• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN UMUM MODEL PENDAMPINGAN IMAN

B. Berbagai Bentuk Pendampingan Bagi Kaum Lansia

2. Home Care

4. Penerapan Metode Spritual Nigh Care ... 81

5. Kelompok Pendalaman Iman ………... 82

BAB V. PENUTUP ……… 83

A. Kesimpulan ……… 83 1. Keadaan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 85 2. Harapan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 86 B. Saran ………... 87

1. Bagi Paroki dan Team Pastoral Paroki Keluarga Kudus

Banteng Yogyakarta ……….. 87 2. Bagi Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 88 DAFTAR PUSTAKA ……… 89

xxii

LAMPIRAN ………... 91 Lampiran 1 : Data Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru …... (1) Lampiran 2 : Catatan Lapangan Hasil Wawancara Lansia ……….. (3)

xxiii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Mat : Matius Yes : Yesaya Ams : Amsal Ayb : Ayub Mzm : Mazmur Ul : Ulangan Rat : Ratapan PB : Perjanjian Baru

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum (Dokumen Konsili Vatikan II Tentang

Wahyu Ilahi)

CT : Catechesi Tradendae (Ajaran Apostolik Paus Yohanes

Paulus II Tentang Katekese Masa Kini

C. Singkatan Lain

SdC : Suora della Carita (Suster Cinta Kasih)

St : Santa

Let : Leter

xxiv

UU : Undang-undang

UUD : Undang-undang Dasar

RI : Republik Indonesia

PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa

PIA : Pendidikan Iman Anak

PIR : Pendidikan iman remaja

OMK : Orang Muda Katolik

PKKI : Pertemuan Kateketik antar- Keuskupan se-Indonesia

Bdk : Bandingkan Lam : Lampiran No : Nomor Hal : Halaman Brs : Baris Dll : Dan lain-lain RT : Rumah Tangga

WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak jarang kita mendengar,

membaca, bahkan mengucapkan sendiri kata “lansia” yang merupakan singkatan dari “lanjut usia”. Tentunya, tergambar secara pasti dalam benak kita tentang

suatu keadaan yang sangat jauh berbeda dari keadaan semula 30 tahun

sebelumnya. Kita pun menemukan beberapa istilah lain, selain “lansia” yang

dipergunakan untuk menyebut kategori seseorang, baik perempuan maupun

laki-laki yang sudah berusia 60 tahun ke atas. Misalnya, manula (manusia usia lanjut);

usila (usia lanjut); dan glamur (golongan lanjut umur). Masa inilah yang disebut

dengan masa Tua. Menjadi tua adalah proses dimana terjadi perubahan fisik yang

menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya karena banyak faktor yang

mempengaruhinya. Hal yang merupakan kebenaran mutlak bahwa perubahan

kondisi fisik terjadi pada seorang yang "usia lanjut" dan sebagian besar perubahan

itu terjadi ke arah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk

masing-masing individu walaupun usia mereka sama. Selain itu, bagian-bagian

tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses dan kecepatan

kerusakan yang bervariasi. Misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang

dibanding organ yang lain. Karena itu, masa tua merupakan pase terakhir

Hal ini menggiring penulis pada pemahaman bahwa menjadi tua adalah suatu

proses alamiah dalam tubuh manusia.

Umumnya, orang menyebut kelompok “lansia” sebagai orang yang sudah

dewasa karena mempunyai kemampuan menghadapi tantangan fisik, psikologis,

sosial, moral maupun iman.Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua lansia itu

mampu menghadapi tantangan hidupnya.Karena tidak mampu menghadapi

tantangan hidupnya lansia cenderung memilih jalan bunuh diri.Di Perancis kurang

lebih 158 orang dari 100. 000 orang lansia di atas usia 55 tahun memilih jalan

bunuh diri (Sartika, Maret 1988).

UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan "lanjut usia", terdapat

pendeskripsian bahwa "lanjut usia" dibedakan menjadi "lanjut usia" potensial dan

"lanjut usia" tidak potensial. Potensial atau tidaknya seorang yang lanjut usia

sangat mempengaruhi perkembangan, baik secara fisik, mental, sosial, psikologis,

bahkan iman yang dianutnya. Hal ini pun mempengaruhi timbulnya permasalahan

pada setiap aspek tersebut sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan mental

dalam pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari. Selain itu, usia pun dapat

mempengaruhi perubahan fisik dan mental seorang yang lanjut usia. Semakin

panjangnya usia, akan berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan

dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, bahkan iman dimana jumlah

orang yang tergolong lansia semakin meningkat.

