• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. UJI HIPOTESIS

2. Uji Hipotesis

Langkah berikutnya adalah melakukan pengujian hipotesis melalui dua

tahap. Regresi tahap pertama menguji pengaruh kesadaran diri, pengaturan

diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial terhadap variabel kinerja

pimpinan secara parsial. Sedangkan regresi tahap kedua menguji pengaruh

variabel kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan

sosial terhadap variabel kinerja pimpinan secara simultan. Hasil pengujian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.21

Hasil Uji t Coefficients

10,658 10,819 ,985 ,330 -,075 ,608 -,014 -,123 ,903 -,202 ,525 -,044 -,385 ,702 -,262 ,371 -,087 -,707 ,484 1,013 ,362 ,330 2,801 ,008 ,922 ,198 ,553 4,659 ,000 (Constant) Kesadaran_Diri Pengendalian_Diri Motivasi Empati Ketrampilan_Sosial Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Kinerja_Pimpinan a.

Sumber : data yang sudah diolah

Uji T digunakan untuk menghitung signifikansi besarnya pengaruh

secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam

model regresi tahap kedua, uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara

parsial dari variabel kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan

keterampilan sosial terhadap variabel kinerja pimpinan. Penjelasan dari tabel

4.10 adalah sebagai berikut :

a. Kesadaran diri

Hasil Uji t untuk variabel kesadaran diri (X1) diperoleh nilai thitung=

-0,123 dan t tabel= 1,675 (two-tailed), sehingga nilai thitung < ttabel. Dengan

menggunakan batas signifikansi 0,05 maka nilai signifikansi (probabilitas)

pada model sebesar 0,903 tersebut berada di atas 0,05. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel kesadaran diri tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja pimpinan. Dengan demikian hasil tersebut

tidak mendukung hipotesis H1a yang menyatakan bahwa kesadaran diri

memberikan pengaruh pada kinerja pimpinan.

b. Pengaturan diri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan batas signifikansi 0,05 maka nilai signifikansi (probabilitas)

pada model sebesar 0,702 tersebut berada di atas 0,05. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel pengaturan diri tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pimpinan. Dengan demikian hasil

tersebut tidak mendukung hipotesis H1b yang menyatakan bahwa

pengaturan diri memberikan pengaruh pada kinerja pimpinan.

c. Motivasi

Hasil Uji t untuk variabel motivasi (X3) diperoleh nilai thitung= -0,707

dan t tabel = 1,675 (two-tailed), sehingga nilai thitung < ttabel. Dengan

menggunakan batas signifikansi 0,05 maka nilai signifikansi (probabilitas)

pada model sebesar 0,484 tersebut berada di atas 0,05. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel motivasi tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pimpinan. Dengan demikian hasil tersebut

tidak mendukung hipotesis H1c yang menyatakan bahwa motivasi

memberikan pengaruh pada kinerja pimpinan.

d. Empati

Hasil Uji t untuk variabel empati (X4) diperoleh nilai thitung= 2,801 dan t

tabel = 1,675 (two-tailed), sehingga nilai thitung > ttabel. Dengan menggunakan

batas signifikansi 0,05 maka nilai signifikansi (probabilitas) pada model

sebesar 0,008 tersebut berada di bawah 0,05. Hal ini mengindikasikan

bahwa variabel empati berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pimpinan. Dengan demikian hasil tersebut mendukung hipotesis H1d yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Keterampilan Sosial

Hasil Uji t untuk variabel keterampilan sosial (X5) diperoleh nilai thitung =

4,659 dan t tabel = 1,675 (two-tailed), sehingga nilai thitung > ttabel. Dengan

menggunakan batas signifikansi 0,05 maka nilai signifikansi (probabilitas)

pada model sebesar 0,000 tersebut berada di bawah 0,05. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel keterampilan sosial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja pimpinan. Dengan demikian hasil tersebut

mendukung hipotesis H1e yang menyatakan bahwa ketrampilan sosial

memberikan pengaruh pada kinerja pimpinan.

Berdasarkan tabel 4.21 diatas menunjukkan bahwa variabel kesadaran

diri (-0,123), pengaturan diri (-0,385) dan motivasi (-0,707) tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pimpinan. Hasil ini tidak mendukung

hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Hardian dan Suyono (2003), akan

tetapi hal ini dimungkinkan terjadi sesuai dengan pernyataan Goleman (dalam

Saputro, 2005) yang mengatakan bahwa tidak mungkin seseorang sempurna

berdasarkan skala dimensi kecerdasan emosional, masing-masing individu

mempunyai profil atau kekuatan dan kelemahan dimensi kecerdasan

emosional sendiri-sendiri. Karena untuk mempunyai kinerja yang menonjol

hanya mensyaratkan agar seseorang kuat dalam sejumlah kecakapan

emosional tertentu saja, biasanya paling sedikit enam (dari ke 25 kecakapan

emosi) dan kekuatan-kekuatan itu tersebar merata ke semua dimensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Variabel yang paling dominan berpengaruh pada kinerja pimpinan

adalah variabel keterampilan sosial yaitu sebesar 4,659 dibandingkan dengan

variabel-variabel lain seperti kesadaran diri (-0,123), pengaturan diri (-0,385),

motivasi (-0,707) dan empati (2,821). Hasil ini mendukung penelitian

terdahulu yang dilakukan Hardian dan Suyono (2003).

