• Tidak ada hasil yang ditemukan

Horizontal Abad

Dalam dokumen Keamanan Siber Menuju Perang Geometri An (Halaman 36-55)

Adi Rio Arianto

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

arianto.adirio@gmail.com

Abstrak

Keamanan Dunia Era Horizontal Abad 21 dibangun berdasarkan asumsi- asumsi dasar ilmu Geometripolitika. Geometripolitika membagi wilayah dunia menjadi delapan dimensi, yaitu daratan, udara, laut, bawah tanah, serta empat medan Geometri atau volume, yaitu ruang hampa, galaksi, siber, dan khatulistiwa. Munculnya Keamanan Siber merupakan evolusi panjang dari dimensi keamanan yang dihasilkan oleh interaksi manusia dan siber. Saya menyebut interaksi ini sebagai aktifitas ―Geometripolitik.‖ Keamanan Siber Antarbangsa mencerminkan: (1) Medan siber menghadirkan evolusi panjang Arsitektur Keamanan Dunia Era Horizontal Abad 21, (2) Iklim keamanan dunia adalah cenderung tidak stabil dan sangat berbahaya hal ini didorong oleh meningkatnya dua teknologi universal yaitu teknologi siber dan senjata nuklir, (3)Mesti ada kebijakan keamanan siber dunia yang efektif untuk mencegah terjadinya Perang Geometri Antarbangsa yang diawali oleh konflik siber menuju konflik nuklir. Potensi ancaman siber akan tetap ada, oleh karena itu penangulangannya adalah mutlak dipersiapkan. Konflik siber menjadi salah satu sumber pemicu peperangan universal yang dapat mengancam kelangsungan hidup peradaban manusia di Era Horizontal Abad 21. Oleh karena itu, saya menghimbau kepada masyarakat dunia agar Sistem Geometripolitik Dunia segera dibangun sebagai acuan untuk mengetahui rasionalitas, kapabilitas, dan probabilitas senjata nuklir karena berpotensi menjadi ancaman ―genosida masal‖ terhadap kelompok ataupun rumpun manusia dari suatu bangsa dan negara Abad 21.

Kata kunci:

Keamanan Siber, Era Horizontal, Geometripolitika, Keamanan Nuklir, Perang Geometri Antarbangsa

Pendahuluan

Tahun 2000 Masehi, dunia memasuki Milenium Ketiga, dan Saya menyebut periode ini sebagai awal dari Abad Horizontal atau Era Horizontal

Abad 21. Memasuki dekade kedua Abad 21, gambaran keamanan universal antarmanusia mencerminkan manifestasi dari kekuatan universal yang dihasilkan oleh hubungan antara manusia dan teknologi paling mutakhir di Abad 21, yaitu teknologi siber dan senjata nuklir.

Di Era Horizontal, pasang-surut sistem Hubungan Antarbangsa –– arsitektur kekuatan universal Era Horizontal Abad 21–– cenderung memperlihatkan keseimbangan (simetri), bersifat gotong royong (multimetri), dan menghadirkan pergiliran antara periode perang dan damai di seluruh dunia. Itulah ―pergiliran universal.‖ Dalam konteks ini, dunia sedang membangun skema Horizontalisme Antarbangsa. Itulah proses ―Horizontalisasi Dunia‖ atau saya menyebutnya dengan istilah ―Globalinium‖, yaitu periode pembangunan besar-besaran Bangsa Horizontal untuk mencapai ―Kekuatan Universal‖ yang didalamnya termasuk Indonesia sebagai negara utamanya. Globalinium berusaha menciptakan Perdamaian Universal Abad 21 hingga abad 22-28 dst, selama tujuh abad ke depan. Globalinium berusaha menciptakan Sistem Adikrasi Horizontal yang menekankan agar Hubungan Antarbangsa dibangun atas dasar ―Gotong Royong‖. Dengan demikian, Horizontalisme percaya bahwa penciptaan Hubungan Antarbangsa bersifat Gotong Royong dan berlaku secara universal di seluruh dunia.

