• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng - Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng - Yogyakarta."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan pendampingan iman lansia khususnya di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan pengamatan penulis, bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan bagi kaum lansia masih terbatas.

Menyikapi masalah di atas, penulis mengadakan wawancara dengan beberapa kaum lansia dalam status yang berbeda, juga melibatkan pengurus lansia untuk mencari imformasi tentang jumlah dan kegiatan lansia yang sudah pernah di laksanakan selama ini, baik di paroki maupun kegiatan di luar paroki.

Setelah mengetahui tentang jumlah pendampingan yang masih terbatas, maka diajukan pendampingan kateketis. Pendampingan adalah suatu usaha membantu orang lain untuk berproses, sehingga mampu berkembang dan mandiri. Pendampingan di sini lebih diartikan sebagai suatu proses menuju kepada kematangan dan kemandirian pribadi secara utuh. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program kateketis dalam rangka pendampingan iman lansia.

(2)

ix ABSTRACT

This thesis entitled “THE RELEVANT FAITH ASSISTANCE MODEL FOR THE ELDERLY FAITH OF ST. BERNADETTA BANTENG BARU IN KELUARGA KUDUS PARISH BANTENG – YOGYAKARTA”. The title was chosen based on the writer's concerns toward elderly faith assistance, especially of St. Bernadetta Banteng Baru in Keluarga Kudus parish, Banteng - Yogyakarta. Based on the writer's observation, the assistance designs which had been implemented for the elderly there were still limited.

Responding the problem above, the writer had conducted interviews with some elderly there in different status based on the degree of age, economics, social, and health. Moreover, the writer also involved coordinators of elderly communities to find information about how many assistance activities for elderly which had already been carried so far, whether it was in the parish, region, environment, or activities outside the parish.

After knowing the elderly situation and also the number of assistances which had been done, the writer proposed a catechetical assistance. A catechetical assistance is an attempt to help people growing to be an independent. This assistance is interpreted as a process which will lead people to be mature and independent in their personality as a whole. Therefore, in this paper the writer designs and then offers some suggestions for elderly assistance in Banteng Baru region.

(3)

MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Junaidi NIM: 101124051

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii S K R I P S I

MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU

PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA

(5)

iii S K R I P S I

MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU

PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Junaidi

NIM: 101124051

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan dengan hati yang tulus dan bahagia kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi semangat, kekuatan,

pendampingan dan sahabatku yang setia dalam hidupku.

Kongregasi Suster Cinta Kasih (SdC)

Yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial

Para pendamping lansia di Paroki Keluarga Kudus Banteng

Serta

(7)

v MOTTO

“Ketika Tuhan memanggil dan kita mendengar-Nya,

Dia beri semua yang kita perlukan.”

(Let. Amons. Lecoz, 28 Feb 1813; LD p.232)

“Marilah kepada-Ku semua yang berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

(Matius 11: 28)

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2014

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYANILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Junaidi

NIM : 101124051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang

bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah penulis yang berjudul

MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalty kepada penulis, selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 18 Desember 2014

Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan pendampingan iman lansia khususnya di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan pengamatan penulis, bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan bagi kaum lansia masih terbatas.

Menyikapi masalah di atas, penulis mengadakan wawancara dengan beberapa kaum lansia dalam status yang berbeda, juga melibatkan pengurus lansia untuk mencari imformasi tentang jumlah dan kegiatan lansia yang sudah pernah di laksanakan selama ini, baik di paroki maupun kegiatan di luar paroki.

Setelah mengetahui tentang jumlah pendampingan yang masih terbatas, maka diajukan pendampingan kateketis. Pendampingan adalah suatu usaha membantu orang lain untuk berproses, sehingga mampu berkembang dan mandiri. Pendampingan di sini lebih diartikan sebagai suatu proses menuju kepada kematangan dan kemandirian pribadi secara utuh. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program kateketis dalam rangka pendampingan iman lansia.

(11)

ix ABSTRACT

This thesis entitled “THE RELEVANT FAITH ASSISTANCE MODEL FOR THE ELDERLY FAITH OF ST. BERNADETTA BANTENG BARU IN KELUARGA KUDUS PARISH BANTENG – YOGYAKARTA”. The title was chosen based on the writer's concerns toward elderly faith assistance, especially of St. Bernadetta Banteng Baru in Keluarga Kudus parish, Banteng - Yogyakarta. Based on the writer's observation, the assistance designs which had been implemented for the elderly there were still limited.

Responding the problem above, the writer had conducted interviews with some elderly there in different status based on the degree of age, economics, social, and health. Moreover, the writer also involved coordinators of elderly communities to find information about how many assistance activities for elderly which had already been carried so far, whether it was in the parish, region, environment, or activities outside the parish.

After knowing the elderly situation and also the number of assistances which had been done, the writer proposed a catechetical assistance. A catechetical assistance is an attempt to help people growing to be an independent. This assistance is interpreted as a process which will lead people to be mature and independent in their personality as a whole. Therefore, in this paper the writer designs and then offers some suggestions for elderly assistance in Banteng Baru region.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kasih Allah yang tiada hentinya

dicurahkan atas penulis, sehingga skripsi yang berjudul MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA.

Skripsi ini penulis susun sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan

terhadap kaum lansia serta pendampingannya baik secara jasmani maupun rohani,

sebagai umat Katolik di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga

Kudus Banteng. Bertolak dari situasi tersebut, penulis tertarik untuk membantu

pendampingan kaum lansia melalui beberapa usulan kegiatan seperti, bentuk

pendampingan devosi, home care, Coffee Morning, penerapan metode Spritual

Night Care, membentuk kelompok pendalaman iman.

Berhadapan dengan zaman yang semakin maju, serba sibuk, Gereja sendiri

lebih fokus pada kaum muda sehingga kelompok lansia baik oleh keluarga

maupun Gereja kurang mendapat perhatian. Pada hal kaum lansia sangat

memerlukan pendampingan khusus, agar mereka dapat menjalani masa tuanya

dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan, mampu berpasrah sepenuhnya pada

kehendak Allah secara khusus bagi kaum lansia yang sudah sangat tua, menderita

sakit dan tergolong miskin. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan

untuk melihat serta memberikan gambaran melalui beberapa usulan

(13)

xi

Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berkat dukungan, bimbingan dan pendampingan serta kerjasama yang baik

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

penulisan skripsi ini bisa diselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu dengan

penuh rasa syukur perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada mereka yang sangat berjasa berikut ini:

1. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah

setia membimbing dan mendampingi, mengarahkan, memberikan

masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan

mendukung seluruh proses studi penulis di IPPAK.

3. P. Banyu Dewa. H. S, S.Ag., M.Si selaku dosen penguji ketiga yang telah

berkenan memberikan dukungan dan bimbingan dalam perjalanan penyelesaian

skripsi ini.

4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK-USD

Yogyakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun

skripsi dari awal hingga akhir proses penulisan skripsi ini.

5. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan

(14)

xii

yang secara tidak langsung memberikan dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan perpustakaan

IPPAK serta perpustakaan pusat Universitas Sanata Dharma yang begitu murah

hati telah mengizinkan penulis menggunakan berbagai buku yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

7. Karl-Edmund Prier, SJ. Lic. Phil. sebagai pembimbing rohani saya yang selalu

setia memberikan pendampingan, semangat serta dukungan selama studi di

IPPAK, sehingga saya merasa diteguhkan dan dikuatkan dalam panggilan

sebagai religius.

