• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ha1 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap Kebijakan Utang

Ha2 : Kebijakan Dividen berpengaruhsecara signifikanterhadap Kebijakan Utang Ha3 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikanterhadap Kebijakan Utang

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melelui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Bringham dan Gapenski 1996). Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut para pemegang saham mempercayakan pengelolaan perusahaannya kepada pihak yang professional yaitu manajer. Manajer selaku pengelola perusahaan harus memilih kombinasi sumber dana perusahaan dengan teliti karena setiap sumber dana memiliki konsekuensi finansial yang berbeda-beda, termasuk utang yang dirasakan lebih berisiko mengancam likuiditas perusahaan.

Kebijakan utang adalah segala jenis utang yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan, baik utang lancar maupun utang jangka panjang (Indahningrum dan Handayani, 2009). Dana yang diperoleh dari utang akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena perusahaan dianggap memiliki kemampuan dan prospek yang bagus oleh investor. Selain itu dengan menggunakan dana yang berasal dari utang, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan penghematan pajak atas laba perusahaan. Namun dalam menetapkan kebijakan utang, manajer harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugiannya karena kegagalan perusahaan dalam melunasi utang dapat mengancam likuiditas perusahaan.

Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.Teori keagenanJensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen ini menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Manajer akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan terkait pengelolaan perusahaan, termasuk dalam menetapkan kebijakan utang. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka penggunaan utang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan akan semakin kecil.

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Martono dan Harjito, 2005). Dividen yang dibayarkan memberikan sinyal kepada para pemegang saham bahwa dana yang ditanamkan di perusahaan terus berkembang. Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan utang suatu perusahaan. Jika perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan tersebut manajer cenderung menggunakan utang lebih banyak (Masdupi, 2005).

Menurut Sartono (2008:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas merefleksikan pendapatan yang dapat

digunakan untuk pendanaan investasi. Profitabilitas juga menentukan kebijakan utang yang akan diambil oleh perusahaan. Sesuai dengan PeckingOrder Theory, perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan yang terdiri atas aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi daripada pendanaan yang berasal dari eksternal perusahaan. Menurut Weston (1997), perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal.

Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan penggunaan hutangnya lebih banyak. Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). Brigham dan Gapenski(1996) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan, akanlebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memilikijaminan.

Tabel 1.1

Data Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan manajerial (MOWN), Kebijakan Deviden (DPR), Profitabilitas (ROA), dan Struktur Aset (AS)

Pada Beberapa Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2013-2015

NO Variabel AUTO ASII LMSH KAEF

2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 1 DER 32,45 41,85 41,36 101,52 96,38 93,97 32,95 25,24 18,98 52,18 75,05 73,79 2 MOWN 0,06 0,02 0,02 0,04 0,04 0,04 25,62 74,85 25,59 0,02 0,02 0,14 3 DPR 0,416 0,461 0,924 0,317 0,321 0,036 1,333 1,266 1,538 0,142 0,270 0,205 4 ROA 0,08 0,07 0,02 0,11 0,09 0,07 0,10 0,05 0,01 0,09 0,09 0,08 5 AS 0,25 0,23 0,24 0,18 0,17 0,17 0,16 0,21 0,21 0,20 0,19 0,21 Sumber:

Ditinjau dari beberapa perusahaan manufaktur yang dapat dilihat pada Tabel 1.1, DER tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami fluktuasi. Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat DER pada perusahaan AUTO yang mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar 41,85 dan penurunan ditahun 2015 sebesar 41,36. MOWN perusahaan AUTO yang mengalami penurunan ditahun 2014 sebesar 0,02 searah dengan peningkatan DER pada tahun 2014 sebesar 41,85. Namun pada tahun 2015 MOWN perusahaan AUTO tidak mengalami pergerakan akan tetapi, DER justru mengalami penurunan sebesar 41,36.Hal ini tidak sesuai dengan teori keagenanJensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen ini menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Manajer akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan terkait pengelolaan perusahaan, termasuk dalam menetapkan kebijakan utang. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka penggunaan utang untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan akan semakin kecil.Pada dasarnya ketika sebagian besar keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, maka dana yang tersedia untuk pendanaan perusahaan dalam bentuk laba ditahan akan semakin kecil, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, manajer lebih cenderung menggunakan utang yang relatif besar. Teori ini tidak sesuai dengan data yang ada pada perusahaan AUTO. Tingkat DPR yang terus meningkat tidak sesuai dengan DER yang justru menurun pada tahun 2015 sebesar 41,36. ROA yang semakin menurun dari tahun 2013 sampai 2015 diikuti dengan meningkatnya DER pada tahun 2014. Namun pada tahun 2015 saat ROA

