• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syahyunan (2004) menyatakan manajemen working capital adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Manajemen working capital yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan working capital untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki working capital yang cukup tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalh likuiditas.

Muslich (2003) menjelaskan manajemen working capital mempunyai beberapa arti penting bagi perusahaan yaitu :

1. Working capital menunjukan ukuran besarnya investasi yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang diwakili oleh hutang lancar.

2. Investasi dalam aktiva likuid, piutang, dan persediaan barang adalah sensitif terhadap tingkat produksi dan penjualan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen working capital adalah:

1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo.

Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur manajemen working capital, dalam penelitian ini rasio yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Aktivitas

Purba (2002) menyatakan rasio aktivitas yang biasa juga dinamakan rasio efisiensi merupakan indikator terhadap kemampuan manajemen dalam mendayagunakan aktiva seperti persediaan, aktiva tetap dan sebagainya. Selanjutnya Harahap (2004) menyatakan ratio aktivitas menggambarkan

17

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

Efektivitas pengelolaan working capital dapat dilihat dari perputarannya yaitu terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

Adapun jenis rasio-rasio aktivitas adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001): 1) Rasio perputaran working capital (working capital turnover)

Rasio yang mengukur kemampuan working capital netto berputar dalam satu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.

Penjualan Netto Working capital turnover =

Jumlah Aktiva Lancar

2) Rasio perputaran aktiva tetap (total asset turnover), merupakan rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar untuk menghasilkan revenue.

Penjualan netto Totalassetsturnover =

Jumlah aktiva

3) Rasio perputaran piutang (receivables turnover)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur mengenai berapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai, dimana semakin besar rasionya akan semakin baik, makin lama pembayaran piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya adalah makin rendah, dan sebaliknya semakin

besar piutang perusahaan yang terkumpul, maka hal itu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Penjualan Netto Receivables Turnover =

Piutang Rata-rata

2. Rasio Likuiditas

Muslich (2003) menyatakan rasio likuiditas menunjukan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai; serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh.

Harahap (2004) menyatakan rasio keuangan likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang working capital yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang, salah satu ratio likuiditas yang digunakan penulis adalah rasio lancar (current ratio) Rasio lancar (current ratio) menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutup kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan menutup kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2004)

Aktiva Lancar Current ratio =

19

Likuiditas persediaan yang rendah dapat diakibatkan oleh 2 (dua) faktor yaitu:

1) Terlalu banyak macam persediaan yang tidak dapat dijual dengan mudah karena merupakan barang setengah jadi, barang using, atau barang untuk kegunaan tertentu.

2) Jika barang tersebut dijual dengan kredit maka akan menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi uang kas. Rasio cepat = 1 atau lebih besar dari 1 lebih direkomendasi, tetapi sama seperti rasio lancar nilai yang diterima tergantung pada industrinya. Rasio cepat merupakan alat ukur likuiditas yang lebih baik jika persediaan tidak mudah diuangkan.jika persediaan likuid maka rasio lancar merupakan likuiditas yang lebih disukai.

2.4. Profitabilitas

Profit merupakan elemen terpenting dalam kegiatan operasional perusahaan agar kelanjutan dari perusahaan terjamin. Setiap usaha selalu mengutamakan keuntungan dalam pendirian perusahaan, baru setelah itu tujuan perusahaaan yang lain seperti: kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan saingan di pasar yang disebut dengan survive; kemampuan perusahaan untuk tumbuh atau growth di tengah persaingan dan yang terakhir kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan mengadakan ekspansi usaha yang disebut dengan develop.

Masalah kemampulabaan pada perusahaan pada umumnya atau rentabilitas sangat penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan produktif. Produktivitas baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung kemampulabaannya.

Untuk lebih memahami lagi tentang kemampulabaan atau profitabilitas sebuah perusahaan, penulis akan mencoba memaparkan beberapa pendapat para ahli ekonomi mengenai profitabilitas. Weston dan Copeland (1999) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profitabilitas suatu perusahaan menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, penjualan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil operasi.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur dan mengevaluasi tingkat earning pe rusahaan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2002). Sedangkan Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Purba (2002) menyatakan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, dimana laba tersebut terbentuk dari rasio-rasio profitabilitas yang dapat dikelompokan atas tiga bagian, yaitu:

21

1. Berkaitan dengan penjualan a. Net profit margin b. Operating profit margin c. Gross profit margin

2. Berkaitan dengan penggunaan aktiva

a. Return on total assets atau return on investment (ROI) b. Return on net working capital

3. Berkaitan dengan modal sendiri a. Return on equity (ROE) b. Return on common stock c. Earning per share d. Book value per share e. Price to earning ratio

Salah satu ukuran yang digunakan penulis sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini adalah return on investment (ROI). ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2002). Rumusnya adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak Return on Investment =

Total Aktiva

BAB III

Dokumen terkait