8. Pimpinan dan anggota para Suster Cinta Kasih (SdC) dari Santa Yohana

Antida Thouret yang telah memberikan kepercayaan, kesempatan serta

dukungan dalam bentuk apapun bagi penulis selama studi di IPPAK.

9. Aloysius Kriswinarto, MSF selaku Romo Paroki Keluarga Kudus Banteng

10.Ign. Y. Kristio Budiasmoro selaku ketua lingkungan St. Yacinta dan Theresia

Retna Sukeksi HS selaku tim pewarta di lingkungan St. Katarina yang telah

membantu penulis untuk pendataan kaum lansia di lingkungannya

masing-masing.

11.Emelia Suyanti Tulus dan P. Andreas selaku koordinator kelompok lansia

serta kaum lansia yang ada di Wilayah Banteng Baru

12.Teman-teman mahasiswa/i angkatan 2010 yang telah mendukung, membantu

dan menyemangati melalui kebersamaan, persaudaraan, penuh keakraban dan

(15)

xiii

selalu bersemangat dan dikuatkan untuk terus berjuang dari awal sampai akhir

studi di IPPAK.

13.Semangat persaudaraan dan kebersamaan dari teman-teman Choice yang

selalu memberikan dukungan serta semangat bagi penulis untuk terus maju

dan berjuang.

14.Kedua orang tua saya Hadrianus Aman dan Fransiska Supin serta adik saya

Victor Julin dan Fransiskus Erdianto yang selalu memberikan dukungan lewat

cinta dan perhatian mereka.

15.Teman-teman yang setia memberikan perhatiannya, dengan rela hati

membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini, yakni, Sr Auksilia CIJ,

Sr. Verena SSps, Berno Beding, Br. Hironimus MTB, Br. Poly Carpus BM.

16.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

mendukung dan memberikan kontribusi positif dalam proses penulisan skripsi

ini sehingga dapat penulis selesaikan.

Yogyakarta, 18 Desember 2014

Penulis,

(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….…... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... iv

MOTTO ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vii

ABSTRAK ………. viii

ABSTRACT ………... ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ……….. xiv

DAFTAR SINGKATAN ………... xxiii

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan Penulisan ……… 5

D. Manfaat Penulisan ……….. 6

E. Sistematika Penulisan ……… 8

BAB II. DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA ……… 9

(17)

xv

B. Tahap Perkembangan Kaum Lansia ……….. 10

1. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Wataknya …………. 11

a. Tipe optimis ………... 11

b. Tipe militant ………... 11

c. Tipe pemarah yang gampang frustasi ……… 11

d. Tipe putus asa ………. 11

2. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Usia ……….. 11

a. Werdha madya ………... 11

b. Werdha utama ……… 11

c. Werdha prawasana ………. 11

d. Werdha wasana ……….. 12

3. Perkembangan Kaum Lansia berdasarkan Bidang Ekonomis …. 12 a. Kelompok kaum lansia yang sudah uzur ………... 12

b. Kelompok kaum lansia yang produktif ……….. 12

C. Ciri - ciri Kaum Lansia ……….. 13

1. Kaum Lansia Merupakan Periode Kemunduran ……….. 13

2. Perubahan Individual pada Efek Menua ……….. 14

3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran ………... 14

4. Penyesuaian yang Buruk ……….. 14

5. Keinginan Menjadi Muda Kembali ……….. 15

6. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik ………. 15

7. Perubahan Aspek Psikososial ………... 15

(18)

xvi

b. Tipe kepribadian mandiri ………... 16

c. Tipe kepribadian tergantung ……….. 16

d. Tipe kepribadian bermusuhan ……… 16

e. Tipe kepribadian kritik diri ……… 16

8. Perubahan Minat pada Kaum Lansia ………... 16

a. Minat pribadi ……….. 16

b. Minat untuk rekreasi ……….. 17

c. Minat sosial ……… 17

9. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat ………. 17

D. Masalah-masalah yang Dihadapi oleh Kaum Lansia ………. 19

1. Permasalahan Umum ...……… 19

a. Perubahan Fisik ……….. 19

b. Masalah kesehatan ………. 21

2. Masalah Psikologis ……….. 22

a. Dukacita (bereavement).………..…….……….. 22

b. Depresi ………... 23

c. Gangguan cemas ...………….……… 23

d. Psikosis pada usia lanjut ……… 23

e. Kaum lansia mengalami kebingungan ………... 24

3. Masalah Sosial ……….……… 25

4. Masalah Ekonomi ………..………. 26

E. Masa Lansia yang Membahagiakan ………... 27

(19)

xvii

a. Teoridisengagement ……….. 28

b. Teoriactivity ……….. 28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Kaum Lansia .. 30

a. Optimis serta perasaan efikasi diri ………. 30

b. Optimisasi secara selektif ………... 30

c. Penerimaan diri dan memiliki harapan yang kuat ………….. 30

d. Memperkuat pengaturan emosional diri ....……….…... 30

e. Menerima perubahan ……….. 30

f. Peran spritualitas dan keyakinan yang matang ……….. 30

g. Kontrol pribadi dalam hal ketergantungan dan kemandirian 30 h. Kualitas hubungan yang tinggi ……….…………. 30

i. Kepuasan hidup bagi kaum lansia ………. 30

3. Upaya untuk Menciptakan Kebahagiaan Kaum Lansia ………... 32

a. Memberi kesempatan kepada kaum lansia ………. 32

b. Perlu adanya pengawasan ……….. 32

c. Hindari kegiatan yang beresiko ……….. 32

d. Keluarga bisa aktif menciptakan suatu kegiatan ……… 33

e. Memberikan motivasi …….………... 33

4. Kesiapan Kaum Lansia dalam Menghadapi Kematian ………… 33

BAB III. GAMBARAN UMUM MODEL PENDAMPINGAN IMAN KAUM LANSIA……… 35 A. Model Pendampingan Iman Kaum Lansia ……….. 35

(20)

xviii

2. Tujuan Pendampingan Iman bagi Kaum Lansia ……….. 37

3. Manfaat Pendampingan Iman bagi Kaum Lansia ……….... 37

a. Agar kaum lansia semakin memiliki iman yang tangguh ….. 38

b. Supaya kaum lansia siap menjalani masa tuanya …………... 38

c. Supaya kaum lansia menyadari bahwa hidup adalah hadiah dari Allah ……… 38

d. Supaya kaum lansia mampu mensyukuri kepribadian yang semakin matang ……….. 38

e. Supaya kaum lansia mengalami kasih Allah yang utuh ……. 38

f. Supaya kaum lansia tidak mudah putus asa ………... 38

g. Agar kaum lansia memiliki kesiapan jiwa ………. 38

h. Kaum lansia dapat mensyukuri masa tuanya sebagai kesempatan untuk mempersiapkan diri menuju kebahagiaan abadi ………... 38

