• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI MANGKURA I MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI MANGKURA I MAKASSAR"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI MANGKURA I MAKASSAR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

OLEH : YULINAR SYAM

C121 14 323

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

201

(2)

2

(3)

i

(4)

ii KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan kecuali puji dan syukur kehadirat Allah subhanah wa taala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Mangkura I Makassar”, yang merupakan salah satu persyaratan mengikuti wisuda Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan sejak awal hingga akhir penyusunannya. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti yang tercinta, Ayahanda Syamsuddin Salihi dan Ibunda Siti Rukiah serta seluruh keluarga (Tiwi dan Ainun) yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unhas.

2. Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes dan Nur Fadilah S.Kep., Ns., MN selaku pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa memberikan masukan dan arahan-arahan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

(5)

iii 3. Syahrul Said, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D dan Tuti Seniwati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Penguji I dan Penguji II yang senangtiasa memberi masukan dalam penyempurnaan penelitian ini.

4. Sahabat dan Keluarga serta teman-teman Cranial 2014 yang senantiasa sharing, memberi masukan, dan dukungan agar segera menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Teman-teman KKN PK Angkatan 56 Universitas Hasanuddin khususnya posko Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba yang senantiasa memberi semangat.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan penyusunan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan yang konstruktif sehingga peneliti dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar, 10 Oktober 2017

Yulinar Syam

(6)

iv ABSTRAK

Yulinar Syam. C121 14 323. HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI MANGKURA I MAKASSAR. Dibimbing oleh Kadek Ayu Erika dan Nur Fadilah

Latar Belakang : Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang epidemi di seluruh dunia. Di Indonesia prevalensi obesitas pada anak-anak lebih tinggi dibandingkan prevalensi kurus. Salah satu dari penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik. Hanya 1 dari 3 anak yang aktif melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Tujuan Penelitian : Menganalisa hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak di SD Negeri Mangkura I Makassar.

Metode penelitian : Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 96 siswa kelas 4,5, dan 6 SD dengan pengambilan sampel purposive sampling. Teknik dalam menentukan indeks massa tubuh menggunakan Anthropometric calculator WHO 2007 pada anak usia 5-19 tahun dan menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C). Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p= 0,004). Anak yang memiliki aktivitas fisik rendah yang mengalami obesitas sebesar 33,3%

dan normal sebesar 16,7%. Sedangkan anak yang dengan aktivitas fisik yang tinggi memiliki berat badan yang normal sebesar 31,2% dan obesitas sebesar 18,8%.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SD Negeri Mangkura I Makassar. Perlu penelitian lanjutan terkait dengan faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas.

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, PAQ-C, Obesitas, Anak Usia Sekolah Sumber Literatur : 60 Kepustakaan (2004 – 2017)

(7)

v ABSTRACT

Yulinar Syam. C121 14 323. THE RELATIONSHIP BETWEEN PHYSICAL ACTIVITY WITH THE INCIDENCE OF OBESITY AMONG SCHOOL-AGE CHILDREN IN SD NEGERI MANGKURA 1 MAKASAR. Under the guidance of Kadek Ayu Erika and Nur Fadilah

Background : Obesity has become an epidemic health problem worldwide. In Indonesia, the prevalence of obesity in children is higher than the prevalence of anorexia. One of the causes of obesity is the lack of physical activity. Only 1 in 3 children are active in physical activity every day.

Objective : To analyze the relationship between physical activity with the incidence of obesity among children in SD Negeri Mangkura I Makassar.

Research methods : The research is quantitative with cross-sectional approach. The samples were 96 students from 4th, 5th, and 6th grade of elementary school with purposive sampling. The techniques used for determining body mass index were WHO 2007 Anthropometric calculator for children aged 5- 19 years and Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C). Data analysis used was univariate and bivariate analysis using Chi-Square with the significance level of p <0,05.

Results : The results showed that there was a relationship between physical activity and obesity (p = 0,004). Children with low physical activity who were obese were 33.3% and who had normal weight were 16.7%. While children with high physical activity who had normal weight were 31.2% and who were obese were 18.8%.

Conclusion : There is a significant relationship between physical activity and the incidence of obesity in school-age children at SD Negeri Mangkura I Makassar. Further research is needed related to the factors that influence the incidence of obesity.

Keywords : Physical Activity, PAQ-C, Obesity, School-age Children Literature Sources : 60 literature (2004 – 2017)

(8)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Aktivitas Fisik ... 7

1.Pengertian aktivitas fisik ... 7

2.Manfaat Aktivitas Fisik ... 9

3.Tipe aktivitas fisik ... 10

B. Konsep Obesitas ... 10

1.Definisi Obesitas ... 10

2.Faktor Penyebab Obesitas ... 12

3.Dampak Obesitas ... 15

4.Pencegahan... 15

C. Hubungan Aktivitas Fisik dan Kejadian Obesitas ... 16

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 18

A Kerangka Konsep ... 18

B. Hipotesis ... 18

(9)

vii

BAB IV METODE PENELITIAN ... 19

A. Desain Penelitian ... 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 19

1.Populasi ... 19

2.Sampel ... 19

3.Kriteria Sampel ... 20

D. Alur Penelitian ... 22

E. Variabel Penelitian ... 23

1.Identifikasi Variabel ... 23

2.Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 23

F. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 25

1.Cara Pengolahan Data ... 25

2.Instrumen Penelitian ... 26

G. Pengolahan Data dan Analisa data ... 28

1.Pengolahan Data ... 28

2.Analisis Data ... 29

H. Etika Penelitian ... 29

1.Respect for persons (prinsip menghormati harkat martabat manusia) .... 30

2.Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik) ... 30

3.Justice (keadilan) ... 30

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1.Karakteristik Responden ... 32

2.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas ... 33

B. Pembahasan ... 34

C. Keterbatasan Penelitian ... 41

(10)

viii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 50

(11)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik responden penelitian antara kelompok obesitas dan normal(n = 96)...32 Tabel 5.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas di SD Negeri

Mangkura I Makassar ...33

(12)

x DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...18 Bagan 4.1 Alur Penelitian...21

(13)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Biodata Siswa dan Orang Tua

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 SOP Pengukuran Tinggi Badan Lampiran 5 SOP Pengukuran Tinggi Badan Lampiran 6 Master Tabel SPSS

