• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi pemerintah, khususnya seluruh pemerintahan kota di Provinsi Sumatera Utara penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan terkait pembangunan pertanian.

3. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan wacana dan kajian untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama terkait potensi suatu wilayah dengan pembangunan daerah serta sebagai referensi bagi penelitian sejenis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kontribusi Sektor Pertanian

Kontribusian sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian anggota masyarakat di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian itu. Cara itu bisa ditempuh dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka dan atau dengan meningkatkan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan (Arsyad, 1992).

Mubyarto (1995), melihat bahwa sektor pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan ekonomi. Misal kontribusiannya dalam pembentukan pendapatan nasional, penyedia lapangan pekerjaan dan kontribusinya dalam perolehan devisa.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi setiap sektor saling terkait termasuk antara sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa.

Secara tradisional kontribusian pertanian dalam pembangunan ekonomi dianggap pasif dan hanya sebagai penunjang. Berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara barat, pembangunan ekonomi tampaknya memerlukan transformasi struktural ekonomi yang cepat yaitu yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat yang lebih kompleks di mana terdapat bidang

industri dan jasa yang lebih modern. Dengan demikian, peranan utama pertanian adalah menyediakan tenaga kerja dan pangan yang cukup dengan harga yang murah untuk pengembangan industri yang dinamis sebagai sektor penting dalam semua strategi pembangunan ekonomi (Todaro,1994).

Sektor pertanian memegang kontribusian penting di Indonesia sehingga sampai saat ini masih mendominasi pendapatan suatu daerah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa seiring perkembangan zaman kedudukan ini kian menurun kontribusinya dalam pendapatan nasional/regional, digantikan oleh sektor yang lain (Soekartawi, 2003).

2.1.2 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan adanya Batasan di atas, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2005).

Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai sumberdaya-sumberdaya publik dan sektor swasta. Petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, dan organisasi-organisasi sosial harus mempunyai kontribusi dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain (Arsyad, 1999).

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain.

Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian, tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan eknomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah (Darwanto, 2006).

Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development). Orientasi ini mengarahkan kita pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999)

Menurut Suryana (2000), usaha-usaha yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara berkembang (developing countries) di dunia pada umumnya berorientasi kepada bagaimana memperbaiki atau mengangkat taraf hidup (Level of living) masyarakat di negara-negara tersebut agar mereka bisa hidup seperti masyarakat di negara-negara maju. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan-akan menjadi semacam kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya.

2.1.3 Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja menurut Sumitro Djojohadikusumo adalah semua orang yang bersedia dan sanggup, dan golongan ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri, anggota keluarga yang tidak menerima bayaran serta mereka yang bekerja untuk menerima bayaran/upah/gaji. (Sumitro Djojohadikusumo, 1985:70) Adapun pengertian tenaga kerja menurut undang-undang RI sebagai berikut

“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau kebutuhan masyarakat” (Undang-undang RI No.13 Tahun 2003).

Pengertian tenaga kerja pun sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan tenaga kerja, hanya penduduk yang telah mencapai usia minimumlah yang baru bisa dianggap sebagai tenaga kerja. Sedangkan untuk usia 14 tahun keatas (remaja) yang mempunyai tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi dan mereka yang tidak bekerja, sebenarnya mereka tidak dihitung sebagai angkatan kerja karena mereka yang masih bersekolah, juga wanitayang mengurus rumah tangga/keadaan fisik tidak bekerja/tidak mencari pekerjaan tidak dikatakan sebagai angkatan kerja (Payman J. Simanjuntak, 1985).

Tenaga kerja sektor pertanian di Sumatera Utara memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 berjumlah 42.825.807 orang dan pada tahun 2019 berjumlah 38.109.196 orang.

2.1.4 Luas Lahan

Lahan adalah suatu wilayah dipermukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang. (Brinkman dan Smyth, 1973; Vink, 1975; dan FAO, 1976).

Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi.Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi. (Suparmoko, 1995)

Analisis penggunaan lahan berdasar fisik medan menurut Ritohadoyo, (2013) : 1. Lahan permukiman

Adanya bentuk-bentuk perkampungan yang berhubungan dengan medan pada dasarnya adalah ditandai dengan adanya tanda-tanda kemungkinan manusia dapat hidup di daerah itu dan juga sesuai dengan aktivitas dan keahlian mereka.

Perkampungan dataran rendah yang kering, lebih ditandai oleh persebaran yang terpencar sementara di daerah pesisir perkampungan itu nampak memusat dan memanjang, itu dikarenakan mengikuti aliran sungai atau sumber air.