Adapun masalah umum yang dialami oleh kaum lansia, seperti

penyesuaian diri dengan perubahan fisik, masalah kesehatan; perubahan minat,

di masyarakat.Krisis ekonomi, kesepian (syndrome), minder, keinginan untuk

menjadi muda kembali karena merasa ditolak dan beranggapan bahwa hidupnya

sudah tidak berguna lagi, dan ketakutan menghadapi kematian juga menjadi

masalah yang mendominasi kehidupan kaum lansia.

Kenyataan di atas menggerakkan setiap orang, bahkan lembaga atau

institusi untuk secara khusus memperhatikan kaum lansia. Perhatian kepada kaum

lansia diakui secara internasional dengan disepakatinya Vienna International Plan

of Action on Aging on pada tahun 1982 oleh PBB melalui Resolusi No. 45/106,

yang menyatakan bahwa pada tanggal 1 Oktober 1982 sebagai Hari Internasional

Lanjut Usia.

Perhatian dan pembinaan terhadap kaum lansia di bidang kesehatan dan

sosial, sudah menjadi kesadaran publik.Hal ini terbukti dengan adanya panti-panti

Werdha di seluruh Indonesia (Sartika, 1988).Namun, pembinaan di bidang iman

sungguh masih memprihatinkan.Bahkan, hampir setiap keuskupan dan paroki

membentuk kelompok kategorial lansia, tetapi belum maksimal dalam

pelaksanaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum lansia di wilayah St.

Bernadetta Banteng Baru,Paroki Keluarga Kudus Banteng memiliki harapan

untuk dapat memperoleh pembinaan, khususnya pembinaan iman, agar mereka

semakin mampu menghadapi tantangan dan permasalahan yang semakin

kompleks.

Peran Gereja, khususnya Paroki Keluarga Kudus Banteng dalam

menanggapi harapan dan keinginan kaum lansia, yakni dengan melibatkan mereka

di kelompok Legio Maria, senam pagi, serta kegiatan lainnya. Semua kegiatan

tersebut tidak sepenuhnya terlaksana.Kegiatan kelompok lansia yang masih aktif

sampai sekarang adalah senam pagi dan koor di Gereja.Kegiatan ini dimaksudkan

agar para lansia mengisi hari-hari hidupnya dengan penuh makna dan sukacita dan

siap dalam menjalani masa tuanya.

Dibalik persoalan yang dihadapi oleh kaum lansia, mereka juga memiliki

harapan-harapan sehingga memacu untuk terus berjuang hidup agar tidak merasa

putusasa dalam menjalani masa tuanya. Adapun yang menjadi harapan para lansia

secara umum adalah mereka ingin terbebaskan dari rasa sepi (syndrome), dapat

hidup bahagia “merasa diterima,” kematangan dalam iman, menemukan makna

hidup, bisa ikut ambil bagian dalam kehidupan dan cinta kasih Allah, siap

menghadapi panggilan Tuhan, penuh syukur dan bersukacita.

Sisi lain, berdasarkan beberapa persoalan yang dialami oleh kaum lansia di

atas, penulis merasa tertantang untuk bisa ikut ambil bagian, serta memberikan

perhatian bagi mereka melalui usulan model-model pendampingan yang relevan.

Hal ini diharapkan agar para lansia khususnya yang ada di wilayah St. Bernadetta

Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng, dapat menjalani masa tuanya

dengan penuh kegembiraan dan siap menghadapi tantangan yang ada. Selain itu,

apa yang menjadi harapan mereka dapat terpenuhi sehingga masa tua tidak

menjadi beban namun merupakan persiapan untuk menuju kebahagiaan abadi

yang patut disyukuri. Dengan demikian, judul skripsi yang diangkat oleh penulis

adalah “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI

KELUARGA KUDUS BANTENG - YOGYAKARTA”.Penulis juga ingin

menghadirkan suatu metode pendampingan iman, yaitu metode katekese dengan

harapan bahwa iman mereka terus tumbuh dan semakin teguh. Dengan demikian,

para lansia akan lebih mudah meneima masa tuanya dan menyadari bahwa hidup

ini adalah sebagai hadiah Allah. Hidup dengan segala pemberian-Nya perlu

diterima dengan penuh syukur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa

permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh para lansia, khususnya bagi lansia

di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng?

