viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan pendampingan iman lansia khususnya di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan pengamatan penulis, bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan bagi kaum lansia masih terbatas.
Menyikapi masalah di atas, penulis mengadakan wawancara dengan beberapa kaum lansia dalam status yang berbeda, juga melibatkan pengurus lansia untuk mencari imformasi tentang jumlah dan kegiatan lansia yang sudah pernah di laksanakan selama ini, baik di paroki maupun kegiatan di luar paroki.
Setelah mengetahui tentang jumlah pendampingan yang masih terbatas, maka diajukan pendampingan kateketis. Pendampingan adalah suatu usaha membantu orang lain untuk berproses, sehingga mampu berkembang dan mandiri. Pendampingan di sini lebih diartikan sebagai suatu proses menuju kepada kematangan dan kemandirian pribadi secara utuh. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program kateketis dalam rangka pendampingan iman lansia.
ix ABSTRACT
This thesis entitled “THE RELEVANT FAITH ASSISTANCE MODEL FOR THE ELDERLY FAITH OF ST. BERNADETTA BANTENG BARU IN KELUARGA KUDUS PARISH BANTENG – YOGYAKARTA”. The title was chosen based on the writer's concerns toward elderly faith assistance, especially of St. Bernadetta Banteng Baru in Keluarga Kudus parish, Banteng - Yogyakarta. Based on the writer's observation, the assistance designs which had been implemented for the elderly there were still limited.
Responding the problem above, the writer had conducted interviews with some elderly there in different status based on the degree of age, economics, social, and health. Moreover, the writer also involved coordinators of elderly communities to find information about how many assistance activities for elderly which had already been carried so far, whether it was in the parish, region, environment, or activities outside the parish.
After knowing the elderly situation and also the number of assistances which had been done, the writer proposed a catechetical assistance. A catechetical assistance is an attempt to help people growing to be an independent. This assistance is interpreted as a process which will lead people to be mature and independent in their personality as a whole. Therefore, in this paper the writer designs and then offers some suggestions for elderly assistance in Banteng Baru region.
MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Junaidi NIM: 101124051
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii S K R I P S I
MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU
PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA
iii S K R I P S I
MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU
PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Junaidi
NIM: 101124051
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan dengan hati yang tulus dan bahagia kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberi semangat, kekuatan,
pendampingan dan sahabatku yang setia dalam hidupku.
Kongregasi Suster Cinta Kasih (SdC)
Yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial
Para pendamping lansia di Paroki Keluarga Kudus Banteng
Serta
v MOTTO
“Ketika Tuhan memanggil dan kita mendengar-Nya,
Dia beri semua yang kita perlukan.”
(Let. Amons. Lecoz, 28 Feb 1813; LD p.232)
“Marilah kepada-Ku semua yang berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
(Matius 11: 28)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2014
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYANILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Junaidi
NIM : 101124051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah penulis yang berjudul
MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalty kepada penulis, selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Desember 2014
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan pendampingan iman lansia khususnya di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Berdasarkan pengamatan penulis, bentuk pendampingan yang sudah dilaksanakan bagi kaum lansia masih terbatas.
Menyikapi masalah di atas, penulis mengadakan wawancara dengan beberapa kaum lansia dalam status yang berbeda, juga melibatkan pengurus lansia untuk mencari imformasi tentang jumlah dan kegiatan lansia yang sudah pernah di laksanakan selama ini, baik di paroki maupun kegiatan di luar paroki.
Setelah mengetahui tentang jumlah pendampingan yang masih terbatas, maka diajukan pendampingan kateketis. Pendampingan adalah suatu usaha membantu orang lain untuk berproses, sehingga mampu berkembang dan mandiri. Pendampingan di sini lebih diartikan sebagai suatu proses menuju kepada kematangan dan kemandirian pribadi secara utuh. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program kateketis dalam rangka pendampingan iman lansia.
ix ABSTRACT
This thesis entitled “THE RELEVANT FAITH ASSISTANCE MODEL FOR THE ELDERLY FAITH OF ST. BERNADETTA BANTENG BARU IN KELUARGA KUDUS PARISH BANTENG – YOGYAKARTA”. The title was chosen based on the writer's concerns toward elderly faith assistance, especially of St. Bernadetta Banteng Baru in Keluarga Kudus parish, Banteng - Yogyakarta. Based on the writer's observation, the assistance designs which had been implemented for the elderly there were still limited.
Responding the problem above, the writer had conducted interviews with some elderly there in different status based on the degree of age, economics, social, and health. Moreover, the writer also involved coordinators of elderly communities to find information about how many assistance activities for elderly which had already been carried so far, whether it was in the parish, region, environment, or activities outside the parish.
After knowing the elderly situation and also the number of assistances which had been done, the writer proposed a catechetical assistance. A catechetical assistance is an attempt to help people growing to be an independent. This assistance is interpreted as a process which will lead people to be mature and independent in their personality as a whole. Therefore, in this paper the writer designs and then offers some suggestions for elderly assistance in Banteng Baru region.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kasih Allah yang tiada hentinya
dicurahkan atas penulis, sehingga skripsi yang berjudul MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM LANSIA DI WILAYAH ST. BERNADETTA BANTENG BARU PAROKI KELUARGA KUDUS BANTENG – YOGYAKARTA.
Skripsi ini penulis susun sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan
terhadap kaum lansia serta pendampingannya baik secara jasmani maupun rohani,
sebagai umat Katolik di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga
Kudus Banteng. Bertolak dari situasi tersebut, penulis tertarik untuk membantu
pendampingan kaum lansia melalui beberapa usulan kegiatan seperti, bentuk
pendampingan devosi, home care, Coffee Morning, penerapan metode Spritual
Night Care, membentuk kelompok pendalaman iman.
Berhadapan dengan zaman yang semakin maju, serba sibuk, Gereja sendiri
lebih fokus pada kaum muda sehingga kelompok lansia baik oleh keluarga
maupun Gereja kurang mendapat perhatian. Pada hal kaum lansia sangat
memerlukan pendampingan khusus, agar mereka dapat menjalani masa tuanya
dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan, mampu berpasrah sepenuhnya pada
kehendak Allah secara khusus bagi kaum lansia yang sudah sangat tua, menderita
sakit dan tergolong miskin. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk melihat serta memberikan gambaran melalui beberapa usulan
xi
Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Selain itu, skripsi ini juga disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berkat dukungan, bimbingan dan pendampingan serta kerjasama yang baik
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
penulisan skripsi ini bisa diselesaiakan dengan baik. Oleh karena itu dengan
penuh rasa syukur perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada mereka yang sangat berjasa berikut ini:
1. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah
setia membimbing dan mendampingi, mengarahkan, memberikan
masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji sekaligus dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan
mendukung seluruh proses studi penulis di IPPAK.
3. P. Banyu Dewa. H. S, S.Ag., M.Si selaku dosen penguji ketiga yang telah
berkenan memberikan dukungan dan bimbingan dalam perjalanan penyelesaian
skripsi ini.
4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK-USD
Yogyakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun
skripsi dari awal hingga akhir proses penulisan skripsi ini.
5. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan
xii
yang secara tidak langsung memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan perpustakaan
IPPAK serta perpustakaan pusat Universitas Sanata Dharma yang begitu murah
hati telah mengizinkan penulis menggunakan berbagai buku yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
7. Karl-Edmund Prier, SJ. Lic. Phil. sebagai pembimbing rohani saya yang selalu
setia memberikan pendampingan, semangat serta dukungan selama studi di
IPPAK, sehingga saya merasa diteguhkan dan dikuatkan dalam panggilan
sebagai religius.
8. Pimpinan dan anggota para Suster Cinta Kasih (SdC) dari Santa Yohana
Antida Thouret yang telah memberikan kepercayaan, kesempatan serta
dukungan dalam bentuk apapun bagi penulis selama studi di IPPAK.
9. Aloysius Kriswinarto, MSF selaku Romo Paroki Keluarga Kudus Banteng
10.Ign. Y. Kristio Budiasmoro selaku ketua lingkungan St. Yacinta dan Theresia
Retna Sukeksi HS selaku tim pewarta di lingkungan St. Katarina yang telah
membantu penulis untuk pendataan kaum lansia di lingkungannya
masing-masing.
11.Emelia Suyanti Tulus dan P. Andreas selaku koordinator kelompok lansia
serta kaum lansia yang ada di Wilayah Banteng Baru
12.Teman-teman mahasiswa/i angkatan 2010 yang telah mendukung, membantu
dan menyemangati melalui kebersamaan, persaudaraan, penuh keakraban dan
xiii
selalu bersemangat dan dikuatkan untuk terus berjuang dari awal sampai akhir
studi di IPPAK.
13.Semangat persaudaraan dan kebersamaan dari teman-teman Choice yang
selalu memberikan dukungan serta semangat bagi penulis untuk terus maju
dan berjuang.
14.Kedua orang tua saya Hadrianus Aman dan Fransiska Supin serta adik saya
Victor Julin dan Fransiskus Erdianto yang selalu memberikan dukungan lewat
cinta dan perhatian mereka.
15.Teman-teman yang setia memberikan perhatiannya, dengan rela hati
membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini, yakni, Sr Auksilia CIJ,
Sr. Verena SSps, Berno Beding, Br. Hironimus MTB, Br. Poly Carpus BM.
16.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan memberikan kontribusi positif dalam proses penulisan skripsi
ini sehingga dapat penulis selesaikan.
Yogyakarta, 18 Desember 2014
Penulis,
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….…... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………..….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... iv
MOTTO ………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… vii
ABSTRAK ………. viii
ABSTRACT ………... ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ……….. xiv
DAFTAR SINGKATAN ………... xxiii
BAB I. PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah ……….. 5
C. Tujuan Penulisan ……… 5
D. Manfaat Penulisan ……….. 6
E. Sistematika Penulisan ……… 8
BAB II. DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA ……… 9
xv
B. Tahap Perkembangan Kaum Lansia ……….. 10
1. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Wataknya …………. 11
a. Tipe optimis ………... 11
b. Tipe militant ………... 11
c. Tipe pemarah yang gampang frustasi ……… 11
d. Tipe putus asa ………. 11
2. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Usia ……….. 11
a. Werdha madya ………... 11
b. Werdha utama ……… 11
c. Werdha prawasana ………. 11
d. Werdha wasana ……….. 12
3. Perkembangan Kaum Lansia berdasarkan Bidang Ekonomis …. 12 a. Kelompok kaum lansia yang sudah uzur ………... 12
b. Kelompok kaum lansia yang produktif ……….. 12
C. Ciri - ciri Kaum Lansia ……….. 13
1. Kaum Lansia Merupakan Periode Kemunduran ……….. 13
2. Perubahan Individual pada Efek Menua ……….. 14
3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran ………... 14
4. Penyesuaian yang Buruk ……….. 14
5. Keinginan Menjadi Muda Kembali ……….. 15
6. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik ………. 15
7. Perubahan Aspek Psikososial ………... 15
xvi
b. Tipe kepribadian mandiri ………... 16
c. Tipe kepribadian tergantung ……….. 16
d. Tipe kepribadian bermusuhan ……… 16
e. Tipe kepribadian kritik diri ……… 16
8. Perubahan Minat pada Kaum Lansia ………... 16
a. Minat pribadi ……….. 16
b. Minat untuk rekreasi ……….. 17
c. Minat sosial ……… 17
9. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat ………. 17
D. Masalah-masalah yang Dihadapi oleh Kaum Lansia ………. 19
1. Permasalahan Umum ...……… 19
a. Perubahan Fisik ……….. 19
b. Masalah kesehatan ………. 21
2. Masalah Psikologis ……….. 22
a. Dukacita (bereavement).………..…….……….. 22
b. Depresi ………... 23
c. Gangguan cemas ...………….……… 23
d. Psikosis pada usia lanjut ……… 23
e. Kaum lansia mengalami kebingungan ………... 24
3. Masalah Sosial ……….……… 25
4. Masalah Ekonomi ………..………. 26
E. Masa Lansia yang Membahagiakan ………... 27
xvii
a. Teoridisengagement ……….. 28
b. Teoriactivity ……….. 28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Kaum Lansia .. 30
a. Optimis serta perasaan efikasi diri ………. 30
b. Optimisasi secara selektif ………... 30
c. Penerimaan diri dan memiliki harapan yang kuat ………….. 30
d. Memperkuat pengaturan emosional diri ....……….…... 30
e. Menerima perubahan ……….. 30
f. Peran spritualitas dan keyakinan yang matang ……….. 30
g. Kontrol pribadi dalam hal ketergantungan dan kemandirian 30 h. Kualitas hubungan yang tinggi ……….…………. 30
i. Kepuasan hidup bagi kaum lansia ………. 30
3. Upaya untuk Menciptakan Kebahagiaan Kaum Lansia ………... 32
a. Memberi kesempatan kepada kaum lansia ………. 32
b. Perlu adanya pengawasan ……….. 32
c. Hindari kegiatan yang beresiko ……….. 32
d. Keluarga bisa aktif menciptakan suatu kegiatan ……… 33
e. Memberikan motivasi …….………... 33
4. Kesiapan Kaum Lansia dalam Menghadapi Kematian ………… 33
BAB III. GAMBARAN UMUM MODEL PENDAMPINGAN IMAN KAUM LANSIA……… 35 A. Model Pendampingan Iman Kaum Lansia ……….. 35
xviii
2. Tujuan Pendampingan Iman bagi Kaum Lansia ……….. 37
3. Manfaat Pendampingan Iman bagi Kaum Lansia ……….... 37
a. Agar kaum lansia semakin memiliki iman yang tangguh ….. 38
b. Supaya kaum lansia siap menjalani masa tuanya …………... 38
c. Supaya kaum lansia menyadari bahwa hidup adalah hadiah dari Allah ……… 38
d. Supaya kaum lansia mampu mensyukuri kepribadian yang semakin matang ……….. 38
