• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, dimana rumusan masalah merupakan dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan, Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data atau kuesioner (Sugiyono, 2017:63). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab ini, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pengaruh leverage terhadap kualitas laporan keuangan

Rasio leverage adalah rasio yang mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Dalam arti luas leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (Kasmir, 2017:151).

(Mulya Rafika, 2019) menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage yang dimiliki perusahaan maka diyakini pihak investor sebagai faktor pertimbangan untuk menanamkan modal.

H1: Leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan keuangan Teori keagenan (Agency Theory) menyatakan bahwa principal (pemilik perusahaan) memberi wewenang kepada pihak manejemen (manajer) dalam membuat keputusan yang terbaik bagi perusahaan untuk menjalankan operasional guna mengoptimalkan laba dan meminimalisirkan beban dalam perusahaan, sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

(Ulfa Setia Iswara, 2016) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional dapat menjadi mekanisme pegawasan efektif untuk manajemen dalam pelaporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang disusun terhindar dari kesalahan material yang dapat menyesatkan.

H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif eksplanatori yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Menurut Sugiyono (2017:8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sampel filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pada penelitian ini menggunakan variabel independen/bebas (X) yaitu leverage, dan kepemilikan institusional. Sedangkan variabel dependen/terikat (Y) berupa kualitas laporan keuangan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan–perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015-2019. Data yang diperlukan dapat diakses melalui website www.idx.co.id. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus – September tahun 2021.

C.

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala suatu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari, guna diperoleh informasi, kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:55). Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Definisi dari variabel dependen dan independen adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen/bebas (X)

Variabel independen adalah variabel bebas, yaitu variabel yang dapat atau tidak dapat mempengaruhi variabel dependen (Sugiyono, 2017:39). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen, yaitu leverage dan kepemilikan institusional. Berikut penjelasan variabel independen:

a. Menurut Sjahrian dalam Satriana (2017:31) leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan tujuan meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Leverage keuangan umumnya menggunakan rumus Debt Ratio. Berikut adalah formulasi dari Debt to assets ratio atau debt ratio:

b. Kepemilikan institusional adalah tingkat kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dalam perusahaan, yang diukur oleh proporsi saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun yang

33

dinyatakan dalam persentase. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut, Mei Yuniati, Kharis Raharjo, (2016):

2. Variabel Dependen/terikat (Y)

Variabel ini disebut variabel terikat, yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau tidak dapat dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2017:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan pada perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Y).

Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan yang dapat dipahami, andal, dan dapat dibandingkan (Fajri, 2013). Untuk dapat memahami laporan keuangan, terlebih dahulu harus diperhatikan bahwa laporan keuangan harus dapat dibuktikan kebenarannya. Pihak eksternal yang nantinya akan menganalisis apakah laporan keuangan tersebut bersifat autentik, obyektif, dan dapat dipercaya. Laporan keuangan yang berkualitas antara lain dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan.

Kualitas laporan keuangan dapat diukur menggunakan market to book ratio. Zhe Wang dalam Agustina, Rice, & Stephen (2015).

D. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian disimpulkan, Sugiyono (2019:126).

Populasi dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2015-2019.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling artinya pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria. Adapun kriteria dalam penentuan sampel penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

35

Tabel 3. 1

Kriteria Sampel Penelitian

No Kriteria Nilai

1. Perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

30

2.

Perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI yang tidak memiliki laporan lengkap periode 2015-2019

(10)

3.

Perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI yang tidak memiliki leverage dan kepemilikan institusional

(0)

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 20 Jumlah Observasi (20 x 5) 100

Tabel 3. 2

Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman di BEI

No Kode Nama Emiten

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 ALTO PT. Tri Banyak Tirta Tbk

4 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Tbk 5 BUDI PT. Budi Starch & Sweetener Tbk 6 CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 7 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk

8 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 9 IIKP PT. Inti Agri Resources Tbk

10 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 11 MGNA PT. Magna Finance Tbk

12 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 13 MYOR PT. Mayora Indah Tbk

14 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 15 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk 16 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk

17 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 18 STTP PT. Siantar Top Tbk

19 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk

20 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Sumber, IDX)

Berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan di atas, maka didapatkan sampel sebanyak 20 perusahaan yang diperoleh dari hasil pengamatan. Jumlah periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama 5 tahun, sehingga jumlah data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 100 data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dimana data yang digunakan bersumber pada data yang tidak

37

langsung Sugiyono (2016). Data sekunder merupakan data yang telah diolah terlebih dahulu dan baru didapatkan oleh peneliti. Manfaat data sekunder yaitu memberikan tambahan informasi dan mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur, dan bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoe dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang disediakan oleh www.idx.com.

2. Metode Studi Pustaka

Pengumpulan data yang digunakan guna menunjang penelitian ini adalah dengan membaca buku, jurnal penelitian, tesis, skripsi atau bentuk lainnya dari perpustakaan ataupun sumber lainnya. Penulis memperoleh data tersebut dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan fokus penelitian yang diteliti.

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang perhitungannya menggunakan bantuan software SPSS.

Analisis regresi linier berganda digunakan dengan tujuan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Uji asumsi klasik, Analisis regresi linier berganda, dan Uji hipotesis.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk menguji model regresi, antara variabel dependen dan independen apakah keduanya memiliki distribusi normal atau tidak, Ghozali (2016:154).

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis normalitas data menggunakan analisis statistik Kolmogorof-Smirnov (uji K-S). Dasar pengambilan pada analisis Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) adalah (Ghozali., 2014):

1) Nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini diartikan data residual terdistribusi tidak normal.

2) Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima.

Hal ini diartikan data residual terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi linear berganda. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF (Variance Inflation Factor).

Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian metode VIF ini adalah apabila VIF < 10, dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Ilyas:2014).

39

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah pengujian apakah dalam suatu model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas (Ilyas:2014).

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat tabel uji glejser nilai sig. Dasar analisisnya adalah:

1) Nilai Sig. > 0,05, artinya heterokedastisitas tidak terjadi 2) Nilai Sig. < 0,05, artinya heterokedastisitas terjadi.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah suatu regresi linear terhadap korelasi antara residual pada periode t dengan residual periode t dengan residual periode t–1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Model regresi yang baik apabila bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi, salah satunya adalah dengan melakukan uji Durbin Watson (DW test) yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) hitung dengan nilai (DW) tabel.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Menurut Berenson (2006) dalam efferin (2008:211) analisis regresi linier berganda bertujuan untuk melihat

sebuah fenomena yang mempengaruhi kondisi dari variabel dependen (Y), karena hampir semua kondisi yang berpengaruh terhadap suatu faktor, yang disebabkan oleh lebih dari faktor variabel independen (X).

Persamaan regresi linier berganda adalah:

Y = a + + + £

Keterangan:

Y = Kualitas Laporan keuangan a = Konstanta

= Koefisien Regresi X1 = Leverage

X2 = Kepemilikan Institusional

£ = Error 3. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan melihat rata-rata nilai variabel yang digunakan. Untuk menguji hipotesis mengenai analisis pengaruh leverage dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laporan keuangan digunakan pengujian hipotesis dengan uji t dan uji .

a. Uji Parsial (uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

b. Uji Koefisien ( )

Menurut Kuncoro (2013:246) Uji koefisien korelasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan korelasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi / beradapa pada rentang angka nol (0) dan satu (1). Jika nilai

41

koefiesien determinasi yang mendekati nol (0) berarti kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat sangat terbatas.

Sebaiknya apabila nilai koefisien determinasi variabel mendekati satu (1) berarti kemampuan variabel bebas dalam menimbulkan keberadaan variabel terkait semakin kuat.

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pada tahun 1956-1977 perdagangan di bursa efek mengalami kevakuman.

Pada tahun 1977 Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal dan diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Agustus 1977. Bursa efek I dijalankan dibawah naungan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) sebagai usaha untuk menghidupkan pasar modal.

Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta yang mencapai puncak perkembangan pada tahun 1990.

Pada tahun 1987 ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang membantu memberikan kemudahan bagi perusahaan

43

dalam melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modalnya ke Indonesia. Pada tahun 1988 aktivitas perdagangan bursa efek meningkat dengan adanya paket deregulasi di bidang perbankan dan pasar modal.

Pada tahun 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) dengan organisasinya yang terdiri dari broker dan dealer. Ditahun yang sama pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) dengan tujuan untuk mempermudah bagi perusahaan untuk go public. Pada tahun 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 12 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT. BEJ mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.

Pada tanggal 21 Desember 1993, didirikan PT Pemeringkat Bursa Efek Indonesia (PEFINDO). Sedangkan pada tahun 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan sistem operasi perdagangan JATS (Jakarta Automated Trading System). Di tahun yang sama pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang No. 8 tahun 1955 tentang pasar modal. Undang-Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Bursa Paralel Indonesia kemudian merger dengan nama Bursa Efek Surabaya.

Pada tanggal 30 Desember 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) digabungkan dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah lahirnya BEI, pada tahun 2008 suspensi perdagangan diberlakukan dan dibentuk Penilai Harga Efek Indonsia (PHEI)

pada tahun 2009. Selain itu, di tahun yang sama PT Bursa Efek mengubah sistem perdagangan yang lama (JATS) dan meluncurkan sistem perdagangan barunya yaitu JAT-Next yang digunakan sampai sekarang.

Pada tahun 2011 badan lain yang didirikan oleh BEI adalah PT Indonesian Capital Market Electronic Library (ICAMEL). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2012, dan di akhir tahun 2012 BEI mendirikan Securities Investor Protection Fund (SIPF). Dan prinsip syariah dan mekanisme perdagangan syariah juga diluncurkan.

Pada tanggal 12 November 2015 sampai dengan sekarang Bursa Efek Indonesia juga membuat suatu kampanye “Yuk Nabung Saham” yang ditujukan kepada seluruh Masyarakat Indonesia untuk memulai berinvestasi di pasar modal. Selanjutnya, ditahun yang sama diresmikan LQ-45 Index Futures. Kemudian pada tahun 2016, Tiack Size dan batas Autorejection kembali disesuaikan, IDX Channel diluncurkan. Pada tahun 2017, IDX Incubator diresmikan, relaksasi margin, dan peresmian Indonesia Securities Fund. Di tahun 2018 sistem perdagangan dan New Data Center telah diperbarui Launching penyelesaian T+2 dan penambahan tampilan informasi notasi khusus kode perusahaan tercatat.

1. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia a. Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

b. Misi

Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.

45

2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

B. Perusahaan Sub Sektor Makananan dan minuman

Sektor industri barang konsumsi merupakan sektor penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor industri konsumsi merupakan salah satu sektor yang memicu pertumbuhan ekonomi negara. Sektor industri sangat dibutuhkan karena semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat Indonesia. Dalam pelaksanaanya sektor industri barang konsumsi terbagi menjadi lima macam yaitu sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga.

Sub sektor makanan dan minuman merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan produk kemudian dijual dengan tujuan memperoleh keuntungan yang besar. Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang cepat, kebutuhan masyarakat meningkat tajam, setiap orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan termasuk makanan dan minuman, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan makanan instan, perusahaan memproduksi berbagai komoditi makanan dan minuman. Oleh karena itu, perusahaan sub sektor makanan dan minuman juga dianggap sebagai perusahaan besar sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.

C. Hasil Penelitian 1. Uji Deskriptif

Variabel dalam penelitian ini di deskripsikan menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan variabel – variabel dalam penelitian, meliputi variabel independen yaitu leverage dan kepemilikan institusional serta variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan. Statistik deskriptif menyajikan ukuran numerik berupa nilai minimum, maximum dan mean pada masing-masing perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019. Pengolahan data menggunakan IBM SPSS Statistics 24.