3. Apa yang menjadi harapan kaum lansia?

4. Bentuk pendampingan apa saja yang cocok untuk mengatasi masalah lansia,

sebagai bentuk usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi harapan mereka,

khususnya bagi kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki

Keluarga Kudus Banteng?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan ini, antara lain:

2. Penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi oleh para lansia di wilayah St.

Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng.

3. Memaparkan harapan-harapan para lansia.

4. Mendeskripsikan model pendampingan yang relevan bagi kaum lansia, selain

model pendampingan yang sudah ada di Paroki, sebagai bentuk usaha yang

telah dilakukan Paroki, agar dapat memenuhi harapan-harapan lansia,

khususnya yang ada di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga

Kudus Banteng.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari hasil penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Membantu untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh kaum lansia,

sekaligus sebagai bahan informasi bagi tim pewarta paroki dan keluarga dalam

upaya untuk meningkatkan pendampingan iman kaum lansia.

b. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang model

pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia.

c. Selain itu, melalui tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman bagi setiap orang, khususnya untuk para orangtua dan tim pewarta

paroki akan pentingnya pendampingan iman. Untuk itu, pendampingan iman

perlu ditanamkan sejenak dini ditengah-tengah keluarga, mulai dari

2. Bagi Lansia

a. Supaya para lansia semakin memiliki iman yang tangguh dalam menjalani

masa tuanya.

b. Supaya para lansia siap dalam menjalani masa tuanya dan mengisi hari-hari

hidupnya dengan penuh makna dan sukacita.

c. Supaya para lansia menyadari bahwa hidup ini adalah sebagai hadiah Allah.

d. Supaya para lansia mampu mensyukuri bahwa di masa usia lanjut mengalami

kepribadian yang semakin berkembang, menjadi semakin utuh dan arif

melalui pasang surutnya hidup.

e. Supaya para lansia mengalami kasih Allah yang utuh melalui perhatian dari

Gereja yakni semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas kelangsungan

hidup mereka.

f. Supaya tidak mudah putusasa dalam menghadapi tantangan hidup, tetapi

semakin yakin akan kasih Allah yang menguatkan melalui orang-orang

disekitarnya.

g. Supaya kaum lansia memiliki kesiapan jiwa, semakin mendekatkan diri

dengan Allah dan berpasrah sehingga ia mampu menerima masa tuanya

dengan tulus bukan sebagai beban.

h. Kaum lansia dapat mensyukuri masa tuanya sebagai kesempatan untuk

mempersiapkan diri untuk kelak bersatu di dalam kebahagiaan abadi bersama

E. Sistematika Penulisan

Gambaran umum tentang isi keseluruhan pembahasan yang akan di

paparkan dalam penulisan ini, penulis deskripsikan dalam gagasan-gagasan pokok

sebagai sistematika penulisan, demikian:

BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II berisikan tentang dinamika kaum lansia yang meliputi pengertian

lansia, tahap perkembangan kaum lansia,ciri-ciri kaum lansia, masalah-masalah

yang dihadapi oleh kaum lansia, masa lansia yang membahagiakan.

BAB III membahas gambaran umum pendampingan kaum lansia yang

meliputi pengertian pendampingan iman kaum lansia, tujuan pendampingan iman

lansia, manfaat pendampingan iman lansia, unsur-unsurpendampingan

iman.Kemudian membahas juga tentang pendampingan melalui devosi dan

pelayanan pastoral kateketis: pengertian devosi, bentuk-bentuk devosi, manfaat

devosi, model pelayanan pastoral katekese bagi kaum lansia, pendekatan

kateketis, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kateketis,

memperhatikan dan menggunakan waktu luang, serta bentuk pelayanan pastoral

kateketis.