4. Syarat-syarat Pendampingan Iman ………... 39

a. Memiliki kesabaran ……… 39

b. Memiliki pengetahuan ……… 40

c. Memiliki ketulusan hati ………. 40

d. Memiliki sikap percaya ……….. 41

e. Memiliki sikap rendah hati …….………... 42

f. Mempunyai harapan yang kuat ……….. 42

g. Memiliki sikap keberanian ………. 43

(21)

xix

1. Devosi ………...………... 43

a. Pengertian Devosi ……….. 43

b. Bentuk - bentuk Devosi ……….. 45

c. Manfaat Devosi ……….. 46

2. Home Care ………... 48

a. Maksud dan Pelaksanaan Program Home Care ………. 48

b. Tujuan Pelaksanaan Program Home Care ………. 49

c. Sasaran ……….. 50

d. Kegiatan yang Dilaksanakan ……….. 51

e. Proses / Cara Pelaksanaan Program Home Care …………... 51

3. Coffee Morning ... 53

4. Penerapan Metode Spritual Night Care ………... 54

5. Kelompok Pendalaman Iman ………... 55

C. Pelayanan Pastoral Katekese bagi Kaum Lansia ………... 55

1. Pengertian Katekese Bagi Kaum Lansia ……….. 55

2. Tujuan Katekese Bagi Kaum Lansia ……… 56

3. Fungsi Katekese Bagi Kaum Lansia ……… 57

4. Isi Katekese Bagi Kaum Lansia ………... 57

5. Bentuk Katekese Bagi Kaum Lansia ………... 58

6. Peserta Katekese ………... 59

(22)

xx

A. Keadaan Kaum Lansia di Wilayah Banteng Baru Paroki Keluarga

Kudus Banteng –Yogyakarta ………... 61 1. Permasalahan Kaum Lansia Secara Kelompok dan Pribadi …… 62 a. Masalah Kesehatan ………...………. 63 b. Masalah Usia ………...………... 65 c. Masalah Ekonomi ………...…………... 67 d. Masalah sosial ……… 68 2. Harapan-harapan Kaum Lansia ……… 70 a. Mengikuti kegiatan yang ada secara rutin ……….. 71 b. Kegiatan untuk kaum lansia perlu diperbanyak lagi sesuai

kebutuhan ………... 71

c. Tetap sehat dimasa tuanya ………. 72 d. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan ……….. 73 e. Memiliki ketenangan jiwa dan berbahagia dimasa tua …….. 74 B. Pendampingan Kaum Lansia Di Wilayah St. Bernadetta Banteng

Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng –Yogyakarta ………

75

1. Senam pagi ………... 76 2. Aktif dalam Kelompok Legio Maria ……… 77 3. Tugas koor di paroki ...………. 78 4. Mengikuti Kegiatan Khusus Bagi Kaum Lansia pada Hari Raya

Natal dan Paskah ………. 78

(23)

xxi

7. Penyuluhan Tentang Kesehatan ………... 79

C. Berbagai Kemungkinan Program yang Dapat Ditawarkan untuk Pendampingan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng

Baru ……… 79

1. Devosi ……….. 79

2. Home Care ………... 80 3. Coffee Morning ... 81

4. Penerapan Metode Spritual Nigh Care ... 81

5. Kelompok Pendalaman Iman ………... 82

BAB V. PENUTUP ……… 83

A. Kesimpulan ……… 83 1. Keadaan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 85 2. Harapan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 86

B. Saran ………... 87 1. Bagi Paroki dan Team Pastoral Paroki Keluarga Kudus

Banteng Yogyakarta ……….. 87

2. Bagi Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru

Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 88

(24)

xxii

(25)

xxiii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Mat : Matius

Yes : Yesaya

Ams : Amsal

Ayb : Ayub

Mzm : Mazmur

Ul : Ulangan

Rat : Ratapan

PB : Perjanjian Baru

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum (Dokumen Konsili Vatikan II Tentang

Wahyu Ilahi)

CT : Catechesi Tradendae (Ajaran Apostolik Paus Yohanes

Paulus II Tentang Katekese Masa Kini

C. Singkatan Lain

SdC : Suora della Carita (Suster Cinta Kasih)

St : Santa

Let : Leter

(26)

xxiv

UU : Undang-undang

UUD : Undang-undang Dasar

RI : Republik Indonesia

PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa

PIA : Pendidikan Iman Anak

PIR : Pendidikan iman remaja

OMK : Orang Muda Katolik

PKKI : Pertemuan Kateketik antar- Keuskupan se-Indonesia

Bdk : Bandingkan

Lam : Lampiran

No : Nomor

Hal : Halaman

Brs : Baris

Dll : Dan lain-lain

RT : Rumah Tangga

WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

(27)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak jarang kita mendengar,

membaca, bahkan mengucapkan sendiri kata “lansia” yang merupakan singkatan

dari “lanjut usia”. Tentunya, tergambar secara pasti dalam benak kita tentang

suatu keadaan yang sangat jauh berbeda dari keadaan semula 30 tahun

sebelumnya. Kita pun menemukan beberapa istilah lain, selain “lansia” yang

dipergunakan untuk menyebut kategori seseorang, baik perempuan maupun

laki-laki yang sudah berusia 60 tahun ke atas. Misalnya, manula (manusia usia lanjut);

usila (usia lanjut); dan glamur (golongan lanjut umur). Masa inilah yang disebut

dengan masa Tua. Menjadi tua adalah proses dimana terjadi perubahan fisik yang

menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya karena banyak faktor yang

mempengaruhinya. Hal yang merupakan kebenaran mutlak bahwa perubahan

kondisi fisik terjadi pada seorang yang "usia lanjut" dan sebagian besar perubahan

itu terjadi ke arah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk

masing-masing individu walaupun usia mereka sama. Selain itu, bagian-bagian

tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses dan kecepatan

kerusakan yang bervariasi. Misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang

dibanding organ yang lain. Karena itu, masa tua merupakan pase terakhir

(28)

Hal ini menggiring penulis pada pemahaman bahwa menjadi tua adalah suatu

proses alamiah dalam tubuh manusia.

Umumnya, orang menyebut kelompok “lansia” sebagai orang yang sudah

dewasa karena mempunyai kemampuan menghadapi tantangan fisik, psikologis,

sosial, moral maupun iman.Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua lansia itu

mampu menghadapi tantangan hidupnya.Karena tidak mampu menghadapi

tantangan hidupnya lansia cenderung memilih jalan bunuh diri.Di Perancis kurang

lebih 158 orang dari 100. 000 orang lansia di atas usia 55 tahun memilih jalan

bunuh diri (Sartika, Maret 1988).

UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan "lanjut usia", terdapat

pendeskripsian bahwa "lanjut usia" dibedakan menjadi "lanjut usia" potensial dan

"lanjut usia" tidak potensial. Potensial atau tidaknya seorang yang lanjut usia

sangat mempengaruhi perkembangan, baik secara fisik, mental, sosial, psikologis,

bahkan iman yang dianutnya. Hal ini pun mempengaruhi timbulnya permasalahan

pada setiap aspek tersebut sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan mental

dalam pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari. Selain itu, usia pun dapat

mempengaruhi perubahan fisik dan mental seorang yang lanjut usia. Semakin

panjangnya usia, akan berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan

dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, bahkan iman dimana jumlah

orang yang tergolong lansia semakin meningkat.

Adapun masalah umum yang dialami oleh kaum lansia, seperti

penyesuaian diri dengan perubahan fisik, masalah kesehatan; perubahan minat,

(29)

di masyarakat.Krisis ekonomi, kesepian (syndrome), minder, keinginan untuk

menjadi muda kembali karena merasa ditolak dan beranggapan bahwa hidupnya

sudah tidak berguna lagi, dan ketakutan menghadapi kematian juga menjadi

masalah yang mendominasi kehidupan kaum lansia.

