• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1.2. Uji Hipotesa

Sebagaimana yang diungkapkan dalam Bab III, bahwa hipotesa dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak Terdapat pengaruh dan hubungan antara working capital dengan Return on Investment (ROI)

H1 : Terdapat pengaruh dan hubungan antara working capital dengan Return on Investment (ROI)

Pengujian hipotesa dalam penelitian ini dengan menggunakan uji regresi berganda, sebagai berikut:

6.1.2.1. Uji Simultan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu) variabel tergantung, sehingga penulis menggunakan persamaan regresi berganda.

Adapun dasar dalam pengambilan keputusan adalah:

- Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak; H1 diterima, dengan kata lain terdapat pengaruh antara manajemen modal kerja dengan Return on Investment (ROI), sebaliknya.

- Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima; H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat Terdapat pengaruh antara manajemen modal kerja dengan Return on Investment (ROI)

43

Tabel 6.3. Anova Perbedaan Return on Investment ditinjau dari Manajemen Working Capital Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression .008 4 .002 5.329 .035a Residual .002 6 .000 Total .010 10 ANOVAb Model 1

a. Predictors: (Constant), CR, RT, TAT, WCT b. Dependent Variable: ROI

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan data dalam tabel 6-3, ditemukan hasil bahwa nilai signifikansi dengan α = 0.05 untuk perbedaan tingkat Return in Investment (ROI), dimana nilai signifikansi kecil dari dari nilai α, yakni 0.035 < 0.05. dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel: Fhitung = 5.329 sedangkan Ftabel (df1=4; df2=6) = 4.53, maka Fhitung lebih besar dari Ftabel (5.329 > 4.53). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, H1 diterima, dengan kata lain terdapat perbedaan tingkat profitabilitas yang dilihat dari Return in Investment (ROI).

Sedangkan untuk mengetahui persamaan regresi, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 6.4, ditemukan persamaan regresi sebagai berikut : y = - 0.03 - 0.083 x1 + 0.146 x2 + 0.001x3 + 0.003x4

Tabel 6.4. Persamaan Regresi Manajemen Working Capital terhadap Profitabilitas

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta Lower

Bound Upper Bound (Constant) -0,03 0,061 -0,483 0,0466 -0,179 0,12 WCT -0,083 0,067 -1,526 -1,229 0,265 -0,248 0,082 TAT 0,146 0,078 2,171 1,675 0,11 -0,044 0,336 RT 0,001 0,002 0,017 3,591 0,032 -0,005 0,003 CR 0,003 0,031 0,019 3,87 0,027 -0,074 0,079 1

a. Dependent Variable: ROI

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

t Sig. 95.0% Confidence

Interval for B

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Dari hasil persamaan pada tabel 6-4, dapat dijelaskan jika tidak ada manajemen working capital, maka tingkat profitabilitas adalah -0.003, hal ini menunjukkan bahwa working capital perlu dan penting bagi manajemen PT Pembangunan Perumahaan (Persero) guna meningkatkan profitabilitas.

Adapun pengaruh variabel independen terhadap profitabilitas sebagai berikut:

a. Workingcapital turnover

Faktor working capital turnover mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahaan (Persero) dan besarnya koefisien adalah 0.083 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat profitabilitas sebesar 0.083.

b. Totalasset turnover

Faktor total asset turnover mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahaan (Persero) dan besarnya

45

koefisien adalah 0.146 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas sebesar 0.146.

c. Receivableturnover

Faktor receivable turnover mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahaan (Persero) dan besarnya koefisien adalah 0.001 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas sebesar 0.001.

d. Currentratio

Faktor current ratio mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahaan (Persero) dan besarnya koefisien adalah 0.003 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan tingkat profitabilitas sebesar 0.003.

6.1.2.2. Uji Parsial

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan tabel 6.4., diperoleh : a. Workingcapital turnover

Faktor working capital turnover memiliki thitung = -1.229, sedangkan ttabel(df=10) = 1.812, sehingga thitung < ttabel (-1.229 < 1.812), hal ini

menunjukkan bahwa H0 diterima; H1 ditolak, dengan kata lain working capital turnover tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahan (Persero).

b. Totalasset turnover

Faktor totalasset turnover memiliki thitung = 1.675, sedangkan ttabel(df=10) = 1.812, sehingga thitung < ttabel (1.675 < 1.812), hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima; H1 ditolak, dengan kata lain bahwa totalasset turnover tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahan (Persero).

c. Receivableturnover

Faktor receivableturnover memiliki thitung = 3.591, sedangkan ttabel(df=10) = 1.812, sehingga thitung > ttabel (3.591 > 1.812), hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak; H1 diterima, dengan kata lain bahwa total asset turnover memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat profitablitas PT Pembangunan Perumahaan (Persero).

d. Currentratio

Faktor current ratio memiliki thitung = 3.87, sedangkan ttabel(df=10) = 1.812, sehingga thitung > ttabel (3.87 > 1.812), hal ini menunjukkan H0 ditolak; H1 diterima, dengan kata lain bahwa current ratio memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat profitablitas PT Pembanguna Perumahan (Persero).