Proses penciptaan ini, yang oleh Horizontalisme, merupakan bagian dari sifat alami bumi, ia bulat, bergerak melingkar, pasang-surut, silih-berganti, dan terus berputar mengelilingi matahari membentuk jalur Khatulistiwa Dunia. Dan, saya melihat dengan seksama, meminjam istilah Al-Farabi tentang ―Negara dan Bangsa Utama‖ dan istilah Al-Jabar tentang ―Keseimbangan, Kesejajaran, dan Pengurangan‖, maka Bangsa-Bangsa Utama dari Rumpun Horizontal muncul atas kekuatan Geometripolitik-nya membentuk ―Poros Khatulistiwa Dunia‖ sejajar dengan ―Poros Maritim Dunia‖, dan ―Poros Daratan Dunia.‖ Poros Khatulistiwa Dunia ialah wilayah yang didiami oleh bangsa yang dilewati oleh garis ―Horizon‖ Khatulistiwa terpanjang di dunia, itulah medan Khatulistiwa sempurna dari ―Geometripolitik‖ Indonesia Abad 21. Adapun, Poros Maritim Dunia merupakan wilayah yang didiami oleh bangsa yang diapit oleh dua samudera––Hindia dan Pasifik, dan dua benua––Asia dan Australia, itulah medan Maritim sempurna dari ―Geometripolitik‖ Indonesia. Sedangkan, Poros Daratan Dunia ialah wilayah yang didiami oleh bangsa terluas daratannya di Asia dan Eurasia yang secara geografis wilayahnya tidak memiliki kawasan laut sempurna, itulah medan darat tidak sempurna dari ―Geometripolitik‖ Tiongkok dan Rusia. Penggabungan ketiga poros ini menghasilkan kekuatan universal membentuk Daerah Horizontal Dunia (DHD) didahului oleh penyusutan kekuatan universal ―Daerah Atlantik Dunia (DAD).‖ DHD ialah wilayah teduh

dunia yang menjulang secara horizontal dari wilayah ―Poros Daratan Dunia‖ yang dihuni oleh, Tiongkok, Rusia (Eurasia), India, dan Mongolia serta Benua Afrika hingga tumpahan terakhir geopolitik dunia, yaitu wilayah Poros Maritim Dunia dan Poros Khatulistiwa Dunia yang dihuni oleh Indonesia. Sedangkan, DAD ialah wilayah teduh dunia sepanjang abad abad 14 hingga awal abad 21 yang dihuni oleh Bangsa Eropa, Amerika, dan Australia membentuk perdamaian bangsa-bangsa Anglo-Saxon sebagai kawasan Segitiga Dunia.

Jauh sebelum dunia memasuki Era Horizontal, perang dan damai telah menjadi bagian dari siklus pergiliran universal di bumi. Di Era Horizontal, perang tidak hanya terjadi secara fisik. Dengan kemajuan teknologi, perang telah merambah dunia maya yang mengakibatkan gejolak medan siber, pun ujungnya adalah tetap mengarah pada perang fisik. Perang fisik yang paling berbahaya di Era Horizontal adalah Perang Nuklir yang melibatkan dimensi siber. Saya menyebut perang ini sebagai ―Perang Geometri Antarbangsa (PGA)‖. Dalam analisis PGA, ada Ilmu Geometripolitika yang melibatkan delapan dimensi wilayah dunia. Salah satunya adalah dimensi siber.

Adapun, melalui tulisan ini, saya mencoba untuk memperkenalkan tentang Ilmu Geometripolitika yang tujuannya adalah mempelajari tentang keseimbangan, kekuatan, dan keamanan suatu bangsa. Ilmu Geometripolitika membagi wilayah dunia menjadi delapan medan, yaitu darat (kuadran I), udara (kuadran II), laut (kuadran III), bawah tanah (kuadran IV), serta empat jenis medan geometri atau volume, yaitu ruang hampa, galaksi, siber, dan khatulistiwa. Adapaun, medan siber menjadi pendalaman dalam tulisan ini yang dikaitkan dengan senjata nuklir, dan PGA.

