• Tidak ada hasil yang ditemukan

Horizonalization dan Tabel Ringkasan Subjek 1

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 1. Horizonalization dan Tabel Ringkasan Subjek 1

Horizonalization dan Tabel Ringkasan

Subjek 1

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

bisa tidak hamil. Tapi pada akhirnya, hati nurani saya berbalik, namun akhirnya trima-trima saja. Meskipun saat itu, saya yakin sangat berat. Tapi di samping saya punya hati nurani, insting saya sebagai laki-laki ingin isteri saya tidak hamil. Tapi saya juga punya sisi pria yang ingin bertanggung jawab. saya selalu.menemani. Saat itu perasaannya campur aduk, antara males, bingung. rasanya pengen marah juga ada, trus capek. Yang pasti, yang pasti dominan capek dan juga bingung. Karena di situ kita benar-benar harus standby dimana isteri itu pengennya dielus-elus paniknya disitu. Mengatasinya banyak ngobrol sama isteri, menyadari ya ini resikonya kalau proses hamil itu ternyata seperti ini, saling sharing apa yang dirasakan, jadi kita sama-sama tahu. Pertama sempet proses normal, tapi karena sampai bukaan keempat bayinya itu ga mau kluar-kluar,akhirnya langsung dilarikan ke rumah sakit terus langsung operasi. Yang pertama capek,yang kedua itu pengennya itu cepet selesai terburu-buru gitu lho,maksudnya dalam pikiran saya tue gelisah,maksudnya ada apa segh,pertamanya normal ko ternyata bayinya ga mau turun itu,pikirannya campur aduk, capek, dan capek itu pasti..Tapi akhirnya ya pasrah aja..yo wez lah yang pasti diberi jalan yang terbaik. Cuman ya kemudian ya gelisah terus sampe anaknya lahir. Oghh..kalo itu saya gelisah, ga pengen macem-macem..malah banyak diem..

Jadi waktu itu ketika isetri saya masuk kamar operasi,saya hanya diem. Ketika saya ngobrol itu, saya hanya menanggapi sekadarnya saja. Trus saya banyaknya diem. Karena ketika saya bergerak dan beraktivitas lebih banyak itu akan semakin membuat saya kalut. Takutnya nanti malah berdampak yang negatif. Yang pertama seneng, yang pasti senang, yang kedua merasa seperti beban berat. Yach itu belum pas event yang tepat, belum saatnya dihadapi, tapi sudah ada gitu. Tapi ya pertamanya seneng, karena memang yah lucu.terus kondisinya normal dan lain-lain itulah. Kalo persiapan segh ga terlalu banyak, gimana ya ga terlalu banyak dipikirkan soalnya kemarin itu kebetulan diasuh oleh nenek saya..Jadi saya terbantu sedikit. Sebelum kelahirannya itu, saya persiapannya tue saya ikut mempersiapkan juga seperti ikut isteri jalan pagi, ikut ngarahin dia senam, dan lain-lain. Persiapan pakaian itu dari orang tua kebetulan sudah dipersiapkan jadi saya hanya mempersiapkan mental,

37-68 Menjadi

seorang ayah merupakan hal yang belum bisa diterima secara mental.