Lampiran 7 Hasil Pengolahan data SPSS Lampiran 8 Surat-surat

Lampiran 9 Dokumentasi

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang epidemi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) (2016) mengatakan bahwa lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami berat badan berlebih dan 600 juta orang diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2014 diperkirakan 41 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami obesitas. Adapun menurut Ogden et al, (2015) pada tahun 2011 sampai dengan 2014 anak-anak yang berusia 6 sampai 11 tahun di Amerika Serikat lebih banyak yang mengalami obesitas yaitu 17,5% dibandingkan dengan anak yang berusia 2 sampai 5 tahun yaitu sekitar 8,9%. Kejadian obesitas tidak hanya menjadi masalah bagi negara yang berpenghasilan tinggi, namun juga obesitas kini meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah contohnya di negara Afrika jumlah anak-anak yang mengalami obesitas meningkat dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta pada tahun 2014 (WHO, 2016) Di Indonesia obesitas juga memiliki angka kejadian yang cukup tinggi.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) (2013) anak yang berusia 5-12 tahun mengalami masalah berat badan berlebih sebesar 18,8% yang terdiri dari kategori gemuk 10,8% dan obesitas sebesar 8,8%. Pada usia 5-12 tahun juga terdapat masalah kekurusan sebesar 11,2 % terdiri dari 7,2% kurus dan 4,0% sangat kurus. Data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak-anak lebih besar dibandingkan dengan

(15)

2 prevalensi kurus di Indonesia. Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (2015) menunjukkan kejadian obesitas menempati urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di provinsi Sulawesi Selatan dengan total 2.671 kasus.

Adapun penelitian menurut (Syahrul, et al., 2016) tentang prevalensi obesitas dan overweight pada anak usia sekolah yang berumur 6-12 tahun di Makassar yaitu sebanyak 20,4%.

Peningkatan angka kejadian obesitas memiliki dampak pada anak usia sekolah dan berisiko lebih tinggi terkena obesitas pada usia dewasa. Menurut WHO (2016) obesitas pada masa anak-anak dapat meningkatkan risiko kematian dini dan kecacatan pada usia dewasa. Obesitas menjadi faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke, gangguan muskuloskeletal, beberapa jenis kanker termasuk endometrium, payudara, ovarium, prostat, hati, kantong empedu, ginjal dan kolon. Adapun dampak obesitas menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016) obesitas berat (morbid obesity) atau obesitas jangka

panjang dapat mengakibatkan kondisi medis yang serius, termasuk penyakit jantung coroner, diabetes mellitus tipe 2, beberapa jenis kanker seperti kanker endometrium, payudara, atau usus besar, hipertensi, kolesterol, ganggan hati, dan sebagainya.

Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut CDC (2016) obesitas dapat timbul akibat pola makan yang buruk, aktivitas fisik, tidur yang terbatas, faktor genetik, bahkan penyakit atau obat-obatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas yang tidak dapat dimodifikasi yaitu genetik,

(16)

3 etnik, jenis kelamin, dan umur sedangkan faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yaitu asupan nutrisi, dan aktivitas fisik (Budianto, 2009).

Menurut U.S Health and Human Services (2017) hanya 1 dari 3 anak yang aktif melakukan aktivitas fisik setiap hari. Aktivitas fisik di zaman modern ini sudah jarang dijumpai karena tersedianya alat transportasi yang canggih seperti eskalator, lift, motor dan alat transportasi lainnya. Dengan alat transportasi yang canggih anak-anak untuk pergi ke sekolah akan menempuh jarak jauh lebih cepat dan mudah sehingga tidak perlu berjalan kaki ataupun bersepeda sehingga dengan hal tersebut salah satu penyebab anak kurang melakukan aktivitas fisik (Rumajar, Rompas, & Babakal, 2015). Aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan lemak yang diperoleh tubuh kita tidak dapat diubah menjadi energi sehingga dalam jangka panjang cadangan lemak semakin banyak di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya obesitas (Misnadiarly, 2007).

Terdapat beberapa penelitian mengenai aktivitas fisik dan obesitas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laguna et. al (2013) pada 487 anak berusia 9 tahun dan 274 remaja 15 tahun di Spanyol menunjukkan bahwa anak berusia 9 tahun yang mengalami obesitas memiliki aktivitas fisik yang kurang dibandingkan dengan anak yang berat badannya normal sedangkan remaja berusia 15 tahun yang mengalami obesitas dan normal tidak terdapat hubungan yang signifikan pada aktivitas fisiknya. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh (Rumajar, Rompas, & Babakal, 2015) pada 30 anak yang berumur 3-5 tahun di TK Providensia Manado yang menunjukkan

(17)

4 adanya hubungan yang sangat bermakna antara aktivitas fisik responden dengan kejadian obesitas. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, Ernalia, & Bebasari, 2017) pada 279 siswa SMPN di Pekanbaru yang menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih anak usia sekolah dasar karena pada penelitian sebelumnya masih kurang yang meneliti tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar di Makassar. Terdapat penelitian yang serupa namun kuesioner yang digunakan pada penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) yang diberikan kepada anak yang berumur 8-14

tahun atau kelas 4-6 SD. Kuesinoer ini merupakan kuesioner baku yang dibuat oleh Kowalski, Crocker, & Donen pada tahun 2004. Peneliti juga telah melakukan pengambilan data awal di SD Negeri Mangkura I yaitu terdapat 31 yang mengalami obesitas dan 20 yang mengalami overweight pada anak kelas 4, 5, dan 6. Oleh karena itu peneliti akan meneliti tentang “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Usia Sekolah Dasar di SD Negeri Mangkura I”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan angka kejadian obesitas menurut WHO (2016) yang mengatakan bahwa 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas di dunia dan menurut KEMENKES RI (2013) anak yang berusia

(18)

5 5-12 tahun mengalami berat badan berlebih sebesar 18,8%. Selain itu, menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (2015) kejadian obesitas menempati urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di Provinsi Sulawesi Selatan.

Kejadian obesitas memiliki beberapa faktor penyebab salah satunya adalah aktivitas fisik yang kurang. Menurut U.S Health and Human Services (2017) hanya 1 dari 3 anak yang aktif melakukan aktivitas fisik setiap hari. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat “hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak di SD Negeri Mangkura I?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak di SD Negeri Mangkura I Makassar

2. Tujuan Khusus :

a. Diketahuinya kejadian obesitas yang diukur berdasarkan tinggi badan, berat badan, umur dan indeks massa tubuh pada anak di SD Negeri Mangkura I.

b. Diketahuinya tingkat aktivitas fisik pada anak yang mengalami obesitas di SD Negeri Mangkura I.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Pengembangan Ilmu Keperawatan

Memberi informasi ilmiah mengenai hubugan tingkat aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada anak di SD Negeri Mangkura I

(19)

6 2. Manfaat bagi Perawat

Sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan untuk menghindari faktor risiko obesitas terutama pada anak-anak.