PGA diramalkan terjadi seiring dengan munculnya konflik siber dan konflik nuklir antarbangsa. PGA merupakan gabungan antara Perang Siber dan Perang Nuklir. Abad 21, teknologi nuklir mampu digerakkan secara otomatis oleh mesin-mesin siber tanpa harus menggunakan bantuan manusia. Meskipun demikian, teknologi siber tetap menjadi salah satu teknologi paling canggih yang pernah digunakan oleh manusia sepanjang Era Horizontal Abad 21.

Teknologi siber akan terus berkembang. Kemampuan suatu negara dan bangsa untuk mendapatkan dan melindungi informasi yang dimiliki akan menempatkan mereka pada posisi lebih baik dibandingkan dengan negara lain yang tidak cerdas menggunakan teknologi sebagai sumber informasi. Salah satu informasi yang paling berbahaya dan signifikan adalah terkait kemajuan dua teknolgi universal, yaitu teknologi siber dan senjata nuklir. Dengan demikian, PGA adalah Perang Abad 21 yang melibatkan keamanan informasi untuk tujuan penguasaan siber dan senjata nuklir.

Geometripolitika: Evolusi Sistem, Dimensi, dan Arsitektur Keamanan Dunia Era Horizontal Abad 21

Keamanan siber merupakan salah satu capaian terpanjang manusia sepanjang Era Horizontal Abad 21. Keamana siber telah memberi kontribusi signifikan bagi arsitektur keamanan dunia Era Horizontal Abad 21. Dengan demikian, negara dan bangsa haruslah mampu melakukan akselerasi keamanan seiring dengan situasi negara. Negara mesti mandiri secara fisik dan psikologi. Keamanan negara dibentuk oleh kekuatan yang mapan dari variasi ancaman. Hubungan keduanya adalah berbanding lurus.

Relasi antara teknologi siber, teknologi senjata nuklir, dan kekuatan negara, memunculkan konsep dasar ilmu Geometripolitika. Geometripolitika adalah ilmu yang mempelajari tentang keseimbangan, kekuatan, dan keamanan. Ketiga sektor ini menjadi dasar penciptaan keamanan dunia. Dengan demikian, muncul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan ―kekuatan negara?‖ Bagaimana mengukur ―kekuatan negara?‖ Di Era Horizontal, bagaimana ciri-ciri negara yang dikatakan aman?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka sudah seharusnya memahami kemajuan aktifitas senjata nuklir. Dan, negara-negara yang dikatan aman adalah negara-negara yang mampu menangkal serangan nuklir. Itulah bentuk dan karakter keamanan dunia Era Horizontal Abad 21. Dengan demikian, Ilmu Geometripolitik percaya bahwa penciptaan kekuatan negara dimulai layaknya penciptaan manusia yang melewati tujuh struktur tingkatan yaitu air, embrio, otot, darah, tulang, daging, dan ruh. Saya menolak analisis Hans Joachim Morgenthau yang cenderung menyamakan antara membangun kekuatan negara dan kekuatan aliansi.1 Padahal, kemampuan negara selalu berubah-ubah baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam konteks ini, membangun kekuatan aliansi sesungguhnya berbeda dengan membangun kekuatan negara atau bangsa tunggal. Sebab, aliansi lahir didahului oleh kekuatan negara utama sebagai penggerak aliansi. Itulah manifestasi dari gotong royong antarbangsa. Selalu ada negara atau bangsa utama sebagai pemimpin kelompok. Untuk membangun kekuatan, keamanan, dan kesimbangan, suatu negara harus memahami lingkungannya. Baiklah, saya akan mengantarkan tulisan ini pada pemahaman dasar-dasar ilmu Geometripolitika.

Telah saya katakan, bahwa Geometripolitika adalah ilmu yang mempelajari tentang keseimbangan, kekuatan, dan keamanan negara.

