• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

B. Histologi Hati

Secara histologi, hati tersusun oleh beberapa komponen (Gambar 4), diantaranya adalah hepatosit, kanalikuli empedu, dan sinusoid hepatik (Tortora and Derrickson, 2014). Selain itu sel lain yang terdapat di hati adalah sel stelata hepatik (yang juga dikenal dengan nama liposit perisinusoidal, atau sel Ito), makrofag (sel Kupffer), dan sel jaringan penghubung kapsul dan saluran portal (Stranding et al., 2008).

Hepatosit (sel hati) merupakan sel fungsional utama dalam hati dan memiliki peran yang luas dalam proses metabolisme, sekresi dan endokrin. Hepatosit merupakan sel epitel terspesialisasi berbentuk polyhedral dengan 5 sampai 12 sisi yang membentuk 80% volume hati. Hepatosit membentuk susunan kompleks 3 dimensi yang disebut lamina hepatik. Hepatik lamina merupakan pelat dari hepatosit yang dibatasi saluran vaskular endotelia yang disebut sinusoid hepatik. Lamina hepatik memiliki struktur tidak beraturan yang bercabang-cabang. Saluran di membran sel diantara hepatosit yang bersebelahan, memberikan ruang untuk kanalikuli dimana hepatosit mensekresikan empedu. Empedu merupakan cairan berwarna kuning, kecoklat-coklatan, atau hijau-kekuningan yang disekresikan oleh hepatosit dan berperan sebagai produk ekskretoris dan sekresi pencernaan (Tortora and Derrickson, 2014).

Sel stelata hepatik memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dari pada hepatosit. Sel ini diduga berasal dari mesenkimal dan dicirikan dengan sejumlah droplet lipid sitoplasmik. Sel ini mensekresikan sebagian besar komponen matriks intralobular. Sel ini menyimpan vitamin A pada droplet lipidnya dan merupakan sumber signifikan dari faktor pertumbuhan pada homeostasis dan regenerasi hati. Sel stelata hepatik juga memiliki peranan penting dalam proses patofisiologi. Sebagai respon atas kerusakan hati, sel ini menjadi aktif dan bertanggungjawab terhadap mengubah hepatosit rusak yang bersifat toksik menjadi jaringan luka, suatu proses yang disebut sebagai fibrosis hepatik disekitar vena sentral (Standring

Kanalikuli empedu (kanal kecil empedu) merupakan saluran kecil diantara hepatosit yang menampung empedu hasil produksi hepatosit. Empedu dari kanalikuli empedu akan dibawa ke duktuli empedu kemudian menuju ke duktus empedu (saluran empedu). Duktus hepatik kanan dan duktus hepatik kiri, bergabung membentuk saluran yang lebih besar dan keluar dari hati, saluran ini disebut duktus hepatik umum. Duktus hepatik umum bertemu dengan duktus sistikus dari kandung empedu membentuk saluran yang disebut duktus empedu umum. Empedu kemudian akan masuk kedalam usus dua belas jari untuk menjalankan perannya dalam pencernaan (Tortora and Derrickson, 2014).

Sinusoid hepatik merupakan kapiler darah yang memiliki permeabilitas tinggi yang terletak diantara jejeran hepatosit yang memperoleh darah teroksigenasi dari cabang arteri hepatik dan darah terdeoksigenasi yang kaya nutrien dari cabang vena portal hepatik (yang membawa darah dari organ-organ gastrointestinal dan limpa ke hati). Sinusoid hepatik mengirimkan darah ke vena sentral, kemudian darah dari vena sentral mengalir ke vena hepatik, yang mengalir ke vena cava inferior. Dalam sinusoid hepatik juga terdapat fagosit yang disebut stelat retikuloendotelia atau sel kupffer atau makrofag hepatik (Tortora and Derrickson, 2014).