3. Manfaat bagi Sekolah

a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai indeks massa tubuh yang dimiliki oleh muridnya.

b. Pihak sekolah dapat menunjang agar siswanya aktif dalam melakukan aktivitas fisik khususnya dalam pelajaran pendidikan olahraga.

4. Manfaat bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumber penelitian lanjutan khususnya tentang aktivitas fisik

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Aktivitas Fisik

1. Pengertian aktivitas fisik

WHO mendefinisikan aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan rekreasi. Aktivitas fisik dapat direncanakan, terstruktur, berulang, dan bertujuan memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik. Aktivitas fisik dilakukan selama waktu senggang, transportasi menuju atau dari suatu tempat, pekerjaan seseorang yang memiliki manfaat kesehatan. Selanjutnya, aktivitas fisik dengan intensitas yang sedang dan kuat dapat meningkatkan kesehatan.

Menurut WHO (2017) aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, non communicable disease, dan gangguan muskuloskeletal. Sehingga WHO merekomendasikan anak-anak dan remaja berusia 5-17 tahun sebaiknya melakukan minimal 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang hingga kuat. Aktivitas fisik dengan jumlah lebih dari 60 menit sehari akan memberikan manfaat kesehatan. Dan sebaiknya juga melakukan kegiatan yang menguatkan otot dan tulang minimal 3 kali per minggu.

(21)

8 Adapun menurut American Academy of Pediatrics (AAP) (2015) aktivitas fisik harian untuk anak di atas 6 tahun paling sedikit 60 menit per hari. Jenis aktivitas fisik harus sedang hingga kuat. Aktivitas fisik yang kuat adalah aktivitas yang membuat anak bernapas dengan keras dan berkeringat.

Selama aktivitas berlangsung anak menglami kesulitan untuk berbicara dengan seseorang seperti bersepeda. Aktivitas ini dapat tergolong sedang ataupun berat tergantung pada tingkat usahanya. Waktu 60 menit tidak perlu dilakukan sekaligus. Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi beberapa jangka waktu yang lebih pendek. Misalnya, 20 menit berjalan ke dan dari sekolah, 10 menit melompati tali, dan 30 menit di tempat bermain sehingga jumlahnya 60 menit. Beberapa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak dan remaja yang termasuk intensitas sedang meliputi: jalan cepat, mengendarai sepeda, tarian, hiking, bermain roller blade, skateboarding, seni bela diri seperti karate atau tae kwon do. Sedangkan yang termasuk intensitas tinggi meliputi: bola basket, mengendarai sepeda, hoki es atau lapangan, lompat tali, seni bela diri, lari, sepak bola, renang dan tenis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Colley, et al., 2013) tentang aktivitas fisik dan kebiasaan kurang bergerak di Kanada pada anak 3- 5 tahun menunjukkan bahwa hanya 18% dari 459 anak yang memenuhi pedoman aktivitas fisik dan sedentary behavior.

Aktivitas fisik juga dapat dinilai dengan Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C). Kuesioner ini digunakan pada anak-anak sekolah dasar kelas 4 sampai dengan 6 atau berumur 8-14 tahun.

(22)

9 PAQ-C merupakan instrumen recall aktivitas fisik selama 7 hari terakhir yang telah dilakukan oleh anak. PAQ-C dapat diberikan diberikan di ruang kelas dan memberikan skor yang berasal dari 9 item dan setiap item memiliki poin skala 5 yang memiliki aktivitas fisik terendah mendapatkan 1 poin dan aktivitas fisik tertinggi mendapatkan 5 poin.

2. Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NIH) (2015) manfaat dari aktivitas fisik adalah

a. Membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan mempermudah melakukan tugas sehari-hari

b. Anak-anak dan remaja yang aktif secara fisik memiliki lebih sedikit gejala depresi daripada teman sebayanya.

c. Menurunkan risiko terhadap banyak penyakit, seperti penyakit jantung koroner (PJK), diabetes, dan kanker.

d. Memperkuat jantung dan meningkatkan fungsi paru-paru.

Adapun menurut CDC (2015) aktivitas fisik memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Mengendalikan berat badan

b. Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular

c. Mengurangi risiko diabetes tipe 2 dan sindrom metabolic d. Mengurangi risiko beberapa jenis kanker

e. Memperkuat tulang dan otot f. Memperbaiki kesehatan mental

(23)

10 g. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan

mencegah jatuh

h. Meningkatkan kesempatan hidup yang lebih lama 3. Tipe aktivitas fisik

Menurut CDC (2015) terdapat 3 tipe aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh anak-anak yaitu :

a. Aktivitas Aerobik

Aktivitas aerobik termasuk aktivitas intensitas yang sedang dan berat. Contoh aktivitas aerobik intensitas sedang adalah jalan cepat sedangkan aktivitas intensitas tinggi contohnya adalah berlari.

Menjalankan aktivitas aerobik pada anak harus dilakukan selama 60 menit atau lebih setiap hari atau minimal 3 hari dalam seminggu.

b. Penguatan Otot

Aktivitas penguatan otot seperti senam, shit-up, push-up dapat dilakukan sebanyak 60 menit dalam sehari atau minimal 3 hari per minggu.

c. Penguatan Tulang

Aktivitas penguatan tulang seperti lompat tali dapat dilakukan selama 60 menit dalam sehari atau minimal 3 hari per minggu.

B. Konsep Obesitas 1. Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan kandungan lemak di jaringan adiposa.

Batas umum untuk obesitas umumnya adalah kelebihan berat lebih dari 20%

(24)

11 standar normal (Sherwood, 2014). Obesitas juga didefinisikan sebagai konsekuensi dari asupan kalori yang melebihi jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh melalui proses metabolisme (Obesitas pada Anak, 2009).

Obesitas pada anak dapat dinilai dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT) per umur. Pengukuran IMT per umur dapat dilakukan dengan cara membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kudrat dari tinggi badan (m).

