• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

2.5. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : terdapat pengaruh nyata secara serempak antara variabel X (Tenaga kerja pertanian, Luas lahan pertanian, dan Ekspor pertanian) terhadap variabel Y (PDRB sektor pertanian).

H2 : terdapat pengaruh nyata secara parsial antara variabel tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan variabel ekspor pertanian terhadap PDRB sektor

pertanian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yang berarti penentuan daerah penelitian didasarkan atas tujuan tertentu. Penentuan lokasi ini juga dilakukan secara teritorial (wilayah) yaitu di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20.0 dan Microsoft Excel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Distribusi PDRB Provinsi Sumatera Utara. Data lainnya meliputi data keadaan alam, jumlah tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan pertanian, jumlah dan nilai ekspor pertanian, keadaan penduduk, keadaan perekonomian dan keadaan pertanian. Data tersebut didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Sumatera Utara.

3.4. Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 1 dianalisis menggunakan metode analisis kontribusi.

Analisis kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari sektor-sektor PDRB terhadap pembentukan PDRB. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi (Budiyuwono 2000) sebagai berikut:

Pn = 𝑄𝑋𝑛 / π‘„π‘Œπ‘› Γ— 100 % Keterangan:

Pn = Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (%) QYn = PDRB total (Rupiah)

QXn = Sektor pertanian (Rupiah) N = Tahun (periode) tertentu.

Identifikasi masalah 2 dianalisis menggunakan metode analisis regresi linier.

Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y = PDRB Sektor Petanian (Rp/tahun) a = Nilai Konstanta

b1-b3 = Koefisien Regresi e = Variabel Kesalahan

X1 = Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Jiwa) X2 = Luas Lahan Pertanian (Ha)

X3 = Ekspor Pertanian (Ton)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (RΒ²)

Koefisien determinasi RΒ² merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel.Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Koefisien determinasi (RΒ²) memiliki nilai yang berkisar antara 0 < RΒ² < 1 dan kriteria pengujiannya adalah apabila nilai koefisien determinasi semakin tinggi atau mendekati 1, maka hal tersebut menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat dan begitu pula sebaliknya.

2. Uji Serempak (Uji F – Statistik)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.Artinya parameter X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian:

Jika sig. F ≀ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, dan X3 secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

Jika H1 diterima artinya X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y.

3. Uji Parsial (Uji T Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.Taraf signifikansi (Ξ±) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria Pengujian:

Jika sig. t ≀ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, dan X3 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

Jika H1 diterima artinya X1, X2, dan X3 secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal.Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS> 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≀ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.> 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≀ 0,05 = Heterokedastisitas

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Data yang digunakan adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan.Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi terlihat dari toleransi dan VIF (Variance Inlaction Factor) (Widiyanto, 2010).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

1) Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas 2) Jika nilai VIF >10, maka model mengalami multikolinieritas

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time

adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas .metode yang digunakan adalah uji Durbin – Watson. Kriteria nilai uji yang digunakan yakni:

d <dL : ada autokorelasi positif

dL ≀ d ≀ dU : maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa - apa dL < 4 - d > dU : tidak ada autokorelasi

4 – dU ≀ d ≀ 4 – dL : maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa d > 4 – dL : ada autokorelasi negatif

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

1. Kontribusi sektor pertanian merupakan persentase kontribusi yang dapat diberikan sektor pertanian dalam struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.

2. Sektor merupakan lapangan usaha yang mencakup beberapa unit produksi yang terdapat dalam suatu perekonomian. Ada sembilan sektor perekonomian yang ada di seluruh kota Provinsi Sumatera Utara, yaitu sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

3. Sektor perekonomian merupakan suatu lingkungan usaha yang lebih menitikberatkan pada bidang ekonomi.

4. Sektor pertanian adalah kegiatan perekonomian yang mempunyai proses produksi dalam menghasilkan barang dengan mendasarkan pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hewan dan ikan.

5. Subsektor pertanian adalah unit produksi yang terdapat dalam sektor pertanian dalam menghasilkan produk pertanian. Subsektor ini meliputi subsektor . pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, subsektor kehutanan dan penebangan kayu serta subsektor perikanan.

6. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu.

7. Analisis kontribusi adalah teknik untuk menganalisis tingkat persentase kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap struktur perekonomian suatu wilayah.

8. Tenaga kerja sektor pertanian adalah penduduk baik laki – laki maupun perempuan yang berusia 15 tahun ke atas, yang bekerja dalam sektor pertanian dan atau menghasilkan barang dalam sektor pertanian, diukur dengan satuan jiwa.

9. Luas lahan pertanian merupakan banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan yang berbasis pertanian terdiri dari luas lahan tanaman pangan, luas lahan hortikultura, luas lahan tanaman perkebunan, luas lahan peternakan, luas lahan perikanan, luas lahan kehutanan, diukur dengan satuan hektar.