Dengan demikian dapat diketahui secara lebih detail bahwa untuk

mempunyai kinerja yang tinggi bagi pimpinan PT. Graha Farma hanya

diperlukan beberapa dimensi kecerdasan emosional saja. Hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Hardian dan Suyono (2003) dimana pada

dunia perbankan semua dimensi berpengaruh terhadap prestasi kerja

pimpinan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goleman (dalam Saputro, 2005)

yang menyatakan bahwa semua bidang kerja mempunyai ekologi emosi

masing-masing, maka bakat-bakat yang paling adatif bagi pekerjanya juga

akan saling berbeda.

Adapun untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan

variabel dependent, apakah variabel kesadaran diri (X1), pengaturan diri (X2),

motivasi (X3), empati (X4) dan keterampilan sosial (X5) benar-benar

berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Y

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.22 Hasil Uji F ANOVAb 1256,026 5 251,205 8,986 ,000a 1229,994 44 27,954 2486,020 49 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ketrampilan_Sosial, Kesadaran_Diri, Pengendalian_Diri, Empati, Motivasi

a.

Dependent Variable: Kinerja_Pimpinan b.

Sumber : data yang sudah diolah

Uji F pada regresi tahap pertama digunakan untuk menguji tingkat

signifikansi model riset dengan mengukur pengaruh variabel kesadaran diri,

pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial terhadap variabel

kinerja pimpinan. Tabel 4.9 menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,986 dengan

angka signifikansi sebesar 2,29. Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel

(8,986) dan angka signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 (0,000) maka dapat

dikatakan bahwa H2 didukung oleh penelitian Hardian dan Suyono (2003)

bahwa secara bersama-sama dimensi kecerdasan emosional berpengaruh pada

kinerja pimpinan. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara

kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Kesimpulan

Penelitian ini betujuan untuk menguji secara empiris pengaruh

dimensi-dimensi kecerdasan emosional pada kinerja pimpinan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa untuk mempunyai kinerja yang tinggi bagi pimpinan PT.

Graha Farma hanya memerlukan beberapa dimensi kecerdasan emosional saja

yaitu dimensi empati dan ketrampilan sosial. Hasil penelitian ini berbeda dengan

hasil penelitian Hardian dan Suyono (2003) dimana pada dunia perbankan semua

dimensi berpengaruh terhadap prestasi kerja pimpinan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Goleman (dalam Saputro, 2005) yang menyatakan bahwa semua

bidang kerja mempunyai ekologi emosi masing-masing, maka bakat-bakat yang

paling adatif bagi pekerjanya juga akan saling berbeda.

Hasil penelitian secara detail yang telah dilakukan untuk menguji hipotesis

yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi empati dan keterampilan sosial

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja yang dialami

pimpinan PT. Graha Farma Surakarta. Pengaruh positif menandakan bahwa

apabila empati dan keterampilan sosial yang dimiliki pimpinan tinggi maka

tingkat kinerja yang dimiliki oleh pimpinan pun juga tinggi. Hasil tersebut

ditunjukkan dari nilai t sebesar 2,801 (sig 0,008) untuk dimensi empati dan

4,659 (sig 0,000) untuk dimensi keterampilan sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan Suyono (2003), akan tetapi hal ini dimungkinkan terjadi sesuai dengan

pernyataan Goleman (dalam Saputro, 2005) yang mengatakan bahwa tidak

mungkin seseorang sempurna berdasarkan skala dimensi kecerdasan

emosional, masing-masing individu mempunyai profil atau kekuatan dan

kelemahan dimensi kecerdasan emosional sendiri-sendiri. Karena untuk

mempunyai kinerja yang menonjol hanya mensyaratkan agar seseorang kuat

dalam sejumlah kecakapan emosional tertentu saja, biasanya paling sedikit

enam (dari ke 25 kecakapan emosi) dan kekuatan-kekuatan itu tersebar merata

ke semua dimensi kecerdasan emosional.

2. Dimensi-dimensi kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri,

motivasi, empati, dan keterampilan sosial secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pimpinan PT. Graha Farma. Hal ini ditunjukkan

dari nilai F hitung sebesar 8,986 dengan angka signifikansi sebesar 2,29.

Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel (2,29) dan angka signifikansi

jauh lebih kecil dari 0,05 (0,000).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Hardian dan Suyono (2003) bahwa

secara bersama-sama dimensi kecerdasan emosional berpengaruh pada kinerja

pimpinan. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara kesadaran

diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara simultan

terhadap kinerja pimpinan.

3. Dari beberapa hasil penelitian tentang dimensi-dimensi kecerdasan emosional

Dokumen terkait