• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka telah digunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu metode yang tahapan aktivitasnya berdasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model matematika yang dibuat.

F. Defenisi Oerasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan perihal batasan operasional variabel dalam penelitian.

1. Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

2. Activity based costing adalah suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaa

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT. Maruki Internasional Indonesia berdiri pada tanggal 18 juni 1997 dengan nama PT. Tokai Material Indonesia dan pada tanggal 14 Januari 2003 berubah nama menjadi PT. Maruki Internasional Indonesia.

Perusahaan ini dipimpin oleh Mr. Yukihiro Kitagawa selaku Presiden Direktur.

PT Maruki International Indonesia yang bertaraf internasional sangat mengedepankan kualitas dari produksi yang dihasilkan. Produk utama perusahaan adalah furniture untuk budaya masyarakat Jepang yang disebut Butsudan. Butsudan berfungsi sebagai tempat untuk menghormati dan berkomunikasi dengan para leluhur yang telah wafat. Terdapat berbagai macam jenis dan tipe Butsudan, namun umumnya berbentuk lemari. Butsudan produksi PT Maruki Internasional Indonesia berasal dari bahan baku Kayu. Butsudan yang diproduksi harus selesai tanpa cacat sedikitpun, mulai dari pemilihan kayu, pengolahan, pembuatan sampai pengiriman barang diawasi dengan tepat.

Lokasi Perusahaan berada di Kawasan Industri Makassar (KIMA) dengan luas sekitar 6 Ha. Areal perusahaan berdampingan dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu sebagai bagian dari masyarakat, perusahaan sangat memperhatikan kegiatan dan program Coorporate

44

Social Responsibility ( CSR ) yang sudah berlangsung dan terus berlanjut, diantaranya adalah Program Beasiswa, Penghijauan, Taman baca, Klinik kesehatan untuk masyarakat dan berbagai kegiatan sosial lainnya. CSR berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan ke masyarakat.

Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), saat ini tercatat 515 orang karyawan. Terdiri dari 398 orang laki-laki dan 120 orang perempuan.

Hampir 60% dari jumlah karyawan merupakan warga sekitar areal perusahaan. Fasilitas-fasilitas Perusahaan yang disediakan untuk karyawan antara lain : Klinik kesehatan, Bus Karyawan, Asuransi Kesehattan, Jamsostek, sarana ibadah, kantin dan ruang makan.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi perusahahaan. Jika ditinjau secara teoritis, struktur organisasi PT. Maruki International Indonesia menggunakan struktur organisasi garis dimana garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkat mulai dari pimpinan paling tinggi sampai kepada buruh sehingga kalau diperhatikan hubungan setiap orang buruh sampai kepada pimpinan atau sebaliknya merupakan garis lurus. Pada sistem ini terdapat kesatuan perintah yang menjamin disiplin kerja. Berikut Job Describtion dari PT. Maruki International Indonesia.

1. Presiden Komisaris

Presiden komisaris adalah merupakan pimpinan tertinggi memerintah (to govern) organisasi dengan menetapkan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan luas dari perusahaan tersebut, memilih, mengangkat, mendukung dan menilai kinerja dewan eksekutif, memastkan keberadaan dab kecukupan sumber keuangan, mengesahkan anggaran tahunan, bertanggung jawab atas kinerja perusahaan kepada para anggota pemegang saham, menentukan gaji kompensasi mereka sendiri.

2. Presiden Direktur

Presiden direktur merupakan pemimpin tertinggi setelah presiden komisaris dalam perusahaan. Direktur memimpin, mengarahkan dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Presiden direktur menentukan kebijakan perusahaan baik yang bersifat intern maupun ekstern terutama pada kegiatan operasional.

3. General Manager

General Manager adalah meneger puncak yang membawahi beberapa orang manager. Generar Manager bertugas mengkoordinasi semua kegiatan manager bagian yang berada dibawah pengawasannya dan berwewenang untuk mengatur dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan tiap sub manager.