Kenyataan di atas menggerakkan setiap orang, bahkan lembaga atau

institusi untuk secara khusus memperhatikan kaum lansia. Perhatian kepada kaum

lansia diakui secara internasional dengan disepakatinya Vienna International Plan

of Action on Aging on pada tahun 1982 oleh PBB melalui Resolusi No. 45/106,

yang menyatakan bahwa pada tanggal 1 Oktober 1982 sebagai Hari Internasional

Lanjut Usia.

Perhatian dan pembinaan terhadap kaum lansia di bidang kesehatan dan

sosial, sudah menjadi kesadaran publik.Hal ini terbukti dengan adanya panti-panti

Werdha di seluruh Indonesia (Sartika, 1988).Namun, pembinaan di bidang iman

sungguh masih memprihatinkan.Bahkan, hampir setiap keuskupan dan paroki

membentuk kelompok kategorial lansia, tetapi belum maksimal dalam

pelaksanaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum lansia di wilayah St.

Bernadetta Banteng Baru,Paroki Keluarga Kudus Banteng memiliki harapan

untuk dapat memperoleh pembinaan, khususnya pembinaan iman, agar mereka

semakin mampu menghadapi tantangan dan permasalahan yang semakin

kompleks.

Peran Gereja, khususnya Paroki Keluarga Kudus Banteng dalam

menanggapi harapan dan keinginan kaum lansia, yakni dengan melibatkan mereka

(30)

di kelompok Legio Maria, senam pagi, serta kegiatan lainnya. Semua kegiatan

tersebut tidak sepenuhnya terlaksana.Kegiatan kelompok lansia yang masih aktif

sampai sekarang adalah senam pagi dan koor di Gereja.Kegiatan ini dimaksudkan

agar para lansia mengisi hari-hari hidupnya dengan penuh makna dan sukacita dan

siap dalam menjalani masa tuanya.

Dibalik persoalan yang dihadapi oleh kaum lansia, mereka juga memiliki

harapan-harapan sehingga memacu untuk terus berjuang hidup agar tidak merasa

putusasa dalam menjalani masa tuanya. Adapun yang menjadi harapan para lansia

secara umum adalah mereka ingin terbebaskan dari rasa sepi (syndrome), dapat

hidup bahagia “merasa diterima,” kematangan dalam iman, menemukan makna

hidup, bisa ikut ambil bagian dalam kehidupan dan cinta kasih Allah, siap

menghadapi panggilan Tuhan, penuh syukur dan bersukacita.

Sisi lain, berdasarkan beberapa persoalan yang dialami oleh kaum lansia di

atas, penulis merasa tertantang untuk bisa ikut ambil bagian, serta memberikan

perhatian bagi mereka melalui usulan model-model pendampingan yang relevan.

Hal ini diharapkan agar para lansia khususnya yang ada di wilayah St. Bernadetta

Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng, dapat menjalani masa tuanya

dengan penuh kegembiraan dan siap menghadapi tantangan yang ada. Selain itu,

apa yang menjadi harapan mereka dapat terpenuhi sehingga masa tua tidak

menjadi beban namun merupakan persiapan untuk menuju kebahagiaan abadi

yang patut disyukuri. Dengan demikian, judul skripsi yang diangkat oleh penulis

adalah “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM

(31)

KELUARGA KUDUS BANTENG - YOGYAKARTA”.Penulis juga ingin

menghadirkan suatu metode pendampingan iman, yaitu metode katekese dengan

harapan bahwa iman mereka terus tumbuh dan semakin teguh. Dengan demikian,

para lansia akan lebih mudah meneima masa tuanya dan menyadari bahwa hidup

ini adalah sebagai hadiah Allah. Hidup dengan segala pemberian-Nya perlu

diterima dengan penuh syukur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa

permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh para lansia, khususnya bagi lansia

di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng?

3. Apa yang menjadi harapan kaum lansia?

4. Bentuk pendampingan apa saja yang cocok untuk mengatasi masalah lansia,

sebagai bentuk usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi harapan mereka,

khususnya bagi kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki

Keluarga Kudus Banteng?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan ini, antara lain:

(32)

2. Penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi oleh para lansia di wilayah St.

Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng.

3. Memaparkan harapan-harapan para lansia.

4. Mendeskripsikan model pendampingan yang relevan bagi kaum lansia, selain

model pendampingan yang sudah ada di Paroki, sebagai bentuk usaha yang

telah dilakukan Paroki, agar dapat memenuhi harapan-harapan lansia,

khususnya yang ada di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga

Kudus Banteng.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari hasil penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

a. Membantu untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh kaum lansia,

sekaligus sebagai bahan informasi bagi tim pewarta paroki dan keluarga dalam

upaya untuk meningkatkan pendampingan iman kaum lansia.

b. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang model

pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia.

c. Selain itu, melalui tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman bagi setiap orang, khususnya untuk para orangtua dan tim pewarta

paroki akan pentingnya pendampingan iman. Untuk itu, pendampingan iman

perlu ditanamkan sejenak dini ditengah-tengah keluarga, mulai dari

(33)

2. Bagi Lansia

a. Supaya para lansia semakin memiliki iman yang tangguh dalam menjalani

masa tuanya.

b. Supaya para lansia siap dalam menjalani masa tuanya dan mengisi hari-hari

hidupnya dengan penuh makna dan sukacita.

c. Supaya para lansia menyadari bahwa hidup ini adalah sebagai hadiah Allah.

d. Supaya para lansia mampu mensyukuri bahwa di masa usia lanjut mengalami

kepribadian yang semakin berkembang, menjadi semakin utuh dan arif

melalui pasang surutnya hidup.

e. Supaya para lansia mengalami kasih Allah yang utuh melalui perhatian dari

Gereja yakni semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas kelangsungan

hidup mereka.

f. Supaya tidak mudah putusasa dalam menghadapi tantangan hidup, tetapi

semakin yakin akan kasih Allah yang menguatkan melalui orang-orang

disekitarnya.

g. Supaya kaum lansia memiliki kesiapan jiwa, semakin mendekatkan diri

dengan Allah dan berpasrah sehingga ia mampu menerima masa tuanya

dengan tulus bukan sebagai beban.

h. Kaum lansia dapat mensyukuri masa tuanya sebagai kesempatan untuk

mempersiapkan diri untuk kelak bersatu di dalam kebahagiaan abadi bersama

(34)

E. Sistematika Penulisan

Gambaran umum tentang isi keseluruhan pembahasan yang akan di

paparkan dalam penulisan ini, penulis deskripsikan dalam gagasan-gagasan pokok

sebagai sistematika penulisan, demikian:

BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II berisikan tentang dinamika kaum lansia yang meliputi pengertian

lansia, tahap perkembangan kaum lansia,ciri-ciri kaum lansia, masalah-masalah

yang dihadapi oleh kaum lansia, masa lansia yang membahagiakan.

