• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sitiran pada Wartazoa: Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sitiran pada Wartazoa: Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2. 1 Sitiran

Istilah sitiran berasal dari bahasa inggris yaitu citation. Jika kata citation

ini diterjemahkan pada kamus maka pengertian citation yaitu surat pujian, surat/tanda penghargaan, panggilan, kutipan, sitiran dan sebutan sedangkan jika

diterjemahkan melalui google translate ada beberapa terjemahan yang

ditemukan yakni kutipan, predikat, sebutan, sitiran, panggilan, surat

penghargaan, tanda penghargaan, guntingan, dan surat pujian. Sitiran dapat

ditemukan dalam teks, catatan kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar

referensi. Dalam menghasilkan karya ilmiah baik artikel yang diterbitkan pada

jurnal dan majalah maupun hasil karya yang diterbitkan pada sivitas akademik

seperti kertas karya, skripsi, tesis maupun disertasi tidak terlepas dari kegiatan

sitir menyitir, kegiatan menyitir dilakukan untuk mendukung kegiatan penelitian.

International encyclopedia of information and library science yang dikutip oleh Maryono (2012: 4), menjelaskan sebagai berikut “Citation are notes placed in the main text of an academic publication that give a bibliographic reference to

published work which has been used or quoted by the author”. Sitasi adalah catatan yang ditempatkan dalam tulisan utama pada publikasi ilmiah, yang

memberikan acuan pustaka pada karya-karya yang diterbitkan, yang digunakan

(2)

catatan yang merujuk pada suatu pernyataan atau gagasan” sedangkan menurut Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Hasugian (2005: 3) mendefenisikan

sitiran sebagai “karya yang dirujuk atau digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku”

Dari beberapa pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa sitiran adalah

catatan dari suatu karya yang dirujuk dan dijadikan sebagai referensi suatu

tulisan. Melalui sitiran dapat diketahui karya-karya yang dirujuk penulis dan

dapat digunakan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan. Sitiran juga

akan mempermudah bagi penulis berikutnya dalam melakukan penelusuran

terhadap sumber aslinya.

Ketika dokumen A disebut oleh dokumen B sebagai catatan kaki, catatan

akhir, bibliografi atau daftar pustaka maka dikatakan bahwa dokumen A disitir

oleh dokumen B dan dokumen B menyitir dokumen A (Hartinah, 2002: 1).

Dalam sitiran dokumen A disebut “cited document”, sedangkan dokumen B disebut “citing document”.

Kebiasaan menyitir karya orang lain sebagaimana disebutkan di atas, di

samping merupakan tradisi ilmiah, juga dikarenakan adanya beberapa alasan,

antara lain seperti alasan etis, sebagai pengakuan terhadap apa yang telah

diperoleh sebelumnya, untuk membantu para pembaca dalam menemukan

kembali informasi yang diinginkan. Selain alasan tersebut di atas, Weinstock

yang dikutip oleh Ruphada merumuskan beberapa alasan mengapa para

pengarang/ilmuan perlu menyitir karya-karya ilmuan sebelumnya. Ia mencatat

(3)

a. memberikan penghormatan kepada para pelopor; b. memberikan penghargaan terhadap karya bersangkutan; c. mengindentifikasi metodologi, pendekatan teori, sarana, dan

sebagainya;

d. memberikan latar belakang bacaan; e. mengoreksi karya sendiri;

f. mengoreksi karya orang lain;

g. memberikan kritik terhadap karya-karya sebelumnya; h. memperkuat klaim/tuntutan penemuan tentang sesuatu; i. mempermaklumkan tentang karya yang akan diterbitkan;

j. memebrikan petunjuk kepada karya yang penyebarannya terbatas, tidak diindeks, atau jarang dikutip oleh orang lain;

k. membuktikan keaslian data dan serangkai fakta;

l. mengindentifikasi terbitan asli dimana suatu ide atau konsepnya dibahas;

m. mengidentifikasi terbitan asli atau karya yang menggambarkan sebuah konsep atau istilah yang lazim berlaku dalam masyarakat;

n. membantah karya atau pendapat/gagasan oaring lain; o. membantah tuntutan lain menurut prioritas

Dari beberapa alasan di atas menurut Smith yang dikutip oleh Ruphada

mengelompokkan atas dua alasan yaitu alasan penghargaan dan alasan ilmiah.