4. Divisi Desain

Bertugas mendesain suatu model butsudan 5. Divisi Produksi

Divisi Produksi terdiri dari 6 factory dimana masing-masing factory terdiri dari kepala pabrik yang tugasnya mengontrol kerja karyawan dalam ukuran, kualitas dan kuantitas produksi laporan keputusan Asisten Manager.

6. Devisi Quality Control

Devisi ini bertugas mengontrol kualitas, menjamin pemeliharaan hubungan dari spesifikasi dan standarisasi suatu produk dari penganangannya. Prosesnya, persiapan sampai dengan kemasannya dengan menjamin atau mempertahankan kelayakannya sampai ketahap penyimpanan, proses persiapan sampai pada pengiriman.

7. Departemen PPIC

PPIC terdiri dari 4 divisi yaitu inventory, perencanaan produksi, material dan Hori, masing-masing divisi saling terkait satu sama lain.

a. Inventory

Bertugas mengontrol barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam operasi perusahaan maupun barang-barang yang sedang di dalam proses pembuatan.

b. Perencanaan Produksi

Bertugas membuat program stock control dilokasi pabrik berdasarkan status serta stock diluar pabrik yang menjadi milik perusahaan serta mengkoordinasi rutin rencana produksi dan perubahan mendadak target produksi perbulan dan perperiode.

c. Material

Yaitu berkoordinasi dengan departemen lain untuk mengecheck kebutuhan perusahaan terutama terkait dengan kebutuhan produksi.

d. Hori

Bertugas mengukir aksesoris pada butsudan.

8. Staf Pelayanan dan Pengadaan

Bertugas menetapkan managemen menyeluruh dalam upaya mengoptimalkan fungsi pelayanan termasuk pengelolaan pembiayaan secara baik. Serta mengelola anggaran yang telah ditetapkan dan menggunakan sesuai kebutuhan departemen yang dipimpinnya. Staf pelayanan dan pengadaan terdiri dari empat divisi yaitu:

a. Purchasing

Bertugas dalam pembelian barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan.

b. IT Maintennance

Yaitu bertugas mengatur dan mengelola seluruh sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia yang ada dalam tanggung jawabnya, serta dapat

memberikan penilaian terhadap bawahannya untuk suatu promosi, rotasi, mutasi dan demosi.

c. Pelayanan

Bertugas dalam pelayanan tamu, telepon, faks, semua unit di kantor dan di pabrik. Melaksanakan proses pengawasan dan pengamanan dilingkungan pabrik, kebersihan kantor dan pabrik. Pelayanan makan dan minum tamu dan karyawan serta perawat fisik kantor, pabrik, genzet, kantin dll.

d. Exim

Bertugas mengurusi export import barang yang keluar masuk perusahaan.

9. Human Rescurce Development (HRD)

Bertugas mengkoordinir unit-unit yang terkait dalam rangka penyusunan dan evaluasi data pelaksanaan program kerja serta penerapan system personalia perusahaan. Divisi ini terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Personalia

Bertugas mengurusi absensi, audit karyawan, control kerja, surat peringatan, pemecatan, pengunduran diri, rotasi, promosi, donasi, program kerja dan praktek/pelatihan.

b. System Development

Bertugas membuat dan mencatat surat/faks masuk dan keluar, mengarsipkan dokumen dan kegiatan HRD. Membuat memo intern, membuat laporan bulanan divisi serta ananalisis pengolahan data HRD.

10. Finance a. Accounting

Bertugas memeriksa mutasi saldo bank dan saldo kas kecil, mencatat kuitansi yang masuk ( kas kecil dan bank), memeriksa kelengkapan dan kesahan kuitansi atau bukti pengeluaran, memposting jurnal ke buku besar, membuat PPH 21 dan SPT bulan dan membuat laporan keuangan.

11. Diversifikasi

Bertugas mengusahaakan atau memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya.