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif sebanyak 100 data observasi untuk perusahaan sektor makanan dan minuman. Dengan jumlah sampel dilihat sebagai berikut :

47

Tabel 4.1

(Sumber: output SPSS yang diolah, 2021)

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, maka dapat diketahui jumlah observasi data dalam penelitian ini adalah 100. Nilai minimum dari variabel leverage adalah 0,04 dan maximum sebesar 2,90 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0.5497 dan standar deviasi sebesar 0,43475. Selanjutnya, pada variabel kepemilikan institusional nilai minimum adalah 0,01 dan maximum 0,96 dengan nilai rata-rata mean sebesar 0,6279 dan standar deviasi sebesar 0,21777. Pada variabel kualitas laporan keuangan nilai minimum sbesar 0,15 dan maximum sebesar 0,96 dengan nilai rata-rata (mean) 0,5599 dan standar deviasi sebesar 0,20007.

a. Leverage

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai minimum diperoleh pada perusahaan IIKP (Inti Agri Resources Tbk) sebesar 0,04 sedangkan nilai maximum diperoleh pada perusahaan AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk) sebesar 2,90.

b. Kepemilikan Institusional

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai minimum diperoleh pada perusahaan MYOR (Mayora Indah Tbk) adalah

sebesar 0,01 sedangkan nilai maximum diperoleh pada perusahaan SKLT (Sekar Laut Tbk) sebesar 0,96.

c. Kualitas Laporan Keuangan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai minimum diperoleh pada perusahaan ULTJ (Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk) sebesar 0,15 sedangkan nilai maximum diperoleh pada perusahaan SKLT (Sekar Laut Tbk) sebesar 0,96.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk upaya memperoleh hasil analisis yang valid. Adapun uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Tabel 4.2

(Sumber: output SPSS yang diolah, 2021)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas nilai signifikansi di peroleh sebesar 0,200 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residul berdistribusi normal.

49

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen atau tidak. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi antara variabel independen, untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolonieritas dapat dilihat dari nilai Tolerence dan Variance Factor (VIF). Suatu model regresi dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas adalah apabila nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF di bawah 10.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa

(Sumber: output SPSS yang diolah, 2021)

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai tolerance sebesar 0,983 > 0,10 berdasarkan nilai tolerance maka tidak terjadi gejala multikolonieritas. Jika dilihat dari nilai VIF sebesar 1,017 < 10 berdasarkan nilai VIF maka tidak terjadi gejala multikolonieritas.

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

Leverage .983 1.017

Kepemilikan Institusional .983 1.017

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang akan digunakan terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Jika apabila nilai sig. >

0,05 maka artinya tidak terjadi heterokedastisitas. Dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 4.4 Uji Gletjser

(Sumber: output SPSS yang diolah, 2021)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji glejser menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai sig. sebesar 0,857 dan 0,333 (sig. > 0,05) yang berarti bahwa data penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi ini.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1

51

(sebelumnya) (Ghozali., 2011). Berikut hasil analisis penelitian dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .439a .193 .176 .18156 1.995

(Sumber: output SPSS yang diolah, 2021)

Berdasarkan Nilai DW yang diperoleh sebesar 1,995 maka untuk mengetahui lebih lanjut hasil analisis maka perlu diketahui bahwa jika d <

atau d > 4-dl maka terdapat autokorelasi, dan jika dl < dw < du atau 4 – du < dw < 4-dl maka tidak memiliki autokorelasi.

Persamaan d, du dan dl dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6

Persamaan DW, DU dan DL

Berdasarkan tabel diatas maka persamaan du < d < 4-dl adalah 1,7152 < 1.995 < 2.3663, dimana nilai dw terletak antara nilai du (batas atas) dan nilai dl (batas bawah), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi dalam

Berdasarkan tabel diatas maka persamaan du < d < 4-dl adalah 1,7152 < 1.995 < 2.3663, dimana nilai dw terletak antara nilai du (batas atas) dan nilai dl (batas bawah), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi dalam

Dokumen terkait