Sebagai alasan ilmiah, dikatakan bahwa adanya sitiran merupakan salah satu

aspek yang sangat penting dalam penciptaan sarana penyebarluasan informasi.

Oleh karenanya, sudah merupakan kewajiban moral dan akademis bagi peneliti

untuk mengungkapkan secara jujur dan jelas karya-karya atau sumber- sumber

informasi yang digunakan untuk mendukung karya yang dibuat tersebut.

2.2 Analisis Sitiran

Analisis sitiran terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan sitiran. Analisis

dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 60) berarti penyelidikan terhadap suatu

peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

(4)

tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sitiran merupakan informasi

singkat pada suatu dokumen mengacu pada dokumen lain tempat informasi

tersebut dikutip. Sehingga analisis sitiran merupakan suatu penyelidikan pada

informasi suatu dokumen yang mengacu dokumen lain tempat informasi tersebut

dikutip. Analisis sitiran disebut juga sebagai kajian daftar pustaka karya tulis

ilmiah.

A citation analysis study is one useful way to gather data about the

information needs of a particular subject area (Freeland, 2014: 308). Dapat diartikan bahwa analisis sitiran adalah salah satu cara yang berguna untuk

mengumpulkan data tentang informasi yang dibutuhkan berdasarkan topik

tertentu. Sedangkan Singh, Sharma, dan Kaur menjelaskan bahwa analisis sitiran

juga dipandang sebagai cabang utama dan tertua dari kajian bibliometrik yang

dikembangkan oleh Eugene Garfield (2011: 1). merupakan salah satu cabang

penting dari kajian bibliometrika yang dipernalkan oleh Eugene Garfield (Sing,

dkk. Dalam Pattah, 2013: 50).

Menurut Freeland (2014: 309), “Citation analysis can be time consuming, but has many advantages, including, “targeting a precise area” such as an “academic major or minor,” “yielding data not otherwise available,” and serving as “an objective measure to balance out subjective judgments.” There are “weaknesses and cautions” to be taken into consideration as well.

Pendapat Feeland mengatakan bahwa analisis sitiran memakan waktu,

tetapi memiliki banyak keuntungan, termasuk menargetkan area yang tepat seperti

akademis besar atau kecil, meghasilkan data jika tidak tersedia, dan menyimpan

data yang objektif untuk menyeimbangkan penilaian yang subjektif antara lain

(5)

Berbeda dengan pendapat Hasugian yang dituangkan dalam Jurnal Pustaha (2005)1(2):1 menyatakan bahwa analisis sitiran adalah kajian bibliometrika yang secara khusus mengkaji tentang sitiran yaitu melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang tercantum dalam sebuah dokumen”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa analisis

sitiran adalah cabang utama dan tertua dari kajian bibliometrik yang berguna

untuk mengumpulkan data tentang informasi yang dibutuhkan berdasarkan topik

tertentu, melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang

tercantum dalam dokumen.

2.3 Jurnal

Dalam Kamus Kepustakawanan Indonesia (2009: 128), jurnal merupakan

publikasi ilmiah yang memuat informasi tentang hasil kegiatan dari bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi mencakup kumpulan pengetahuan baru, pengamatan

empiris, dan pengembangan gagasan. Sedangkan menurut Lasa (2006: 1), jurnal

merupakan publikasi ilmiah yang menyajikan informasi ilmiah terbaru dan

memiliki peran strategis dalam pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.

Jurnal mengalami perkembangan yang cukup pesat karena jika

dibandingkan dengan buku, informasi dalam jurnal merupakan informasi yang

terbaru dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan yang pesat pada jurnal melatarbelakangi bagi pustakawan dalam

kajian analisis sitiran. Mengkaji lebih dalam informasi yang terekam khususnya

informasi dalam grafis. Publikasi buku dapat dilakukan setelah publikasi jurnal,

(6)

ini menjelaskan bahwa dibandingkan dengan publikasi monograf seperti

buku komunikasi melalui jurnal lebih cepat.

Jurnal merupakan: (a). media paling penting dalam komunikasi ilmiah, (b).

pengetahuan public, dan (c). arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja

(Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Junandi, 2010: 16). Berbeda dengan yang

dikemukakan oleh Lasa (2006: 1), jurnal merupakan publikasi ilmiah yang

menyajikan informasi ilmiah terbaru dan memiliki peran strategis dalam

pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.