C. Produk Perusahaan

Produk utama perusahaan adalah furniture untuk budaya masyarakat Jepang yang disebut Butsudan. Butsudan berfungsi sebagai tempat untuk menghormati dan berkomunikasi dengan para leluhur yang telah wafat. Bagian-bagian dari Butsudan yaitu :

a. Wadai Hotate : Dinding kanan dan kiri Butsudan b. Kasaridan : Komponen bagian dalam Butsudan c. Ranma : Bagian dalam kasaridan

d. Gedai Hotate : Bagian depan Butsudan e. Hikidasi : Laci Butsudan

Kemudian bagian-bagian dalam memproduksi sebuah butsudan terdiri dari beberapa factory diantaranya :

1. Factory 1 terdiri dari :

a. Cutting Saw : Pemotongan Awal b. Hotpress : Press Kayu

c. Panel Saw : Pemotongan Harbor d. Hashira : pemotongan

e. Cutting Hory : Pemotongan Komponen 2. Factory 2 terdiri dari :

a. Laminating : Press Kayu b. Komiko : Hiasan Pintu

c. Yauo Gouten : Hiasan Bagian Dalam Komponen 3. Factory 3 terdiri dari :

a. Cutting 45 : Pemotongan Sudut-sudat b. Kazaridan : Komponen Butsudan c. Hotate : Dinding Kanan dan Kiri

d. Shirin Dhiwa : Bagian Atas dan Bawah Butsudan e. Hikidashi : Laci Butsudan

f. NC. Router : Lingkaran 4. Factory 4 terdiri dari :

a. Csukuzaku : Pewarnaan dasar b. Shira Kenma : Amplasan

c. Koraring : Pewarnaan Mengkilat

5. Factory 5 terdiri dari :

a. Towaku :

b. Cutting Hori : Pemotongan Komponen 6. Factory 6 terdiri dari :

a. Painting : Pewarnaan b. Assambling : Pewarnaan Finish c. Packing : pembungkusan

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan

Pada umumnya perusahaan dapat menggunakan beberapa sistem penentuan biaya yaitu sistem biaya actual, sistem biaya normal dan sistem biaya standar. Dalam hal ini, PT. Maruki International Indonesia menggunakan sistem biaya standar dimana sistem ini adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan tertentu. Sistem biaya standar dapat memberikan keuntungan diantaranya : 1. Biaya standar dapat dijadikan untuk perbandingan biaya, sehingga

memungkinkan dilakukannya patok duga.

2. Dengan penggunaan sistem biaya standar, dapat digunakan sebagai motivasi bagi karyawan karena dapat dijadikan salah satu indikator dalam penilaian kinerja karyawan.

Dari data yang diperoleh dari PT. Maruki International Indonesia maka untuk menentukan standar biaya suatu produk, terdiri atas komponen sebagai berikut :

Component Price

Kayu Nyato Rp 30.200.000

Kayu Eboni Rp 35.000.000

Kayu Sinoklin Rp 15.000.000

Activity Cost Machine Rp 40.000.000

Activity Cost Power Rp 60.000.000

Activity Cost Labor Rp 10.000/jam

53

Dari komponen biaya standar tersebut di atas PT. Maruki International Indonesia memperhitungkan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk terdiri dari biaya bahan baku, activity cost machine, activity cost power dan activity cost labor seperti yang terdapat dalam komponen tersebut.

B. Penggunaan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabrik.

Dalam data penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai sistem biaya standar. Dalam sistem biaya standar yang telah ditetapkan oleh PT. Maruki Internatonal Indonesia terdapat komponen dari activity cost machine activity cost power, activity cost labor, dan activity cost lainnya yang turut diperhitungkan dalam menghasilkan suatu produk.