53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99

kesannya tue terburu-buru seperti itu. Oghh iya ada, kalo dari rumah ke rumah sakit kita tue ada, Tapi kalo saya sendiri ga mau menjagakan yang pasti, saya harus standby. Persiapannya harus makan banyak, makan banyak dan ga sempet istirahat segh. Makan banyak juga nyiapin cemilan banyak. Bingung dan rasanya tue ga terima awalnya. Ko gini, itu di luar dugaan, harusnya ini yang kuketahui sebelum ini terjadi. Bukan, bukan masalah resiko seksnya itu ga. Tapi lebih kepada mengurus bayinya. Pernah suatu saat, kita saking mangkelnya, capeknya itu, kita sendiri pernah punya kepikiran bahwa “wagh, sesuk titipke wae” rasanya tue capek, kita ga bisa tidur, dan lain-lain tue rasanya tue kok yo aku sing ngadepi koyo ngene, ga terima gitu, ada cumin itu pelan-pelan, lalu sadar bahwa ini resikonya begitu. Tetep dirawat. Jadi maksudnya tue, aku sendiri tetep memfokuskan diri ke anakku. Tapi yo kadang aku merasakan itu sebagai hal yang wajar karena itu sebagai bapak yang baru dan bapak yang muda. Intinya aku support diriku sendiri. Banyak yang pertama tue kesulitannya, bayi itu ringkih, dan kita harus berhati-hati. Yang kesulitan yang kedua itu bayi itu ga seperti kita, jadi apa-apa itu, kita kadang harus manut bayinya. Trus yang ketiga itu dalah waktu. Itu manajemen waktunya amburadul. Dan yang keempat itu adalah komunikasi antara suami isteri sendiri, itu harus lebih intensif. Yang pertama adalah bayi, bayi itu sendiri, sama-sama mengingatkan, itu lho bayi itu jangan dibeginikan. Ogh iya, saling mengingatkan memang kadang kita ga terima juga segh, “agh ora” tapi ya itu, sebagai proses gitu. Lalu yang untuk time manajemen itu, kita saling bagi tugas. Kadang kalo pagi, pas saya bangun, itu nanti saya tugasnya nyuci, lalu ibunya nanti neteki, trus mandiin dan lain sebagainya gitu. Jadi intinya tue komunikasi suami isteri, itu semuanya untuk mengatasi semuanya. Pembagian tugas, yachh intinya komunikasinya ditingkatkan. Saat itu..hmm..saat itu tue pengennya ga ngurus bayi. Jadi waktu kondisi capek tue kita pengennya tue apa yachh pengennya tue ga ada bayi itu, gitue lho. Waduh..”pas biyen ki aku iso turu” ko saiki oraa..Jadi rasanya tue yo pasti ada ga terimanya.Tapi kan..ya itu sudah ada..bayinya sudah ada..kita ga bisa kembali lagi..akhirnya..mau ga mau ya memaksakan diri untuk melakukan kegiatan itu. Emang capek pasti, trus yang kedua itu mudah menyerah, mudah menyerah dalam arti mungkin,

69-89 Keinginan besar untuk merawat anak karena ada rasa tanggung jawab dan ingin lebih dekat dengan anak. 90-98 Keinginan untuk merawat anak agar mengurangi beban istri,

103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 13 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149

seperti pusing gitu ga tapi lebih banyak capek. Pola tidur, kalo pola tiduri tu biasanya, pola tidur tidak teratur itu yang bisa nyebabin stress juga. Jadi, apa yach..kadang tubuh ga siap untuk mengahadapi hari. Kadang kita tadi malam begadang, seperti itu. Yang pertama itu nyupport, itu bagi saya penting karena proses mengandung itu proses yang vital bagi seorang bayi. Saya yang memang egois, egh dulu saya egois, tapi saya akan mereduksi gitu lho. Jadi lebih support istri. Apalagi ketika itu apa hmm..masa-masa nyidam. Jadi support, nemenin jangan sampe istri stress begitu. Begitu pula ketika mengasuh bayi, karena ketika kondisi ibu itu, stress. Nanti dia akan lari ke anaknya, begitu. Mau ga mau yach harus support. Nyuport, nemenin dan yang ketiga itu adalah membantu. Gejala-gejala tersebut yach. Kadang tue belajar bagi waktu lebih baik satu, dan yang kedua masih pembagian tugas. Memang segh kadang muncul pusing, itu kadang..kadang tapi emang ga banyak, cuman kalo kita capek, sambil gendong itu rasanya pusing dibelakang,.itu saking capeknya. Tapi untuk mengatasinya yo saya bagi tugas seperti itu tadi, Trus yang pasti mempelajari kalau misalnya besok ada waktu luang sedikit, saya gunakan sebaik mungkin. Oghh iya saya jg ga minum obat yang aneh-aneh..tapi tambahan suplemennya madu. Lebih pada madu. Oghh kalo pembagian waktu tidur itu sendiri, eghh gantian. ganti jadi kalo istri siang itu sudah tidur, nanti sorenya gentian saya yang tidur. Kalo malemnya.malemnya itu kebanyakan..egghh. akhir- akhir ini isteri yang bangun soalnya..ee..caranya mengatasinya itu, adalah bayi itu dikasih pampers karena kebetulan daerahnya dingin sehingga bangun itu cuman neteki setelah itu tidur lagi , gitu.