Sedangkan Supriyono mengemukakan jurnal merupakan terbitan dalam bidang subjek tertentu dan diterbitkan oleh suatu badan/instansi/organisasi tertentu. Biasanya jurnal ini untuk memuat hasil- hasil penelitian (penelitian kecil atau ringkasan penelitian) dari bidang/ subjek tertentu, yang dilakukan oleh badan/instansi organisasi tersebut.

Ketigaa pendapat diatas mengemukakan bahwa jurnal merupakan media

yang diterbitkan dalam bidang subjek tertentu berisi komunikasi ilmiah,

pengetahuan public, dan arsip umum dan diterbitkan oleh suatu badan tertentu.

Jurnal ilmiah merupakan media informasi yang penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Ini dikarenakan jurnal ilmiah memuat informasi

yang terbaru dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Seiring dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, jumlah publikasi ini juga

terus meningkat. Hal ini berdampak pada popularitas jurnal yang semakin sering

digunakan sebagai bahan rujukan (Guninda, 2015).

(7)

Artikel yang dimuat pada jurnal ilmiah mempunyai format sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh jurnal masing-masing. Walaupun demikian

Siregar (2010: 1), mengatakan “Sejauh ini tidak ada aturan baku tentang

bagaimana seharusnya desain jurnal ilmiah dan penyajian artikel di dalamnya,

baik yang menyangkut pola dan sistematika, susunan, maupun berbagai petunjuk

teknis redaksional lainnya”. Hal ini menunjukkan bahwa ketentuan menetukan

format pada jurnal ilmiah adalah kebijakan tersendiri bagi penerbit.

Secara garis besar Siregar (2008: 2), mengemukakan susunan bagian yang

akan tampil dalam suatu artikel jurnal ilmiah seperti susunan berikut:

Proses Bagian

Apa yang telah saya lakukan secara singkat? Abstrak

Apa masalahnya? Pengantar

Bagaimana saya memcahkan masalah tersebut? Bahan-bahan dan metode

Apa yang saya temukan? Hasil

Apa maknanya? Diskusi

Siapa yang membantu? Penghargaan

(opsional)

Karya siapa yang saya rujuk Rujukan

Informasi tambahan Lampiran

2. 4 Kriteria Dalam Menyitir

Dalam menyusun karya tulis ilmiah peneliti harus melakukan evaluasi

terhadap karya ilmiah yang akan dirujuk. Peneliti melakukan evaluasi terhadap

rujukan yang paling relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan peneliti

tersebut. Dalam hal ini peneliti harus mengetahui kriteria dalam menyitir

(8)

A criterion is a filter applied to a document by a user in making a use decision (that is, selecting, reading, or citing). A decision rule is a strategy

applied to one or more documents as he/she makes the use decision (Wang, 1999: 99). Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa kriteria merupakan filter

penggunaan dokumen dalam membuat keputusan (yaitu memilih, membaca, dan

mengutip). Aturan keputusan merupakan strategi yang diterapkan pada satu atau

lebih dokumen saat penulis membuat keputusan.

Dalam melakukan pemilihan kriteria dokumen yang digunakan dalam

sitiran seperti yang dijelaskan pendapat Wang harus menentukan keputusan.

Keputusan yang dilakukan yaitu (a). memilih dokumen yang akan disitir, (b).

membaca dokumen yang telah dipilih tersebut. Sebelum melakukan proses

penyitiran penulis seharusnya terlebih dahulu melakukan kegiatan membaca

dokumen, dan (c). menyitir dokumen yang sudah dibaca yang dianggap peneliti

berkaitan terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Document use differs from

document selection in that a document's content is read, and the document's contribution to the written research product may be acknowledged through publicly citing it (Wang,1999: 99).

Berdasarkan yang dikemukakan oleh Andriani yang dituangkan pada

Jurnal Perpustakaan Pertanian ada beberapa penilaian suatu dokumen sebagai

berikut:

(9)

2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditujukan. Penulis biasanya memilih dokumen dengan melihat isinya, misalnya memuat suatu teori, data empiris, metodologi atau hanya bersifat ulasan, serta sasaran pengguna dokumen seperti lingkungan akademis, institut penelitian, atau praktisi.

3. Disiplin ilmu atau subject area, penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan.

4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode, atau teori yang dipakai sepanjang waktu.