BAB III membahas gambaran umum pendampingan kaum lansia yang

meliputi pengertian pendampingan iman kaum lansia, tujuan pendampingan iman

lansia, manfaat pendampingan iman lansia, unsur-unsurpendampingan

iman.Kemudian membahas juga tentang pendampingan melalui devosi dan

pelayanan pastoral kateketis: pengertian devosi, bentuk-bentuk devosi, manfaat

devosi, model pelayanan pastoral katekese bagi kaum lansia, pendekatan

kateketis, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kateketis,

memperhatikan dan menggunakan waktu luang, serta bentuk pelayanan pastoral

kateketis.

BAB IV memuat tentang keadaan kaum lansia di wilayah St. Bernadetta

Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng –Yogyakarta, pendampingan kaum

lansia di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng –

Yogyakarta dan memuat beberapa usulan program bagi kaum lansia.Sedangkan,

(35)

BAB II

DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA

A. Pengertian Kaum Lansia

Potter dan Perry (2005) mendefinisikan kaum lansia atau masa dewasa tua

adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan dimulai pada tahap setelah

pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Pernyataan ini dipertegas oleh

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2001) bahwa di Indonesia

batasan lansia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan kaum lansia, demikian; “Lansia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas.Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh

gagalnya seorang dalam mempertahankan keseimbangan terhadap kesehatan dan

kondisi stres fisiologis.Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.

Santrock (2002: 190) mendefinisikan kaum lansia berdasarkan pandangan

orang barat dan orang timur (Indonesia). Pandangan orang barat bahwa lansia

adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini akan

membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan

orang timur (Indonesia) bahwa kaum lansia adalah orang yang sudah berusia lebih

dari 60 tahun. Pendapat ini diperkuat oleh UUD RI No. 13 Tahun 1998, Pasal 6

ayat 1 (Suardiman, 2011: 3) bahwa kaum lansia mempunyai kewajiban yang

sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Umumnya, di

(36)

tampak tanda-tanda penuaan, baik secara fisik maupun psikologis sehingga

mengakibatkan perubahan-perubahan dalam hidup mereka.

Kusumo Putro (Suardiman, 2011:3) menyebutkan bahwa proses menua

adalah proses alami yang disertai adanya penurunan fisik, psikologis, maupun

sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Artinya, penurunan fisik

mempengaruhi psikis maupun sosial, sementara penurunan psikis mempengaruhi

fisik dan sosial serta sebaliknya.Dengan demikian, pandangan tersebut dapat

membawa dampak pada perkembangan masa lansia seseorang.Artinya, kita dapat

mendeskripsikan bahwa perkembangan masa lansia merupakan tahapan akhir dari

siklus perkembangan manusia.Hal ini disebut juga sebagai periode penutup dalam

rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari usia enam puluh tahun sampai

meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang

semakin menurun pada seseorang. Proses menua pada perkembangan masa lansia

adalah proses alamiah yang disertai menurunnya perkembangan manusia.

B. Tahap Perkembangan Kaum Lansia

Perkembangan masa lansia yang dikemukakan di atas, dapat diuraikan

berdasarkan watak, usia, dan segi ekonomis. Hal ini memperjelas makna dan

hakikat lansia sesungguhnya. Benar bahwa tahap perkembangan kaum lansia

secara umum dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni (1) Dewasa lanjut

untuk usia 45 – 54 tahun, (2) Pra lansia untuk usia 55 – 59 tahun, dan (3) Lansia 60 tahun ke atas. Namun, secara terperinci, hal tersebut dapat diuraikan sebagai

(37)

1. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Wataknya

Prof. Dr. Utoyo Sukaton mengatakan bahwa kondisi kaum lansia banyak

tergantung pada watak, pengalaman hidup, kondisi fisik, sosial ekonomi dan

lingkungan. Kaum lansia juga dapat dicirikan dalam empat tipe, yakni:

a. Tipe Optimis adalah tipe kaum lansia yang santai, riang (the rocking chairman

atau the rocking chairwomen);

b. Tipe militant,yaitu tipe kaum lansia yang serius (the armoured man);

c. Tipe pemarah yang gampang frustasi (the angry man);

d. Tipe putusasa:tipe kaum lansia yang benci pada dirinya sendiri, ingin mati saja

(the self hating man/women).

2. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Usia

Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Ciptaprawiro, 1990) menetapkan,

pembagian umur kaum lansia meliputi empat tingkatan, yaitu:

a. Werdha Madya (Middle Age) untuk umur 45-59 tahun

b. Werdha Utama (Elderly) untuk umur 60-70 tahun

c. Werdha Prawasana (Old) untuk umur 75-90 tahun

d. Werdha Wasana (Very Old) untuk usia 90 tahun ke atas.

Hal tersebut senada dengan Prayitno (1994) bahwa pembagian umur lansia

meliputi empat tingkatan, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) untuk usia 60-64 tahun

b. Yunior old untuk usia 65-74 tahun

(38)

d. Sangat tua (very old) untuk usia 90 tahun ke atas

Sedangkan, Hurlock (2002: 241) menjelaskan bahwa tahap terakhir dalam

perkembangan lansia dibagi menjadi: usia lanjut dini yakni 60 – 70 tahun, dan lansia 70 tahun hingga akhir hidup seseorang, orang tuamuda atau usia tua (usia

65 – 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun ke atas) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih

muda.

Kaum lansia tidak identik dengan kelemahan, kepikunan, kesepian, dan

sakit-sakitan. Ilmu pengetahuan yang luas dan semangat untuk belajar

terus-menerus akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengisi sisa hidup di

hari tua.

3. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Bidang Ekonomis

Suardiman (2011: 11) menyatakan bahwa secara ekonomis, kaum lansia

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Kelompok kaum lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang

sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

b. Kelompok kaum lansia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi

kebutuhan mereka sendiri.

Kelompok kaum lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk mereka

yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan

atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya

(39)

UUD RI No. 13 tahun 1998 (Suardiman, 2011: 2) mengutip tentang

kesejahteraan kaum lansia terdapat dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan, bahwa yang

dimaksud dengan kaum lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa, kaum lansia mempunyai hak yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemudian, dalam pasal 6

ayat 1 menyatakan, bahwa lansia mempunyai kewajiban yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan

kaum lansia merupakan periode dimana seseorang telah mencapai kematangan

dalam proses kehidupan, namun telah menunjukkan kemunduran fungsi pada

organ tubuh sejalan dengan bertambahnya waktu dan usia seseorang.Tahap lansia

dimulai dari usia 60 tahun sampai meninggal. Tahap ini biasanya ditandai dengan

adanya perubahan baik dari segi fisik maupun psikologis yang semakin menurun,

namun kaum lansia tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

kehidupan sosial.

C. Ciri-ciri Kaum Lansia

1. Kaum Lansia Merupakan Periode Kemunduran

Hurlock (1980: 380) mengemukakan bahwa kemunduran yang terjadi pada

tahap lansia sebagian disebabkan karena faktor fisik dan psikologis. Kemunduran

fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada sel-sel tubuh bukan karena

(40)

mengakibatkan sikap tidak senangterhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan yang

disebabkan karena adanya perubahan pada lapisan otak.

2. Perubahan Individual pada Efek Menua

Proses penuaan mempengaruhi setiap orang secara berbeda berdasarkan

latar belakang yang berbeda pula. Namun, secara umum bahwa penuaan fisik

lebih cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal sebaliknya juga

kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang sangat memikirkan proses

penuaannya secara fisik dan psikologis, Hurlock (1980: 381).