Jadi kalau missal isteri saya ga bangun, ya saya yg bangun..biasanya saya nunggu, nunggu bayi itu tidur, sampai isteri saya tidur. Setelah itu saya tidur, biasanya kalo isteri saya ga bangun, ya saya yang bangun..bangunin.

Kalau bagi saya sendiri segh hamper fifty-fifty. Maksudnya, memang lebih banyak isteri saya, karena yang harus intens itu adalah air susu ibu itu. Bagi saya segh sebenernya kalau tidak air susu, kita sama-sama besar dalam mengasuh. Mandiin, saya juga bisa mandiin, gantiin popok, dan ganti lain-lainnya saya juga bisa. Hanya yang saya ga bisa itu memberi asi. Jadi, memang lebih besar, tapi saya kira fifty-fifty.

masih bisa dilakukan. 99-123 Muncul efek atau akibat dari merawat anak yang belum bisa dikelola dengan baik 124-279 Bisa mengelola dengan baik masalah yang muncul

153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199

pertama..heeh..itu yang saya alami. Jadi, saya tidak dekat dengan ayah saya, karena memang dulu saya pernah denger cerita, ibu saya itu mengurus saya sendirian, dan saya tidak ingin itu terulang pada anak saya. Yang pertama itu, itu dorongan yang terbesar. Yang kedua, adalah bagi saya, ketika laki-laki itu bisa mengambil semua apa namanya, pekerjaan apapun saya kira itu lebih baik, daripada kita harus membagi tugas dengan perempuan, dan itu akan tergantung dengan perempuan nantinya

Itu..insting segh sebennernya, karena pertamanya tue kan isteri saya Caesar. Hari pertama itu, bayi saya belum diminumin asi, sehingga ketika naruh, saya bingung, saya bingung mau harus gimana tapi akhirnya saya tiba-tiba bisa gendong gitue. Instingnya tue saya yakin bisa. Dan saya tahu titik-titik diamana saya harus memegang dan ini tiba-tiba saya…ga tiba- tiba segh tapi memang saya bisa..Dan begitu pula dengan mandiin bayi. Ketika isteri trus banyak kerjaan kan ga mungkin kita nunggu, ini..ini anak ini…ga bisa apa..digantungkan ama orang lain. Jadii..saya lihat..saya lihat cara perawat mandiin gitu..

Yach itulah, karena tujuan saya yang pertama itu, saya ingin deket sama anak saya. Heeehh..

Iyach saya sampai saat ini masih belajar..masih belajar, dan saya banyak berefleksi bahwa ketika suatu..apa…suatu pekerjaan tidak terlaksana, apa segh kelemahannya..Oghh..kelemahannya karena saya memang ga bisa memprioritaskan. Nagh, mulai besok saya mulai memprioritaskan, hari ini apa saja yang harus saya laksanakan. Kalau memang ga bisa lagi, eghh..saya berefleksi lagi..ada apa segh…ogh karena saya malas. Ogh..berarti besok prioritas dan kamu ga boleh malas, kalau kamu malas, siapa yang mau ngerjain, seperti itu. Jadi, mau ga mau saya terus belajar, mau belajar..untuk..yach gimana caranya, kamu kuliah, tapi kamu juga bisa ngurus anak.