e. Supaya kaum lansia mengalami kasih Allah yang utuh ……. 38
f. Supaya kaum lansia tidak mudah putus asa ………... 38
g. Agar kaum lansia memiliki kesiapan jiwa ………. 38
h. Kaum lansia dapat mensyukuri masa tuanya sebagai kesempatan untuk mempersiapkan diri menuju kebahagiaan abadi ………... 38
4. Syarat-syarat Pendampingan Iman ………... 39
a. Memiliki kesabaran ……… 39
b. Memiliki pengetahuan ……… 40
c. Memiliki ketulusan hati ………. 40
d. Memiliki sikap percaya ……….. 41
e. Memiliki sikap rendah hati …….………... 42
f. Mempunyai harapan yang kuat ……….. 42
g. Memiliki sikap keberanian ………. 43
xix
1. Devosi ………...………... 43
a. Pengertian Devosi ……….. 43
b. Bentuk - bentuk Devosi ……….. 45
c. Manfaat Devosi ……….. 46
2. Home Care ………... 48
a. Maksud dan Pelaksanaan Program Home Care ………. 48
b. Tujuan Pelaksanaan Program Home Care ………. 49
c. Sasaran ……….. 50
d. Kegiatan yang Dilaksanakan ……….. 51
e. Proses / Cara Pelaksanaan Program Home Care …………... 51
3. Coffee Morning ... 53
4. Penerapan Metode Spritual Night Care ………... 54
5. Kelompok Pendalaman Iman ………... 55
C. Pelayanan Pastoral Katekese bagi Kaum Lansia ………... 55
1. Pengertian Katekese Bagi Kaum Lansia ……….. 55
2. Tujuan Katekese Bagi Kaum Lansia ……… 56
3. Fungsi Katekese Bagi Kaum Lansia ……… 57
4. Isi Katekese Bagi Kaum Lansia ………... 57
5. Bentuk Katekese Bagi Kaum Lansia ………... 58
6. Peserta Katekese ………... 59
xx
A. Keadaan Kaum Lansia di Wilayah Banteng Baru Paroki Keluarga
Kudus Banteng –Yogyakarta ………... 61 1. Permasalahan Kaum Lansia Secara Kelompok dan Pribadi …… 62 a. Masalah Kesehatan ………...………. 63 b. Masalah Usia ………...………... 65 c. Masalah Ekonomi ………...…………... 67 d. Masalah sosial ……… 68 2. Harapan-harapan Kaum Lansia ……… 70 a. Mengikuti kegiatan yang ada secara rutin ……….. 71 b. Kegiatan untuk kaum lansia perlu diperbanyak lagi sesuai
kebutuhan ………... 71
c. Tetap sehat dimasa tuanya ………. 72 d. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan ……….. 73 e. Memiliki ketenangan jiwa dan berbahagia dimasa tua …….. 74 B. Pendampingan Kaum Lansia Di Wilayah St. Bernadetta Banteng
Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng –Yogyakarta ………
75
1. Senam pagi ………... 76 2. Aktif dalam Kelompok Legio Maria ……… 77 3. Tugas koor di paroki ...………. 78 4. Mengikuti Kegiatan Khusus Bagi Kaum Lansia pada Hari Raya
Natal dan Paskah ………. 78
xxi
7. Penyuluhan Tentang Kesehatan ………... 79
C. Berbagai Kemungkinan Program yang Dapat Ditawarkan untuk Pendampingan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng
Baru ……… 79
1. Devosi ……….. 79
2. Home Care ………... 80 3. Coffee Morning ... 81
4. Penerapan Metode Spritual Nigh Care ... 81
5. Kelompok Pendalaman Iman ………... 82
BAB V. PENUTUP ……… 83
A. Kesimpulan ……… 83 1. Keadaan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,
Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 85 2. Harapan Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru,
Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 86
B. Saran ………... 87 1. Bagi Paroki dan Team Pastoral Paroki Keluarga Kudus
Banteng Yogyakarta ……….. 87
2. Bagi Kaum Lansia di Wilayah St. Bernadetta Banteng Baru
Paroki Keluarga Kudus Banteng ……….. 88
xxii
xxiii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Mat : Matius
Yes : Yesaya
Ams : Amsal
Ayb : Ayub
Mzm : Mazmur
Ul : Ulangan
Rat : Ratapan
PB : Perjanjian Baru
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
DV : Dei Verbum (Dokumen Konsili Vatikan II Tentang
Wahyu Ilahi)
CT : Catechesi Tradendae (Ajaran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II Tentang Katekese Masa Kini
C. Singkatan Lain
SdC : Suora della Carita (Suster Cinta Kasih)
St : Santa
Let : Leter
xxiv
UU : Undang-undang
UUD : Undang-undang Dasar
RI : Republik Indonesia
PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa
PIA : Pendidikan Iman Anak
PIR : Pendidikan iman remaja
OMK : Orang Muda Katolik
PKKI : Pertemuan Kateketik antar- Keuskupan se-Indonesia
Bdk : Bandingkan
Lam : Lampiran
No : Nomor
Hal : Halaman
Brs : Baris
Dll : Dan lain-lain
RT : Rumah Tangga
WKRI : Wanita Katolik Republik Indonesia
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak jarang kita mendengar,
membaca, bahkan mengucapkan sendiri kata “lansia” yang merupakan singkatan
dari “lanjut usia”. Tentunya, tergambar secara pasti dalam benak kita tentang
suatu keadaan yang sangat jauh berbeda dari keadaan semula 30 tahun
sebelumnya. Kita pun menemukan beberapa istilah lain, selain “lansia” yang
dipergunakan untuk menyebut kategori seseorang, baik perempuan maupun
laki-laki yang sudah berusia 60 tahun ke atas. Misalnya, manula (manusia usia lanjut);
usila (usia lanjut); dan glamur (golongan lanjut umur). Masa inilah yang disebut
dengan masa Tua. Menjadi tua adalah proses dimana terjadi perubahan fisik yang
menyebabkan seseorang berkurang harapan hidupnya karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Hal yang merupakan kebenaran mutlak bahwa perubahan
kondisi fisik terjadi pada seorang yang "usia lanjut" dan sebagian besar perubahan
itu terjadi ke arah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk
masing-masing individu walaupun usia mereka sama. Selain itu, bagian-bagian
tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses dan kecepatan
kerusakan yang bervariasi. Misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang
dibanding organ yang lain. Karena itu, masa tua merupakan pase terakhir
Hal ini menggiring penulis pada pemahaman bahwa menjadi tua adalah suatu
proses alamiah dalam tubuh manusia.
Umumnya, orang menyebut kelompok “lansia” sebagai orang yang sudah
dewasa karena mempunyai kemampuan menghadapi tantangan fisik, psikologis,
sosial, moral maupun iman.Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua lansia itu
mampu menghadapi tantangan hidupnya.Karena tidak mampu menghadapi
tantangan hidupnya lansia cenderung memilih jalan bunuh diri.Di Perancis kurang
lebih 158 orang dari 100. 000 orang lansia di atas usia 55 tahun memilih jalan
bunuh diri (Sartika, Maret 1988).
UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan "lanjut usia", terdapat
pendeskripsian bahwa "lanjut usia" dibedakan menjadi "lanjut usia" potensial dan
"lanjut usia" tidak potensial. Potensial atau tidaknya seorang yang lanjut usia
sangat mempengaruhi perkembangan, baik secara fisik, mental, sosial, psikologis,
bahkan iman yang dianutnya. Hal ini pun mempengaruhi timbulnya permasalahan
pada setiap aspek tersebut sehingga mengakibatkan perubahan sikap dan mental
dalam pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari. Selain itu, usia pun dapat
mempengaruhi perubahan fisik dan mental seorang yang lanjut usia. Semakin
panjangnya usia, akan berimplikasi pada permasalahan sosial yang berkaitan
dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, bahkan iman dimana jumlah
orang yang tergolong lansia semakin meningkat.
Adapun masalah umum yang dialami oleh kaum lansia, seperti
penyesuaian diri dengan perubahan fisik, masalah kesehatan; perubahan minat,
di masyarakat.Krisis ekonomi, kesepian (syndrome), minder, keinginan untuk
menjadi muda kembali karena merasa ditolak dan beranggapan bahwa hidupnya
sudah tidak berguna lagi, dan ketakutan menghadapi kematian juga menjadi
masalah yang mendominasi kehidupan kaum lansia.
Kenyataan di atas menggerakkan setiap orang, bahkan lembaga atau
institusi untuk secara khusus memperhatikan kaum lansia. Perhatian kepada kaum
lansia diakui secara internasional dengan disepakatinya Vienna International Plan
of Action on Aging on pada tahun 1982 oleh PBB melalui Resolusi No. 45/106,
yang menyatakan bahwa pada tanggal 1 Oktober 1982 sebagai Hari Internasional
Lanjut Usia.
Perhatian dan pembinaan terhadap kaum lansia di bidang kesehatan dan
sosial, sudah menjadi kesadaran publik.Hal ini terbukti dengan adanya panti-panti
Werdha di seluruh Indonesia (Sartika, 1988).Namun, pembinaan di bidang iman
sungguh masih memprihatinkan.Bahkan, hampir setiap keuskupan dan paroki
membentuk kelompok kategorial lansia, tetapi belum maksimal dalam
pelaksanaannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum lansia di wilayah St.
Bernadetta Banteng Baru,Paroki Keluarga Kudus Banteng memiliki harapan
untuk dapat memperoleh pembinaan, khususnya pembinaan iman, agar mereka
semakin mampu menghadapi tantangan dan permasalahan yang semakin
kompleks.
Peran Gereja, khususnya Paroki Keluarga Kudus Banteng dalam
menanggapi harapan dan keinginan kaum lansia, yakni dengan melibatkan mereka
di kelompok Legio Maria, senam pagi, serta kegiatan lainnya. Semua kegiatan
tersebut tidak sepenuhnya terlaksana.Kegiatan kelompok lansia yang masih aktif
sampai sekarang adalah senam pagi dan koor di Gereja.Kegiatan ini dimaksudkan
agar para lansia mengisi hari-hari hidupnya dengan penuh makna dan sukacita dan
siap dalam menjalani masa tuanya.
Dibalik persoalan yang dihadapi oleh kaum lansia, mereka juga memiliki
harapan-harapan sehingga memacu untuk terus berjuang hidup agar tidak merasa
putusasa dalam menjalani masa tuanya. Adapun yang menjadi harapan para lansia
secara umum adalah mereka ingin terbebaskan dari rasa sepi (syndrome), dapat
hidup bahagia “merasa diterima,” kematangan dalam iman, menemukan makna
hidup, bisa ikut ambil bagian dalam kehidupan dan cinta kasih Allah, siap
menghadapi panggilan Tuhan, penuh syukur dan bersukacita.
Sisi lain, berdasarkan beberapa persoalan yang dialami oleh kaum lansia di
atas, penulis merasa tertantang untuk bisa ikut ambil bagian, serta memberikan
perhatian bagi mereka melalui usulan model-model pendampingan yang relevan.
Hal ini diharapkan agar para lansia khususnya yang ada di wilayah St. Bernadetta
Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng, dapat menjalani masa tuanya
dengan penuh kegembiraan dan siap menghadapi tantangan yang ada. Selain itu,
apa yang menjadi harapan mereka dapat terpenuhi sehingga masa tua tidak
menjadi beban namun merupakan persiapan untuk menuju kebahagiaan abadi
yang patut disyukuri. Dengan demikian, judul skripsi yang diangkat oleh penulis
adalah “MODEL PENDAMPINGAN IMAN YANG RELEVAN BAGI KAUM
KELUARGA KUDUS BANTENG - YOGYAKARTA”.Penulis juga ingin
menghadirkan suatu metode pendampingan iman, yaitu metode katekese dengan
harapan bahwa iman mereka terus tumbuh dan semakin teguh. Dengan demikian,
para lansia akan lebih mudah meneima masa tuanya dan menyadari bahwa hidup
ini adalah sebagai hadiah Allah. Hidup dengan segala pemberian-Nya perlu
diterima dengan penuh syukur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh para lansia, khususnya bagi lansia
di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng?
3. Apa yang menjadi harapan kaum lansia?
4. Bentuk pendampingan apa saja yang cocok untuk mengatasi masalah lansia,
sebagai bentuk usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi harapan mereka,
khususnya bagi kaum lansia di wilayah St. Bernadetta Banteng Baru, Paroki
Keluarga Kudus Banteng?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan ini, antara lain:
2. Penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi oleh para lansia di wilayah St.
Bernadetta Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng.
3. Memaparkan harapan-harapan para lansia.
4. Mendeskripsikan model pendampingan yang relevan bagi kaum lansia, selain
model pendampingan yang sudah ada di Paroki, sebagai bentuk usaha yang
telah dilakukan Paroki, agar dapat memenuhi harapan-harapan lansia,
khususnya yang ada di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga
Kudus Banteng.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari hasil penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Membantu untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh kaum lansia,
sekaligus sebagai bahan informasi bagi tim pewarta paroki dan keluarga dalam
upaya untuk meningkatkan pendampingan iman kaum lansia.
b. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang model
pendampingan iman yang relevan bagi kaum lansia.
c. Selain itu, melalui tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi setiap orang, khususnya untuk para orangtua dan tim pewarta
paroki akan pentingnya pendampingan iman. Untuk itu, pendampingan iman
perlu ditanamkan sejenak dini ditengah-tengah keluarga, mulai dari
2. Bagi Lansia
a. Supaya para lansia semakin memiliki iman yang tangguh dalam menjalani
masa tuanya.
b. Supaya para lansia siap dalam menjalani masa tuanya dan mengisi hari-hari
hidupnya dengan penuh makna dan sukacita.
c. Supaya para lansia menyadari bahwa hidup ini adalah sebagai hadiah Allah.
d. Supaya para lansia mampu mensyukuri bahwa di masa usia lanjut mengalami
kepribadian yang semakin berkembang, menjadi semakin utuh dan arif
melalui pasang surutnya hidup.
e. Supaya para lansia mengalami kasih Allah yang utuh melalui perhatian dari
Gereja yakni semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup mereka.
f. Supaya tidak mudah putusasa dalam menghadapi tantangan hidup, tetapi
semakin yakin akan kasih Allah yang menguatkan melalui orang-orang
disekitarnya.
g. Supaya kaum lansia memiliki kesiapan jiwa, semakin mendekatkan diri
dengan Allah dan berpasrah sehingga ia mampu menerima masa tuanya
dengan tulus bukan sebagai beban.
h. Kaum lansia dapat mensyukuri masa tuanya sebagai kesempatan untuk
mempersiapkan diri untuk kelak bersatu di dalam kebahagiaan abadi bersama
E. Sistematika Penulisan
Gambaran umum tentang isi keseluruhan pembahasan yang akan di
paparkan dalam penulisan ini, penulis deskripsikan dalam gagasan-gagasan pokok
sebagai sistematika penulisan, demikian:
BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II berisikan tentang dinamika kaum lansia yang meliputi pengertian
lansia, tahap perkembangan kaum lansia,ciri-ciri kaum lansia, masalah-masalah
yang dihadapi oleh kaum lansia, masa lansia yang membahagiakan.