Hasil dari pengukuran IMT per umur kemudian dimasukkan pada kurva pertumbuhan anak yang disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia pada anak untuk mengetahui Z score (Obesitas pada Anak, 2009). Menurut WHO (2007) klasfikasi indeks massa tubuh pada usia 5 – 19 tahun yaitu

Tabel 1.1. Klasifikasi IMT per umur pada anak usia 5-19 tahun menurut WHO tahun 2007

Nilai Z-Skor Klasifikasi

> +2 SD Obesitas

> +1 SD Gemuk

< -2 SD Kurus

< -3 SD Sangat kurus

Adapun menurut KEMENKES RI (2010) klasifikasi IMT per umur pada anak usia 5- 18 tahun adalah

Tabel 1.2. Klasifikasi IMT per umur pada anak usia 5-18 tahun menurut KEMENKES RI

tahun 2010

Nilai Z-Skor Klasifikasi

> 2 SD Obesitas

> 1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

< -2 SD sampai dengan < -2 SD Kurus

< -3 SD Sangat kurus

(25)

12 2. Faktor Penyebab Obesitas

Obesitas pada anak menjadi masalah kesehatan yang kompleks. Hal ini terjadi ketika seorang anak memiliki berat badan yang berlebih yang tidak sesuai dengan usia dan tinggi badannya. Penyebab kelebihan berat badan pada anak-anak sama dengan orang dewasa yaitu faktor perilaku dan genetika seseorang. Perilaku yang mempengaruhi penambahan berat badan berlebih seperti mengonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi, aktivitas fisik yang kurang, menonton televisi atau perangkat layar lainnya yang lama, penggunaan obat, dan rutinitas tidur (CDC, 2016). Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin berperan dalam kejadian obesitas. Menurut (Misnadiarly, 2007) obesitas lebih sering dijumpai pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki disebabkan karena pengaruh hormonal pada perempuan terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause.

Begitupun dengan obesitas yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maruf, Aronu, Chukwuegbu, & Aronu, 2013) pada anak-anak dan remaja di Nigeria menunjukkan bahwa pada usia 2-6 tahun anak laki-laki memiliki IMT per umur lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, sedangkan pada usia 11-18 tahun remaja perempuan memiliki IMT lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.

(26)

13 b. Genetik

Obesitas pada anak-anak sebagian besar diwarisi dari keluarganya.

Seorang anak yang memiliki ayah dan/atau ibu yang obesitas, maka ia pun cenderung mengalami obesitas (Nurmalina, 2011). Menurut (Kurdanti, et al., 2015) jika ayah atau ibu mengalami obesitas maka kemungkinan anaknya juga mengalami obesitas sebesar 40% dan jika kedua orangtuanya mengalami obesitas maka kemungkinan anaknya mengalami obesitas jauh lebih besar yaitu 70-80%.

c. Tingkat sosial ekonomi

Masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi dapat dapat berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada anak. Hal ini dikarenakan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh mayarakat tersebut dapat menunjang sehingga kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan pada anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (He, James, Merli, & Zheng, 2014) terjadi peningkatan kejadian obesitas pada anak-anak di China yang memiliki status ekonomi yang tinggi karena tingginya daya beli mayarakat terhadap barang-barang obesogenik. Pada penelitian ini status ekonomi dilihat berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Wu, et al., 2015) yang tidak sejalan dengan penelitian di atas dengan mengumpulkan data dari China Health and Nutrition Survey (CHNS) dari tahun1991-2006 anak- anak di China yang memiliki satus sosial ekonomi yang rendah memiliki resiko kelebihan berat badan atau obesitas lebih tinggi dibandingkan

(27)

14 dengan anak-anak yang status ekonomi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan murahnya makan yang berkalori tinggi.

d. Aktivitas fisik

Orang yang memiliki aktivitas fisik yang kurang dan kebanyakan duduk berisiko mengalami obesitas. Di zaman modern saat ini, dengan meningkatnya alat-alat yang canggih dan kemudahan transportasi, masyarakat cenderung malas untuk melakukan aktivitas fisik. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga mencuci baju dengan mesin cuci, hanya menggunakan sebagian kecil tenaganya dibandingkan bila mencuci baju dengan tangan yang memerlukan 1050 KJ (250 kkal) per jam (Misnadiarly, 2007).

Di negara bagian Barat, sebagian besar anak-anak dan remaja tidak memenuhi panduan aktivitas fisik yang direkomendasikan. Anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah cenderung memiliki berat badan yang berlebih dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas fisik yang kurang (Hills, Andersen, & Byrne, 2014).

e. Pola makan

Salah satu penyebab dari obesitas adalah pola makan yang tidak teratur. Masyarakat cenderung memilih makanannya sendiri terutama makan yang cepat saji dan tinggi karbohidrat sehingga mengakibatkan masyarakat mengalami kelebihan asupan makanan dan obesitas atau kelebihan berat badan akan sulit untuk dihindari (Freitag, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amin, Sultan, & Ali (2008) di Arab Saudi yang bertujuan untuk mengetahui pola makan pada

(28)

15 1.139 anak laki-laki yang berumur 10-14 tahun yang mengalami overweight dan obesitas. Hasilnya adalah sebanyak 14,2% yang mengalami overweight dan 9,7% yang mengalami obesitas.

Mengonsumsi makanan cepat saji, porsi buah, sayuran, susu dan produk susu per hari yang rendah, dan juga permen atau minuman berkarbonasi mejadi prediktor terjadinya obesitas dan overweight pada anak laki-laki tersebut

3. Dampak Obesitas

Obesitas selama masa kanak-kanak dapat memiliki efek berbahaya pada tubuh dengan berbagai cara. Anak-anak yang memiliki obesitas cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Obesitas juga dapat meningkatkan risiko gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan diabetes mellitus tipe 2 (CDC, 2016). Selain itu obesitas juga memiliki dampak terhadap pernafasan, seperti asma dan sleep apnea, masalah sendi dan ketidaknyamanan muskuloskeletal, masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi, harga diri rendah dan rendahnya kualitas hidup, dan masalah sosial seperti bullying dan stigma. Jika anak-anak menderita obesitas, faktor risiko obesitas dan penyakit mereka di masa dewasa cenderung lebih parah (Bass &

Eneli, 2014) 4. Pencegahan

Menurut KEMENKES RI (2012) pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pendekatan pada anak-anak beserta orang terdekatnya untuk mempromosikan gaya hidup sehat seperti pola dan perilaku makan serta aktivitas fisik baik pada anak yang beresiko kegemukan dan obesitas maupun

(29)

16 tidak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola dan perilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food, serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.

C. Hubungan Aktivitas Fisik dan Kejadian Obesitas

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas. Hasil metabolisme tubuh yang berupa energi digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pada orang yang memiliki berat badan yang normal, ia akan mengeluarkan sepertiga energi untuk melakukan aktivitas fisik tetapi untuk yang memiliki berat badan yang berlebih ia harus melakukan aktivitas fisik yang lebih untuk mengurangi simpanan lemak yang terdapat di jaringan adiposa (Dalilah, 2009).

Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga pada orang-orang yang kurang melakukan aktivitas dengan pola makan konsumsi tinggi cenderung menjadi gemuk. Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi terjadinya obesitas (Nuraini, 2015).

(30)

17 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Danari, Mayulu, & Onibala (2013) bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada 136 anak di 8 SD di Kota Manado. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas fisik ringan pada anak yang mengalami obesitas sebesar 85,3% dan tidak obesitas 14,7%.

Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Chan, et al., 2017) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kejadian obesitas pada orang dewasa di Malaysia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Kesehatan dan Morbiditas Nasional (NHMS) 2015 yang berusia 18 tahun ke atas dengan jumlah sampel 17.261 orang. Hasil dari penelitian ini adalah orang yang memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas memiliki aktivitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki berat badan yang normal.

(31)

18 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SD Negeri Mangkura I.

Aktivitas Fisik

1. Jenis Kelamin

2. Riwayat obesitas orang tua 3. Pendidikan Ayah

4. Pendidikan Ibu

5. Pendapatan Orang Tua

6. Frekuensi Konsumsi Makanan Utama 7. Frekuensi Snacking

8. Frekuensi Konsumsi Fast Food 9. Frekuensi Konsumsi Soft Drink

Obesitas

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Moderat

(32)

19 BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana peneliti akan mencari hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak (Imron, 2014). Variabel aktivitas fisik dan kejadian obesitas pada anak akan dinilai dan diukur pada saat yang bersamaan. Selanjutnya, akan diadakan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk menguji Hipotesis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkura I pada tanggal 6 sampai dengan 11 November 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 yang mengalami obesitas dan berat badan normal di SDN Mangkura I Makassar yang berjumlah 147 anak.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4,5 dan 6 di SDN Mangkura I Makassar dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan

(33)

20 sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Menurut (Saryono

& Anggraeni, 2013) penetapan sampel jika populasinya diketahui maka rumus yang digunakan adalah rumus Slovin.

𝑛 = N

N. d2 + 1 Keterangan :

d : presisi yang ditetapkan (0,05) N : jumlah populasi

𝑛 : sampel

𝑛 = 147

147. (0,05)2+ 1

𝑛 = 147

147. (0,0025) + 1 𝑛 = 147

1,3675 𝑛 = 107,5

107,5 dibulatkan menjadi 108.

Sampel obesitas dan berat badan normal masing-masing berjumlah 54. Namun, pada penelitian ini jumlah siswa yang mengalami obesitas hanya 48 siswa. Sehingga sampel pada obesitas sebanyak 48 siswa dan berat badan normal juga sebanyak 48 siswa.

3. Kriteria Sampel a. Kriteria inklusi :

1) Siswa SD kelas 4, 5 dan 6.

(34)

21 2) Siswa yang memiliki IMT/Umur > +2 SD (obesitas) dan -2 sampai

dengan 1 SD (normal).

3) Bersedia menjadi responden.

4) Hadir pada saat pembagian kuesioner.

b. Kriteria ekslusi :

1) Siswa yang memiliki IMT/Umur > +1 sampai dengan +2 SD (overweight) dan < -2 SD (kurus dan sangat kurus)

(35)

22 D. Alur Penelitian

Bagan 4.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian Informed Consent, termasuk menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

Mengambil sampel dengan cara teknik purposive sampling obesitas (n=48) dan normal (n=48)

Melakukan skrining IMT per Umur pada seluruh kelas 4,5 dan 6

Membagikan kuesioner penelitian untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

Melakukan pengolahan data

Menganalisis data

Menyajikan hasil data dan kesimpulan Perijinan dan persetujuan etik

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 4,5 dan 6 di SD Negeri Mangkura I Makassar

(36)

23 E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Jenis variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :

a. Variabel bebas (variabel independen) pada penelitian ini adalah aktivitas fisik pada anak

b. Variabel terikat (variabel dependen) pada penelitian ini adalah kejadian obesitas

c. Variabel moderat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, riwayat obesitas orang tua, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi konsumsi makanan utama, frekuensi snacking, frekuensi konsumsi fast food dan frekuensi konsumsi soft drink

2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Aktivitas fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh rangkaian aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anak dimanapun berada yang membuat anak jantungnya berdetak lebih cepat dan/atau berkeringat dan/atau lelah.

Alat ukur kuesioner :

Penilaian dari aktivitas fisik menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C) yaitu recall aktivitas fisik yang

telah dilakukan oleh anak 7 hari terakhir yang terdiri dari 9 soal dengan 5 poin, skor 1 aktivitas fisik rendah dan skor 5 untuk aktivitas fisik tinggi.

Kriteria Objektif:

(37)

24 1) Aktivitas fisik tinggi : jika skor ≥ 27

2) Aktivitas fisik rendah : jika skor < 27 Skala : Ordinal

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Perhitungan IMT per umur yaitu berat badan (BB) dibagi tinggi badan kuadrat (TB2) atau dengan rumus :

IMT = 𝐵𝐵

(𝑇𝐵)2 = 𝐾𝑔 (𝑚)2

Pemeriksaan tinggi badan dilakukan menggunakan alat ukur microtoise tanpa alas kaki dan dinyatakan dalam satuan centimeter (cm) namun pada saat dimasukkan ke dalam rumus dinyatakan dalam meter (m).

Pemeriksaan berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital, dengan memakai pakaian minimal dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Klasifikasi IMT per umur berdasarkan WHO 2007 tentang klasifikasi IMT per umur pada anak usia 5-19 tahun pada anak laki-laki dan perempuan.

Kriteria Objektif :

1) Obesitas : > +2 SD

2) Normal : -2 SD sampai dengan +1 SD

Skala : Ordinal

(38)

25 c. Riwayat orang tua obesitas adalah orang tua yang memiliki genetik atau berat badan yang gemuk yang dapat diturunkan pada anaknya dengan pengukuran IMT (kg/m2).

Kriteria obejektif :

1) Berisiko : jika kedua orang tua siswa atau salah satunya mengalami obesitas (IMT ≥ 25,0), pre obesitas (IMT > 23,0 – 24,9) atau overweight (IMT ≥ 23,0).

2) Tidak berisiko : Jika kedua orang tua siswa memiliki berat badan normal (IMT 18,5 – 22,9) atau berat badan kurang (IMT < 18,5) Skala : Ordinal

d. Pendapatan keluarga adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam satu bulan berdasarkan SK Gubernur Nomor 2233/XI/TAHUN 2016 yang diberlakukan per 1 Januari 2017 bahwa Upah Minimum provonsi (UMP) Sulawesi Selatan sebesar Rp. 2.500.000,00.