5. Nama jurnal dan tipe dokumen, pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen.

6. Pengarang, dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figure dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir. Apabila pengarang mempublikasikan beberapa artikel yang berhubungan, artikel tersebut akan dipilih salah satu untuk disitir. Kadang-kadang dokumen disitir karena penulis dokumen tersebut mempunyai pengaruh khusus dengan penelitian yang dilakukan, misalnya sebagai pembimbing, atasan, kolega atau karena institusinya.

7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.

8. Penerbit, reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan. Demikian juga kontinuitas terbitan dapat menjadi pertimbangan dalam menilai terbitan yang akan disitir.

9. Recency/kemutakhiran, membandingkan newness suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan, adakalanya dokumen yang terbit 15 tahun lalu masih dinilai baru, namun ada juga dokumen yang diterbitkan 2 tahun lalu sudah dianggap terlalu tua.

2.5 Sumber-sumber Sitiran

Sumber rujukan/sitiran yang tercantum dalam daftar pustaka suatu karya

tulis ilmiah dapat dievaluasi untuk mengukur penyebaran dan tingkat keterpakaian

suatu publikasi (Sutardji, 2012: 65). Menurut Smith dalam Margono dan dikutip

oleh Sutardji (2012: 65), sumber sitiran dalam daftar pustaka suatu karya tulis

ilmiah dapat digunakan untuk mengukur penyebaran hasil-hasil penelitian yang

(10)

sebagai alat untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan sitiran dalam

suatu artikel, serta mengukur pengaruh dan produktivitas ilmiahnya. Penggunaan

sumber dan metode analisis sitiran sangat tergantung pada keperluan dan tujuan

dilakukannya peneltian (Hayati, 2016: 4).

Untuk menentukan sumber sitiran peneliti perlu menelaah data yang

akurat, peneliti perlu melakukan studi pada literatur. Sumber yang dapat

digunakan dalam penelitian analisis sitiran mencakup kategori literatur primer,

literatur sekunder, dan literatur tersier (Romanus yang dikutip oleh Hayati, 2016:

4). Literatur primer memuat hasil penelitian asli, kajian teori baru, penjelasan

gagasan dalam sebuah bidang. contohnya artikel majalah ilmiah, laporan

penelitian, laporan tahunan, disertasi, makalah seminar (Priyanto, 2012),

sedangkan literatur sekunder memuat informasi yang tercakup pada literatur

primer. Menurut Elsevier Dictionary of Library Science Information and Documenation yang dikutip oleh Priyanto (2012), literatur sekunder adalah

literatur yang mewartakan literatur primer dengan jalan meringkas atau membuat

indeks. contohnya katalog, abstrak, indeks, bibliografi, dan lainnya sedangkan

literatur tersier petunjuk untuk memperoleh literatur primer dan sekunder

misalnya direktori, bibliografi dalam bibliografi, review dan sebagainya.

Sumber-sumber sitiran baik literatur primer literatur sekunder maupun

literatur tersier yang dikumpulkan menjadi acuan hendaknya relevan dan terbaru

(state of art). Sesuai perkembangan informasi dan teknologi perkembangan

literatur primer juga meningkat baik dari segi kualitas, kuantitas maupun variasi

(11)

setelah perkembangan teknologi meningkat jurnal dapat dilanggan secara

online sehingga literatur yang diperoleh peneliti semakin mutakhir (up to date).

2.6 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran

Ruang lingkup analisis sitiran dalam kajian bibliometrika mencakup tiga

jenis kajian literatur yakni literatur primer, literatur sekunder dan literatur tersier.

Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur di atas namun kenyataanya

yang menjadi objek utama adalah literatur primer yakni majalah atau jurnal ilmiah

karena bibliometrika menganggap bahwa majalah atau jurnal ilmiah sebagai

“Media paling yang penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan

publik, serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat” (Sulistyo -Basuki yang dikutip oleh Hayati, 2016: 5).

Menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Pattah (2013: 51) dalam

melakukan analisis sitiran dalam sebuah dokumen yang dikaji adalah frekuensi

sitiran, bahasa, tahun, jenis terbitan, paroh hidup serta jaringan yang terbentuk

akibat sitiran. Adapun ruang lingkup kajian dalam analisis sitiran yang

dikemukakan oleh Pattah (2013 : 51) adalah:

a. Peringkat majalah yang disitir b. Tahun sitiran

c. Asal geografi bahan sitiran

d. Lembaga yang ikut dalam penelitian e. Kelompok majalah yang disitir f. Subyek yang disitir

(12)

Majalah merupakan sebagai media yang digunakan peneliti dalam

komunikasi publikasi penelitian. Parameter majalah ataupun jurnal ilmiah tidak

bisa lepas dari ciri-ciri majalah terbut. Ada beberapa parameter majalah yaitu

1. Pengarang, 2. Judul artikel, 3. Judul majalah, 4. Tahun terbit,

5. Referensi (acuan atau daftar kepustakaan atau catatan kaki), 6. Sitiran (informasi literatur yang dimuat dalam referensi),

7. Deskriptor (istilah yang digunakan untuk memberi isi artikel majalah) (Sulistyo-Basuki dalam Hayati, 2016: 5 dan dikutip juga oleh Mudzalifah, 2010).

Aspek-aspek yang dikaji dalam analisis sitiran menurut Sutardji yang

dikutip oleh Anggraini (2013: 161) adalah:

(1) Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran dan jumlah oto sitiran (self citacion);

(2) Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam sebuah jurnal atau buku mencakup jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir;

(3) Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering disitir dan pengarang tunggal atau ganda.

Connaway dan Powell (2010: 82) menyebutkan ada tiga konsep dasar

dalam analisis sitiran, yaitu 1) Direct citation, melihat hubungan antara dokumen

dan peneliti yang menggunakan; 2) Bibliographic coupling, dimana daftar referensi pada dua dokumen yang sama-sama disitasi dalam satu atau dua

dokumen; dan 3) Co-citation, jika dua sitasi disitasi secara bersama.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

ruang lingkup analisis sitiran adalah termasuk dalam area bibliometrika yaitu

mengkaji berbagai literatur, seperti literatur primer, literatur sekunder, dan

(13)

atau jurnal, sedangkan karya ilmiah lainnya seperti tesis, disertasi, dan

lainnya masih sedikit yang menelitinya.

2.7 Keusangan Literatur

Istilah keusangan literatur ataupun paro hidup (half-life) pertama kali

digunakan oleh R.E. Borton dan R.W. Kebler pada tahun 1960 yang berarti waktu

saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus

menerus. Keusangan literatur (literatur obsolescence) adalah kajian bibliometrika

tentang penggunaan literatur yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Selain

itu keusangan literatur juga merupakan penurunan dalam menggunakan suatu

literatur atau kelompok literatur (suatu topik) pada periode waktu tertentu karena

literatur-literatur tersebut telah berumur tua (Anggraini, 2013: 161).

Obsolescence berasal dari kata obsolete yang berarti out-of-date, no longer in use, no longer valid atau no longer fashionable (Mustafa yang dikutip oleh

Guninda, 2015). Keusangan adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang

baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, sebaliknya ada literatur

yang sudah terbit puluhan tahun, tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang

serta ada pula orang yang menganggap suatu literatur sudah usang tetapi menurut

orang lain belum (Guninda, 2015). Konsep obsolescence atau keusangan

literatur/dokumen adalah penurunan penggunaan satu atau sekelompok

dokumen/literatur seiring dengan makin tuanya umur dokumen atau literatur itu.

Dokumen yang selalu dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan disebut sebagai

(14)

hun terbit disebut tinggi tingkat keusangannya atau obsolescence-nya (high obsolescence, to obsolesce quickly, to age quickly) (Mustafa, 2008: 3).

Menurut Hartinah yang dikutip oleh Anggraini (2013: 161), ada dua tipe

keusangan (obsolescence) literatur, yaitu:

1. Obsolescence diachronous, merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paro hidup literatur adalah ukuran dari obsolescence diachronous;

2. Obsolescence synchronous, merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median citation age (median umur sitiran) termasuk dalam obsolescence synchronous

Tiga orang pustakawan Charles Brown, Robert Kebler dan R. Burlon

pernah mengadakan penelitian mengenai keusangan literatur dalam berbagai

subjek yang diukur menggunakan parameter paruh-hidup (half-life) dan

menyimpulkan sebagai berikut:

a). bidang ilmu alam paruh hidup yang digunakan 4,6 tahun; b). bidang ilmu fisiologi paruh hidup yang digunakan 7,2 tahun; c). bidang ilmu kimia paruh hidup yang digunakan 8,1 tahun; d).bidang ilmu botani paruh hidup yang digunakan 10,0 tahun; e). bidang ilmu matematika paruh hidup yang digunakan 10,5 tahun; dan f). bidang ilmu geologi paruh hidup yang digunakan 11,8 tahun (Mustafa, 2008: 3)

