Green’s 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010, p. 1563 – 1592)2

2.2.1 Teknik

Banyak penulis menggunakan approach posterior untuk pemasangan prosthesis femoral head setelah fraktur dari collum femur. Beberapa penulis merekomendasikan approach yang lebih anterior, misalnya Hardinge atau Watson Jones. Komplikasi, terutama infeksi dan dislokasi dari prosthesis ditemukan lebih sering pada penggunaan approach posterior. Penggunaan approach anterior menyebutkan bahwa infeksi dan dislokasi jarang didapatkan karena jarak yang lebih besar dari insisi anterior terhadap perineum dan tidak adanya insisi yang melewati kapsul posterior yang kuat. Membuat pasien bangun dari tempat tidur dan duduk menyebabkan tekanan yang kuat pada kapsul posterior, sehingga approach posterior dapat menyebabkan sendi panggul mudah terjadi dislokasi. Terkadang dapat dilakukan approach anterior pada pasien dengan inkontinensia alvi, pada pasien yang diperkirakan sulit mematuhi aturan range of motion gerakan sendi panggul secara keseluruhan, dan pada pasien yang spastik dan cenderung untuk memfleksikan dan mengaduksikan panggul pada gerakan ambulasi mereka. Tenotomi otot adduktor dapat dilakukan pada kelompok pasien terakhir ini. Pasien dengan penyakit Parkinson merupakan salah satu risiko terjadinya dislokasi posterior. 7.8

2.2.2 Rehabilitasi

Tujuan utama rehabilitasi pada pasien usia lanjut dengan fraktur sendi panggul adalah dapat segera kembali berjalan. Pada beberapa institusi, sesi terapi dimulai pada hari pertama pasca operasi dan mengikuti protokol yang terstruktur. Pada awalnya, terapis melakukan evaluasi mencakup diagnosis, prosedur yang dilakukan, dan status weight bearing. Pada umumnya, pasien pasca operasi sendi panggul disarankan melakukan tumpuan berat badan semampu pasien. Status weight bearing ini didasarkan fakta bahwa ketika pasien diperbolehkan melakukan tumpuan

berat badan semampunya, pasien dengan fraktur sendi panggul cenderung membatasi beban pada ekstremitas yang mengalami cedera. Pada evaluasi 60 pasien usia lanjut dengan fraktur sendi panggul oleh Koval et al menunjukkan pada minggu pertama pasca operasi, pasien menggunakan sekitar 51% dari beban tumpuan normal pada ekstremitas yang mengalami cedera. Angka ini kemudian meningkat menjadi 87% beban tumpuan normal pada 12 minggu pasca operasi. Pada hari pertama pasca operasi tujuan terapi adalah pasien dapat berjalan sejauh 15 feet dengan bantuan sedang. Jarak berjalan meningkat menjadi 20 feet dengan bantuan minimal pada hari ke-2. Pada hari ke-3 pasca operasi, tujuan terapi adalah berjalan sejauh 40 feet dengan bantuan minimal. Peningkatan jarak berjalan yang lebih jauh dilakukan pada hari ke-4 dengan penambahan latihan menaiki tangga. Terapis okupasi juga berperan penting pada perawatan pasca operasi pasien ini, dengan berfokus pada latihan aktivitas sehari-hari dan melakukan penilaian pada lingkungan rumah pasien untuk memastikan kemudahan dalam membantu pasien hidup mandiri.6

Gambar 18. Contoh mobilisasi menggunakan walker dan kruk

(Dikutip dari Shanbag, A. et al. Good as New: a Patient Guide to Total Hip Replacement.

Boston: Massachussets General Hospital. 2013. pp: 64-70)15

.

2.2.3 Morbiditas dan mortalitas pasca hemiarthroplasty

Mortalitas setelah fraktur collum femur cukup signifikan. Hasil dari berbagai penelitian memperkirakan kematian di rumah sakit 15% dan kematian 30% pada periode 1 tahun. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kematian untuk fraktur peritrochanter atau fraktur collum femur intrakapsuler. Angka kematian ini

4-5 kali lebih tinggi dibandingkan populasi fraktur selain daerah panggul pada kelompok usia yang sama. Pada pasien dengan gangguan kognitif yang signifikan, angka kematian 1 tahun meningkat hingga 50%. Tidak mengherankan bahwa adanya komorbiditas penyakit secara bersamaan meningkatkan risiko kematian setelah operasi. Hal ini berlaku terutama untuk pasien dengan gangguan kardiorespirasi. Gangguan ginjal dengan ureum dan kreatinin tinggi dikaitkan dengan kenaikan dua kali lipat angka kematian dalam 1 tahun . Wanita memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan laki laki. Tingkat kematian untuk fraktur undisplaced lebih tinggi jika dilakukan hemiarthroplasty dibandingkan dilakukan fiksasi internal. Sikand et al melaporkan kematian 38% pada 1 tahun pada pasien fraktur non displaced setelah hemiarthroplasty dibandingkan dengan 11% pada fiksasi interna.7.8

2.2.4 Mobilitas pasca hemiarthroplasty

Pasien dengan fraktur collum femur nondisplaced cenderung untuk mendapatkan kembali mobilitas yang lebih baik dibandingkan dengan fraktur yang displaced. Kebanyakan pasien dengan fraktur undisplaced kembali ke tingkat mobilitas sebelumnya kecuali ada komplikasi tertentu. Pasien dengan fraktur collum femur displaced memiliki hasil yang kurang baik dalam hal ini. Faktor prognostik buruk untuk mobilitas pasca operasi antara lain usia lanjut, gangguan kognitif, dan gangguan tingkat mobilitas sebelum fraktur. Pilihan penanganan juga mempengaruhi mobilitas. Beberapa penelitian yang membandingkan fiksasi internal dengan arthroplasty pada fraktur displaced telah menunjukkan mobilitas yang lebih baik pada pasien di kelompok arthroplasty. Proporsi secara keseluruhan pasien mendapatkan tingkat mobilitas pasca fiksasi atau arthroplasty adalah 46% . Perbandingan mobilitas antara total arthroplasty dan hemiarthroplasty cenderung menunjukkan tingkat mobilitas yang lebih baik pada kelompok total hip arthroplasty. Penyebab hal tersebut belum jelas dan multifaktorial. Dibutuhkan data klinis yang lebih banyak. Penurunan mobilitas sangat mempengaruhi fakta bahwa antara 15% dan 20% dari pasien tidak dapat kembali ke tempat tinggal mereka semula.7.8

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-33)

Dokumen terkait