3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran

Hurlock (1980: 384) menjelaskan bahwa keterbatasan fisik yang terjadi

pada kaum lansia mengakibatkan perubahan peran dalam urusan masyarakat dan

sosial, demikian juga halnya dalam dunia usaha dan profesionalisme.Kaum lansia

tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang

tertentu.

4. Penyesuaian yang Buruk

Sikap sosial yang negatif bagi kaum lansia, akan mempengaruhi konsep

dirinya yang tidak menyenangkan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perilaku

(41)

5. Keinginan Menjadi Muda Kembali

Hurlock (1980: 385) mengungkapkan bahwa terjadinya

perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis pada kaum lansia, menimbulkan

keinginan baru untuk tetap menjadi muda kembali dengan melakukan berbagai

cara untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya supaya tetap terlihat muda.

Namun, usaha tersebut tidak bisa menghalangi terjadinya proses menua.

6. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik

Menurut pendapat Hurlock (1980: 390) umumnya setelah orang memasuki

lansia, maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi

kognitif meliputi proses belajar, pengertian, pemahaman,persepsi, kreativitas dan

perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku kaum lansia menjadi

semakin lambat. Sementara itu, fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal

yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa kaum lansia menjadi kurang cekatan.

7. Perubahan Aspek Psikososial

Kaum lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan

dengan keadaan kepribadian mereka. Beberapa perubahan tersebut dapat

dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian kaum lansia, yakni sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (construction personalitiy); biasanya tipe ini

(42)

b. Tipe Kepribadian Mandiri (independent personality); kaum lansia tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (dependent personalitiy); pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu

harmonis maka pada masa lansia tidak bermasalah, tetapi jika pasangan hidup

meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apa lagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (hostility personality); pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan

yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi tidak teratur.

e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality); kaum lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

8. Perubahan Minat pada Kaum Lansia

Seiring bertambahnya usia, kaum lansia mengalami berbagai persoalan

baik secara fisik maupun psikis. Selain itu, kaum lansia juga mengalami

perubahan minat.Hurlock (1980: 394) menguraikan ada beberapa perubahan minat

yang terjadi pada kaum lansia, seperti:

a. Minat pribadi: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila

(43)

b. Minat untuk rekreasi: beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan

karena memang tidak dapat dielakkan.

c. Minat sosial: salah satu teori sosial mengenai penuaan adalah teori pemisahan

(disengagement theory) menyatakan bahwa kaum lansia secara perlahan-lahan

menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan, yaitu suatu proses pengunduran diri

secara timbal balik pada masa lansia dari lingkungan sosial.

Erikson menegaskan bahwa ada beberapa tekanan yang membuat kaum

lansia menarik diri dari keterlibatan sosial, seperti:

a. Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari

peran dan aktifitasnya selama ini.

b. Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu

memikirkan dirinya sendiri secara berlebihan.

c. Orang-orang yang lebih muda di sekitarnya cenderung menjauh dari mereka.

d. Pada saat kematian semakin mendekat, orang memiliki keinginan untuk

membuang semua hal yang tidak bermanfaat lagi bagi dirinya.

9. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat

Suardiman (2011: 11) menjelaskan bahwa berkurangnya fungsi indera

pendengaran, penglihatan, dan gerak fisik, mengakibatkan munculnya gangguan

fungsional atau bahkan kecacatan pada kaum lansia.Misalnya, badannya menjadi

bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering

menimbulkan keterasingan.Ketika menghadapi berbagai permasalahan tersebut,

(44)

beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan

kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan. Namun, bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara

karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak

dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,

seringkali menjadi terlantar.

Hal ini membawa dampak pada perkembangan psikis kaum lansia, mereka bisa

menjadi stres.

Selain itu, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2001)

yang dikutip oleh Suardiman (2011: 8)memaparkan bahwa usia lanjut sehat

adalah masa yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental yang optimal

serta tetap melakukan aktivitas sosial yang produktif. Depkes dan Kesejahteraan

sosial menguraikan ciri-ciri kaum lansia yang tergolong sehat, sebagai berikut:

a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya

bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari

hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna

bagi hidupnya.

b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat dan

terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di

antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi

(45)

d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan

melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.

e. Memiliki kemampuan finansial yang menginginkan hidup mandiri, tidak

menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat menentukan

nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga

kestabilan harga dirinya.

D. Masalah-masalah yang Dihadapi oleh Kaum Lansia

Secara umum, beberapa permasalahan yang terjadi pada kaum lansia

dalam penyesuaian diri dan sosial, misalnya meningkatnya ketergantungan fisik

dan ekonomi pada orang lain, kecenderungan membentuk kontak sosial baru,

mengembangkan keinginan dan minat baru, serta kegiatan untuk memanfaatkan

waktu luang yang jumlahnya meningkat. Hal tersebut dapat tersirat maupun

tersurat dalam aspek-aspek permasalahan yang dipaparkan di bawah ini:

1. Permasalahan Umum

Suardiman (2011: 9-15) menyebutkan beberapa masalah umum yang tidak

bisa dihindari oleh kaum lansia, yakni:

a. Masalah Perubahan Fisik

Santrock (2002: 198) menjelaskan ada beberapa perubahan fisik yang

(46)

1) Otak dan sistem syaraf

Saat sudah tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari

sistem syaraf.Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki

kemampuannya.

2) Perkembangan sensori

Sistem mengalami penurunan pada masa lansia, tetapi mayoritas dari

kaum lansia memiliki penglihatan yang baik sehingga mereka dapat melanjutkan

kerja dan berfungsi dalam lingkungan mereka. Penurunan pendengaran yang

dialami bukanlah penghalang hingga masa lansia, karena alat bantu pendengaran

dapat mengurangi masalah tersebut bagi sebagian kaum lansia.

3) Sistem peredaran darah

Fozard (1992) (Suardiman, 2011:2) menegaskan bahwa jantung yang sehat

dapat menjadi lebih kuat selama kita menua melewati masa-masa lansia, dengan

kapasitas yang meningkat, bukan menurun. Tekanan darah dapat meningkat sesuai

usia, salah satunya disebabkan karena penyakit, obesitas, kecemasan, pengerasan

pembuluh darah, atau kurang olahraga. Tekanan darah yang tinggi sebaiknya

dirawat untuk mengurangi resiko serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal.

4) Sistem pernafasan

Fozard (1992) (Santrock, 2002: 199) menjelaskan bahwa kapasitas

paru-paru menurun antara usia 20 dan 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru-paru-paru

kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma (bagian dari paru-paru

(47)

5) Seksualitas

Penuaan menyebabkan beberapa perubahan dalam kemampuan seksualitas

manusia, lebih banyak pada laki-laki dari pada wanita. Meskipun demikian tidak

diketahui batasan usia untuk aktivitas seksualitas.

Beberapa pendapat di atas dipandang oleh Hurlock (1980: 387) bahwa

pada tahap lansia, keadaan fisik seseorang melemah dan tidak berdaya sehingga

harus bergantung dengan orang lain.Selain itu, kaum lansia juga menentukan

kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisiknya.

