• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

34 yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah sebanyak 32 anak (33,3%) sedangakan aktivitas fisik yang tinggi hanya 16 anak (16,7%). Adapun anak yang normal yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi sebanyak 30 anak (31,2

%) sedangkan yang rendah sebanyak 18 anak (18,8%).

35 (2017) anak yang memiliki aktivitas ringan berisiko 2,5 kali mengalami kegemukan daripada anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bhuiyan , Zaman, & Ahmed (2013) bahwa anak yang memiliki aktivitas fisik yang < 30 menit berisiko hampir 3 kali mengalami kelebihan berat badan. Namun, pada penelitian ini tidak menanyakan kepada subjek tentang durasi waktu dalam melakukan aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan pada saat istirahat juga mempengaruhi kejadian obesitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas anak yang mengalami obesitas pada waktu istirahat umumnya anak melakukan aktivitas duduk seperti berbicara, membaca, dan mengerjakan tugas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kong, Lee, Kim, Sim, & Choi (2015) pada anak 7-12 tahun yang mangatakan bahwa duduk di waktu istirahat > 3 jam dapat berisiko 2 kali mengalami obesitas.

Aktivitas fisik pada anak-anak sering dijumpai pada saat pulang sekolah. Penelitian ini menemukan bahwa pada saat pulang ke sekolah anak yang mengalami obesitas melakukan olahraga, tari atau bermain yang membuatnya sangat aktif mayoritas hanya 1 kali dalam seminggu. Berbeda halnya dengan anak yang memiliki aktivitas fisik 3 kali dalam seminggu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Crouter, Salas, & Wiecha (2017) pada anak dan remaja yang berumur 7-18 tahun yang mengalami obesitas yang diberikan intervensi menggunakan alat kebugaran sepert treadmill, mesin elips dan juga peralatan latihan kekuatan selama 60 menit. Kegiatan tersebut

36 dilakukan 3 kali dalam semingu selama 10 minggu dan hasilnya terjadi penurunan indeks massa tubuh.

Kegiatan pada malam hari yang membuat anak lebih aktif dalam melakukan aktivitas fisik pada penelitian ini umumnya anak yang mengalami obesitas hanya melakukan 1 kali dalam seminggu. Hal tersebut dikarenakan anak-anak obesitas cenderung lebih banyak menonton tv dibandingkan dengan melakukan aktivitas fisik (Hager, 2006).

Penelitian ini terdapat anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun, mengalami obesitas. Begitupun dengan anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah namun, berat badannya normal. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas seperti jenis kelamin, riwayat obesitas orang tua, pendidikan ayah dan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking, mengkonsumsi fast food dan soft drink.

Penelitian ini anak perempuan yang mengalami obesitas sebanyak 24,0% sedangkan pada perempuan sebanyak 17,3%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2011) pada anak dan remaja yang berumur 5-11 tahun. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak laki-laki yang mengalami obesitas sebanyak 16,4% sedangkan pada perempuan sebanyak 12,3%.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah riwayat obesitas orang tua. Terdapat anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun mengalami obesitas. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya riwayat obesitas pada orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

37 anak yang mengalami obesitas yang memiliki riwayat obesitas pada orang tuanya sebanyak 35,2% sedangkan yang tidak memiliki sebanyak 6,1%.

Riwayat obesitas keluarga dikemukakan juga oleh Liu, Chen, Liang, & Wang (2013) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa 2,1 kali anak lebih mungkin mengalami obesitas jika hanya ayah mereka yang mengalami obesitas, 1,9 kali anak lebih mungkin mengalami obesitas jika hanya ibu mereka yang mengalami obesitas, dan 3,2 kali lebih mungkin terjadi jika kedua orang tua yang mengalami obesitas.

Anak yang aktivitas fisiknya tinggi namun tetap mengalami obesitas juga dapat dikarenakan pendidikan ayah dan ibu yang dimiliki. Pada penelitian ini anak yang mengalami obesitas mayoritas memiliki ayah dan ibu yang berpendidikan tinggi masing-masing 24,0% dan 23,5%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Agha, Tatwany, Aiash, mandourah, & Abukhalil (2015) mengatakan bahwa tingkat pendidikan ayah yang rendah memiliki peningkatan yang signifikan pada rata-rata indeks massa tubuh begitupun dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah juga mengalami peningkatan yang signifikan pada rata-rata indeks massa tubuh pada anak.

Begitupun dengan pendapatan orang tua pada anak yang mengalami obesitas yang memiliki pendapatan yang tinggi sebesar 32,3% sedangkan yang rendah sebesar 4,1%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parengkuan, Mayulu, & Ponidjan (2013) mengatakan bahwa orang tua yang berpendapatan tinggi dan memiliki anak yang mengalami obesitas sebasar 55,9% sedangkan yang berpendapatan rendah sebesar 44,1%.