BAB IV memuat tentang keadaan kaum lansia di wilayah St. Bernadetta

Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng –Yogyakarta, pendampingan kaum lansia di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng –

Yogyakarta dan memuat beberapa usulan program bagi kaum lansia.Sedangkan,

BAB II

DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA

A. Pengertian Kaum Lansia

Potter dan Perry (2005) mendefinisikan kaum lansia atau masa dewasa tua

adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan dimulai pada tahap setelah

pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Pernyataan ini dipertegas oleh

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2001) bahwa di Indonesia

batasan lansia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan kaum lansia, demikian; “Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh

gagalnya seorang dalam mempertahankan keseimbangan terhadap kesehatan dan

kondisi stres fisiologis.Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.

Santrock (2002: 190) mendefinisikan kaum lansia berdasarkan pandangan

orang barat dan orang timur (Indonesia). Pandangan orang barat bahwa lansia

adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini akan

membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan

orang timur (Indonesia) bahwa kaum lansia adalah orang yang sudah berusia lebih

dari 60 tahun. Pendapat ini diperkuat oleh UUD RI No. 13 Tahun 1998, Pasal 6

ayat 1 (Suardiman, 2011: 3) bahwa kaum lansia mempunyai kewajiban yang

sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Umumnya, di

tampak tanda-tanda penuaan, baik secara fisik maupun psikologis sehingga

mengakibatkan perubahan-perubahan dalam hidup mereka.

Kusumo Putro (Suardiman, 2011:3) menyebutkan bahwa proses menua

adalah proses alami yang disertai adanya penurunan fisik, psikologis, maupun

sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Artinya, penurunan fisik

mempengaruhi psikis maupun sosial, sementara penurunan psikis mempengaruhi

fisik dan sosial serta sebaliknya.Dengan demikian, pandangan tersebut dapat

membawa dampak pada perkembangan masa lansia seseorang.Artinya, kita dapat

mendeskripsikan bahwa perkembangan masa lansia merupakan tahapan akhir dari

siklus perkembangan manusia.Hal ini disebut juga sebagai periode penutup dalam

rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari usia enam puluh tahun sampai

meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang

semakin menurun pada seseorang. Proses menua pada perkembangan masa lansia

adalah proses alamiah yang disertai menurunnya perkembangan manusia.

B. Tahap Perkembangan Kaum Lansia

Perkembangan masa lansia yang dikemukakan di atas, dapat diuraikan

berdasarkan watak, usia, dan segi ekonomis. Hal ini memperjelas makna dan

hakikat lansia sesungguhnya. Benar bahwa tahap perkembangan kaum lansia

secara umum dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni (1) Dewasa lanjut

untuk usia 45 – 54 tahun, (2) Pra lansia untuk usia 55 – 59 tahun, dan (3) Lansia 60 tahun ke atas. Namun, secara terperinci, hal tersebut dapat diuraikan sebagai

1. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Wataknya

Prof. Dr. Utoyo Sukaton mengatakan bahwa kondisi kaum lansia banyak

tergantung pada watak, pengalaman hidup, kondisi fisik, sosial ekonomi dan

lingkungan. Kaum lansia juga dapat dicirikan dalam empat tipe, yakni:

a. Tipe Optimis adalah tipe kaum lansia yang santai, riang (the rocking chairman

atau the rocking chairwomen);

b. Tipe militant,yaitu tipe kaum lansia yang serius (the armoured man);

c. Tipe pemarah yang gampang frustasi (the angry man);

d. Tipe putusasa:tipe kaum lansia yang benci pada dirinya sendiri, ingin mati saja

(the self hating man/women).

2. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Usia

Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Ciptaprawiro, 1990) menetapkan,

pembagian umur kaum lansia meliputi empat tingkatan, yaitu:

a. Werdha Madya (Middle Age) untuk umur 45-59 tahun

b. Werdha Utama (Elderly) untuk umur 60-70 tahun

c. Werdha Prawasana (Old) untuk umur 75-90 tahun

d. Werdha Wasana (Very Old) untuk usia 90 tahun ke atas.

Hal tersebut senada dengan Prayitno (1994) bahwa pembagian umur lansia

meliputi empat tingkatan, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) untuk usia 60-64 tahun

b. Yunior old untuk usia 65-74 tahun

d. Sangat tua (very old) untuk usia 90 tahun ke atas

Sedangkan, Hurlock (2002: 241) menjelaskan bahwa tahap terakhir dalam

perkembangan lansia dibagi menjadi: usia lanjut dini yakni 60 – 70 tahun, dan lansia 70 tahun hingga akhir hidup seseorang, orang tuamuda atau usia tua (usia

65 – 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun ke atas) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih

muda.