BAB III membahas gambaran umum pendampingan kaum lansia yang
meliputi pengertian pendampingan iman kaum lansia, tujuan pendampingan iman
lansia, manfaat pendampingan iman lansia, unsur-unsurpendampingan
iman.Kemudian membahas juga tentang pendampingan melalui devosi dan
pelayanan pastoral kateketis: pengertian devosi, bentuk-bentuk devosi, manfaat
devosi, model pelayanan pastoral katekese bagi kaum lansia, pendekatan
kateketis, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kateketis,
memperhatikan dan menggunakan waktu luang, serta bentuk pelayanan pastoral
kateketis.
BAB IV memuat tentang keadaan kaum lansia di wilayah St. Bernadetta
Banteng Baru Paroki Keluarga Kudus Banteng –Yogyakarta, pendampingan kaum
lansia di wilayah St. BernadettaBanteng Baru, Paroki Keluarga Kudus Banteng –
Yogyakarta dan memuat beberapa usulan program bagi kaum lansia.Sedangkan,
BAB II
DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA
A. Pengertian Kaum Lansia
Potter dan Perry (2005) mendefinisikan kaum lansia atau masa dewasa tua
adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan dimulai pada tahap setelah
pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun. Pernyataan ini dipertegas oleh
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2001) bahwa di Indonesia
batasan lansia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan kaum lansia, demikian; “Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas.Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
gagalnya seorang dalam mempertahankan keseimbangan terhadap kesehatan dan
kondisi stres fisiologis.Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Santrock (2002: 190) mendefinisikan kaum lansia berdasarkan pandangan
orang barat dan orang timur (Indonesia). Pandangan orang barat bahwa lansia
adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan
orang timur (Indonesia) bahwa kaum lansia adalah orang yang sudah berusia lebih
dari 60 tahun. Pendapat ini diperkuat oleh UUD RI No. 13 Tahun 1998, Pasal 6
ayat 1 (Suardiman, 2011: 3) bahwa kaum lansia mempunyai kewajiban yang
sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Umumnya, di
tampak tanda-tanda penuaan, baik secara fisik maupun psikologis sehingga
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam hidup mereka.
Kusumo Putro (Suardiman, 2011:3) menyebutkan bahwa proses menua
adalah proses alami yang disertai adanya penurunan fisik, psikologis, maupun
sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Artinya, penurunan fisik
mempengaruhi psikis maupun sosial, sementara penurunan psikis mempengaruhi
fisik dan sosial serta sebaliknya.Dengan demikian, pandangan tersebut dapat
membawa dampak pada perkembangan masa lansia seseorang.Artinya, kita dapat
mendeskripsikan bahwa perkembangan masa lansia merupakan tahapan akhir dari
siklus perkembangan manusia.Hal ini disebut juga sebagai periode penutup dalam
rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari usia enam puluh tahun sampai
meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang
semakin menurun pada seseorang. Proses menua pada perkembangan masa lansia
adalah proses alamiah yang disertai menurunnya perkembangan manusia.
B. Tahap Perkembangan Kaum Lansia
Perkembangan masa lansia yang dikemukakan di atas, dapat diuraikan
berdasarkan watak, usia, dan segi ekonomis. Hal ini memperjelas makna dan
hakikat lansia sesungguhnya. Benar bahwa tahap perkembangan kaum lansia
secara umum dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni (1) Dewasa lanjut
untuk usia 45 – 54 tahun, (2) Pra lansia untuk usia 55 – 59 tahun, dan (3) Lansia 60 tahun ke atas. Namun, secara terperinci, hal tersebut dapat diuraikan sebagai
1. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Wataknya
Prof. Dr. Utoyo Sukaton mengatakan bahwa kondisi kaum lansia banyak
tergantung pada watak, pengalaman hidup, kondisi fisik, sosial ekonomi dan
lingkungan. Kaum lansia juga dapat dicirikan dalam empat tipe, yakni:
a. Tipe Optimis adalah tipe kaum lansia yang santai, riang (the rocking chairman
atau the rocking chairwomen);
b. Tipe militant,yaitu tipe kaum lansia yang serius (the armoured man);
c. Tipe pemarah yang gampang frustasi (the angry man);
d. Tipe putusasa:tipe kaum lansia yang benci pada dirinya sendiri, ingin mati saja
(the self hating man/women).
2. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Usia
Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Ciptaprawiro, 1990) menetapkan,
pembagian umur kaum lansia meliputi empat tingkatan, yaitu:
a. Werdha Madya (Middle Age) untuk umur 45-59 tahun
b. Werdha Utama (Elderly) untuk umur 60-70 tahun
c. Werdha Prawasana (Old) untuk umur 75-90 tahun
d. Werdha Wasana (Very Old) untuk usia 90 tahun ke atas.
Hal tersebut senada dengan Prayitno (1994) bahwa pembagian umur lansia
meliputi empat tingkatan, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) untuk usia 60-64 tahun
b. Yunior old untuk usia 65-74 tahun
d. Sangat tua (very old) untuk usia 90 tahun ke atas
Sedangkan, Hurlock (2002: 241) menjelaskan bahwa tahap terakhir dalam
perkembangan lansia dibagi menjadi: usia lanjut dini yakni 60 – 70 tahun, dan lansia 70 tahun hingga akhir hidup seseorang, orang tuamuda atau usia tua (usia
65 – 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun ke atas) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih
muda.
Kaum lansia tidak identik dengan kelemahan, kepikunan, kesepian, dan
sakit-sakitan. Ilmu pengetahuan yang luas dan semangat untuk belajar
terus-menerus akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengisi sisa hidup di
hari tua.
3. Perkembangan Kaum Lansia Berdasarkan Bidang Ekonomis
Suardiman (2011: 11) menyatakan bahwa secara ekonomis, kaum lansia
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok kaum lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang
sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
b. Kelompok kaum lansia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi
kebutuhan mereka sendiri.