Diluar dari bidang ilmu yang disebutkan di atas, diketahui pula bahwa

berdasarkan kelompok subjeknya yaitu ilmu-ilmu humaniora dan sosial (yang

dikenal sebagai soft-sciences) cenderung lebih lama tingkat keusangannya dengan

ilmu-ilmu alam dan teknologi (hard-science). Keusangan literatur menunjukkan

kecepatan pertumbuhan literatur, yang mengindikasikan kecepatan pertumbuhan

ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan hasil penelitian Tsay (1998) yang

(15)

mengungkapkan bahwa setiap subjek memiliki tingkat keusangan literatur yang

berbeda-beda tergantung bidang ilmu. Pada bidang kedokteran tingkat keusangan

literaturnya berusia 6,8 tahun; ilmu fisika berusia 4,6 tahun; fisiologi berusia 7,2

tahun; kimia berusia 8,1 tahun; botani berusia 10,0 tahun; metematika berusia

10,5 tahun; geologi berusia 12,9 tahun dan untuk bidang ilmu sosial kurang dari 2

tahun.

Paro hidup literatur dihitung dengan menggunakan rumus median sesuai

dengan ilmu statistika.

Imd

Md = Lmd + I

fmd

Keterangan

Md : median (paro hidup usia dokumen)

Lmd : kelas nyata bawah pada saat frekuensi kumulatif mengandung n/2

Imd : selisih n/2 dengan frekuensi kumulatif sebelum mengandung n/2

fmd : frekuensi pada saat frekuensi kumulatif mengandung n/2

i : interval

Keusangan literatur bermanfaat untuk efisiensi dalam bidang pengelolaan

perpustakaan. Selain itu dapat juga memberikan gambaran mengenai keakuratan

dan kerelevanan informasi dari isi suatu karya ilmiah. Dikarenakan hasil dari

keusangan literatur dapat digunakan untuk penyiangan koleksi yang tidak

diperlukan lagi, pemanfaatan ruang yang terbatas, dan pemisahan koleksi yang

digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah. Seperti yang telah dikemukakan

oleh Mustafa (2008: 3) ada beberapa manfaat keusangan literatur yaitu digunakan

(16)

b) pemanfaatan ruang/rak yang terbatas

c) pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah

d) efektifitas pelayanan.

Dibandingkan dengan buku/monograf, jurnal ilmiah memuat informasi

yang lebih mutakhir karena berisi artikel-artikel hasil penelitian terbaru dan aktual

(Andriaty, 2005: 28).

2.8 Manfaat Analisis Sitiran

Kajian bibliometrika dalam hal ini analisis sitiran memberi sumbangan

yang tidak sedikit pada bidang perpustakaan dan informasi, analisis sitiran juga

berguna untuk berbagai kepentingan. Irianti (2007: 40) mengemukakan manfaat

analisis sitiran secara praktis dan teoritis, manfaat secara praktis antara lain dalam

manajemen koleksi perpustakaan, sosiologi ilmu, dan temu kembali informasi. Di

dalam manajemen dan pembinaan koleksi dengan metode analisis sitiran dapat

diketahui pertumbuhan literatur, penentuan jurnal inti (core journal) maupun buku

inti (core book) suatu perpustakaan. Sedangkan manfaat secara teoritis adalah

sebagai pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan.

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang menurut Nisonger

(2003:168) analisis sitiran dapat digunakan untuk menemukan langganan jurnal,

pembatalan, penyiangan, penurunan penyimpanan dokumen, dan celah

pengambilan keputusan dalam hal anggaran, daftar untuk evaluasi koleksi, pusat

batasan, dan rencana pengembangan koleksi dengan memperhatikan usia, bahasa,

ukuran koleksi dan pola komunikasi ilmiah diantara perbedaan disiplin ilmu.