Elemen biaya produksi pada perusahaan yang terjadi dalam suatu periode dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Biaya Bahan Baku Langsung : merupakan biaya bahan baku yang dapat diidentifikasi secara langsung ke produk, sehingga pembebanan biaya ini dapat dilakukan dengan mudah.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, sama seperti biaya bahan baku langsung biaya tenaga kerja langsung ini juga dapat secara langsung diidentifikasi ke produk sehingga pembebanannya dapat dilakukan dengan mudah.

3. Biaya Overhead Pabrik meliputi semua biaya produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang diantaranya terdiri dari :

a. Gaji manager produksi b. gaji suvervisor

c. Tunjangan Hari Raya d. Konsumsi Karyawan e. Seragam Karyawan f. Asuransi

g. Biaya listrik h. Bahan Penolong i. Biaya Lainnya

Berikut ini adalah cara pembebanan elemen-elemen biaya tersebut 1. Activity Cost Labor, yang termasuk dalam activity cost labor adalah

a.Gaji b. Lembur

c.Tunjangan pensiun d. Bonus

e.Biaya kesejahteraan f. Dana sosial

g. Pesangon/uang jasa

2. Activity cost machien, yang termasuk ke dalam activity cost machien diantaranya adalah komponen-komponen dari mesin tersebut.

3. Biaya overhead diantaranya :

a. Biaya listrik, dibebankan ke produk berdasarkan jumlah pemakaian kwh, kwh dipakai sebagi resource driver untuk membebankan biaya listrik ke aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi listrik, karena semakin banyak kwh yang dikonsumsi oleh aktivitas, semakin besar biaya listrik yang terjadi.

b. Biaya Utilitas yang terdiri dari industrial cleaning, uniforms, lab.supplies, waste treatments, ext.labo.analysis dan other utilities

c. Biaya tidak langsung aktivitas yang sulit dicari hubungan sebab- akibatnya.

Dari data yang diperoleh, PT. Maruki International Indonesia dalam membebankan setiap biaya dilakukan sesuai dengan aktivitasnya. Untuk biaya overhead pabrik, biaya langsung aktivitas dapat diidentifikasi, contohnya biaya listrik. Menurut penulis, hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana masing- masing biaya dibebankan sesuai dengan aktivitasnya. Hanya saja hendaknya dapat menggunakan cost driver yang lebih beragam lagi dengan tujuan agar diperoleh biaya produksi yang lebih akurat lagi.

C. Biaya Overhead dihitung berdasarkan metode Activity Based Coating PT. Maruki International Indonesia memproduksi produk dengan taksiran biaya yang berkaitan dengan proses produksi adalah sebagai berikut :

Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas adalah sebagai berikut :

Kelompok Aktifitas Biaya Aktifitas Tarif/satuan

Tenaga Listrik Rp 60.000.000 80.000 JKL

Penanganan Material Rp 60.000.000 40.000 JKL

Total Rp 120.000.000 Rp 120.000 JKL

Tarif biaya overhead = Total biaya/total jumlah tenaga kerja langsung

= Rp 120.000.000/120.000JKL

= Rp 1000/jam Tkl

Data Produksi PT Maruki

Butsudan Besar Butsudan Kecil

Unit yang diproduksi 25 unit 25 unit

Biaya bahan baku langsung

Per unit Rp 35.000.000 Rp 15.000.000

Total Rp 875.000.000 Rp 375.000.000

Total biayoa Rp 1.250.000.000

Tenaga kerja langsung

Jam per unit 1 1

Total jam Rp 80.000 Rp 80.000

Total biaya (Rp1000) Rp 80.000.000 Rp 80.000.000

Total Rp 160.000.000

Biaya overhead

Biaya listrik Rp 60.000.000 Rp 60.000.000 Penanganan material Rp 60.000.000 Rp 60.000.000

Total overhead Rp 240.000,000

Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas (ABC)

Butsudan Besar Butsudan Kecil Bahan Baku Langsung Rp 875.000.000 Rp 375.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 Overhead

Listrik Rp 60.000.000 Rp 60.000.000

Penanganan material Rp 60.000.000 Rp 60.000.000 TKL Rp1000*80.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000