1 lihat Hans Joachim Morgenthau, 1990, (Edisi pertama) Politik Antarbangsa: Perjuangan untuk

Geometripolitika membagi wilayah dunia menjadi delapan medan, yaitu daratan (Kuadran I), udara (kuadran II), laut (kuadran III), bawah tanah (kuadran IV), serta empat jenis medan geometri atau volume, yaitu ruang hampa, galaksi, siber, dan khatulistiwa. Dalam suatu negara, maka titik tengah dari kuadran merupakan jari-jari dan diameter lingkungan kekuatan Geometripolitik sebuah bangsa, dimana dengan menghitung jarak kekuatan ini maka kondisi geografi akan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan sebuah negara dalam memenuhi kepentingannya. Oleh karena itu titik ini perlu diperhitungkan sebagai wilayah strategis dalam membangun sistem keamanan negara dan bangsa.

Geometripolitik mengalami pertumbuhan sekaligus penyusutan wilayah yaitu: Geometripolitik Vertikal Positif dan Negatif, Geometripolitik Horizontal Positif dan Negatif, serta Geometripolitik Volume. Setiap wilayah memiliki jari- jari dan tepian. Dapat diasumsikan bahwa perilaku negara dan bangsa ibarat perilaku manusia. Ia butuh rasa aman. Tingkat aman dan ancaman berbanding lurus seperti jumlah rasa aman dan ancaman yang diberikan oleh pengguna negara kepada negaranya. Sekali negara terancam maka tak ada jalan lain selain berperang lalu berdamai kembali. Sedangkan, Geometripolitik sebagai sumber kekuasaan, kekuatan, dan keamanan pada akhirnya mendedikasikan diri pada tujuan keamanan. Pada akhirnya, Geometripolitik akan menghasilkan Keamanan Universal yang dapat mengikat aktifitas manusia dengan dimensi wilayahnya. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu menentukan kapan mesti berperang, berdiplomasi, dan berdamai jika tidak mampu menentukan posisi titik Geometripolitik sebagai identitas Keamanan Universal yang ia miliki.

Hubungannya dengan siber, dilihat dari proyeksi bangunannya, ada dua jenis keamanan, yaitu keamanan volume dan keamanan datar. Keamanan volume, yaitu keamanan sistem laser kerucut, kubus, prisma, tabung, dll. Keamanan sistem datar, yaitu sistem segitiga, bujur sangkar, jajaran genjang, trapesiun, lingkaran, dll. Untuk memperkuat argumen ini, asas Aljabar tentang ―Pengurangan‖ dan ―Keseimbangan‖ universal merupakan filosofi dasar dari keseimbangan universal. Sebagai contohnya adalah apa yang terjadi pada benua Afrika adalah sebuah fenomena penciptaan keseimbangan universal. Pemetaan Afrika menunjukkan dalam suatu kurun tertentu, beberapa kepemimpinan antarbangsa di suatu wilayah mengalami proses ―pengurangan‖ dan ―keseimbangan‖ kekuatan. Inilah yang saya sebut sebagai ―Pemetaan Universal.‖ Mengapa negara-negara Afrika mesti menghadapi ―pemetaan‖ sedemikian rupa? Tujuannya adalah untuk melakukan proses keseimbangan kepemimpinan bangsa Afrika di dunia. Inilah proses ―pemetaan‖ untuk Afrika. Di masa depan, juga berlaku bagi pemetaan Amerika yaitu terpecahnya wilayah

dan kekuatan Geometripolitik Bangsa Amerika menjadi beberapa bangsa kecil yang saling bermusuhan satu sama lainnya. Juga Pemetaan untuk Eropa. Perubahan nama negara seperti Persia menjadi Iran, Prusia menjadi Jerman, dll juga adalah salah satu contoh fenomena Pemetaan Universal.