Oghh..itu masihh, yach nanti untuk kepengurusan dengan badan kemahasiswaan BEMF itu, saya membagi tugas dengan wakil, gitu. Saya minta tolong, bahwa saya ga bisa apa..sefree..sebebas dulu untuk mengurusi BEM. Jadi saya minta, kita untuk berbagi. Saat aku ga bisa, tolong kamu yang maju, gitue. Yang pertama itu saya lihat, saya lihat dulu, ya kadang emnag mangkel segh tiba-tiba nangis gitue..pengennya tue didiamkan gitue. Tapi karena saya ingat tujuan pertama saya, ingin dekat dengan anak, saya deketin

203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249

keliling.Diem.. biasanya diem..kalau digendong itu.kalo dagh nangisnya ga brenti-brenti baru dikasih ke ibunya yach..

Yach..yang pasti itu stress.. stress, ga terima, dan…yachh..pokoknya itu.. apa yach…ga mau gitu menghadapi. Tapi kan, untungnya tue saya biasa berefleksi, jadi intinya tue, saya merefleksikan semua pemikiran saya. Yach emang segh..ya inilah resikonya gitu.. Memang pertamanya saya ga bisa dolan itu, rasanya saya kehilangan banget, tapi semua itu saya komunikasikan pada isteri bahwa saya punya, boleh ga minta waktu dolan gitue. Ya kadang dolan ga sebebas dulu, tapi saya, yang pasti saya masih bisa dolan. Karena kalau kami komunikasi, kalau kami tetep di rumah pun, kalau saya stress kan sama saja saya ngurus anak. Jadi intinya tue saya sama isteri tue sama-sama punya pengertian. Ya tapi memang..memang kebanyakan stress karena memang bayinya ga bisa ditinggal. Jadi waktu untuk bermain itu juga kurang.

Tetep ngurangin banyak. Yach itu..karena masalahnya saya ga menatap masa belakang masa lalu, tapi ya maju kedepan.

Prioritas..saya kira prioritas. Prioritas saya pertama ya anak. Memang kadang kuliah itu ga sepele yach..Tapi bagi saya, kuliah itu saya masih bisa mengejar, kalau anak itu, saya ga berani main-main. Kadang prioritas pertama adalah anak. Dimanapun prioritas utama itu anak. Ehhmm..mungkin saat itu, kegiatan yang harus saya laksanakan adalah kuliah. Tapi mau ga mau, ya saya harus jagain anak. Waktu itu, isteri saya sedang sakit, dan ga bisa memberikan asi. Nagh itu saya ngasuhnya dengan cara memberikan botol susu formula.

Ga..tetep ga.. Karena saya dan isteri saya masih ingin bisa merawat anak saya sendiri dan kalau mau kuliah nanti, kemungkinan nanti kita akan menitipkan di tempat keluarga.

Oghh..kalau untuk sama isteri, saya punya waktu di malam atau sore tue, jadi di malam itu saya bagi anak sama isteri tue sampai berapa terus kira-kira malam sampai jam berapa tue saya minta ijin ke isteri untuk bisa fokus ke pekerjaan saya, tugas dan lain-lain. Tapi saya juga harus liat bobot tugasnya, kalau itu emang penting dan pengerjaannya menghabiskan banyak waktu, saya minta pengertian ke isteri.

253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279

jadwal di awal. Jadi ketika saya mendapat jadwal, saya berikan, ternyata saya dapat ini gimana..”Ogh ya gpp gini-ginii..Lha ko ndadak..yach saya dapetnya ndadak. Kamu ga bisa mundur..ga bisa..karena..”

Jadi berikan alas an yang benar-benar masuk akal dan apa adanya.

