• Tidak ada hasil yang ditemukan

Holding Period Return Sub-Periode Masing-Masing Portofolio

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.9 Pengukuran Kinerja Menggunakan Metode Time-Weighted Rate of

4.9.1 Holding Period Return Sub-Periode Masing-Masing Portofolio

Metode

time-weighted rate of return hanya memasukkan

variabel return

saja ke dalam pengukuran kinerjanya. Terlebih

dahulu perlu dihitung holding period return (HPR) dari sub-periode.

Sub-periode yang digunakan adalah periode bulanan mulai Januari

2006-April 2007.

Perbandingan kinerja pertama dilakukan dengan

membandingkan pergerakan HPR sub-periode antara kinerja

portofolio IPB-Kresna dengan portofolio Markowitz dan model

indeks tunggal yang tidak menerapkan kebijakan investasi IPB-

Kresna dalam pembentukan portofolionya. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui keandalan portofolio IPB-Kresna terhadap portofolio

yang dibentuk oleh model yang telah ada.

HPR sub-periode keempat portofolio pembanding bergerak ke

arah yang sama pada beberapa periode, yaitu sama-sama menurun

pada bulan Mei 2006 akibat harga saham TLKM yang turun sebesar

5.30%, meskipun penurunannya tidak begitu besar namun hal ini

memberikan dampak yang cukup besar karena keempat portofolio

tersebut mengalokasikan dana yang besar pada saham TLKM ini.

HPR sub-periode keempat portofolio pembanding mengalami

pergerakan yang sama lagi pada bulan Maret 2007, di mana HPR

meningkat tajam akibat kenaikan harga saham TLKM sebesar 8.94%

diiringi kenaikan harga obligasi pemerintah seri VR0013 sebesar

19.61%. Kedua aset tersebut menempati posisi yang besar pada

keempat portofolio sehingga mampu meningkatkan return secara

signifikan. Namun satu bulan kemudian, yaitu bulan April 2007,

harga VR0013 turun drastis dari 120% menjadi 100.99% sehingga

menjatuhkan pula return keempat portofolio. Portofolio yang

mengalami penurunan paling tajam terjadi pada dua portofolio yang

dibentuk berdasarkan model indeks tunggal karena porsi obligasi

pemerintah seri VR0013 ini menempati porsi sebesar 74.27% untuk

portofolio model indeks tunggal tanpa kebijakan investasi IPB-

Kresna dan 59.42% untuk portofolio model indeks tunggal dengan

kebijakan investasi IPB-Kresna.

0.85 0.90 0.95 1.00 1.05 1.10 1.15 1.20

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

Markowitz Model Indeks Tunggal IPB-Kresna

Gambar 12 Pergerakan HPR portofolio IPB-Kresna, Markowitz, dan

model indeks tunggal tanpa kebijakan IPB-Kresna

periode Januari 2006-April 2007.

Dari Gambar 12, diketahui bahwa sebagian besar HPR sub-

periode portofolio Markowitz dan model indeks tunggal berada di

atas HPR sub-periode IPB-Kresna. Pergerakan HPR sub-periode

portofolio model indeks tunggal terlihat lebih stabil, kecuali saat

memasuki bulan Maret 2007 yang tiba-tiba melonjak tajam akibat

kenaikan harga saham TLKM dan obligasi VR0013 dan mengalami

penurunan drastis pada bulan April 2007 akibat kejatuhan harga

obligasi VR0013.

HPR sub-periode IPB-Kresna dibandingkan kembali dengan

portofolio Markowitz dan model indeks tunggal yang menerapkan

kebijakan investasi IPB-Kresna (Gambar 13).

0.90 0.95 1.00 1.05 1.10 1.15

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

Markowitz Model Indeks Tunggal IPB Kresna

Gambar 13 Pergerakan HPR portofolio IPB-Kresna, model

Markowitz, dan model indeks tunggal dengan kebijakan

IPB-Kresna periode Januari 2006-April 2007.

Dari pergerakan HPR sub-periode, diketahui bahwa rata-rata

HPR sub-periode IPB-Kresna berada di bawah HPR sub-periode

portofolio Markowitz dan model indeks tunggal yang dibentuk

dengan menggunakan kebijakan investasi IPB-Kresna. Sejauh ini

dapat diketahui bahwa tidak ada yang salah dalam kebijakan investasi

yang diterapkan dalam IPB-Kresna.

Pada beberapa periode terjadi pergerakan HPR yang mirip

antara portofolio Markowitz, model indeks tunggal, dan IPB-

Kresna.yaitu pada periode April-Juni 2006. Pada April-Mei 2006

HPR ketiga portofolio sama-sama mengalami bergerak turun dan naik

kembali pada Mei-Juni 2006. Pada Oktober-November 2006, HPR

portofolio model Markowitz dan IPB-Kresna kembali bergerak

dengan arah yang sama, yaitu mengalami kenaikan. Pergerakan HPR

yang sama ini bisa disebabkan karena adanya efek yang sama dalam

portofolio yang satu dengan yang lainnya, misalnya ketiga portofolio

sama-sama melakukan alokasi dana pada saham TLKM. Pergerakan

yang sama bukan hanya karena memasukkan efek yang sama ke

dalam portofolio namun juga karena melakukan alokasi kepada efek

tersebut dalam jumlah yang besar.