Lebih lanjut, Geometripolitika percaya bahwa ―Keamanan Universal‖ adalah keamanan yang bersumber dari penggabungan antara Geopolitik, Kebijakan, dan Kekuatan Universal. Negara adalah makhluk hidup. Ia bernapas, butuh makan dan minum, butuh proyeksi serta butuh tempat tinggal, namun ia tetap dikendalikan. Jika keseimbangan terganggu, maka ia berhak memunculkan bencana. Sebaga contoh tentang penggunaan asas Geometripolitik adalah distribusi militer Amerika Serikat di seluruh dunia menggunakan bangunan Geometripolitik Horizontal Segi Lima sesuai formasi gedung Pentagon. Setiap negara dan bangsa punya dua halaman horizontal, yaitu depan dan belakang; dan dua halaman vertical, yaitu atas dan bawah. Masing-masing halaman membentuk wilayah Geometripolitik Horizontal Positif dan Negatif; dan Geometripolitik Vertikal Positif dan Negatif.

Berdasarkan konsep di atas, maka ketika muncul ancaman, dimensi siber akan berfungsi melakukan pergerakan Geometripolitik yang bersifat fleksibel. Apakah harus membentuk keamanan sistem laser prisma, kubus, segitiga, tergantung arah proyeksi. Skenarionya dapat dipahami dalam bentuk gambar bergerak. Sebagai contohnya adalah konsep Lebensraum Jerman yang dalam konteks ini perlu diarahkan. Meskipun belum menggunakan dimensi siber, Lebensraum sebagai bentuk imperialisme tak terbatasnya Hitler dapat dipahami dalam dua dimensi, yaitu arah Geometripolitik Horizontal Positifnya adalah ketika Jerman mampu melakukan invasi dan memperoleh perluasan atas delapan medan wilayah; sedangkan Geometripolitik Horizontal Negatifnya adalah ketika Jerman kalah lalu mengalami penyusutan atas delapan medan wilayah negaranya. Di sini, arah kekuatan Politik, Geopolitik, dan medan wilayahnya telah membentuk evolusi terakhirnya, yaitu Kekuatan Geometripolitik. Adapun, kualitas Geometripolitik ditentukan oleh kualitas manusia dalam mengolah delapan medan wilayahnya.

Pada akhirnya, keterkaitan antara Geometripolitik dan Keamanan Siber adalah terletak pada kesimbangan antara penggunaan teknologi dan medan. Dengan demikian, negara tidak semestinya menciptakan teknologi yang lambat karena ia memperlambat sistem kekuatan. Jika sistem kekuatan mengalami perlambatan, maka sistem keamanan sudah pasti mengalami perlambatan yang berujung pada kelemahan negara. Sedangkan, pergerakan interaksi antarnegarawan mesti dipercepat melalui percepatan informasi. Itulah kontribusi siber dalam Arsitektur Keamanan Dunia Era Horizontal Abad 21.

Konsep dan Kebijakan Keamanan Siber Dunia

Ada korelasi yang sangat signifikan antara penggunaan teknologi siber dan aktifitas senjata nuklir. Korelasi tersebut adalah ketika puncak teknologi senjata nuklir telah tercapai, maka negara-negara yang berada dalam situasi ini akan mengalami guncangan internal. Diantaranya yang paling berbahaya adalah akan ke mana senjata nuklir ini diuji-coba. Negara-negara ini cenderung mencari lawan sebagai proyeksi penggunaan senjata nuklir. Teknologi siber mampu mengakomodasi kebutuhan ini.

Keamanan siber semakin pesat kemajuannya yang dipengaruhi oleh penggunaan internet.2 Memahami siber, pertanyaan pedomannya, yaitu (1)apa itu siber, (2)siapa pengguna siber, (3)kapan siber berfungsi, (4)dimana siber digunakan, (5)mengapa siber digunakan, dan (6)bagaimana siber difungsikan. Hal ini berfungsi melihat dunia siber dari berbagai sudut. Di Era Horizontal, manusia membutuhkan teknologi.Adapun, distribusi informasi akan saling berkesinambungan. Situasi ini pada akhirnya menciptakan siatuasi genting yang cenderung berbahaya, dimana bangsa-bangsa diarahkan ke dalam perang siber yang berimbas pada perang nuklir. Selanjutnya, mari membahas secara mendalam mengenai enam pedoman di atas.