(17)

“analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan literatur pada subjek tertentu yang juga berkorelasi dengan

perkembangan subjek tersebut”. Hal ini dapat diketahui kelompok subjek

berdasarkan subjek yang dominan pada dokumen yang dianalisis. Menurut Budd

yang dikutip oleh Irianti (2007: 40) dikemukakan bahwa metode analisis sitiran

dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi ilmiah dalam disiplin ilmu

tertentu. Dengan metode ini dapat diidentifikasi karakteristik dokumen yang

dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jumal, buku dan jenis

lain), usia literatur, dan subjek yang sering dirujuk.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa manfaat

analisis sitiran yaitu mengetahui perkembangan literatur, ketika perkembangan

literatur pada perpustakaan sudah diketahui maka dapat dilakukan manajemen

koleksi perpustakaan seperti menemukan langganan jurnal, pembatalan,

penyiangan, penurunan penyimpanan dokumen, dan celah pengambilan keputusan

dalam hal anggaran, daftar untuk evaluasi koleksi, pusat batasan, dan rencana

pengembangan koleksi dengan memperhatikan usia, bahasa, ukuran koleksi dan

pola komunikasi ilmiah diantara perbedaan disiplin ilmu.

Analisis sitiran memberi manfaat besar dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, dimana hasil kajian menggunakan metode analisis sitiran dapat

disejajarkan dengan hasil kajian menggunakan metode yang lain. Analisis sitiran

juga salah satu metode untuk dapat memahami kebutuhan informasi, pola

penggunaan informasi dan perilaku penggunaan informasi peneliti dalam sebuah

(18)

frekuensi sitiran yang dikombinasikan dengan kebutuhan program, maka hasilnya

dapat dijadikan fungsi dasar pengembangan koleksi yang meliputi :

1. Identifikasi literatur mengenai kebutuhan akan terbitan baru 2. Pemilihan literatur dan evaluasi koleksi

3. Penarikan literatur yang telah usang

4. Pemeliharaan literatur dan menetapkan prioritas untuk pemeliharaan

Analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang kajian (Irianti,

2007: 40), antara lain:

1. Kajian literatur, dalam hal ini sitiran dilihat dalam bidang subjek tertentu untuk menggambarkan pola sitiran.

2. Kajian jenis literatur, kajian ini dapat dipakai untuk mengukur penyebaran hasil-hasil yang dilaporkan dalam jenis I iteratur tertentu. 3. Kajian pemakai, analisis sitiran mempunyai implikasi untuk

pengembangan koleksi dan merancang pelayanan yang berorientasi kepada pemakai.

4. Kajian historis, dapat digunakan untuk menjajaki kronologi dari kejadian-kejadian yang ada, hubunganhubungan di antara kejadi an tersebut.

5. Pola komunikasi, analisis sitiran dapat digunakan untuk mengidentifi kasi masalah-masalah dalam komunikasi.

6. Evaluasi bibliometrika, dalam hal ini analisis sitiran didefinisikan sebagai evaluasi dan interpretasi dari sitiran-sitiran yang diterima oleh artikel, ilmuwan, universitas, negara dan sejumlah kegiatan ilmiah lainnya.

7. Pengembangan koleksi

Bagi perpustakaan juga dapat menjadi masukan dalam pengembangan

koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki (2002 : 8) bahwa aplikasi

kuantitatif dari bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah:

1. Identifikasi literatur inti

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan

3. Menduga keluasan literatur sekunder

4. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai subjek 5. Mengukur manfaat SDI dan restropektif

6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang mendatang

(19)

8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja

9. Mengembangkan model eksperimental yang berkolerasi atau melewati model yang ada

10.Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat

11.Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif 12.Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 13.Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah

14.Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode (penelitian) evaluasi diharapkan peneliti mampu memberi penilaian terhadap program pendampingan implementasi kurikulum 2013. Secara kualitatif, penelitian

berbentuk lembaga berbadan hukum” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai “terdaftar sebagai organisasi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah HEART sebagai metode perhitungan Human Error Probability (HEP), SHERPA untuk mengevaluasi error yang terjadi dan analisis

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengolahan Air Bersih

Berikut ini pernyataan yang benar terkait gaya gesek yang bekerja pada sistem adalah: a.. Pada silinder 1, gaya gesek di lantai lebih besar dibandingkan dengan gaya gesek

Mobilisasi pipa ex demolish tank dari lay down area ke lokasi instala$ pipa menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan... Penambahan pipa melebih panjang

Manuskrip tersebut juga menyertakan dalil yang berasal dari Nabi yang berkata “barangsiapa yang menghirup asap tembakau (merokok) dan dia tidak bertaubat sampai ia meninggal,

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif investigative dalam meningkatkan kepedulian mahasiswa geografi terhadap lingkungan hidup.