10. Ekspor pertanian adalah jumlah produk pertanian yang dijual keluar wilayah yang berdampak langsung pada penerimaan suatu wilayah yang melakukan ekspor tersebut.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Data yang akan dianalisis dalam penelitian merupakan data time series berupa data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Sumatera Utara tahun 1990 - 2019 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010.

2. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Sumatera Utara (dalam satuan jiwa).

3. Luas lahan sektor pertanian di Sumatera Utara (dalam satuan hektar).

4. Jumlah ekspor sektor pertanian di Sumatera Utara (dalam satuan ton).

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian barat Indonesia pada garis 1ΒΊ - 4ΒΊ LU dan 98ΒΊ - 100ΒΊ BT. Letak provinsi ini sangat strategis karena dilintasi oleh jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan dua negara tetangga yaitu Malasyia dan Singapura serta diapit oleh beberapa provinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka.

b. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

c. Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara sekitar 71680,68 km2, sebagian besar berada di Pulau Sumatera dan sebagian lainnya berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun timur pantai Pulau Sumatera.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara terbagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat (terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias), Dataran Tinggi (terdiri dari Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi), serta Pantai Timur (terdiri dari Medan ,Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam daerah dengan iklim tropis karena letaknya dekat dengan garis khatulistiwa. Curah hujan di provinsi ini berkisar antara 1.800 - 4.000 mm per tahun dan suhu udara antara 12,40 – 34,20 C.

Ketinggian permukaan daratan Sumatera Utara bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut dengan suhu bisa mencapai 34,20 C. Sebagian lagi merupakan daerah berbukit dengan kemiringan yang landai dan beriklim sedang. Sementara itu, bagian yang terakhir merupakan daerah tinggi yang ketinggiannya mencapai 2.300 m di atas permukaan laut dengan suhu udara minimalnya bisa menyentuh 13,40 C.

4.1.3 Kondisi Demografi

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar dalam jumlah penduduknya di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dihuni oleh berbagai suku seperti Batak, Melayu, Aceh, Minangkabau, dan Jawa serta menganut berbagai agama seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 12.982.204 jiwa.

Sedangkan pada tahun 2015, jumlah penduduk Sumatera Utara telah mencapai 13.937.797 jiwa dengan kepadatan penduduk 191 km2. Dari jumlah tersebut sebanyak 7.246.534 berada di wilayah perkotaan dan sebanyak 6.691.263 berada di wilayah pedesaan.

4.1.4 Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang dapat menunjang pertumbuhan

ekonomi. Sebagian besar dari wilayah ini merupakan areal pertanian. Oleh sebab itu, sektor pertanian merupakan sektor andalan dari Sumatera Utara. Disamping itu, Sumatera Utara juga memiliki wilayah perairan yang cukup luas seperti sungai, laut, dan danau, yang secara ekonomi memiliki potensi untuk dikembangkan. Wilayah perairan tersebut dapat digunakan sebagai sarana perhubungan dan perikanan. Sementara itu, keindahan alamnya merupakan potensi untuk sektor lainnya seperti industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain.

Bahan-bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, diatone, emas, batu bara, serta minyak dan gas bumi juga banyak terkandung di wilayah Sumatera Utara.

Kegiatan perekonomian yang terpenting di Sumatera Utara adalah di sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan komoditi ekspor seperti dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Posisi strategis wilayah Sumatera Utara yang terletak dalam jalur perdagangan internasional membawa keuntungan tersendiri dalam menyokong perekonomian daerah. Disamping itu, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti perhubungan darat, telepon, teleks, faksmili, pos, dan giro telah cukup berkembang.

4.1.5 PDRB Provinsi Sumatera Utara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara

yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.

Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

PDRB Sumatera Utara cenderung menunjukkan peningkatan setiap tahunnya termasuk Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 1990 hingga 2019. Dalam rangka melakukan pembangunan ekonomi yang lebih baik, maka peningkatan ini perlu tetap dijaga dan dipercepat bahkan ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB Sumatera Utara merupakan salah satu potensi bagi wilayahnya sendiri yang dapat meingkatkan kesejahteraan penduduk pada akhirnya.

