10. C Janie Chang et al (2002)
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengujian Urutan Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Dalam teori belief adjusment menjelaskan bahwa untuk informasi/bukti positif dan negatif, terdapat dua kemungkinan efek urutan yaitu
primacy effect dan recency effect. Dalam primacy effect informasi awal lebih diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan dalam recency effect informasi akhir lebih diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Ketika pola penyajian step by step (pengambilan keputusan setelah memperoleh setiap bukti informasi) dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi maka cenderung akan terjadi efek urutan/recency effect atau dengan kata lain untuk recency effect diprediksi akan terjadi ketika pola penyajian step by step. Untuk pola penyajian end of sequence
(pengambilan keputusan setelah semua informasi terkumpul) cenderung terjadi
primacy effect atau dengan kata lain primacy effect diprediksi akan terjadi ketika pola penyajian end of sequence. Hal ini menunjukkan bahwa pola penyajian end of sequence dapat mengurangi efek urutan karena informasi yang diperoleh secara bertahap dapat dihilangkan yaitu dengan cara menggabungkan bukti informasi positif dan negatif. Luciana Spica dan Supriyadi (2013) membuktikan bahwa (1) terdapat perbedaan judgement antara investor yang menerima urutan informasi
good news diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good news (- - + +) untuk pola penyajian informasi step by step. (2) tidak terdapat perbedaan atau tidak ada
efek urutan antara investor investor yang menerima urutan informasi good news
diikuti dengan bad news (+ + - -) dibandingkan dengan investor yang menerima urutan informasi bad news diikuti dengan good news (- - + +) untuk pola penyajian informasi end of sequence. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena urutan informasi dapat mempengaruhi pertimbangan seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika urutan informasi yang diberikan berbeda meskipun isi informasi sama maka akan menghasilkan pengambilan keputusan yang berbeda.
Pinsker (2011) membuktikan bahwa (1) terdapat bukti bahwa terjadi
effect recency memberikan isyarat informasi panjang dalam konteks investasi (2) kondisi sekuensial dapat memperburuk efek recency effect yang relatif terhadap kondisi simultan. Selain itu, Pinsker (2007) juga membuktikan bahwa (1) revisi harga saham secara signifikan lebih besar dalam kondisi sekuensial daripada kondisi simultan; (2) revisi harga saham lebih besar dalam kondisi sekuensial akan berlanjut akan tetapi membalikkan tanda setelah perubahan dalam urutan informasi penyajian. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa revisi keyakinan yang dilakukan bergantung pada urutan informasi maupun pola penyajiannya.
Berdasarkan argumentasi tersebut, maka hipotesis penelitian untuk menguji pengaruh urutan informasi dinyatakan sebagai berikut:
H1a: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima urutan informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan subjek yang menerima urutan informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian step by step dengan kondisi framing sesuai informasi
H1b: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima urutan informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan subjek yang menerima urutan informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian step by step dengan kondisi framing dibalik
H1c: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima urutan informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan subjek yang menerima urutan informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian end of sequence dengan kondisi framing sesuai informasi H1d: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima urutan
informasi good news diikuti bad news (++--) dibandingkan dengan subjek yang menerima urutan informasi bad news diikuti good news (--++) pada pola penyajian end of sequence dengan kondisi framing dibalik
2.4.2 Pengujian Framing Effect Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Framing effect adalah pembingkaian bahasa ataupun kata tanpa merubah makna informasi yang digunakan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya dalam keputusan investasi. Dalam framing effect, suatu kejadian dapat mengakibatkan pengambil keputusan merespon yang berbeda (dengan suatu permasalahan yang sama) jika disajikan dengan cara yang berbeda. Ghosh dan Boldt (2006) menyatakan bahwa bagian profit untuk penjualan akan lebih tinggi ketika tujuan profit di ekspresikan dalam bentuk kehilangan profit
menghasilkan profit (framing positif). Muhammad Nur dan Jen Surya (2012) juga menyatakan bahwa framing effect berpengaruh sebagai determinan eskalasi komitmen. Muhamad Safiq et al. (2014) juga menyatakan bahwa terdapat perngaruh pembingkaian kontrak insentif terhadap kebijakan pelaporan perusahaan hal tersebut membuktikan bahwa teori prospek dapat digunakan untuk menjelaskan keputusan akuntansi melalui framing effect. Dengan argumentasi tersebut, maka hipotesis penelitian untuk menguji framing effect dinyatakan sebagai berikut:
H2a: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan kondisi framing sesuai informasi dibandingkan dengan subjek yang menerima framing dibalik pada pola penyajian step by step
dan pada urutan informasi good news diikuti bad news (++--)
H2b: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan kondisi framing sesuai informasi dibandingkan dengan subjek yang menerima framing dibalik pada pola penyajian step by step
dan pada urutan informasi bad news diikuti good news (--++)
H2c: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan kondisi framing sesuai informasi dibandingkan dengan subjek yang menerima framing dibalik pada pola penyajian end of sequence dan pada urutan informasi good news diikuti bad news (++--) H2d: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima
subjek yang menerima framing dibalik pada pola penyajian end of sequence dan pada urutan informasi bad news diikuti good news (--++)
2.4.3 Pengujian Pola Penyajian Informasi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Penelitian eksperimen ini menggunakan pola penyajian informasi yang dikembangkan oleh Hogarth dan Einhorn (1992) dalam model belief adjustment
yaitu pola penyajian informasi step by step (SbS) dan pola penyajian informasi
end of sequence (EoS) dalam pengambilan keputusan investasi. Pola penyajian
step by step (SbS) merupakan penyajian informasi yang dilakukan secara berurutan sehingga investor membentuk revisi keyakinan baru setelah mendapatkan potongan-potongan bukti dari informasi yang terpisah. Sedangkan pola penyajian informasi end of sequence (EoS) merupakan penyajian informasi yang dilakukan secara bersama sehingga individu membentuk revisi keyakinan baru setelah semua informasi terkumpul. Pinsker (2007) dari hasil menyatakan bahwa revisi harga saham secara signifikan lebih besar dalam kondisi sekuensial daripada kondisi simultan. Liza Alvia dan Dedhy Sulistiawan (2009) juga menyatakan bahwa terjadi recency effect jika informasi disajikan secara berurutan/step by step. Selain itu, Luciana Spica et al. (2013) membuktikan bahwa (1) terbukti bahwa terdapat efek urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi untuk informasi yang disajikan sekuensial/step by step; (2) tidak terjadi efek urutan informasi dalam pengambilan keputusan investasi untuk informasi yang disajikan secara simultan/end of sequence. Dengan argumentasi tersebut,
maka hipotesis penelitian untuk menguji framing effect dinyatakan sebagai berikut:
H3a: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian step by step dibandingkan dengan subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian end of sequence pada urutan informasi good news diikuti bad news (++--) dan dengan kondisi
framing sesuai informasi
H3b: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian step by step dibandingkan dengan subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian end of sequence pada urutan informasi bad news diikuti good news (--++) dan dengan kondisi
framing sesuai informasi
H3c: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian step by step dibandingkan dengan subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian end of sequence pada urutan informasi good news diikuti bad news (++--) dan dengan kondisi
framing dibalik
H3d: Terdapat perbedaan keputusan investasi antara subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian step by step dibandingkan dengan subjek yang menerima informasi dengan pola penyajian end of sequence pada urutan informasi bad news diikuti good news (--++) dan dengan kondisi