Total biaya Rp 1.155.000.000 Rp 655.000.000

Biaya per unit 25 25

Rp 46.200.000 Rp 26.200.000

Dengan metode ini maka total biaya produk dan biaya produksi per unit adalah sebagai berikut : untuk butsudan besar sebesar Rp 46.200.000 dan untuk butsudan kecil seharga Rp 26.200.000

Perhitungan Biaya Produk Tradisional Tarif overhead = overhead/total jam kerja

= Rp 240.000.000/ Rp 160.000.000

= 1,5 JKL

Butsudan Besar Butsudan Kecil Bahan baku langsung Rp 875.000.000 Rp 375.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 0verhead

TKL:Rp1,5X 80.000. Rp 120.000 Rp 120.000 Total biaya Rp 955.120.000 Rp 455.120.000

Unit yang diproduksi 25 25

Total biaya per unit Rp 38.204.800 Rp 18.204.800

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan menggunakan metode tradisional untuk butsudan besar sebesar Rp 38.204.800 dan untuk butsudan kecil sebesar Rp 18.204.800 sedangkan perhitungan menggunakan metode activity based costing untuk butsudan besar sebesar Rp 46. 200.000 dan untuk butsudan kecil sebesar Rp 26.200.000. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga menggunakan metode tradisional dengan hasil perhitungan menggunakan metode activity based costing yaitu untuk butsudan besar selisih harganya sebesar Rp 7.995.200 dan untuk butsudan kecil selisih harganya sebesar Rp 7.995.200. Untuk metode tradisional terlihat bahwa terjadi undercosting (pembebanan biaya terlalu rendah), kemudian untuk metode activity based costing terlihat overcosting (pembebanan biaya terlalu tinggi ).

D. Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Dengan Pendekatan Activity Based Costing

Sistem Activity Based Costing membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan dasar pemikiran bahwa produk atau jasa perusahaan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas, dan aktivitas tersebut membutuhkan biaya.

Activity Based Costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan biaya tradisional dan membantu memperoleh biaya produk yang lebih akurat.

Dari hasil perhitungan sebelumnya terlihat bahwa ada selisih harga dikarenakan pada metode activity based costing, biaya overhead pada masing-masing aktifitas dibebankan pada sedikit cost drive, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa perhitungan Cost dengan menggunakan metode Activity Based Costing akan lebih akurat jika menggunakan berbagai pemicu biaya, tidak hanya membagi biaya overhead sama rata ke seluruh jenis produk. Oleh sebab itu metode Activity Based Costing ini akan memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik jika menggunakan cost drive yang lebih beragam lagi.

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Struktur organisasi pada PT. Maruki International indonesia menggunakan model struktur organisasi garis, dimana struktur tersebut arahnya bergerak vertical ke bawah, setiap karyawan bertanggung jawab kepada pimpinan masing-masing, sehingga tercipta kesatuan komando. Struktur model ini memperlihatkan dengan jelas pembagian tugas, fungsi, tanggungjawab dan wewenang setiap bagian dalam perusahaan, sehingga dapat bekerja dan bertanggung jawab sesuai dengan uraian tugas yang ada.

2. PT. Maruki International indonesia menggunakan sistem akuntansi biaya standar dalam menentukan estimasi harga pokok produk dimana sistem akuntansi biaya standar ditentukan sebelum suatu produk dihasilkan dengan tujuan untuk pengendalian dan penganggaran.

3. Penerapan Activity Based Costing pada PT. Maruki International indonesia dalam membebankan biaya overhead pabrik dilakukan sesuai dengan aktivitasnya , seperti biaya listrik dibebankan berdasarkan kwh. Tetapi dalam penerapannya activity based costing masih terdapat kelemahan di mana cost driver yang

62

digunakan oleh perusahaan dalam membebankan biaya overhead pabrik kurang beragam. Sementara untuk mendapatkan tingkat keakuratan yang tinggi maka harus digunakan cost driver yang lebih banyak lagi.