Pergerakan HPR masing-masing portofolio yang diperlihatkan

Gambar 12 dan 13 terlihat tidak berbeda jauh antara pergerakan HPR

satu dengan yang lainnya dan belum diketahui apakah perbedaan

pergerakan HPR antara portofolio IPB-Kresna dengan keempat

portofolio pembanding ini signifikan (berbeda nyata) atau tidak.

Maka dari itu dilakukan uji-T untuk independent sample dengan

asumsi bahwa HPR periode satu dengan lainnya merupakan sampel

bebas, yang berarti HPR suatu periode tidak dipengaruhi HPR

periode sebelumnya.

Tabel 9 Hasil uji beda antara means HPR IPB-Kresna dengan means

HPR empat portofolio pembanding

Model Markowitz

Model Indeks Tunggal

Portofolio

kebijakan non-kebijakan kebijakan non-kebijakan

probability < α

probability < α probability > α probability > α

IPB-Kresna

(signifikan)

(signifikan)

(tidak signifikan) (tidak signifikan)

Diolah dari: Lampiran 15

Dengan diketahuinya hasil uji beda ini berarti rata-rata HPR

sub-periode antara portofolio IPB-Kresna dengan dua portofolio yang

disusun berdasarkan model indeks tunggal, dapat dianggap sama

karena perbedaannya tidak signifikan. Perbedaan yang signifikan

hanya terjadi jika rata-rata HPR sub-periode portofolio IPB-Kresna

diperbandingkan dengan dua portofolio yang disusun berdasarkan

model Markowitz, di mana kedua portofolio model Markowitz lebih

unggul dibandingkan portofolio IPB-Kresna.

4.9.2

Kinerja Berdasarkan Metode Time-Weighted Rate of Return

Pengukuran kinerja menggunakan metode time-weighted rate of

return dapat dilakukan setelah HPR sub-periode masing-masing

portofolio diketahui. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan

persamaan 22.

Tabel 10

Kinerja berdasarkan metode time-weighted rate of return

(dalam %)

Portofolio Model

Markowitz

Portofolio Model Indeks

Tunggal

Portofolio

Menerapkan

Kebijakan

IPB-Kresna

Non-

Kebijakan

IPB-Kresna

Menerapkan

Kebijakan

IPB-Kresna

Non-

Kebijakan

IPB-Kresna

IPB

Kresna

Time-weighted

rate of return

51.05% 49.12% 30.50% 34.26% 16.09%

Seperti ditunjukkan oleh Tabel 10, kinerja terendah berdasarkan

pengukuran metode time-weighted rate of return dihasilkan oleh IPB-

Kresna dengan return sebesar 16.09% yang berarti investor yang

menginvestasikan dananya ke dalam Unit Penyertaan IPB-Kresna

pada bulan Januari 2006 akan menerima keuntungan sebesar 16.09%

pada April 2007. Portofolio model Markowitz dengan menggunakan

kebijakan investasi IPB-Kresna mampu menghasilkan return yang

besarnya lebih dari tiga kali lipat return portofolio IPB-Kresna.

Dari hasil pengukuran kinerja menggunakan metode time-

weighted rate of return ini belum dapat diketahui tentang keandalan

kebijakan yang diterapkan oleh IPB-Kresna. Di antara dua portofolio

yang dibentuk dengan menggunakan model Markowitz, kinerja

tertinggi dimiliki oleh portofolio yang menerapkan kebijakan

investasi IPB-Kresna. Sedangkan pada model indeks tunggal, kinerja

portofolio yang menggunakan kebijakan investasi IPB-Kresna lebih

rendah dibandingkan dengan portofolio model indeks tunggal yang

tidak menerapkan kebijakan investasi tersebut.

Kebijakan investasi IPB-Kresna dianggap kurang tepat jika

dilihat menggunakan kinerja portofolio yang menggunakan model

indeks tunggal. Namun pada portofolio model Markowitz, portofolio

dengan menggunakan kebijakan investasi IPB-Kresna memiliki

kinerja yang lebih unggul. Penggunaan metode time-weighted rate of

return ini memang belum dapat menunjukkan apakah kebijakan yang

diterapkan dalam investasi IPB-Kresna sudah tepat, namun diketahui

bahwa kebijakan investasi bukan penyebab utama portofolio IPB-

Kresna memiliki kinerja yang kurang optimal karena dua portofolio

lain yang dibentuk dengan menggunakan kebijakan investasi IPB-

Kresna ternyata masih mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik

dari pada IPB-Kresna.

Dokumen terkait