Kriteria Objektif :

1) Tinggi : jika pendapatan keluarga ≥ Rp. 2.500.000,00 per bulan 2) Rendah : jika pendapatan keluarga < Rp. 2.500.000,00 per bulan Skala : Ordinal

F. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Cara Pengolahan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan screening untuk menetapkan sampel dengan melakukan pengukuran IMT per umur

(39)

26 pada anak SD. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan oleh peneliti sendiri. Dalam menentukan IMT per umur peneliti menggunakan Anthropometric calculator berdasarkan WHO 2007 pada anak usia 5-19 tahun dan peneliti akan menggunakan standar operasional prosedur (SOP) dalam pengukuran tinggi badan dan berat badan. Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti akan menentukan sampel yang termasuk kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel yang termasuk kriteria inklusi akan diberikan lembar informed consent untuk ditandatangani. Selanjutnya pengisian kuesioner akan dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu biodata meliputi : jenis kelamin, , berat badan dan tinggi badan orang tua, pendidikan dan pendapatan orang tua, serta kuesioner PAQ-C. Kuesioner ini dibagikan pada hari yang sama di setiap kelas pada jam yang berbeda. Peneliti akan menjelaskan tujuan dan cara mengisi kuesioner di setiap kelas yang akan dibagikan. Lembaran biodata akan dibawa pulang jika berkaitan dengan data orang tua dan dikembalikan esok harinya kepada peneliti.

b. Data Sekunder

Data Sekunder dalam penelitian didapatkan dari data siswa- siswi SD Negeri Mangkura I seperti nama lengkap dan tanggal lahir anak yang dijadikan sampel.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(40)

27 a. Anthropometri anak dinilai dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. Peneliti menggunakan timbangan digital untuk pengukuran berat badan (BB) dan microtoise untuk tinggi badan (TB).

Pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) per umur responden. Setelah itu untuk menentukan IMT per umur anak menggunakan Anthropometric calculator berdasarkan WHO 2007 untuk anak usia 5-19 tahun.

b. Pada pengukuran aktivitas fisik, peneliti menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C) yaitu recall

aktivitas fisik yang telah dilakukan oleh anak 7 hari terakhir yang terdiri dari 9 item dan setiap item memiliki poin skala 5 yang memiliki aktivitas fisik terendah mendapatkan 1 poin dan aktivitas fisik tertinggi mendapatkan 5 poin. Setelah itu kita menjumlahkan item 1-9 lalu mencari median dari total nilai PAQ-C, nilai median tersebut akan menjadi standar nilai menetukan kategori dari kuesioner tersebut. Jika nilai total kurang dari atau sama dengan nilai median maka aktivitas fisik termasuk kedalam kategori rendah sedangkan jika nilai total lebih dari nilai median maka aktivitas fisik termasuk kedalam kategori tinggi. Kuesioner ini dibuat oleh Kowalski, Crocker, & Donen (2004) yang merupakan kuesioner baku kemudian diartikan ke dalam bahasa Indonesia pada penelitian (Erika, 2014)

(41)

28 G. Pengolahan Data dan Analisa data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Sugiyono (2014):

a. Editing

Editing atau penyuntingan merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir atau kuesioner. Hasil wawancara, angket, atau pengamatan harus dilakukan editing terlebih dahulu.

b. Coding

Langkah selanjutnya adalah coding atau pengkodean yang mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pengkodean ini sangat berguna dalam memasukkan data.

c. Processing

Data yang sudah dalam bentuk kode, dimasukkan ke dalam program komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

d. Cleaning

Apabila semua data telah dimasukkan, maka perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode kemudian dilakukan perbaikan.

(42)

29 2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis adalah IMT per umur, aktivitas fisik pada anak, usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui interaksi dua variabel yaitu hubungan tiap variabel independen dan varabel dependen yang diuji dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Uji statistik dengan menggunakan batuan program SPSS.

H. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan subyek manusia harus mempertahankan aspek etik dalam kaitan menaruh hormat atas martabat manusia. Etika penelitian juga mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi masyarakat (Natoatmodjo, 2012). Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan (2007) menyatakan bahwa

(43)

30

1.

Respect for persons (prinsip menghormati harkat martabat manusia)

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.

Peneliti menghormati hak subjek penelitian, apakah subjek tersebut bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, apabila subjek penelitian setuju maka diberikan informed consent (lembar persetujuan) pada subjek penelitian.

Selain itu, peneliti merahasiakan identitas subjek dengan melakukan pengkodean.

2. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian ini mengupayakan manfaat maksimal dengan risiko minimal, peneliti mampu melaksanakan penelitian sekaligus mampu menjaga kesejahteraan subjek penelitian, serta tidak mencelakakan atau melakukan hal-hal yang merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti akan menjelaskan prosedur, tujuan dan manfaat penelitian kepada subjek.

3. Justice (keadilan)

Penelitian ini memperlakukan subjek penelitian dengan moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari subjek penelitian, serta distribusi seimbang dan adil dalam hal beban dan manfaat keikutsertaan dalam penelitian. Subjek penelitian ini tidak dibeda-bedakan antara subjek yang satu dengan subjek yang lainnya. .

(44)

31 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SD Negeri Mangkura I Makassar. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 November 2017. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh menggunakan formulir dan kuesioner yang dibagikan kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi.

Populasi sebanyak 147 yaitu anak yang mengalami obesitas dan berat badan normal pada siswa kelas 4, 5, dan 6 SD. Pengambilan sampel dengan cara teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 yang terdiri dari 48 obesitas dan 48 berat badan normal.

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

Analisis univariat penelitian ini diantaranya jenis kelamin, usia, riwayat obesitas orang tua, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking, mengkonsumsi fast food dan soft drink. Sedangkan analisis bivariat pada penelitian ini yaitu uji chi-square pada variabel aktivitas fisik dengan kejadian obesitas untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut.

(45)

32 1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Karakteristik responden penelitian antara kelompok obesitas dan normal Karakteristik