4. Adapun tujuan perusahaan menggunakan activity based costing dalam membebankan biaya overhead pabrik adalah untuk menghilangkan terjadinya over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara produk yang satu dengan produk lain, karena dasar pembebanan biaya overhead pabrik disesuaikan dengan jenis dan karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya. Dan kemudian hal tersebut menyebabkan perhitungan perhitungan harga pokok yang lebih akurat.

B. Saran

Dalam hal ini, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan berguna untuk perkembangan perusahaan, yaitu :

1. Hendaknya perusahaan menggunakan cost driver yang lebih beragam lagi baik berdasarkan unit dan non unit sesuai dengan jenis dan karakterikstik aktivitas yang menyerap sumber daya dalam pembebanan biaya overhead pabrik. Hal tersebut berguna untuk menghindari over costing, under costing maupun distorsi harga pokok produk yang disebabkan kesalahan dalam pembebanan biaya overhead pabrik dan guna mencapai tingkat keakuratan yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Armanto Witjaksono. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dunia, Firdaus A. 2009. “Activity Based Costing as A New Approach to Product Costing”. Paper untuk syarat mengikuti Independent Research atau Comprative Study Program. University of Kentucky, Lexington, sKentucky, USA, Tidak Dipublikasikan.

Firdaus Ahmad, dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat

Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., 2006, Management Accounting;

Akuntansi Manajemen, buku 1, edisi ketujuh, Salemba Empat.

Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya. Jilid 1, edisi kesebelas, Indeks.

Hongren, Charles T., Foster George, Srikant Datar. 2012. Cost Accounting A Managerial Emphasis. Edisi ke-14. Prentice Hall.

Mulyadi, 2007, Activity-Based Costing System, edisi keenam, cetakan kedua, Yogyakarta, BPFE.

Mulyadi, 2003. Activity Based Costin, Edisi keenam, Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Jakarta.

Tambunan Loran, 2005. Akuntansi Biaya, Konsep, Sistem dan Metode, Edisi Ketiga, Penerbit Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Usry. F Milton, William K. Carter, 2008. Cost Accounting. Edition. Thomas Learning. Singapore.

HAGIHARA : Pengembangan, Produk Upacara,Kontrol kualitas dan Biaya KAMIYA : pengembangan produk baru, desain, control biaya.

K. OKAMURA : control kualitas, produksi dan pembiayaan.

M. OKAMURA : control kualitas, produksi dan pembiayaan.

NAKAMOTO : membimbing cara membuat produk.

YAMAGUCHI : control material, mesin produksi dan fasilitas produksi.

ASST. PRESDIR

IR. HUSBA PHADA OTAKE TAEKO

GENERAL MANAJER

D & D PRODUKSI QUALITY CONTROL PPIC PELYN&PNGADAN H R D FINANCE KOTO DIVERSIFIKASI

FACTORY 1

D. MUSAWWIR SYAMSUDDIN, S.PD IR.H.A.HARAFAH,MM IR. AM. AMIN IR. IWAN GUNAWAN IR. HUSBA PHADA

ERNI AGUS

2 HOTPRESS F.1

3 PANEL SAW F.1

4 HASHIRA F.1

5 CUTTING HORY F.1

6 LAMINATING F.2

7 KOMIKO F.2

8 YOUNG GOUTEN F.2

9 CUTTING 45 F.3

10 KAZARIDAN F.3

11 HOTATE F.3

12 SHIRIN DHIWA F.3

13 HIKIDASHI F.3

14 NC.ROUTER F.3

15 CZUKUZUKU F.4

16 SHIRA KENMA F.4

17 KORARING F.4

18 TOWAKU F.5

19 CUTTING HORY F.5

20 PAINTING F.6

21 ASSAMBLING F.6

22 PACKING F.6

Dokumen terkait