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2018 sebesar Rp 512.765.628,04. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi paling besar dibandingkan sektor lain mencapai Rp 127.202.647,27. Selanjutnya diikuti oleh sektor Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar Rp 96.174.604,86 dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 90.652.798,85. Sedangkan sektor-sektor lain memberikan total kontribusi sebesar Rp 198.735.577,06 terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

Tabel 4.1 Produk Domestik Regional menurut Lapangan Usaha Di Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (juta rupiah) 2016-2018

Lapangan Usaha 2016 2017 2018

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 115.179.690,00 121.300.041,98 127.202.647,27 Pertambangan dan

Penggalian 6.144.994,91 6.440.540,63 6.792.014,01 Industri Pengolahan 90.680.988,97 92.777.245,99 96.174.604,86 Pengadaan Listrik, Gas 622.755,34 677.083,93 694.580,53

Pengadaan Air 446.052,07 475.824,80 489.606,31

Konstruksi 57.286.443,37 61.175.986,31 64.507.110,54 Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

80.702.743,73 85.436.747,87 90.652.798,85 Transportasi dan

Pergudangan 21.390.026,61 22.961.901,53 24.372.509,87 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 10.512.200,51 11.282.160,63 12.131.736,74 Informasi dan Komunikasi 11.913.127,13 12.933.952,27 14.024.319,77 Jasa Keuangan 14.531.037,53 14.601.550,44 14.854.353,07 Real Estate 19.187.892,36 20.637.928,93 21.740.027,53 Jasa Perusahaan 4.065.405,17 4.368.694,66 4.678.854,18 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15.083.577,31 15.463.267,39 16.409.755,27 Jasa Pendidikan 9.341.369,60 9.802.139,02 10.418.747,77 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 4.366.281,29 4.699.926,48 4.977.046,00 Jasa Lainnya 2.320.878,98 2.496.239,02 2.644.915,45 Total 117.932.958,03 124.109.927,58 512.765.628,04 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Diolah)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara

Untuk menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Utara digunakan rumus analisis kontribusi.

Rumus analisis kontribusi yang digunakan adalah sebagai berikut : Pn = 𝑄𝑋𝑛 / π‘„π‘Œπ‘› Γ— 100 %

Keterangan:

Pn = Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (%) QYn = PDRB total (Rupiah)

QXn = PDRB Sektor pertanian (Rupiah) N = Tahun (periode) tertentu.

Dengan menggunakan rumus diatas maka tingkat persentase kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Utara dapat dihitung. Untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel hasil analisis kontribusi berikut:

Tabel 5.1 Hasil Analisis Kontribusi Sektor Pertanian Di Sumatera Utara

1991 6364634 2097647,58 32,96

1992 6832672 2266665,53 33,17

1993 18215459 2465261,66 13,53

1994 19942024 5249345,49 26,32

1995 21753806 5701575,59 26,21

1996 23714738 6197977,91 26,14

1997 25065405 6754524,07 26,95

1998 22332690 6896115,62 30,88

1999 22910086 7288312,09 31,81

2000 69154112 18963315,44 27,42

2001 71908359 19683516,27 27,37

2002 75189141 20182423,94 26,84

2003 78805609 20689486,29 26,25

2004 83328949 21465423,27 25,76

2005 87897791 22191304,61 25,25

2006 93347404 22724491,3 24,34

2007 99792273 23856154,64 23,91

2008 213931696,8 48871765,56 22,84

2009 236353615,4 54413193,86 23,02

2010 331085237,5 85561143,96 25,84

2011 353147591,2 90592547,11 25,65

2012 375924139,5 95405416,89 25,38

2013 398727142,8 99894566,31 25,05

2014 419573308,7 104262829,8 24,85

2015 440955852,5 110066000,4 24,96

2016 463775464,9 115179690 24,84

2017 487531231,9 121300042 24,88

2018 512765628 127202647,3 24,81

2019 539526604,4 133726024,4 24,79

Rata – rata 27,07

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara umum sektor Pertanian merupakan sektor dengan kontribusi atau kontribusi yang cukup besar dengan rata – rata kontribusinya sebesar 27,07 persen. Pada tahun 1990, 1991, 1992, 1998 dan 1999 sektor pertanian mampu memberikan kontribusi lebih dari 30% pada perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai pencapaian terbaik sektor pertanian dan sektor pertanian hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 13,53 persen bagi perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1993. Pada tabel diatas juga dapat dilihat bahwa dari tahun 1990 hingga 2019, kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami penurunan mulai dari 32,89 persen pada tahun 1990 menjadi 24,79 persen pada tahun 2019.

5.2 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara Pada analisis ini, data yang digunakan adalah data tahunan yang dimulai dari tahun 1990 hingga tahun 2019. Dalam persamaan yang dibuat diketahui bahwa variabel bebas terdiri dari tenaga kerja pertanian (X1), luas lahan pertanian (X2), dan ekspor pertanian (X3). Sedangkan variabel terikat pada persamaan tersebut adalah PDRB sektor pertanian di Sumatera Utara yang akan dilihat perubahannya sebagai akibat dari pengaruh variabel-variabel bebas tersebut. Hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model Regresi Linier Berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y = PDRB Sektor Petanian (Rp/tahun)

a = Nilai Konstanta b1-b3 = Koefisien Regresi e = Variabel Kesalahan

X1 = Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Jiwa) X2 = Luas Lahan Pertanian (Ha)