Kelompok kaum lansia yang miskin (destitute), yaitu termasuk mereka
yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan
atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya
UUD RI No. 13 tahun 1998 (Suardiman, 2011: 2) mengutip tentang
kesejahteraan kaum lansia terdapat dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan kaum lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa, kaum lansia mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemudian, dalam pasal 6
ayat 1 menyatakan, bahwa lansia mempunyai kewajiban yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kaum lansia merupakan periode dimana seseorang telah mencapai kematangan
dalam proses kehidupan, namun telah menunjukkan kemunduran fungsi pada
organ tubuh sejalan dengan bertambahnya waktu dan usia seseorang.Tahap lansia
dimulai dari usia 60 tahun sampai meninggal. Tahap ini biasanya ditandai dengan
adanya perubahan baik dari segi fisik maupun psikologis yang semakin menurun,
namun kaum lansia tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
kehidupan sosial.
C. Ciri-ciri Kaum Lansia
1. Kaum Lansia Merupakan Periode Kemunduran
Hurlock (1980: 380) mengemukakan bahwa kemunduran yang terjadi pada
tahap lansia sebagian disebabkan karena faktor fisik dan psikologis. Kemunduran
fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada sel-sel tubuh bukan karena
mengakibatkan sikap tidak senangterhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan yang
disebabkan karena adanya perubahan pada lapisan otak.
2. Perubahan Individual pada Efek Menua
Proses penuaan mempengaruhi setiap orang secara berbeda berdasarkan
latar belakang yang berbeda pula. Namun, secara umum bahwa penuaan fisik
lebih cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal sebaliknya juga
kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang sangat memikirkan proses
penuaannya secara fisik dan psikologis, Hurlock (1980: 381).
3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Hurlock (1980: 384) menjelaskan bahwa keterbatasan fisik yang terjadi
pada kaum lansia mengakibatkan perubahan peran dalam urusan masyarakat dan
sosial, demikian juga halnya dalam dunia usaha dan profesionalisme.Kaum lansia
tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang
tertentu.
4. Penyesuaian yang Buruk
Sikap sosial yang negatif bagi kaum lansia, akan mempengaruhi konsep
dirinya yang tidak menyenangkan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perilaku
5. Keinginan Menjadi Muda Kembali
Hurlock (1980: 385) mengungkapkan bahwa terjadinya
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis pada kaum lansia, menimbulkan
keinginan baru untuk tetap menjadi muda kembali dengan melakukan berbagai
cara untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya supaya tetap terlihat muda.
Namun, usaha tersebut tidak bisa menghalangi terjadinya proses menua.
6. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik
Menurut pendapat Hurlock (1980: 390) umumnya setelah orang memasuki
lansia, maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, pengertian, pemahaman,persepsi, kreativitas dan
perhatian sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku kaum lansia menjadi
semakin lambat. Sementara itu, fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa kaum lansia menjadi kurang cekatan.
7. Perubahan Aspek Psikososial
Kaum lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian mereka. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian kaum lansia, yakni sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (construction personalitiy); biasanya tipe ini
b. Tipe Kepribadian Mandiri (independent personality); kaum lansia tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (dependent personalitiy); pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bermasalah, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apa lagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (hostility personality); pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi tidak teratur.
e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality); kaum lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
8. Perubahan Minat pada Kaum Lansia
Seiring bertambahnya usia, kaum lansia mengalami berbagai persoalan
baik secara fisik maupun psikis. Selain itu, kaum lansia juga mengalami
perubahan minat.Hurlock (1980: 394) menguraikan ada beberapa perubahan minat
yang terjadi pada kaum lansia, seperti:
a. Minat pribadi: orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila
b. Minat untuk rekreasi: beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan
karena memang tidak dapat dielakkan.
c. Minat sosial: salah satu teori sosial mengenai penuaan adalah teori pemisahan
(disengagement theory) menyatakan bahwa kaum lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan, yaitu suatu proses pengunduran diri
secara timbal balik pada masa lansia dari lingkungan sosial.
Erikson menegaskan bahwa ada beberapa tekanan yang membuat kaum
lansia menarik diri dari keterlibatan sosial, seperti:
a. Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari
peran dan aktifitasnya selama ini.
b. Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu
memikirkan dirinya sendiri secara berlebihan.
c. Orang-orang yang lebih muda di sekitarnya cenderung menjauh dari mereka.
d. Pada saat kematian semakin mendekat, orang memiliki keinginan untuk
membuang semua hal yang tidak bermanfaat lagi bagi dirinya.
9. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat
Suardiman (2011: 11) menjelaskan bahwa berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, dan gerak fisik, mengakibatkan munculnya gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada kaum lansia.Misalnya, badannya menjadi
bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering
menimbulkan keterasingan.Ketika menghadapi berbagai permasalahan tersebut,
beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan
kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun, bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak
dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,
seringkali menjadi terlantar.
Hal ini membawa dampak pada perkembangan psikis kaum lansia, mereka bisa
menjadi stres.
Selain itu, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2001)
yang dikutip oleh Suardiman (2011: 8)memaparkan bahwa usia lanjut sehat
adalah masa yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan mental yang optimal
serta tetap melakukan aktivitas sosial yang produktif. Depkes dan Kesejahteraan
sosial menguraikan ciri-ciri kaum lansia yang tergolong sehat, sebagai berikut:
a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa hidupnya
bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari
hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna
bagi hidupnya.
b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat dan
terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di
antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberi
d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh kemampuan
melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.
e. Memiliki kemampuan finansial yang menginginkan hidup mandiri, tidak
menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat menentukan
nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga
kestabilan harga dirinya.
D. Masalah-masalah yang Dihadapi oleh Kaum Lansia
Secara umum, beberapa permasalahan yang terjadi pada kaum lansia
dalam penyesuaian diri dan sosial, misalnya meningkatnya ketergantungan fisik
dan ekonomi pada orang lain, kecenderungan membentuk kontak sosial baru,
mengembangkan keinginan dan minat baru, serta kegiatan untuk memanfaatkan
waktu luang yang jumlahnya meningkat. Hal tersebut dapat tersirat maupun
tersurat dalam aspek-aspek permasalahan yang dipaparkan di bawah ini:
1. Permasalahan Umum
Suardiman (2011: 9-15) menyebutkan beberapa masalah umum yang tidak
bisa dihindari oleh kaum lansia, yakni:
a. Masalah Perubahan Fisik
Santrock (2002: 198) menjelaskan ada beberapa perubahan fisik yang
1) Otak dan sistem syaraf
Saat sudah tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari
sistem syaraf.Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki
kemampuannya.
2) Perkembangan sensori
Sistem mengalami penurunan pada masa lansia, tetapi mayoritas dari
kaum lansia memiliki penglihatan yang baik sehingga mereka dapat melanjutkan
kerja dan berfungsi dalam lingkungan mereka. Penurunan pendengaran yang
dialami bukanlah penghalang hingga masa lansia, karena alat bantu pendengaran
dapat mengurangi masalah tersebut bagi sebagian kaum lansia.
3) Sistem peredaran darah
Fozard (1992) (Suardiman, 2011:2) menegaskan bahwa jantung yang sehat
dapat menjadi lebih kuat selama kita menua melewati masa-masa lansia, dengan
kapasitas yang meningkat, bukan menurun. Tekanan darah dapat meningkat sesuai
usia, salah satunya disebabkan karena penyakit, obesitas, kecemasan, pengerasan
pembuluh darah, atau kurang olahraga. Tekanan darah yang tinggi sebaiknya
dirawat untuk mengurangi resiko serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
4) Sistem pernafasan
Fozard (1992) (Santrock, 2002: 199) menjelaskan bahwa kapasitas
paru-paru menurun antara usia 20 dan 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru-paru-paru
kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma (bagian dari paru-paru
5) Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan dalam kemampuan seksualitas
manusia, lebih banyak pada laki-laki dari pada wanita. Meskipun demikian tidak
diketahui batasan usia untuk aktivitas seksualitas.