Pertama, istilah Perang Informasi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976 oleh Thomas Rona.3 Perang Informasi memiliki definisi sebagai segala bentuk operasi informasi yang dilakukan saat krisis atau konflik untuk meraih atau mempromosikan objektif tertentu untuk melawah musuh. Menurut Departemen Pertahanan Amerika, Perang Informasi adalah segala aksi yang dilakukan untuk mendapatkan superioriti bidang informasi yang dilakukan dengan cara mengambil informasi dari pihak musuh baik dari proses, sistem ataupun jaringan komputer yang ada, sementara waktu tetap mempertahankan informasi yang dimiliki sendiri.4

Sementara itu Perang Jaringa 5 menurut John Arquilla dan David Ronfeldt adalah model konflik yang muncul di level sosial yang masih memasukkan unsur perang tradisional dimana pelaku utama menggunakan jejaring organisasi dan juga doktrin yang terkait. Pelaku utama ini biasanya berupa kelompok kecil yang saling berkomunikasi, berkoordinasi, dan juga memimpin apa yang nereka kerjakan lewat internet tanpa adanya komando

2 Riant Nugroho, (2014), National Security Policy, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 71 3 Fernando Duarte Carvalho and Eduardo Matues da Silva (Ed.), (2006), Cyberwar-Netwar:

Security in the Information Age, Amsterdam: IOS Press, hal. 3

4 Edward Halpin dkk (Ed.), (2006) Cyberwar, Netwar and the Revolution in Military Affairs, New York:Palgrave McMillan,, hal. xi

pusat yang jelas. Menurut George Stein target dari netwar sendiri adalah pikiran manusia. Sementara itu Cyberwar adalah perang dalam cyberspace yang masih memiliki kesamaan dengan netwar. Kedua hal ini dibedakan dengan kedudukan Perang Siber sebagai bentuk dari politik negara.

Untuk membedakannya dengan Perang Informasi maka ada tiga poin tambahan di dalamnya yaitu: (1) Cyber warfare merupakan tambahan untuk operasi militer (kunci utamanya adalah superior dalam informasi); (2) Limited cyber warfare (information infrastructur atau struktur informasi adalah media, target dan juga senjata untuk menyerang); dan (3) Unrestricted cyber warfare

(tidak ada pembedaan antara target sipil dan militer). Dengan demikian, ada keterkaitan yang signifikan antara Perang Siber dan keamanan. Adapun, Perang Informasi dan Perang Jaringan juga akan menjadi unsur berpengaruh dalam perang nuklir dan siber.

Kedua, terhadap ―siapa‖ aktor aktor yang ada di dalam perang dunia maya ini sendiri, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat banyak kritik bahwa perang dunia maya sebenarnya bukanlah ‗perang‘, karena perang tersebut tidak melibatkan dua negara. Hal ini ditegaskan oleh Jeffrey Carr dalam bukunya Inside Cyber warfare pada bab kedua mengenai peran aktor aktor non negara yang meningkat dalam perang dunia maya. 6 Carr menjelaskan terjadi dua peristiwa yang menggambarkan meningkatnya aktivitas saling tukar penyerangan di dunia maya, yaitu pada kasus Georgia-Russia, dan pada kasus Arab-Israel. Menurut Andress dan Winterfeld, terdapat beberapa aktor non negara yang dapat berperan di dalam perang dunia maya. Pertama, aktor aktor individual yang dapat menjalankan serangan serangan dunia maya. Mereka sendiri terbagi oleh kemampuannya dan juga motivasinya. Kita dapat melihat contoh seperti misalnya script kiddies, yaitu para hacker hacker amatir yang mencoba cara cara untuk menembus sistem pertahanan jaringan internet sebuah entitas.