Dengan demikian, aspek kesehatan sangat mempengaruhi perubahan fisik yang

terjadi pada kaum lansia. Meskipun kaum lansia mengalami kemunduran pada

bagian tubuh, namun tidak berarti bahwa kaum lansia sepenuhnya bergantung

pada orang lain. Perubahan fisik yang terjadi pada tahap lansia, dapat disikapi

dengan cara membiasakan hidup sehat, latihan-latihan kecil sesuai dengan

kebutuhan tubuh, agar masa tua bukan halangan untuk mencapai kebahagiaan.

b. Masalah Kesehatan

Terjadinya peningkatan jumlah penduduk kaum lansia akan diikuti dengan

meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah kesehatan indera

pendengaran dan penglihatan. Tahap lansia terjadi kemunduran sel-sel karena

proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ tubuh, kemunduran fisik,

timbulnya berbagai macam penyakit. Hal ini akan menimbulkan masalah

kesehatan, sosial dan membebani perekonomian, baik pada kaum lansia maupun

(48)

2. Masalah Psikologis

Suardiman (2011: 15) menjelaskan masalah psikologis yang dihadapi

kaum lansia secara umum meliputi: kesepian, terasing dari lingkungan,

ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,

keterlantaran terutama bagi kaum lansia yang miskin, dan post power syndroume.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs);

kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan kasih sayang (the

bilongingness and love needs); dan kebutuhan akan aktualisasi diri (the deed for

self actualization).

Pernyataan ini senada dengan pendapat Darmojo (2009) mengenai

kesehatan mengatakan,tidak jarang para lansia terpuruk dalam masalah kesehatan

jiwa.Berikut ini masalah kesehatan jiwa kaum lansia yang dipaparkan oleh

Darmojo, antara lain:

a. Dukacita (bereavement)

Periode dukacita merupakan suatu periode yang sangat rawan bagi seorang

penderita lanjut usia. Ketika meninggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat,

bahkan seekor hewan kesayangan bisa mendadak memutuskan ketegangan

kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia. Selanjutnya, akan memicu

terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Periode dua tahun pertama setelah

ditinggal mati pasangan hidup atau teman dekat tersebut merupakan periode yang

(49)

b. Depresi

Depresi bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi

tinggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial.Usia lanjut senantiasa menghadapi

stres lingkungan yang sering menyebabkan depresi dan kemampuan beradaptasi

sudah menurun, akibat depresi pada usia lanjut seringkali tidak sebaik pada usia

muda.

c. Gangguan cemas

Gangguan cemas dibagi atas beberapa golongan, yaitu fobia, panik,

kecemasan secara umum, dan obsesif-kompulsif. Puncak insiden antara usia 20-40

tahun, dan prevalansi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa muda.

Gangguan cemas pada usia lanjut ini seringkali merupakan kelanjutan dari dewasa

muda.

d. Psikosis pada usia lanjut

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (200:178) menegaskan,

berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada kaum lansia, baik sebagai kelanjutan

keadaan pada dewasa muda atau yang timbul saat lansia. Dasar dan jenis

penatalaksanaannya hampir tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi

dewasa muda. Walaupun beberapa jenis khusus dapat disinggung demikian:

Parafrenia adalah suatu bentuk skizofernia lanjut yang sering terdapat pada

kaum lansia yang ditandai dengan sikap curiga dan menuduh, sering penderita

(50)

membunuhnya.Biasanya terjadi pada individu yang terisolasi atau menarik diri

dari kegiatan sosial.Sindroma diogenes adalah suatu keadaan dimana seorang

lanjut usia menunjukkan penampilan dan prilaku yang sangat terganggu; rumah

atau kamar yang sangat kotor, bercak, bau urin dan feses di mana-mana; tikus

berkeliaran di kamar lansia, dan lain sebagainya. Penderita menumpuk

barang-barangnya dengan tidak teratur.Individu kaum lansia yang menderita keadaan ini

biasanya mempunyai IQ tinggi, 50 % kasus intelektualnya normal.Mereka

biasanya menolak untuk dimasukkan ke institusi. Upaya untuk mengadakan

pengaturan atau pembersihan rumah atau kamar, biasanya akan gagal karena

setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang lagi.

e. Kaum lansia mengalami kebingungan

Miler (2004) yang dikutip (Santrock, 2002: 203) menjelaskan bahwa kaum

lansia sering mengalami kebingungan yang akan mempengaruhi kemampuan

untuk berkonsentrasi sehingga dapat mengakibatkan kekuatiran atau kecemasan,

perasaan stres, dan depresi (rasa kehilangan). Perasaan berduka juga dapat

meningkatkan resiko terkena penyakit demensia. Pendapat ini senada dengan

Singgih Gunarsa (2004: 411) yang mengatakan bahwa secara umum kaum lansia

mengalami postpower syndrome, yaitu perasaan sedih yang berlebihan, rasa

cemas, kesepian (perasaan terasing, tersisihkan, berbeda dari orang lain), dan

perubahan peran sehingga mengalami krisis identitas karena kehilangan orang

terdekatnya. Kenyataan bahwa mereka mengalami proses transisi secara

(51)

terdekatnya, menyebabkan seseorang merasa dirinya semakin tidak lagi

dibutuhkan oleh lingkungan masyarakatnya. Hal ini kemudian cenderung

menyeret perasaan kaum lansia ke arah ketidakbermaknaan diri.

Faktor penyebab timbulnya syndrome ini adalah karena kehilangan

orang-orang yang terdekat, kemudian karena krisis peran sebagai orang-orang tua dalam

keluarga.Dengan demikian, masalah-masalah yang dialami oleh kaum lansia

adalah masalah fisik yang cenderung menurun, gangguan kesehatan, kehilangan

pasangan hidup, menurunnya produktivitas dan kegiatan lainnya.Selain itu,

penyesuaian diri terhadap peran baru yang harus dilakukan oleh kaum lansia, baik

di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat dan penyesuaian dimasa

pensiun.

3. Masalah Sosial

Masa tua pun ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan

anggota keluarga, masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya

hubungan kerja karena pensiun.Perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah

kepada tatanan masyarakat yang individualistik, berpengaruh bagi kaum lansia

yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan

masyarakat dan terlantar.Untuk mengatasi kenyataan ini, perlu dibentuk kelompok

kaum lansia yang memiliki kegiatan mempertemukan para anggotanya agar

kontak sosial berlangsung.Ancok (1993) (Suardiman, 2011: 11) menyatakan

bahwa upaya menghimpun kelompok kaum lansia dalam wadah kegiatan,

(52)

Kesepian (lonetiness)juga dapat memacu munculnya afek negatif dalam

diri seseorang, karena ia merasa dirinya diabaikan, tidak dipedulikan, dan tidak

lagi bermakna bagi orang lain, sehingga mereka menarik diri dari lingkungan

sosial.

Selain itu, hal yang berkaitan dengan pensiunan pun menjadi masalah

dalam kehidupan sosial, khususnya kehidupan dalam keluarga. Artinya, sebagian

kaum lansia sebenarnya menolak untuk pensiun dengan berbagai alasan, karena

belum siap untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru sehingga dapat

mengakibatkan stres bagi kaum lansia. Vaillant (2002) menyebutkan ada empat

situasi yang menyebabkan para pensiunan mengalami stres (Suardiman, 2011:

134), yakni:

1) Apabila datangnya masa pensiun di luar keinginan dan tidak direncanakan.

2) Jika yang bersangkutan tidak memiliki dukungan/sumber lain kecuali gaji.