Kalau ribut-ribut kecil itu pasti, dan saya prinsipnya win-win solution, ketika ga diperbolehkan untuk ini, saya lihat apakah itu emang patut untuk tidak diperbolehkan atau tidak. Tapi ketika itu patut untuk tidak diperbolehkan, misalnya saya mau pergi ngambil bahan di tempat siapa. Nagh itu kalau tidak diperbolehkan, saya lihat alasannya kenapa. Kalau emang bahannya itu masih bisa diambil pake maksudnya dikirim pakai email itu oke. Tapi kalau itu bahannya mendesak dan tidak yo..mau ga mau saya harus tegas. Ini untuk kehidupan selanjutnya. Jadi emang ribut itu pasti, dan saya lebih banyak bertindak tegas.

Awalnya emang mutung dan ogah-ogahan. Jadi merasa dia yang paling banayk bekerja dan aku yang paling banyak main seperti itu.. jadi saya kasih smua jadwal..pengertian,gimana caranya kita bagi waktu, begitu. Tapi terakhir ini ga, soalnya saya akhir-akhir ini kalau saya punya waktu, saya akan bener-bener memanfaatkannya untuk di rumah.

ketika mengetahui istri anda mengandung anak anda yang pertama?

waktunya. Yach pas sebagai laki-laki normal, insting saya adalah kalau bisa tidak hamil. Tapi pada akhirnya, hati nurani saya berbalik..yo wez lah pie meneh gitu..akhirnya trima2 saja…Meskipun ssat itu, saya yakin itu sangat berat..Tapi di samping saya punya hati nurani..apa..insting saya sebagai laki-laki ingin isteri saya tidak hamil..tapi saya juga punya sisi pria yang ingin bertanggung jawab seperti itu.

Menerima keadaan yang terjadi karena sudah terjadi.

Memiliki rasa tangggung jawab terhadap apa yang terjadi.

2. Bagaimana perasaan bapak ketika istri anda melahirkan?

Hmm.saya selalu.menemani yang pertama..Emang saat itu perasaannya campur aduk, antara males, bingung..apa yah..rasanya tue pengen marah juga ada, trus capek..Yang pasti, yang pasti dominan tue capek dan juga bingung. Karena di situ kita benar- benar harus standby dimana isteri itu apa yah..pengennya tue dielus-elus gitu..paniknya disitu..

Perasaannya campur aduk, malas bingung, trus juga ada rasa capek.ingin marah

Yang dominan capek dan bingung.

Keinginan isteri dituruti saat itu, selalu disamping isteri.

3. Bagaimana proses melahirkan yang dialami oleh isteri bapak

Pertama sempet proses normal, tapi karena sampai bukaan keemapat bayinya itu ga mau kluar- kluar..akhirnya langsung dilarikan ke rumah sakit terus langsung operasi.

Dan disitu saya menemani terus sampai bayinya keluar.

Sempat Normal, namun akhirnya dilakukan casear, karena ada sedikit kendala

Menemani bayi sampai keluar.s

4. Saat isteri bapak dalam proses melahirkan, situasi seperti apa ya..yang bapak alami saat itu?

Yang pertama capek..yang kedua itu pengennya itu cepet selesai terburu-buru gitu lho..maksudnya dalam pikiran saya tue gelisah..maksudnya ada apa segh..pertamanya normal ko ternyata bayinya ga mau turun itu..pikirannya campur aduk, capek..capek itu pasti..Tapi akhirnya ya pasrah aja..yo wez lah yang pasti..yang pasti diberi jalan yang terbaik Cuman ya

Merasa capek, ingin cepat selesai

Pikirannya gelisah,dan campur aduk mempertanyakan keadaan, ko dari normal kemudian tiba-tiba Caesar

Pasrah terhadap keadaan dan memiliki keyakinan akan berhasil

ketika anak pertama bapak lahir dan bapak melihat bayi kecil yang baru lahir tersebut?

kedua..egh..beban berat

yach.. karenaitu belum pas event yang belum saatnya dihadapi..tapi sudah ada gitu.

Tapi ya pertamanya seneng..karena memang.yah lucu.terus kondisinya normal..dan lain-lain..itulah..

Tetapi ada perasaan terbebani, karena merasa belum siap untuk merawat anak.