X3 = Ekspor Pertanian (Ton)

Setelah dianalisis menggunakan software SPSS (Stasistical Product and Service Solution) maka hasil dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi

sektor pertanian terhadap perekonomian di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Provinsi Sumatera Utara

Variabel Koefisien Regresi Standar Error Signifikansi t

Constanta 3,786 19,740 0,008

X1 = Tenaga Kerja

Pertanian 3,453 2,973 0,025

X2 = Luas Lahan Pertanian 5,221 0,901 0,000

X3 = Ekspor Pertanian 1,673 0,514 0,003

R = 0, 4

R Square = 0,781

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai berikut : Y = 3,786 + 3,453X1 + 5,221X2 + 1,673X3

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa apabila semua variabel bebas, yaitu tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan ekspor pertanian bernilai nol

maka variabel terikat PDRB sektor pertanian meningkat sebesar 3,786. Persamaan diatas juga menjelaskan bahwa apabila variabel bebas tenaga kerja bertambah 1 jiwa maka variabel terikat PDRB sektor pertanian meningkat sebesar 3,453 rupiah. Pada persamaan juga menjelaskan bahwa apabila luas lahan pertanian bertambah 1 hektar maka variabel terikat PDRB sektor pertanian akan meningkat sebesar 5,221 rupiah. Persamaan diatas juga menjelaskan bahwa apabila variabel bebas ekspor petanian meningkat 1 ton maka akan meningkatkan PDRB sektor pertanian sebesar 1,673 rupiah.

Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test) 1. Koefisien Determinasi (R2 )

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada model tersebut diperoleh nilai R square sebesar 0,781 yang berarti 78,1% variasi variabel terikat PDRB sektor pertanian telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan ekspor pertanian. Sementara itu, persentase sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2. Uji Serempak (Uji F - Statistik)

Berdasarkan tabel ANOVA, hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar (0,000) ≀ Ξ± (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas yaitu tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan ekspor pertanian secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu nilai PDRB sektor pertanian dalam model atau variabel terikat PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara telah dapat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas dalam model yaitu tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan ekspor

Hasil analisis yang telah didapatkan ini sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan bahwa variabel bebas tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian, dan ekspor pertanian secara serempak berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap Kontribusi Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t variabel tenaga kerja pertanian terhadap PDRB sektor pertanian adalah sebesar (0,025) ≀ Ξ± (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas yaitu tenaga kerja pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan yaitu variabel tenaga kerja pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X1 yaitu tenaga kerja pertanian bertanda positif (+) sebesar 3,453. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan jumlah tenaga kerja pertanian sebesar 1 jiwa maka akan meningkatkan nilai PDRB sektor pertanian sebesar 3,453 rupiah (ceteris paribus).

Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat diketahui bahwa penambahan tenaga kerja sektor pertanian akan menyebabkan peningkatan nilai pada PDRB sektor pertanian. Secara sederhana, peningkatan jumlah tenaga kerja sektor pertanian

sebagai salah satu faktor produksi pertanian akan mendorong proses produksi sehingga akhirnya dapat memberi peningkatan terhadap PDRB sektor pertanian.

Pengaruh Luas Lahan Pertanian terhadap Kontribusi Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t variabel pertanian terhadap PDRB sektor pertanian adalah sebesar (0,000) ≀ Ξ± (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas yaitu luas lahan pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X2 yaitu luas lahan pertanian bertanda positif (+) sebesar 5,221. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan jumlah luas lahan pertanian sebesar 1 hektar maka akan meningkatkan nilai PDRB sektor pertanian sebesar 5,221 rupiah (ceteris paribus).

Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat diketahui bahwa penambahan luas lahan sektor pertanian akan menyebabkan peningkatan nilai pada PDRB sektor pertanian. Peningkatan luas lahan sektor pertanian sebagai salah satu faktor produksi pertanian akan menambah hasil produksi sehingga akhirnya dapat memberi peningkatan terhadap PDRB sektor pertanian.

Pengaruh Ekspor Pertanian terhadap Kontribusi Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi t variabel ekspor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian adalah sebesar (0,003)

≀ Ξ± (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti variabel bebas yaitu ekspor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor

bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan yaitu variabel ekspor pertanian secara parsial berpengaruh nyata terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X3 yaitu ekspor pertanian bertanda positif (+) sebesar 1,673. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan jumlah ekspor pertanian sebesar 1 ton maka akan meningkatkan nilai PDRB sektor pertanian sebesar 1,673 rupiah (ceteris paribus).

Peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian yang kemudian meningkatkan pendapatan suatu wilayah secara umum.

Peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian yang kemudian meningkatkan pendapatan suatu wilayah secara umum.

Dokumen terkait