38 Data dari hasil penelitian ini anak yang mengalami obesitas mayoritas memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali sehari sebesar 28,6%, mengkonsumsi snack > 3 kali dalam seminggu sebesar 25,0%, fast food 2-3 kali seminggu sebesar 19,4% dan soft drink 2-3 kali dan > 3 kali sama besar yaitu 14,8%. Anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun mengalami obesitas dari penelitian ini didapatkan bahwa anak tersebut memiliki frekuensi snacking > 3 kali dalam seminggu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putri, Angkasa, & Nuzrina (2017) bahwa anak yang mengkonsumsi gorengan ≥ 3 kali dalam seminggu, minuman bergula ≥ 3 kali dalam seminggu masing-masing berisiko 6,8 kali dan 10,7 kali mengalami overweight.

Anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi dan berat badan yang normal hal tersebut dikarenakan anak yang memiliki berat badan yang normal, ia akan mengeluarkan sepertiga energi untuk melakukan aktivitas fisik sehingga tidak terjadi simpanan lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa (Dalilah, 2009). Pada penelitian ini terdapat anak yang melakukan kegiatan aerobik 3-4 kali dalam seminggu sehingga anak tersebut memiliki berat badan yang normal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nemet, Levi, Pantanowitz

& Eliakim (2014) pada 749 anak dan remaja yang mengalami obesitas melakukan kegiatan aerobik yaitu berlari di treadmill dengan durasi waktu 30-45 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu yang terdiri dari 3 kelompok intervensi yaitu pelatihan 3 bulan, 6 bulan dan dan 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua kelompok intervensi mengalami penurunan indeks

39 massa tubuh yang signifikan namun, subjek yang paling kehilangan berat badan adalah kelompok intervensi 12 bulan.

Penelitian ini ditemukan juga data anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi seperti berlari dan melompat cenderung memiliki berat badan yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ounis, et al.

(2010) pada 28 anak yang mengalami obesitas di Tunisia dengan melakukan aktivitas fisik dengan durasi 90 menit sebanyak 4 kali dalam seminggu selama 8 minggu. Aktivitas fisik tersebut yaitu pemanasan, berlari, melompat dan bermain dengan balon dan ditemukan terjadinya penurunan berat badan dan lemak tubuh yang signifikan.

Penelitian ini juga menilai latihan berjalan dan jogging pada aktivitas fisik yang dilakukan pada anak. Pada penelitian ini mayoritas anak yang memiliki berat badan normal melakukan latihan berjalan dan jogging sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Zorba, Cengiz, & Karacabey (2011) pada 40 anak yang berumur 11 tahun yang mengalami obesitas. Kelompok intervensi diberikan pelatihan aerobik selama 12 minggu yang terdiri dari latihan berjalan kaki dan jogging. Pelatihan tersebut dilakukan sebanyak 4 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama 45 menit. Hasil penelitian ini pada kelompok intervensi mengalami penurunan kadar kolestrol total, trigliserida, Low Density Lipoprotein (LDL), dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Selain itu, didapatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan penurunan pada indeks massa tubuh.

40 Terdapat juga aktivitas fisik seperti berenang dan tenis meja yang terdapat pada kuesioner penelitian ini. Anak-anak dalam penelitian ini yang memiliki berat badan normal mayoritas melakukan berenang 3-4 kali dalam seminggu sedangkan untuk tenis meja hanya beberapa yang melakukan 3-4 kali dalam seminggu. Data tersebut menunjukkan bahwa berenang dan tenis meja dapat mendukung aktivitas fisik yang tinggi untuk memiliki berat badan yang normal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roberts, Izadpanah, Angadi, & Barnard (2013) pada anak dan remaja yang berumur 8-17 tahun yang mengalami obesitas. Pada kelompok intervensi dilakukan latihan olahraga, berenang, tenis yang bertujuan untuk mendorong aktivitas fisik pada subjek yang dilakukan selama 2 minggu dengan durasi waktu 120 menit dalam sehari. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan indeks massa tubuh yang signifikan pada kelompok intervensi.

Aktivitas fisik yang lain adalah menari. Penelitian ini menunjukkan anak yang memiliki berat badan normal menari 3-4 kali dalam seminggu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hogg, et al. (2012) pada anak obesitas yang berumur 9-11 tahun sebanyak 85 subjek yang diberikan intervensi menari intensitas tinggi seperti mambo, cha-cha, hip-hop, dan ayunan yang dilakukan selama 60 menit, 3 kali dalam seminggu. Intervensi didapatkan selama 16 minggu dan hasilnya terjadi penurunan berat badan yang signifikan.

41

Dokumen terkait