6. Bagaimana persiapan bapak ketika harus mempersiapkan kelahiran

anak pertama

tersebut?Jelaskan!

Kalo persiapan segh ga terlalu banyak..gimana ya ga terlalu banyak dipikirkan soalnya kemarin itu kebetulan diasuh oleh nenek saya..Jadi saya terbantu sedikit. Sebelum kelahirannya itu, saya persiapnnya tue saya ikut mempersiapkan juga seperti ikut isteri jalan pagi, ikut ngarahin dia senam, dan lain-lain. Persiapan pakaian itu..dari orang tua kebetulan sudah dipersiapkan jadi saya hanya mempersiapkan mental, cuman ngayem-ngayemke..Ogh..besok cepet, besok cepet. Tapi memang pengennya cepet terlaksana. Jadi pengennya tue kelahiran cepet, selesai gitu..kesannya tue terburu-buru seperti itu.

Persiapannya dengan ikut isteri jalan pagi, nganterin senam hamil

Mempersiapkan pakaian dan peralatan bayi

“Ngayem-ngayemi diri”Ingin semua cepat

terlaksana dan selesai,yaitu kelahirannya dan terburu-buru kesannya.

7. Ketika berada di rumah,

bagaimana bapak

mengatasi situasi saat harus menghadapi anak yang rewel?

Yang pertama itu saya lihat, saya lihat dulu, ya kadang emnag mangkel segh tiba-tiba nangis gitue..pengennya tue didiamkan gitue. Tapi karena saya ingat tujuan pertama saya, ingin dekat dengan anak, saya deketin trus saya tempelin jari deket mulutnya, tapi kalau dia mangap, berarti, mau ga mau ibunya menyusui. Tapi kalau dia ga merespon, akan saya gendong, saya ajak keliling.Diem.. biasanya diem..kalau digendong itu.kalo dagh nangisnya ga brenti-brenti baru dikasih ke ibunya yach.

Dengan melihat kondisi anak seperti apa, berusaha sebisa mungkin untuk bias ikut menenangkan anak

Dengan menggendong, diajak keliling

Ingat tujuan peratama untukdekat dengan anak

Kalau tidak berhenti baru di berikan kepada isteri.

saja lahir?dalam hal ini, bapak mengalami kesulitan dalam merawat tidak?

kadang harus manut bayinya. Trus yang ketiga itu dalah waktu. Itu manajemen waktunya amburadul. Dan yang keempat itu adalah komunikasi antara suami isteri sendiri, itu harus lebih intensif.

Manajemen waktu menjadi berantakan Komunikasi antara suami isteri harus lebih intensif

9. Nagh..saat harus merawat

bayi bapak

tersebut..bagaimana situasi yang bapak alami dan rasakan?

Saat itu..hmm..saat itu tue pengennya ga ngurus bayi..jadi..waktu kondisi capek tue kita pengennya tue apa yachh..pengennya tue ga ada bayi itu, gitue lho.. Waduh..pas biyen ki aku iso turu..ko saiki oraa..Jadi rasanya tue..yo pasti ada ga terimanya..Tapi kan..ya itu sudah ada..bayinya sudah ada..kita ga bisa kembali lagi..akhirnya..mau ga mau ya memaksakan diri untuk melakukan kegiatan itu. Emang capek pasti..trus yang kedua itu mudah menyerah, mudah menyerah dalam arti mungkin, mungkin tugas itu bisa diselesaikan setelah bayi itu tidur, tapi setelah bayi itu tidur, aku ikut tidur gitue..Jadi lebih mudah menyerah.

Awalnya ada rasa ga terima dengan keadaan yang sekarang,dimana harus ikut serta mengurus anak.

Ada rasa keterpaksaan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Dalam kondisi capek inginnya tidak mengurus bayi

Capek dengan mengurus bayi dan akhirnya tugas-tugas lainnnya jadi terbengkalai.

10. Lalu apabila bapak mengalami hal tersebut, tindakan apa yang bapak lakukan untuk mengurangi

Dokumen terkait