• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan kadar serum follicle stimulating hormone (FSH) . (Ahlborg dkk 2003)

II.2.4 Hormon Ovarium

A. Estrogen

Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17β-estradiol, estron, dan estriol. Zat zat ini adalah steroid C18, yaitu tidak memiliki gugus metal angular

yang melekat ke posisi 10 atau konfigurasi Δ4-3-keto di cincin A. Hormon-hormon ini disekresikan oleh teka interna dan sel granulose folikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Jalur biosintesisnya melibatkan pembentukannya dari androgen. Juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di dalam sirkulasi. Aromatase (CYP19) adalah enzim yang mengkatalisis perubahan androstenedion menjadi estron dan perubahan testoteron menjadi estradiol. (Ganong 2008)

Sel sel teka interna memiliki banyak reseptor LH, dan LH bekerja melalui cAMP untuk meningkatkan perubahan kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian androstenedion diubah menjadi estradiol, yang masuk ke dalam

sirkulasi. Sel teka intterna juga memberikan androstenedion pada sel granulose. Sel granulose memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH meningkatkan sekresi estradiol dari sel granulose dengan bekerja melalui siklik AMP untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel granulose matang juga memiliki reseptor LH dan LH juga merangsang pembentukan estradiol. (Ganong 2008)

Jaringan stroma ovarium juga memiliki potensi membentuk androgen dan estrogen. Namun, pada wanita pramenopause normal jaringan tersebut mungkin hanya membentuk hormon-hormon ini dalam jumlah yang tidak bermakna. 17β-estradiol, estrogen utama yang disekresikan, dalam sirkulasi berada dalam keseimbangan dengan estron. Estron mengalami metabolisis lebih lanjut menjadi estriol, sebagian besar mungkin terjadi di hati. 17β-estradiol adalah estrogen paling kuat dari ketiganya, sedangkan estriol paling lemah. (Ganong 2008)

Dua persen estradiol dalam darah berada dalam keadaaan bebas, dan sisanya terikat ke protein: 60% ke albumin dan 38% ke gonadal steroid-binding

globulin (GBG) serupa dengan yang mengikat testoteron. Di hati, estradiol,

estron, dan estriol diubah menjadi konjugat glukoronida dan sulfat. Semua senyawa ini, bersama dengan metabolit lain, diekskresikan di urin. Sejumlah tertentu diekskresikan dalam empedu dan diserap kembali ke dalam darah (sirkulasi enterohepatik). (Ganong 2008)

Perubahanovariumyang terjadiselama siklusseksualtergantungsepenuhnya padahormongonadotropicFSHdanLH,

yang disekresikanoleh kelenjar hipofisisanterior.Dengan tidak adanyahormon ini, ovariumtetaptidak aktif, yangterjadisepanjang masa anak anak,ketika

hampirtidak adahormonhipofisisgonadotropicyang disekresikan. Pada usia9 sampai 12tahun, hipofisismulaimengeluarkanFSHdanLH semakin progresif ,

yang mengarahuntukterjadinyasiklusseksualnormal bulananmulaiusia11dan15tahun.Perubahan periode inidisebutpubertas, dan

waktusiklus menstruasipertama disebutmenarche.FSH danLHadalah

glikoproteinkecilyang memiliki beratmolekul sekitar30.000.Setiap

bulandarisiklusseksual wanita, terdapat

peningkatansiklusdanpenurunanFSHdanLH, seperti yang ditunjukkanpada gambar1.(Guyton dkk 2006)

Hampir semua estrogen ini berasal dari ovarium, dan terdapat dua puncak sekresi: satu tepat sebelum ovulasi dan satu selama fase midluteal. Kecepatan sekresi estradiol ialah 36 µg/h (133 nmol/h) pada fase folikular awal, 380 µg/h tepat sebelum ovulasi, dan 250 µg/h selama fase midluteal. Setelah menopause, sekresi estrogen menurun sampai ke kadar yang rendah. (Ganong 2008) (tabel 1)

Gambar 1. Perkiraan konsentrasi

plasmagonadotropindanhormonovariumselama siklusseksualwanita normal. Dikutip dari: Guyton A.C., Hall J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 14 Ed. Elsevier Inc. Philadelphia

Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan motilitas tuba uterina. Hormon-hormon ini meningkatkan aliran darah uterus dan memiliki efek penting pada otot polos uterus. Pada wanita imatur dan yang menjalani kastrasi, uterus berukuran kecil serta miometriumnya atrofi dan inaktif. Estrogen meningkatkan jumlah otot uterus dan kandungan protein kontraktilnya. Di bawah pengaruh estrogen, otot menjadi lebih aktif dan mudah terangsang, dan potensial aksi pada setiap serat menjadi lebih sering. Uterus yang didominasi oleh estrogen juga peka terhadap oksitoksin. (Ganong 2008)