Indeks Massa Tubuh per Umur

Obesitas Normal Total

n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 29 30,2 29 30,2 58 60,4

Perempuan 19 19,8 19 19,8 38 39,6

Kelompok Usia

8 - 10 tahun 16 16,7 12 12,5 28 29,2

> 10 - 12 tahun 32 33,3 36 37,5 68 70,8

Riwayat obesitas orang tua

Berisiko 45 46,9 38 39,6 83 86,5

Tidak berisiko 3 3,1 10 10,4 13 13,5

Pendidikan Ayah

Tinggi 18 18,8 36 37,5 54 56,2

Rendah 30 31,2 12 12,5 42 43,8

Pendidikan Ibu

Tinggi 17 17,7 31 32,3 48 50,0

Rendah 31 32,3 17 17,7 48 50,0

Pendapatan orang tua

Tinggi 46 47,9 41 42,7 87 90,6

Rendah 2 2,1 7 7,3 9 9,4

Frekuensi makan

< 3 kali sehari 2 2,1 11 11,5 13 13,5

3 kali sehari 30 31,2 30 31,2 60 62,5

> 3 kali sehari 16 16,7 7 7,3 23 24,0

Frekuensi Snacking

1 kali seminggu 4 4,2 1 1,0 5 5,2

2-3 kali seminggu 11 11,5 18 18,8 29 30,2

> 3 kali seminggu 33 34,4 29 30,2 62 64,6

Frekuensi konsumsi Fast food

1 kali seminggu 6 6,2 10 10,4 16 16,7

2-3 kali seminggu 24 25,0 22 22,9 46 47,9

> 3 kali seminggu 18 18,8 16 16,7 34 35,4

Frekuensi konsumsi Soft drink

1 kali seminggu 8 8,3 13 13,5 21 21,9

2-3 kali seminggu 20 20,8 16 16,7 36 37,5

> 3 kali seminggu 20 20,8 19 19,8 39 40,6

Tabel 5.1 memperlihatkan kejadian obesitas pada anak laki-laki sebanyak 29 anak (30,2%) sedangkan pada perempuan sebanyak 19 anak (19,8%). Mayoritas obesitas pada penelitian ini terjadi pada anak yang berumur > 10 - 12 tahun yaitu sebanyak 32 anak (33,3%). Adapun riwayat obesitas orang tua yang dimiliki oleh responden yang mengalami obesitas

(46)

33 sebanyak 45 anak (46,9%) dan hanya 3 anak (3,1%) yang mengalami obesitas namun tidak memiliki riwayat obesitas dari orang tuanya.

Pendidikan ayah responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu 30 ayah (31,2%) sedangkan pendidikan ibu responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki pendidikan yang rendah sebanyak 31 ibu (32,3%). Adapun pendapatan orang tua responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki pendapatan yang tinggi sebanyak 46 orang tua (47,9%).

Responden yang mengalami obesitas mayoritas frekuensi konsumsi makanan pokok 3 kali dalam sehari sebanyak 30 anak (31,2%), snacking mayoritas lebih dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 33 anak (34,4%), frekuensi konsumsi fast food mayoritas 2-3 kali dalam seminggu sebanyak 24 anak (25,0%) dan konsumsi soft drink mayoritas 2-3 kali dan > 3 kali dalam seminggu masing-masing sebanyak 20 anak (20,8%).

2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas

Tabel 5.2

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas di SD Negeri Mangkura I Makassar

Aktivitas Fisik

Indeks Massa Tubuh per Umur

Nilai p

Obesitas Normal Total

n % n % N %

Tinggi 16 16,7 30 31,2 46 47,9

0,004

Rendah 32 33,3 18 18,8 50 52,1

Total 48 50 48 50 96 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji analisis Chi Square yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dengan nilai p = 0,004 (p < 0,05). Responden yang mengalami obesitas

(47)

34 yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah sebanyak 32 anak (33,3%) sedangakan aktivitas fisik yang tinggi hanya 16 anak (16,7%). Adapun anak yang normal yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi sebanyak 30 anak (31,2

%) sedangkan yang rendah sebanyak 18 anak (18,8%).

B. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak yang dibuktikan dengan nilai p = 0,004 (< 0,05). Anak yang memiliki aktivitas fisik rendah mengalami obesitas sebesar 33,3% dan berat badan yang normal sebesar 18,2%.

Sedangkan anak yang memiliki aktivitas fisik tinggi mengalami obesitas sebesar 16,3% dan berat badan yang normal sebesar 31,2%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa anak yang kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik maka akan mengalami berat badan yang berlebih (Kreuser, Hauschild, Gollhofer, Reck, & Rotger, 2013; Ahmed, Khalid, Osman, Ballal, & Al-Hashem, 2016).

Durasi dalam melakukan aktivitas fisik mempengaruhi kejadian obesitas. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zamzani, Hadi, & Astiti (2016) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar Negeri Ngebel, Tamantirto Kasihan Bantul. Hasilnya menunjukkan bahwa anak yang mengalami obesitas memiliki aktivitas fisik > 1 jam per hari hanya 3,1%

sedangkan anak yang normal dengan aktivitas fisik > 1 jam per hari sebanyak 57,3%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri, Angkasa, & Nuzrina

(48)

35 (2017) anak yang memiliki aktivitas ringan berisiko 2,5 kali mengalami kegemukan daripada anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bhuiyan , Zaman, & Ahmed (2013) bahwa anak yang memiliki aktivitas fisik yang < 30 menit berisiko hampir 3 kali mengalami kelebihan berat badan. Namun, pada penelitian ini tidak menanyakan kepada subjek tentang durasi waktu dalam melakukan aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan pada saat istirahat juga mempengaruhi kejadian obesitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas anak yang mengalami obesitas pada waktu istirahat umumnya anak melakukan aktivitas duduk seperti berbicara, membaca, dan mengerjakan tugas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kong, Lee, Kim, Sim, & Choi (2015) pada anak 7-12 tahun yang mangatakan bahwa duduk di waktu istirahat > 3 jam dapat berisiko 2 kali mengalami obesitas.

Aktivitas fisik pada anak-anak sering dijumpai pada saat pulang sekolah. Penelitian ini menemukan bahwa pada saat pulang ke sekolah anak yang mengalami obesitas melakukan olahraga, tari atau bermain yang membuatnya sangat aktif mayoritas hanya 1 kali dalam seminggu. Berbeda halnya dengan anak yang memiliki aktivitas fisik 3 kali dalam seminggu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Crouter, Salas, & Wiecha (2017) pada anak dan remaja yang berumur 7-18 tahun yang mengalami obesitas yang diberikan intervensi menggunakan alat kebugaran sepert treadmill, mesin elips dan juga peralatan latihan kekuatan selama 60 menit. Kegiatan tersebut

(49)

36 dilakukan 3 kali dalam semingu selama 10 minggu dan hasilnya terjadi penurunan indeks massa tubuh.

Kegiatan pada malam hari yang membuat anak lebih aktif dalam melakukan aktivitas fisik pada penelitian ini umumnya anak yang mengalami obesitas hanya melakukan 1 kali dalam seminggu. Hal tersebut dikarenakan anak-anak obesitas cenderung lebih banyak menonton tv dibandingkan dengan melakukan aktivitas fisik (Hager, 2006).

Penelitian ini terdapat anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun, mengalami obesitas. Begitupun dengan anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah namun, berat badannya normal. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas seperti jenis kelamin, riwayat obesitas orang tua, pendidikan ayah dan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking, mengkonsumsi fast food dan soft drink.