Kaum lansia tidak identik dengan kelemahan, kepikunan, kesepian, dan

sakit-sakitan. Ilmu pengetahuan yang luas dan semangat untuk belajar

terus-menerus akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengisi sisa hidup di

hari tua.

3. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Bidang Ekonomis

Suardiman (2011: 11) menyatakan bahwa secara ekonomis, kaum lansia

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Kelompok kaum lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang

sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

b. Kelompok kaum lansia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi

kebutuhan mereka sendiri.

Kelompok kaum lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk mereka

yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan

atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya

UUD RI No. 13 tahun 1998 (Suardiman, 2011: 2) mengutip tentang

kesejahteraan kaum lansia terdapat dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan, bahwa yang

dimaksud dengan kaum lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa, kaum lansia mempunyai hak yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemudian, dalam pasal 6

ayat 1 menyatakan, bahwa lansia mempunyai kewajiban yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan

kaum lansia merupakan periode dimana seseorang telah mencapai kematangan

dalam proses kehidupan, namun telah menunjukkan kemunduran fungsi pada

organ tubuh sejalan dengan bertambahnya waktu dan usia seseorang.Tahap lansia

dimulai dari usia 60 tahun sampai meninggal. Tahap ini biasanya ditandai dengan

adanya perubahan baik dari segi fisik maupun psikologis yang semakin menurun,

namun kaum lansia tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

kehidupan sosial.

C. Ciri-ciri Kaum Lansia

1. Kaum Lansia Merupakan Periode Kemunduran

Hurlock (1980: 380) mengemukakan bahwa kemunduran yang terjadi pada

tahap lansia sebagian disebabkan karena faktor fisik dan psikologis. Kemunduran

fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada sel-sel tubuh bukan karena

mengakibatkan sikap tidak senangterhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan yang

disebabkan karena adanya perubahan pada lapisan otak.

2. Perubahan Individual pada Efek Menua

Proses penuaan mempengaruhi setiap orang secara berbeda berdasarkan

latar belakang yang berbeda pula. Namun, secara umum bahwa penuaan fisik

lebih cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal sebaliknya juga

kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang sangat memikirkan proses

penuaannya secara fisik dan psikologis, Hurlock (1980: 381).

3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran

Hurlock (1980: 384) menjelaskan bahwa keterbatasan fisik yang terjadi

pada kaum lansia mengakibatkan perubahan peran dalam urusan masyarakat dan

sosial, demikian juga halnya dalam dunia usaha dan profesionalisme.Kaum lansia

tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang

tertentu.

4. Penyesuaian yang Buruk

Sikap sosial yang negatif bagi kaum lansia, akan mempengaruhi konsep

dirinya yang tidak menyenangkan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perilaku

5. Keinginan Menjadi Muda Kembali

Hurlock (1980: 385) mengungkapkan bahwa terjadinya

perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis pada kaum lansia, menimbulkan

keinginan baru untuk tetap menjadi muda kembali dengan melakukan berbagai

cara untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya supaya tetap terlihat muda.

Namun, usaha tersebut tidak bisa menghalangi terjadinya proses menua.

6. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik

Menurut pendapat Hurlock (1980: 390) umumnya setelah orang memasuki

lansia, maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi

kognitif meliputi proses belajar, pengertian, pemahaman,persepsi, kreativitas dan

perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku kaum lansia menjadi

semakin lambat. Sementara itu, fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal

yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa kaum lansia menjadi kurang cekatan.

7. Perubahan Aspek Psikososial

Kaum lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan

dengan keadaan kepribadian mereka. Beberapa perubahan tersebut dapat

dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian kaum lansia, yakni sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (construction personalitiy); biasanya tipe ini

b. Tipe Kepribadian Mandiri (independent personality); kaum lansia tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (dependent personalitiy); pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bermasalah, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apa lagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (hostility personality); pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan

yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi tidak teratur.

e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality); kaum lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

Dokumen terkait