Sel Kupffer merupakan makrofag hepatik yang terderivasi dari monosit yang tersirkulasi di darah dan berasal dari sumsum tulang. Sel Kupffer menetap dalam waktu yang lama di hati dan terletak di lumen sinusoid menempel pada permukaan endotelial. Sel tersebut memiliki peranan penting dalam sistem fagosit mononuklear yang bertanggung jawab terhadap pemusnahan debris seluler dan

mikrobial dari sirkulasi, dan untuk sekresi sitokin yang terlibat dalam sistem pertahanan. Sel ini bersama dengan limpa, dalam keadaan normal berfungsi dalam memusnahkan sel darah merah yang sudah tua atau rusak dari sirkulasi hepatik (Standring et al., 2008).

Hepatosit, sistem duktus empedu, dan sinusoid hepatik dapat disusun menjadi unit anatomis dan fungsional dalam 3 bentuk berbeda (Gambar 5), yaitu lobulus hepatik, lobulus portal, dan asinus hepatik. Lobulus hepatik telah bertahun- tahun dideskripsikan oleh ahli anatomi sebagai unit fungsional hati. Menurut model ini, tiap lobulus hepatik berbentuk heksagon (struktur segi enam). Pada bagian tengah lobulus hepatik adalah vena sentral yang dikelilingi oleh barisan hepatosit

Gambar 5. Perbandingan Tiga Unit Struktural dan Fungsional Hati (Tortora and Derrickson, 2014)

dan sinusoid hepatik. Pada tiga sudut heksagon terletak triad portal (gabungan duktus empedu, cabang arteri hepatik, dan cabang vena hepatik). Model ini didasarkan pada deskripsi dari hati babi dewasa. Pada hati manusia, sulit untuk mendefinisikan lobulus hepatik denga baik karena diselubungi oleh lapisan jaringan penghubung yang tebal (Tortora and Derrickson, 2014).

Model lobulus portal menekankan fungsi eksokrin dari hati, yaitu sekresi empedu. Oleh karena itu, triad portal duktus empedu menjadi pusat dari lobulus portal. Lobulus portal berbentuk segitiga yang ditentukan dengan garis lurus imajiner yang menghubungkan tiga vena sentral dekat triad portal (Gambar 5). Model ini tidak digunakan secara luas (Tortora and Derrickson, 2014).

Pada beberapa tahun terakhir, unit struktural dan fungsional hati yang lebih disukai adalah model asinus hepatik karena memberikan deskripsi dan interpretasi logis mengenai pola dari penyimpanan dan pemecahan glikogen, serta hubungan efek toksik, degenerasi, dan regenerasi terhadap kedekatan zona asinar ke cabang triad portal. Setiap asinus hepatik merupakan (kurang lebih) massa oval yang mencakup bagian-bagian dari dua lobulus hepatik yang bersebelahan. Poros pendek asinus hepatik ditentukan oleh cabang portal triad yang terdapat disepenjang perbatasan lobulus hepatik. Poros panjang dari asinus hepatik ditentukan oleh dua garis lengkung imajiner yang menghubungkan dua vena sentral yang paling dekat dengan sumbu pendek (Gambar 5) (Tortora and Derrickson, 2014).

Hepatosit pada asinus hepatik tersusun dalam 3 zona (Gambar 6) diseputaran poros pendek, tanpa batasan yang presisi diantara zona-zona ini. Sel

pada zona 1 adalah yang paling dekat dengan cabang triad portal dan yang pertama menerima oksigen, nutrien, dan toksin dari darah yang datang. Sel ini adalah yang pertama menerima glukosa dan menyimpannya dalam bentuk glikogen setelah makan dan yang pertama memecah glikogen menjadi glukosa ketika puasa. Sel ini juga yang pertama mengalami perubahan morfologi setelah terjadi obstruksi duktus empedu atau eksposur senyawa toksin. Sel zona 1 adalah yang pertama mati ketika terdapat gangguan sirkulasi dan yang pertama beregenerisasi. Sel pada zona 3 adalah yang terjauh dari cabang triad portal dan yang terakhir menerima efek dari gangguan sirkulasi, dan yang terakhir beregenerisasi. Sel zona 3 juga merupakan yang pertama menunjukkan bukti dari adanya akumulasi lemak. Sel pada zona 2 memiliki karakteristik struktural dan fungsional pertengahan antara sel zona 1 dan 3 (Tortora and Derrickson, 2014).

Dokumen terkait