Tabel 1. Kadar estrogen normal pada wanita

Phase 17β estradiol Estron Estriol

Serum concentration pg/ml Daily Production µg Serum concentration pg/ml Daily Production µg Serum concentration pg/ml Daily Production µg Follicular 40-200 60-150 30-100 50-100 3-11 6-23 Preovulatory 250-500 200-400 50-200 200-350 - - Luteal 100-150 150-300 50-115 120-250 6-16 12-30 Premenstrual 40-50 50-70 15-40 30-60 - - Post menopausal <20 5-25 15-80 30-80 3-11 5-22

Dikutip dari: Dikutip dari: Gruber C.J., Tschugguei W., Schneebeger C., Huber J.C. 2002. Production and action of estrogens. N Engl J Med. 346:340-350

Estrogen memiliki efek menurunkan kolesterol plasma secara bermakna, dan hormon ini dengan cepat menyebabkan vasodilatasi dengan meningkatkan

produksi NO setempat. Efek ini menghambat aterogenesis dan ikut berperan menurunkan insidens infark miokardium dan penyulit lain penyakit vaskular aterosklerotik pada wanita pramenopause. Estrogen dosis rendah tampak menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular setelah menopause. Namun, estrogen aktif oral dosis besar mendorong timbulnya trombosis, tampaknya karena hormon ini mencapai hati dalam konsentrasi tinggi di darah portal dan mengubah pembentukan faktor faktor pembekuan di hati. (Ganong 2008)

B. Progesteron

Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresikan oleh korpus luteum, plasenta dan (dalam jumlah kecil) folikel. Hormon ini merupakan zat antara penting dalam biosintesis steroid pada semua jaringan yang menyekresikan hormon steroid, dan sejumlah kecil tampaknya masuk sirkulasi dari testis dan korteks adrenal. 17α-Hidroksiprogesteron tampaknya disekresikan bersama estrogen dari folikel ovarium, dan sekresinya setara dengan sekresi 17β-estradiol. Sekitar 2% progesterone dalam darah berada dalam keadaan bebas, sementara 80% terikat ke albumin dan 18% terikat ke globulin pengikat kortikosteroid. Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat dan diubah menjadi pregnandiol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan asam glukuronat dan diekskresikan dalam urin. (Ganong, 2008)

Pada pria, kadar progesterone plasma adalah sekitar 0,3 ng/ml (1 nmol/L). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9 ng/ml (3 nmol/L). Perbedaan di atas disebabkan oleh sekresi sejumlah kecil progesterone oleh sel-sel di folikel ovarium; sel teka memberikan pregnenolon pada sel granulosa, yang mengubahnya menjadi progesteron. Pada fase folikular lanjut, sekresi

progesterone mulai meningkat. Selama fase luteal, korpus luteum menghasilkan banyak progesteron dan terjadi peningkatan mencolok progesteron plasma mencapai kadar puncak sekitar 18 ng/ml (60 nmol/L). Efek stimulasi LH pada sekresi progesteron oleh korpus luteum disebabkan oleh pengaktifan adenilil siklase dan melibatkan langkah selanjutnya yang bergantung pada sintesis protein. (Ganong 2008)

Organ sasaran utama progesterone adalah uterus, payudara, dan otak. Progesteron berperan dalam perubahan progestasional di endometrium dan perubahan siklik di serviks dan vagina yang telah dijelaskan di atas. Hormon ini memiliki efek antiestrogenik pada sel miometrium, menurunkan kemudahan otot uterus terangsang, kepekaannya terhadap oksitosin, dan aktifitas listrik spontan sementara meningkatkan potensial membran. Hormon ini juga menurunkan jumlah reseptor estrogen di endometrium dan meningkatkan kecepatan perubahan 17β-estradiol menjadi estrogen yang kurang aktif. Di payudara, progesteron merangsang pembentukan lobules dan alveolus. Hormon ini menginduksi diferensiasi jaringan duktus yang telah dipersiapkan oleh estrogen dan mendorong fungsi sekresi payudara selama laktasi. (Ganong 2008)

Efek umpan balik progesteron bersifat kompleks dan terjadi pada tingkat baik hipotalamus maupun hipofisis. Progesteron dosis besar menghambat sekresi LH dan meningkakan efek inhibisi estrogen, yang mencegah ovulasi. Progesteron bersifat termogenik dan mungkin berperan meningkatkan suhu tubuh basal pada saat ovulasi. Hormone ini merangsang pernafasan, dan PCO2

alveolus pada wanita selama fase luteal siklus menstruasi lebih rendah daripada PCO2 pada pria. Pada kehamilan, PCO2 turun seiring dengan peningkatan sekresi progesterone. Namun, makna faali dari respons

pernafasan ini tidak diketahui. Progesteron dosis besar menimbulkan natriuresis, mungkin dengan menghambat efek aldosteron pada ginjal. Hormon ini tidak memiliki efek anabolik yang bermakna. (Ganong 2008)

Dokumen terkait