Ketiga, munculnya Perang Siber sekali lagi harus ditekankan kepada kemajuan teknologi. Perang siber didahului dengan kehadiran Perang Informasi dan juga Perang Jaringan. Seperti yang telah disebutka sebelumnya, Perang Siber adalah bagian dari kebijakan suatu negara. Hal ini akan dilakukan suatu negara apabila dirasa perlu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pada awal 1990 sesaat setelah berakhirnya Perang Dingin, Peneliti semacam Ronfeldt dan Arquilla mulai melihat kemunculan dari model perang yang berbasiskan teknologi tinggi.7 Teori pun akhirnya dibentuk oleh mereka dan mulai mendapatkan pengakuan oleh militer Amerika Serikat pada tahun 1995.

6

Jeffrey Carr, (2010), Inside Cyber warfare, Sebastopol: O‘Reilly Media, hal 15-30 7

Penyerangan yang terjadi pada 11 September 2011 dikatakan telah menjadi titik balik bagi masalah informasi ini. Senjata modern mulai dilihat sebagai sistem dimana senjata dan juga mekanisme penyebaran yang berbasiskan intellegent cybernetic nervous system yang diatur dengan jaringan komunikasi. Komando dan juga kontrol yang kompleks. Para petarung saat ini mengetahui bahwa akan lebih efektif untuk menyerang sistem informasi ini secara langsung. Dengan adanya fakta bahwa masyarakat sangat bergantung terhadap infrastruktur informasi telah membawa mereka melakukan berbagai cara untuk mencari tahu bagaimana mengeksplor ancaman, kerawanan, dan juga kesempatan yang ada dalam hal pengumpulan informasi ini. Hal ini lah yang akhirnya dikatakan telah mendorong terjadinya Perang Siber.

Keempat, Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam memahami perang dunia maya adalah menganalisis dimana sebenarnya perang berlangsung. Hal ini disebabkan karena, pembagian wilayah/domain perang menjadi penting adanya dalam menjelaskan strategi dan taktik yang bisa diambil oleh sebuah negara. Sejauh ini, dunia telah mengenal 4 domain perang, yaitu darat, laut, udara, dan luar angkasa. Masing masing memiliki karakteristik sendiri, bahkan terkadang tiap domain memiliki argumen tersendiri mengapa domain tersebut yang paling penting, seperti Alfred Mahan yang mementingkan kekuatan laut atau Douhet yang mementingkan kekuatan udara.

Kelima, pentingnya keberadaan informasi bagi suatu negara membuat negara tersebut berusaha untuk mempertahankan apa yang dimilikinya. Dari masa ke masa, untuk mencapai kemenangan atau mendapatkan apa yang diinginkan, kemampuan untuk mengumpulkan informasi mengenai lawan yang dihadapi haruslah maksimal. Bocornya informasi yang kita miliki ke tangan musuh tentu saja akan memudahkan musuh tersebut untuk meyerang titik lemah. Namun sebaliknya, apabila kita dapat mengakses berbagai informasi yang dimiliki musuh maka hal tersebut akan menjadi senjata kita untuk menyerang. Dengan menyadari kepentingan dari sebuah informasi ini lah yang telah membawa beberapa pihak untuk melakukan serangan yang biasa disebut dengan cyberattack. Cyberattack ini dapat dilakukan tentu saja dikarenakan adanya kelemahan dari sistem yang ada. Pada era modern ini, negara-negara telah bergantung terhadap teknologi. Selama mereka menggunakan jaringan yang dapat mengakses dunia luar, maka akan ada kemungkinan mereka dalam bahaya untuk kebocoran informasi.8 Para pembajak dunia maya atau yang biasa disebut dengan hacker dapat mencuri informasi, memalsukan komando

8 Martin C. Libicki, (2009), Cyberdeterrence and Cyber warfare, Pittsburgh: RAND Corporation, 2009, hal. xiii

palsu terhadap sistem yang akan membuat sistem tersebut menjadi malfungsi dan menyuntikkan informasi palsu yang dapat membuat mesin atau manusia menyimpulkan hal yang salah sehingga membuat keputusan yang juga salah.

Dalam dokumen Keamanan Siber Menuju Perang Geometri An (Halaman 36-55)