2. Lahan sawah

Daerah persawahan yang baik mempunyai irigasi teratur dan kesuburan tanah yang tinggi. Keadaan ini terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Akibatnya adanya perkembangan sistem pertanian dengan tujuan peningkatan kualitas dan kuantitas taraf hidup masyarakat, sehingga hal ini berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian (sawah), ke pertanian non pangan atau non pertanian.Dampaknya adalah lahan pertanian pangan menurun, dan ancaman kekurangan bahan pangan sangat besar.

3. Lahan perkebunan

Lahan perkebunan merupakan lahan yang termasuk dalam lahan pertanian. Lahan perkebunan merupakan lahan pertanian kering. Biasanyalahan perkebunan terdapat pada tingkat jumlah penduduk yang sedikit atau jarang.

4. Lahan tegal

Jenis pertanian lahan tegal lazimnya berada pada daerah dengan kepadatan penduduk yang jarang, namun dalam perkembangannya cenderung di daerah dengan tingkat penduduk yang padat.Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman.Terdapat pada daerah-daerah yang beriklim kering.

5. Lahan kebun campuran

Jenis pertanian kebun campuran adalah bermacam-macam tanaman yang hidup pada lahan yang terletak di luar pekarangan.Berbagai tanaman musiman hidup di tempat ini, seperti ubi-ubian, buah-buahan dan lainnya.Dibandingkan dengan lahan tegal lahan campuran lebih sulit dikelola secara intensif.

6. Lahan perladangan

Lahan perladangan sering disebut dengan ladang berpidah, sebagian besar terdapat di dataran rendah dengan lahan kering.Pada wilayah yang berkepadatan penduduk rendah.

7. Lahan hutan

Lahan hutan merupakan jenis lahan pertanian dengan jenis tanaman lahan kering dengan satu jenis tanaman yang sama pada skala besar. Masing-masing setiap hutan mempunyai jenis tanaman yang berbeda-beda.Kualitas hutan ditentukan oleh iklimnya.

8. Lahan pertambangan

Lahan pertambangan merupakan lahan yang memerlukan luas lahan yang banyak.

Lahan pertambangan merupakan lahan yang memiliki dan menggali potensi pertambangan bahan galian golongan A, golongan B, dan golongan C. Kasus yang sering terjadi pada lahan pertambangan adalah adanya tidak kesesuaian peta lahan pertambangan yang menunjukkan di daerah tersebut berpotensi pertambangan, namun kenyataannya setelah digali tidak ada.

2.1.5 Ekspor Pertanian

Ekspor merupakan pengeluaran otonomi yang mempunyai efek positif keatas kegiatan ekonomi Negara karena ia merupakan pengeluaran penduduk Negara lain keatas barang-barang yang dihasilkan di dalam negeri (Sukirno, 2004). Syahza (2003) menemukan bahwa ekspor ternayata sangat berkontribusi dalam menunjang pertumbuhan PDRB . Peningkatan ekspor akan merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah dikarenakan berlakunya multiplier effect

terhadap peningkatan daerah. Multiplier effect tersebut akan meningkatkan PDRB seiring dengan meningkatnya investasi di daerah tersebut.

Ekspor merupakan sumber pendapatan terbesar negara setelah pajak, dimana ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar internasional. Ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu negara. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi (Juniarsih, 2012).

Ekspor merupakan pengeluaran otonomi yang mempunyai efek poisitif keatas kegiatan ekonomi negara karena ia merupakan pengeluaran penduduk negara lain keatas barang-barang yang dihasilkan di dalam negeri (Sukirno,2004). Nilai ekspor yang telah dikurangi dengan nilai impor disebut sebagai ekspor bersih.

Ekspor sendiri ditentukan oleh beberapa faktor yang akan menentukan kemampuan Negara pengekspor. Menurut Sukirno (2004) beberapa faktor tersebut antara lain adalah daya saing di pasaran luar negeri, keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi di negara luar, dan kurs valuta asing.

Sukirno (2004) menjelaskan beberapa keuntungan melakukan perdagangan luar negri yaitu mempereoleh barang yang tidak dapat diproduksi didalam negri, faktor produksi dapat digunakan dengan lebih efisien, memperluas pasar industri dalam negeri, menggunakan teknologi modern dan peningkatan produktivitas.

Berdasarkan tabel berikut dapat disimpulkan bahwa jumlah ekspor sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 Provinsi Sumatera mampu mengekspor sektor pertanian sejumlah 2.853 ton dan pada tahun 2019 sejumlah 4.982 ton. Pada tabel dapat dilihat bahwa adanya

kenaikan yang signifikan dalam ekspor sector pertanian di Provinsi Sumatera Utara.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.

Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau kontribusian setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah.

Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai kontribusi besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan PNB per satu orang penduduk.

5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

2.2.2. Subsektor Pertanian

2.2.2.1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

1) Tanaman Pangan

Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan pangan.

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll), serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll).

(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018) 2) Tanaman Hortikultura

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali penanaman.

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

3) Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat (kapas, rosela dan-lain-lain), kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete, dan sebagainya (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

4) Peternakan

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang

dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Subkategori ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar dan sebagainya (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

5) Jasa Pertanian dan Perburuan

Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan). Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut ditanggung oleh yang memberikan jasa (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

2.2.2.2. Kehutanan dan Penebangan Kayu

Subkategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getahgetahan, dan akar-akaran, termasuk di sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang

menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

2.2.2.3. Perikanan

Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa atau kontrak (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2018).

2.3. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Mutiya (2013) yang berjudul “Analisis Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor-sektor PDRB di Kabuapten Aceh Barat selama kurun waktu tahun 2003-2011 dengan menggunakan pendekatan analisis kontribusi. Dari hasil analisis kontribusi terlihat bahwa sektor ekonomi yang mengalami peningkatan tiap tahunnya pada periode tahun 2003-2011 adalah sektor listrik, gas dan air bersih dan juga sektor jasa-jasa. Sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi yang kecil dalam pembentukkan PDRB Kab.

Aceh Barat. Kontribusi tertinggi yang diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,35 % dan kontribusi terendahnya terjadi pada tahun 2003 sebesar 0,21 % dengan kontribusi rata-rata sebesar 0.27 %

pertahun. Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang semakin meningkat dalam pembentukkan PDRB Kabupaten Aceh Barat. Kontribusi paling besar terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,21 % dan paling kecil terjadi pada tahun 2003 sebesar 19,92 % dengan kontribusi rata-rata sebesar 23,42 % pertahun. Dari hasil analisis kontribusi terlihat bahwasektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar pertama terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan pada tahun 2003-2007 dan mengalami peningkatan pada tahun 2008-2010 dengan kontribusi rata-rata sebesar 28,23 % pertahun.

Sedangkan sektor perdagangan, hotel ,dan restoran yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan pada tahun 2003 - 2007, dan mengalami penurunan pada tahun 2008 – 2010 dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,98 % pertahun.

Dalam penelitian Novridho Rakhmad (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Ekspor dan Kredit Perbankan Terhadap PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara”. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja sektor pertanian, ekspor sektor pertanian, dan kredit perbankan sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian, digunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Bank Indonesia Cabang Medan, dan sumber-sumber kepustakaan lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun 1985 sampai 2006 (22 tahun). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang cukup akurat mengenai pengaruh tenaga kerja sektor pertanian, ekspor sektor pertanian, dan kredit perbankan sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tenaga kerja sektor pertanian, ekspor sektor pertanian, dan kredit perbankan sektor pertanian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PDRB sektor pertanian dengan koefisien determinasi (R2 ) 95%.

2.4. Kerangka Pemikiran

Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi pertanian yang sangat beragam. Oleh sebab itu, kontribusi ekonomi sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara memiliki nilai yang berbeda dalam jenjang waktu terntentu. Dalam meningkatkan pengembangan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara, perlu dibuat kebijakan-kebijakan dan regulasi tertentu untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang ada khususnya sektor pertanian. Di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan tersebut, perlu dilakukan analisis yang tepat agar kebijakan tersebut memiliki pengaruh positif yang nyata dan memenuhi tujuan yang diharapkan.

Diantara analisis yang digunakan adalah Analisis Kontribusi untuk mengetahui tingkat persentase kontribusi sektor pertanian dalam prerekonomian di Provinsi Sumatera sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan akan lebih akurat dan tepat sasaran meningkatkan perekonomian secara makro.

Selan itu, faktor – faktor yang mempengaruhi kontribusi sektor pertanian tersebut juga perlu diketahui dan dianalisis dalam rangka menciptakan kebijakan kebijakan yang tepat sasaran. Berdasarkan penelitian terdahulu, faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tersebut diantaranya adalah tenaga kerja pertanian, luas lahan pertanian dan ekspor pertanian.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 sebagai

berikut :

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Analisis Kontribusi Sektor Pertanian Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi di Provinsi

Sumatera Utara

PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan

Analisis Kontribusi

Kontribusi Sektor Pertanian

Tenaga Kerja Pertanian Luas Lahan Pertanian

Ekspor Pertanian

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : terdapat pengaruh nyata secara serempak antara variabel X (Tenaga kerja

H1 : terdapat pengaruh nyata secara serempak antara variabel X (Tenaga kerja

Dokumen terkait