Beberapa pendapat di atas dipandang oleh Hurlock (1980: 387) bahwa
pada tahap lansia, keadaan fisik seseorang melemah dan tidak berdaya sehingga
harus bergantung dengan orang lain.Selain itu, kaum lansia juga menentukan
kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisiknya.
Dengan demikian, aspek kesehatan sangat mempengaruhi perubahan fisik yang
terjadi pada kaum lansia. Meskipun kaum lansia mengalami kemunduran pada
bagian tubuh, namun tidak berarti bahwa kaum lansia sepenuhnya bergantung
pada orang lain. Perubahan fisik yang terjadi pada tahap lansia, dapat disikapi
dengan cara membiasakan hidup sehat, latihan-latihan kecil sesuai dengan
kebutuhan tubuh, agar masa tua bukan halangan untuk mencapai kebahagiaan.
b. Masalah Kesehatan
Terjadinya peningkatan jumlah penduduk kaum lansia akan diikuti dengan
meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah kesehatan indera
pendengaran dan penglihatan. Tahap lansia terjadi kemunduran sel-sel karena
proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ tubuh, kemunduran fisik,
timbulnya berbagai macam penyakit. Hal ini akan menimbulkan masalah
kesehatan, sosial dan membebani perekonomian, baik pada kaum lansia maupun
2. Masalah Psikologis
Suardiman (2011: 15) menjelaskan masalah psikologis yang dihadapi
kaum lansia secara umum meliputi: kesepian, terasing dari lingkungan,
ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,
keterlantaran terutama bagi kaum lansia yang miskin, dan post power syndroume.
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs);
kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan kasih sayang (the
bilongingness and love needs); dan kebutuhan akan aktualisasi diri (the deed for
self actualization).
Pernyataan ini senada dengan pendapat Darmojo (2009) mengenai
kesehatan mengatakan,tidak jarang para lansia terpuruk dalam masalah kesehatan
jiwa.Berikut ini masalah kesehatan jiwa kaum lansia yang dipaparkan oleh
Darmojo, antara lain:
a. Dukacita (bereavement)
Periode dukacita merupakan suatu periode yang sangat rawan bagi seorang
penderita lanjut usia. Ketika meninggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat,
bahkan seekor hewan kesayangan bisa mendadak memutuskan ketegangan
kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia. Selanjutnya, akan memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Periode dua tahun pertama setelah
ditinggal mati pasangan hidup atau teman dekat tersebut merupakan periode yang
b. Depresi
Depresi bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi
tinggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial.Usia lanjut senantiasa menghadapi
stres lingkungan yang sering menyebabkan depresi dan kemampuan beradaptasi
sudah menurun, akibat depresi pada usia lanjut seringkali tidak sebaik pada usia
muda.
c. Gangguan cemas
Gangguan cemas dibagi atas beberapa golongan, yaitu fobia, panik,
kecemasan secara umum, dan obsesif-kompulsif. Puncak insiden antara usia 20-40
tahun, dan prevalansi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa muda.
Gangguan cemas pada usia lanjut ini seringkali merupakan kelanjutan dari dewasa
muda.
d. Psikosis pada usia lanjut
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (200:178) menegaskan,
berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada kaum lansia, baik sebagai kelanjutan
keadaan pada dewasa muda atau yang timbul saat lansia. Dasar dan jenis
penatalaksanaannya hampir tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi
dewasa muda. Walaupun beberapa jenis khusus dapat disinggung demikian:
Parafrenia adalah suatu bentuk skizofernia lanjut yang sering terdapat pada
kaum lansia yang ditandai dengan sikap curiga dan menuduh, sering penderita
membunuhnya.Biasanya terjadi pada individu yang terisolasi atau menarik diri
dari kegiatan sosial.Sindroma diogenes adalah suatu keadaan dimana seorang
lanjut usia menunjukkan penampilan dan prilaku yang sangat terganggu; rumah
atau kamar yang sangat kotor, bercak, bau urin dan feses di mana-mana; tikus
berkeliaran di kamar lansia, dan lain sebagainya. Penderita menumpuk
barang-barangnya dengan tidak teratur.Individu kaum lansia yang menderita keadaan ini
biasanya mempunyai IQ tinggi, 50 % kasus intelektualnya normal.Mereka
biasanya menolak untuk dimasukkan ke institusi. Upaya untuk mengadakan
pengaturan atau pembersihan rumah atau kamar, biasanya akan gagal karena
setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang lagi.
e. Kaum lansia mengalami kebingungan
Miler (2004) yang dikutip (Santrock, 2002: 203) menjelaskan bahwa kaum
lansia sering mengalami kebingungan yang akan mempengaruhi kemampuan
untuk berkonsentrasi sehingga dapat mengakibatkan kekuatiran atau kecemasan,
perasaan stres, dan depresi (rasa kehilangan). Perasaan berduka juga dapat
meningkatkan resiko terkena penyakit demensia. Pendapat ini senada dengan
Singgih Gunarsa (2004: 411) yang mengatakan bahwa secara umum kaum lansia
mengalami postpower syndrome, yaitu perasaan sedih yang berlebihan, rasa
cemas, kesepian (perasaan terasing, tersisihkan, berbeda dari orang lain), dan
perubahan peran sehingga mengalami krisis identitas karena kehilangan orang
terdekatnya. Kenyataan bahwa mereka mengalami proses transisi secara
terdekatnya, menyebabkan seseorang merasa dirinya semakin tidak lagi
dibutuhkan oleh lingkungan masyarakatnya. Hal ini kemudian cenderung
menyeret perasaan kaum lansia ke arah ketidakbermaknaan diri.
Faktor penyebab timbulnya syndrome ini adalah karena kehilangan
orang-orang yang terdekat, kemudian karena krisis peran sebagai orang-orang tua dalam
keluarga.Dengan demikian, masalah-masalah yang dialami oleh kaum lansia
adalah masalah fisik yang cenderung menurun, gangguan kesehatan, kehilangan
pasangan hidup, menurunnya produktivitas dan kegiatan lainnya.Selain itu,
penyesuaian diri terhadap peran baru yang harus dilakukan oleh kaum lansia, baik
di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat dan penyesuaian dimasa
pensiun.
3. Masalah Sosial
Masa tua pun ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan
anggota keluarga, masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya
hubungan kerja karena pensiun.Perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah
kepada tatanan masyarakat yang individualistik, berpengaruh bagi kaum lansia
yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan
masyarakat dan terlantar.Untuk mengatasi kenyataan ini, perlu dibentuk kelompok
kaum lansia yang memiliki kegiatan mempertemukan para anggotanya agar
kontak sosial berlangsung.Ancok (1993) (Suardiman, 2011: 11) menyatakan
bahwa upaya menghimpun kelompok kaum lansia dalam wadah kegiatan,
Kesepian (lonetiness)juga dapat memacu munculnya afek negatif dalam
diri seseorang, karena ia merasa dirinya diabaikan, tidak dipedulikan, dan tidak
lagi bermakna bagi orang lain, sehingga mereka menarik diri dari lingkungan
sosial.