47 6.2. Diskusi Hasil Utama Penelitian

Pada hasil penelitian yang penulis lakukan ditemukan hasil bahwa working capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2008) yang menyatakan bahwa modal kerja memiliki hubungan yang searah dengan profitabilitas. Hutahean (2007) juga menyatakan bahwa pengelolaan modal kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan hal diatas, maka sewajarnya perusahaan bijak dalam hal pengelolaan modal kerja dalam operasional perusahaan. hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Manajer Keuangan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) menyatakan bahwa berdasar-kan laporan laba rugi, perusahaan selalu mengalami laba bersih yang terus meningkat setiap tahunnya, namun sayangnya hal ini tidak diikuti dengan pasiva perusahaan. Sejatinya, keuntungan harus juga diikuti dengan kemampulabaan (profitabilitas). Laba bersih tidak menggambarkan kekuatan perusahaan, oleh karena itu perlu dilihat rasio profitabilitas, yakni rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sehingga, meskipun laba bersih terus meningkat, bukan sebagai indikasi perusahaan dalam keadaan sehat atau baik. PT Pembangunan Perumahan (Persero) terus mengalami kenaikan profit setiap tahunnya yang dapat dilihat pada gambar 6.4 berikut:

Gambar 6.4: Grafik Pertumbuhan Laba Bersih PT Pembangunan Perumahan (Persero)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Namun, hal ini tidak sejalan dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Pada grafik rasio profitabilitas seperti gambar 6.5 dibawah ini terlihat bahwa tingkat kemampulabaan perusahaan tidak naik sebagaimana laba bersih perusahaan.

Gambar 6.5: Rasio Profitabilitas PT Pembangunan Perumahan (Persero) Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

49

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin menaikkan tingkat profitabilitas, maka perusahaaan perlu memaintain pengelolaan modal kerja (working capital management). Sedangkan hasil uji secara parsial dari 4 (empat) elemen working capital management yang penulis teliti, hanya receivable turnover dan current ratio yang memiliki hubungan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan working capital turnover dan total asset turnover secara signifikan tidak memiliki hubungan terhadap profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan hasil interview dan observasi yang penulis lakukan terhadap manajer keuangan, perusahaan menemukan kendala dalam hal pengelolaan piutang perusahaan terutama dalam penagihan. Banyak relasi perusahaan yang melakukan keterlambatan pembayaran, terutama di kuarta I hingga III, piutang akan banyak tertagih di kuarta IV. Hal ini tentu saja mempengaruhi kas perusahaan sehingga juga mengganggu modal kerja. Guna menutupi operasional di kuarta I hingga III, perusahaan menutupinya dari pihak III, seperti bank. Hal ini tentu berakibat kepada beban yang juga bertambah. Wajar saja jika tingkat profitabilitas perusahaan tidak stabil, karena beban perusahaan yang juga bertambah. Keterlambatan pembayaran ini antara lain disebabkan oleh:

- Proyek macet dan pemilik proyek wan-prestasi

- Proyek pemerintah dengan eskalasi dimana pengakuan eskalasinya memerlukan proses yang panjang dan lama

- Proyek dengan dana APBD yang multi year dimana dana tergantung rapat anggaran di DPRD

- Proyek-proyek turnkey

- Lemah di kontrak dalam hal jangka waktu pengakuan progress dan jangka waktu pembayaran.

- Retensi bervariasi antara 5% s/d 10 % dengan jangka waktu rata-rata satu tahun.

Guna mengatasi hal diatas, perusahaan bisa mengatasi keterlambatan pembayaran dengan cara sebagai berikut:

1. Memperbaiki klausul perjanjian:

a. Tata cara pembayaran, agar klien PT Pembangunan Perumahan (Persero) memahami bagaimana mekanisme pembayaran yang harus mereka lakukan. Disini juga diatur mengenai penenahan retensi maksimal sebesar 5%, jangka waktu pembayaran termijn, serta sangsi seandainya klien wan prestasi, diantaranya menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pembayaran terlambat dengan konsekwensi menjadi tanggung jawab pihak klien.

b. Memperjelas waktu dan pengakuan progres pembangunan. Dalam hal ini bisa saja diuraikan batasan-batasan progres pembangunan dengan jelas dengan jangka waktu persetujuan progress yang sudah ditentukan.

2. Memberi insentif khusus jika klien membayar hutang tepat waktu atau sesuai dengan progres.

3. Selektif dalam menerima proyek. Sebagai perusahaan milik pemerintah (persero), maka klien PT Pembangunan Perumahaan (Persero) juga banyak

51

berasal dari pemerintah, seperti Dinas Pemerintahan, Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun lembaga pemerintah lainnya. Sayangnya, ada beberapa proyek yang bersifat turnkey project, dimana hambatan terbesar pada proyek ini adalah pembayarannya tidak mengikuti progress tetapi setelah bangunan selesai dikerjakan, namun demikian ada juga yang pembayarannya macet. Guna menghindari piutang perusahaan yang membesar, maka PT Pembangunan Perumahaan (persero) harus menghindari proyek turnkey ini.

Disamping memperbaiki penagihan piutang, disatu sisi perusahaan bisa memperoleh pendapatan lain guna menghindari pinjaman dari bank dengan segera melikuidkan persediaan. Persediaan yang ada harus dioptimalkan dengan segera diproduksi, tidak disimpan terlalu lama. Jika persediaan segera diproduksi, maka hal ini akan bisa diakui sebagai progress dan bisa ditagihkan ke perusahaan klien.

BAB VII

Dokumen terkait