terus menurun DER justru ikut menurun. Hal ini tidak sesuai dengan teori PeckingOrder Theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan yang bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi dari pada yang berasal dari eksternal perusahaan. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan, maka akan semakin kecil penggunaan utang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internalequity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. AS perusahaan AUTO yang terus mengalami pergerakan. Tahun 2014 AS mengalami penurunan menjadi 0,23 DER justru meningkat sebesar 41,85. Hal ini tidak sesuai dengan teori perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004).

Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa MOWN perusahaan ASII yang tidak mengalami pergerakan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 sebesar 0,04 tidak diikuti dengan pergerakan DER yang menurun setiap tahun. Begitu pula tingkat DPR perusahaan ASII yang meningkat pada tahun 2014 namun turun kembali pada tahun 2015 tidak sesuai dengan DER yang justru menurun setiap tahun. ROA perusahaan ASII yang semakin menurun dari tahun 2013 sampai 2015 masing-masing 0,11, 0,09, 0,07 justru diikuti dengan menurunnya tingkat DER pada perusahaan ASII. Tingkat AS perusahaan ASII yang mengalami penurunan ditahun 2014 dan tidak ada pergerakan ditahun 2015. Tingkat DER juga searah dengan tingkat AS yang juga mengalami penurunan.

Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa MOWN perusahaan LMSH yang cendrung bergerak fluktuatif dapat dilihat dari tabel. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan cukup besar yaitu 74,85 dan kembali turun pada tahun 2015 yaitu 25,59. Tingkat DER justru menurun setiap tahun yaitu pada tahun 2013 sebesar 32,95, tahun 2014 sebesar 25,24 dan pada tahun 2015 sebesar 18,98. Pada tahun 2013 DPR perusahaan LMSH bergerak cukup fluktuatif. Dapat dilihat dari data pada tahun 2013 sebesar 1,333 dan mengalami penurunan ditahun 2014 sebesar 1,266. Akan tetapi pada tahun 2015 mengalami peningkatan kembali sebesar 1,538 sedangkan tingkat DER justru terus menurun. ROA perusahaan LMSH yang semakin menurun dari tahun 2013 sampai 2015 masing-masing 0,10, 0,05, 0,01 justru diikuti dengan menurunnya tingkat DER pada perusahaan ASII. Tingkat AS perusahaan LMSH yang mengalami peningkatan ditahun 2014 dan tidak ada pergerakan ditahun 2015 diikuti dengan tingkat DER perusahaan yang justru menurun.

Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa MOWN perusahaan KAEF yang tidak mengalami pergerakan ditahun 2014 yaitu sebesar 0,02 dan meningkat pada tahun 2015 sebesar 0,14. Sedangkan tingkat DER perusahaan KAEF pada tahun 2014 justru mengalami peningkatan sebesar 75,05 dan mengalami penurunan kembali ditahun 2015 sebesar 73,79. Adapun tingkat DPR perusahaan KAEF bergerak cukup fluktuatif. Dilihat dari tabel 1.1 Pada tahun 2013 sebesar 0,142 dan mengalami peningkatan ditahun 2014 sebesar 0,270 kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 sebesar 0,205. Tingkat DER juga bergerak searah dengan DPR. Sedangkan tingkat ROA perusahaan KAEF yang tidak

mengalami pergerakan ditahun 2014 yaitu sebesar 0,09 dan mengalami peenurunan pada tahun 2015 yaitu 0,08 justru diikuti dengan menurunnya tingkat DER perusahaan KAEF pada tahun 2015 yaitu 73,79. Pada tabel 1.1 Tingkat AS perusahaan KAEF yang mengalami penurunan ditahun 2014 yaitu 0,19 kemudian meningkat kembali sebesar 0,21 pada tahun 2015 tidak sesuai dengan DER yang justru meningkat pada tahun 2014 sebesar 75,05 dan kembali menurun pada tahun 2015 yaitu 73,79.

Berdasarkan dari uraian diatas yang memperlihatkan adanya fenomena gap maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Profitabilitas, dan Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

Dokumen terkait