Selain itu, hal yang berkaitan dengan pensiunan pun menjadi masalah
dalam kehidupan sosial, khususnya kehidupan dalam keluarga. Artinya, sebagian
kaum lansia sebenarnya menolak untuk pensiun dengan berbagai alasan, karena
belum siap untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan stres bagi kaum lansia. Vaillant (2002) menyebutkan ada empat
situasi yang menyebabkan para pensiunan mengalami stres (Suardiman, 2011:
134), yakni:
1) Apabila datangnya masa pensiun di luar keinginan dan tidak direncanakan.
2) Jika yang bersangkutan tidak memiliki dukungan/sumber lain kecuali gaji.
3) Pensiunan akan stres jika kehidupan di rumah tidak bahagia dan bekerja
memberikan makna sebagai tempat pelarian dari rumah.
4) Bila pensiun telah menimbulkan atau mempercepat hadirnya kondisi
kesehatan yang buruk.
4. Masalah Ekonomi
Kaum lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki
masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama.Hal ini mengakibatkan
menurunnya pendapatan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup
berarti masa tuanya tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tidak
mempunyai penghasilan lagi. Sisi lain, kaum lansia dihadapkan kepada berbagai
kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan yang
bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi mereka
yang menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan rekreasi. Hal ini bagi
kaum lansia yang berpenghasilan mencukupi tidak menjadi masalah, tetapi bagi
mereka yang mempunyai penghasilan rendah, hal ini dapat menjadi masalah
besar.
E. Masa Lansia yang Membahagiakan 1. Pengertian Kaum Lansia yang Bahagia
Istilah kaum lansia yang bahagia selalu dibicarakan dalam konteks lansia.
Kebahagiaan dalam hal ini bukan menyangkut materi, tetapi menyangkut segala
aspek seperti: kesehatan fisik dan sikis (memiliki umur panjang), ekonomi yang
memiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Suardiman (2011: 175)
menegaskan bahwa kaum lansia tidak hanya membutuhkan umur panjang, tetapi
dalam kondisi sehat sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan
secara mandiri, tetap berguna dan memberikan manfaat bagi keluarga dan
kehidupan sosial.Kondisi seperti ini sering disebut sebagai harapan hidup untuk
tetap aktif (active life expectancy).Sebaliknya, tidak jarang ada orang yang tidak
menghendaki umur panjang, apabila sisa hidupnya itu dilalui dengan kondisi tidak
Selain itu, kebahagiaan menjadi tujuan utama bagi setiap individu.Artinya,
kebahagiaan itu disertai dengan kepuasan.Keduanya perlu untuk dipenuhi dan
saling berinteraksi. Kaum lansia akan merasa puas dan bahagia apabila mereka
masih tetap aktif beraktifitas sesuai dengan kebutuhan mereka dan terpenuhinya
kebutuhan hidup sehingga tetap sehat dan dapat menjalin relasi dengan sesama
terlebih dengan Tuhan.
Lafrancois (1984) (Suardiman, 2011: 107) menyatakan, bahwa pada
umumnya ada dua teori yang menjelaskan umur manusia yang menjadi dasar
keberhasilan atau kebahagiaan kaum lansia, yakni:
a. Teori disengagement
Secara formal, teori ini diajukan oleh Cumming dan Hendry pada tahun
1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti
secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi
dengan kehidupan dunia. Individu mengundurkan diri karena kesadarannya akan
menurunnya kekuatan secara fisik maupun psikis karena faktor usia. Sebaliknya
masyarakat menarik diri karena mereka memerlukan orang yang lebih muda, yang
lebih mandiri untuk menggantikan orang yang lebih tua.Dikatakan berhasil atau
bahagia, karena kaum lansia sudah melewati masa kerjanya hingga
pensiun(Suardiman, 2011: 175).
b. Teori activity, teori yang bertolak belakang dengan teori pertama
Menurut Suardiman (2011: 176) teori ini menyatakan, bahwa semakin tua
Seseorang yang tetap aktif, baik secara fisik, mental maupun sosial akan
melakukan penyesuaian yang lebih baik seiring dengan bertambahnya usia.
Keberhasilannya akan tampak apabila kaum lansia dapat menjaga lebih baik self
image-nya, merasakan kepuasan yang lebih besar, dan dukungan sosial yang lebih
dari biasanya. Artinya, kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada
kelangsungannya terlibat pada berbagai aktivitas. Sekalipun usia sudah lanjut,
namun aktivitas tetap berlanjut.
Teori lain yang menjelaskan kaum lansia yang berhasil atau bahagia
adalah teori kesinambungan (continuity), yang dikemukakan oleh pakar
gerontologi Robert Atchley pada tahun 1989 (Papalia et al., 2001: 685). Teori ini
menekankan pada kebutuhan manusia untuk memelihara satu hubungan atau
koneksi antara masa lalu dan masa kini. Pandangan ini menjadikan aktivitas
sebagai tindakan penting, bukan untuk mereka sendiri, tetapi lebih pada suatu
tingkat bahwa hal itu merupakan representasi gaya hidup yang berkesinambungan.
Kaum lansia akan merasa bahagia jika mereka tetap aktif bekerja dan dilibatkan
dalam kegiatan atau sosial, sesuai dengan kemampuan mereka. Hal itu penting
untuk melanjutkan satu tingkat aktivitas yang tinggi. Banyak pensiunan yang
merasa bahagia, karena dapat melakukan aktivitas yang sama dengan pekerjaan
masa lalu untuk mengisi waktu luangnya.Perempuan yang terlibat dalam banyak
kegiatan, seperti isteri, ibu, pekerja, dan sukarelawan, cenderung melanjutkan
untuk tetap memiliki banyak kegiatan dan mendapat keuntungan sesuai usiannya
(Moen et al., 1992)Suardiman, (2011: 177). Sebaliknya, orang yang kurang aktif
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Kaum Lansia
Seneca, (2002) (Suardiman, 2011: 181) berpendapat bahwa usia lanjut
penuh kenikmatan jika anda tahu bagaimana memanfaatkannya (Old age is full
enjoyment if you know how to use it).Pernyataan Seneca ini memang diyakini
kebenarannya, yakni menggembirakan bagi kaum lansia manapun, namun dalam
kenyataannya tidak semua kaum lansia tahu bagaimana melaksanakannya.
Berk (2007) (Suardiman, 2011: 181) menyimpulkan tentang berbagai cara
untuk menuju masa lansia yang membahagiakan:
a. Optimis serta perasaan efikasi diri (meyakini diri sendiri mampu berhasil dan
sukses) dalam meningkatkan kesehatan dan fungsi fisik.
b. Optimisasi secara selektif dengan kompensasi untuk membangun keterbatasan
energi fisik dan sumber kognitif sebesar-besarnya (selective optimization with
compensation).
c. Peneri