Penelitian ini anak perempuan yang mengalami obesitas sebanyak 24,0% sedangkan pada perempuan sebanyak 17,3%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2011) pada anak dan remaja yang berumur 5-11 tahun. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak laki-laki yang mengalami obesitas sebanyak 16,4% sedangkan pada perempuan sebanyak 12,3%.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi terjadinya obesitas adalah riwayat obesitas orang tua. Terdapat anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun mengalami obesitas. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya riwayat obesitas pada orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(50)

37 anak yang mengalami obesitas yang memiliki riwayat obesitas pada orang tuanya sebanyak 35,2% sedangkan yang tidak memiliki sebanyak 6,1%.

Riwayat obesitas keluarga dikemukakan juga oleh Liu, Chen, Liang, & Wang (2013) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa 2,1 kali anak lebih mungkin mengalami obesitas jika hanya ayah mereka yang mengalami obesitas, 1,9 kali anak lebih mungkin mengalami obesitas jika hanya ibu mereka yang mengalami obesitas, dan 3,2 kali lebih mungkin terjadi jika kedua orang tua yang mengalami obesitas.

Anak yang aktivitas fisiknya tinggi namun tetap mengalami obesitas juga dapat dikarenakan pendidikan ayah dan ibu yang dimiliki. Pada penelitian ini anak yang mengalami obesitas mayoritas memiliki ayah dan ibu yang berpendidikan tinggi masing-masing 24,0% dan 23,5%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Agha, Tatwany, Aiash, mandourah, & Abukhalil (2015) mengatakan bahwa tingkat pendidikan ayah yang rendah memiliki peningkatan yang signifikan pada rata-rata indeks massa tubuh begitupun dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah juga mengalami peningkatan yang signifikan pada rata-rata indeks massa tubuh pada anak.

Begitupun dengan pendapatan orang tua pada anak yang mengalami obesitas yang memiliki pendapatan yang tinggi sebesar 32,3% sedangkan yang rendah sebesar 4,1%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Parengkuan, Mayulu, & Ponidjan (2013) mengatakan bahwa orang tua yang berpendapatan tinggi dan memiliki anak yang mengalami obesitas sebasar 55,9% sedangkan yang berpendapatan rendah sebesar 44,1%.

(51)

38 Data dari hasil penelitian ini anak yang mengalami obesitas mayoritas memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali sehari sebesar 28,6%, mengkonsumsi snack > 3 kali dalam seminggu sebesar 25,0%, fast food 2-3 kali seminggu sebesar 19,4% dan soft drink 2-3 kali dan > 3 kali sama besar yaitu 14,8%. Anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi namun mengalami obesitas dari penelitian ini didapatkan bahwa anak tersebut memiliki frekuensi snacking > 3 kali dalam seminggu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putri, Angkasa, & Nuzrina (2017) bahwa anak yang mengkonsumsi gorengan ≥ 3 kali dalam seminggu, minuman bergula ≥ 3 kali dalam seminggu masing-masing berisiko 6,8 kali dan 10,7 kali mengalami overweight.

Anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi dan berat badan yang normal hal tersebut dikarenakan anak yang memiliki berat badan yang normal, ia akan mengeluarkan sepertiga energi untuk melakukan aktivitas fisik sehingga tidak terjadi simpanan lemak yang berlebihan pada jaringan adiposa (Dalilah, 2009). Pada penelitian ini terdapat anak yang melakukan kegiatan aerobik 3-4 kali dalam seminggu sehingga anak tersebut memiliki berat badan yang normal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nemet, Levi, Pantanowitz

& Eliakim (2014) pada 749 anak dan remaja yang mengalami obesitas melakukan kegiatan aerobik yaitu berlari di treadmill dengan durasi waktu 30- 45 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu yang terdiri dari 3 kelompok intervensi yaitu pelatihan 3 bulan, 6 bulan dan dan 12 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua kelompok intervensi mengalami penurunan indeks

(52)

39 massa tubuh yang signifikan namun, subjek yang paling kehilangan berat badan adalah kelompok intervensi 12 bulan.

Penelitian ini ditemukan juga data anak yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi seperti berlari dan melompat cenderung memiliki berat badan yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ounis, et al.

(2010) pada 28 anak yang mengalami obesitas di Tunisia dengan melakukan aktivitas fisik dengan durasi 90 menit sebanyak 4 kali dalam seminggu selama 8 minggu. Aktivitas fisik tersebut yaitu pemanasan, berlari, melompat dan bermain dengan balon dan ditemukan terjadinya penurunan berat badan dan lemak tubuh yang signifikan.

Penelitian ini juga menilai latihan berjalan dan jogging pada aktivitas fisik yang dilakukan pada anak. Pada penelitian ini mayoritas anak yang memiliki berat badan normal melakukan latihan berjalan dan jogging sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Zorba, Cengiz, & Karacabey (2011) pada 40 anak yang berumur 11 tahun yang mengalami obesitas. Kelompok intervensi diberikan pelatihan aerobik selama 12 minggu yang terdiri dari latihan berjalan kaki dan jogging. Pelatihan tersebut dilakukan sebanyak 4 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama 45 menit. Hasil penelitian ini pada kelompok intervensi mengalami penurunan kadar kolestrol total, trigliserida, Low Density Lipoprotein (LDL), dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Selain itu, didapatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan penurunan pada indeks massa tubuh.

Referensi

Dokumen terkait

Imunisasi merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh yang

Berbeda dengan pendapat Hasugian yang dituangkan dalam Jurnal Pustaha (2005)1(2):1 menyatakan bahwa analisis sitiran adalah kajian bibliometrika yang secara khusus mengkaji

Uji Duncan menunjukkan bahwa produksi bahan kering hijauan sorgum yang dipanen 55 hari setelah tanam lebih tinggi dibanding dengan umur panen 35 hari setelah tanaman. Hal

Bagi setiap taburan ini, bilangan stesen curahan hujan yang mempunyai taburan tersebut sebagai taburan terbaik dan kedua terbaik untuk siri amaun dan keamatan

Pada gambar 3.17 digunakan oleh pengunjung untuk menginputkan data sesuai anggaran keuangan, pilihan brand dan tingkat kepentingan yang nantinya menghasilkan data laptop

Mendes [13] pada tahun 2004 mengusulkan algoritma yang bernama Fully Informed PSO , dimana suatu partikel akan menggunakan informasi mengenai posisi terbaik yang

Materi pelatihan terdiri dari tumbuh kembang remaja akhir, perubahan yang dialami, permasalahan mahasiswa dan contoh solusinya.. Kehadiran peserta pelatihan dari 10

Hal yang membedakan antara perhitungan respon struktur statis dengan respon struktur Quasi-statis (dinamis) dalam penelitian ini adalah untuk pendekatan