3) Pensiunan akan stres jika kehidupan di rumah tidak bahagia dan bekerja

memberikan makna sebagai tempat pelarian dari rumah.

4) Bila pensiun telah menimbulkan atau mempercepat hadirnya kondisi

kesehatan yang buruk.

4. Masalah Ekonomi

Kaum lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki

masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama.Hal ini mengakibatkan

menurunnya pendapatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

(53)

berarti masa tuanya tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tidak

mempunyai penghasilan lagi. Sisi lain, kaum lansia dihadapkan kepada berbagai

kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan yang

bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi mereka

yang menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan rekreasi. Hal ini bagi

kaum lansia yang berpenghasilan mencukupi tidak menjadi masalah, tetapi bagi

mereka yang mempunyai penghasilan rendah, hal ini dapat menjadi masalah

besar.

E. Masa Lansia yang Membahagiakan 1. Pengertian Kaum Lansia yang Bahagia

Istilah kaum lansia yang bahagia selalu dibicarakan dalam konteks lansia.

Kebahagiaan dalam hal ini bukan menyangkut materi, tetapi menyangkut segala

aspek seperti: kesehatan fisik dan sikis (memiliki umur panjang), ekonomi yang

memiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Suardiman (2011: 175)

menegaskan bahwa kaum lansia tidak hanya membutuhkan umur panjang, tetapi

dalam kondisi sehat sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan

secara mandiri, tetap berguna dan memberikan manfaat bagi keluarga dan

kehidupan sosial.Kondisi seperti ini sering disebut sebagai harapan hidup untuk

tetap aktif (active life expectancy).Sebaliknya, tidak jarang ada orang yang tidak

menghendaki umur panjang, apabila sisa hidupnya itu dilalui dengan kondisi tidak

(54)

Selain itu, kebahagiaan menjadi tujuan utama bagi setiap individu.Artinya,

kebahagiaan itu disertai dengan kepuasan.Keduanya perlu untuk dipenuhi dan

saling berinteraksi. Kaum lansia akan merasa puas dan bahagia apabila mereka

masih tetap aktif beraktifitas sesuai dengan kebutuhan mereka dan terpenuhinya

kebutuhan hidup sehingga tetap sehat dan dapat menjalin relasi dengan sesama

terlebih dengan Tuhan.

Lafrancois (1984) (Suardiman, 2011: 107) menyatakan, bahwa pada

umumnya ada dua teori yang menjelaskan umur manusia yang menjadi dasar

keberhasilan atau kebahagiaan kaum lansia, yakni:

a. Teori disengagement

Secara formal, teori ini diajukan oleh Cumming dan Hendry pada tahun

1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti

secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi

dengan kehidupan dunia. Individu mengundurkan diri karena kesadarannya akan

menurunnya kekuatan secara fisik maupun psikis karena faktor usia. Sebaliknya

masyarakat menarik diri karena mereka memerlukan orang yang lebih muda, yang

lebih mandiri untuk menggantikan orang yang lebih tua.Dikatakan berhasil atau

bahagia, karena kaum lansia sudah melewati masa kerjanya hingga

pensiun(Suardiman, 2011: 175).

b. Teori activity, teori yang bertolak belakang dengan teori pertama

Menurut Suardiman (2011: 176) teori ini menyatakan, bahwa semakin tua

(55)

Seseorang yang tetap aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial akan

melakukan penyesuaian yang lebih baik seiring dengan bertambahnya usia.

Keberhasilannya akan tampak apabila kaum lansia dapat menjaga lebih baik self

image-nya, merasakan kepuasan yang lebih besar, dan dukungan sosial yang lebih

dari biasanya. Artinya, kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada

kelangsungannya terlibat pada berbagai aktivitas. Sekalipun usia sudah lanjut,

namun aktivitas tetap berlanjut.

Teori lain yang menjelaskan kaum lansia yang berhasil atau bahagia

adalah teori kesinambungan (continuity), yang dikemukakan oleh pakar

gerontologi Robert Atchley pada tahun 1989 (Papalia et al., 2001: 685). Teori ini

menekankan pada kebutuhan manusia untuk memelihara satu hubungan atau

koneksi antara masa lalu dan masa kini. Pandangan ini menjadikan aktivitas

sebagai tindakan penting, bukan untuk mereka sendiri, tetapi lebih pada suatu

tingkat bahwa hal itu merupakan representasi gaya hidup yang berkesinambungan.

Kaum lansia akan merasa bahagia jika mereka tetap aktif bekerja dan dilibatkan

dalam kegiatan atau sosial, sesuai dengan kemampuan mereka. Hal itu penting

untuk melanjutkan satu tingkat aktivitas yang tinggi. Banyak pensiunan yang

merasa bahagia, karena dapat melakukan aktivitas yang sama dengan pekerjaan

masa lalu untuk mengisi waktu luangnya.Perempuan yang terlibat dalam banyak

kegiatan, seperti isteri, ibu, pekerja, dan sukarelawan, cenderung melanjutkan

untuk tetap memiliki banyak kegiatan dan mendapat keuntungan sesuai usiannya

(Moen et al., 1992)Suardiman, (2011: 177). Sebaliknya, orang yang kurang aktif

(56)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Kaum Lansia

Seneca, (2002) (Suardiman, 2011: 181) berpendapat bahwa usia lanjut

penuh kenikmatan jika anda tahu bagaimana memanfaatkannya (Old age is full

enjoyment if you know how to use it).Pernyataan Seneca ini memang diyakini

kebenarannya, yakni menggembirakan bagi kaum lansia manapun, namun dalam

kenyataannya tidak semua kaum lansia tahu bagaimana melaksanakannya.

Berk (2007) (Suardiman, 2011: 181) menyimpulkan tentang berbagai cara

untuk menuju masa lansia yang membahagiakan:

a. Optimis serta perasaan efikasi diri (meyakini diri sendiri mampu berhasil dan

sukses) dalam meningkatkan kesehatan dan fungsi fisik.

b. Optimisasi secara selektif dengan kompensasi untuk membangun keterbatasan

energi fisik dan sumber kognitif sebesar-besarnya (selective optimization with

compensation).

c. Peneri

Referensi

Dokumen terkait

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa Arab, seperti yang dilakukan oleh

Konsumen yang bekerja lebih mempertimbangkan faktor produk dalam negeri dan kesesuaian dengan tipe kulit.. Konsumen yang tidak bekerja lebih mempertimbangkan faktor

• A state (directly or indirectly) includes links (instances of associations) connected with the object at that instant. • A state may be decomposed into concurrent sub-states (AND

Berkaitan dengan penegak hukum, dirasakan bahwa jumlah Polisi Lalu Lintas (Polantas) yang berada dibawah naungan Polres Kota Pekanbaru jauh dari angka ideal

disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang, Rencana Tata Ruang atau yang sudah diatur dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi

Dalam komunitas masyarakat Suku Bantik terdapat satu pandangan tersendiri tentang kehidupan yaitu masyarakat harus hidup secara bersama dalam satu kelompok Pemahaman

Setelah penambahan teknik SC diversity pada sistem M-QAM hasilnya dapat dilihat pada tabel 6, dimana nilai link availability secara kesuluruhan mengalami peningkatan pada

(5) Pemberian Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) adalah pemberian Hibah kepada organisasi kemasyarakatan yang telah