HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA
MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE
TESIS
NOVA LOLIKA SILITONGA
NIM: 117041186
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
MEDAN
HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA
MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN
STROKE
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis
Spesialis Saraf Pada Program Studi Magister Kedokteran
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
NOVA LOLIKA SILITONGA
NIM 117041186
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA
MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN
STROKE
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE Nama : NOVA LOLIKA S. SILITONGA
NIM : 117041186
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Neurologi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua
Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.S(K)
Mengetahui/Mengesahkan
Sekretaris Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
NIP : 195307191980032003 dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK, Sp.GK
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH.
NIP: 19540220 198011 1 001
Judul Tesis : HUBUNGAN ANTARA KATEGORI USIA
MENOPAUSE DENGAN KEJADIAN STROKE
Nama : NOVA LOLIKA S. SILITONGA
NIM : 117041186
Program Studi : Neurologi
Menyetujui
Pembimbing I : dr. Yuneldi Anwar, SpS(K) ...
Pembimbing II : dr. Puji Pinta Sinurat, SpS ...
Mengetahui / mengesahkan
Ketua Departemen Studi/ Ketua Program Studi / SMF Neurologi SMF Neurologi
FK-USU/ RSUPHAM Medan
NIP. 19530916 198203 1 003 dr. Rusli Dhanu,Sp.S(K)
FK-USU/ RSUPHAM Medan
NIP. 19530601 198103 1 004 dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)
Telah diuji pada
PANITIA TESIS MAGISTER
1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) ( PENGUJI)
2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)
3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S
4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)
5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) ( PENGUJI )
6. DR.Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K)
7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) ( PENGUJI )
8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S
9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S
10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S
11. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S
12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S
13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S
14. Dr. Irina Kemala Nasution, M.Ked (Neu), Sp.S
15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S
16. Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu), Sp.S
17. Dr. Iskandar Nasution, SpS, FINS
18. Dr. RAD. Pujiastuti, M.Ked (Neu), Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis magister kedokteran klinik ini.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program magister kedokteran klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk
mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Neurologi di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku Guru Besar Tetap Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam
Malik Medanyang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan
dan penyelesaian tesis ini.
3. Prof. Dr. Darulkutni Nasution SpS, selaku Guru Besar Tetap Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam
Malik Medanyang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan
dan penyelesaian tesis ini.
4. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K), Ketua Program Studi Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara disaat penulis melakukan penelitian
dan saat tesis ini selesai disusun yang banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K) dan dr. Puji Pinta Sinurat, Sp.S selaku
pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong,
membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari
7. Guru-guru penulis: Prof. dr. Darulkutni Nasution, SpS (K); dr. Darlan Djali
Chan, Sp.S, DR.dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K); dr. Puji Pinta O.
Sinurat, Sp.S; dr. Khairul P. Surbakti, SpS; dr.Cut Aria Arina Sp.S; dr.
Alfansuri Kadri SpS; dr. Aida Fithrie, Sp.S; dr. Irina Kemala Nasution, Mked
(Neu), Sp.S; dr.Haflin Soraya Hutagalung,Sp.S; dr.Fasihah Irfani Fitri,
M.Ked(Neu), Sp.S; dr. Iskandar Nasution, SpS,FINS, dr. RAD Pujiastuti,
MKed(Neu), SpS;dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), SpS; dan guru
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga
penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.
9. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam
pembuatan tesis ini.
10. Rekan rekan sejawat peserta PPDS Departemen Neurologi FK USU/RSUP
H. Adam Malik Medan, yang banyak memberi masukan berharga kepada
penulis dan memberi dorongan semangat kepada penulis menyelesaikan
Program Pendidikan Magiister Kedokteran Klinik Neurologi.
11. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah
bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Neurologi.
12. Semua pasien yang berobat ke Departemen Neurologi RSUP H. Adam
Malik Medan Medan yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela
dalam penelitian ini
13. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada
kedua orang tua saya,alm. T.L Silitonga,SH, dan Tiarma Pakpahan, yang
telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa
memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa
14. Teristimewa kepada suamiku tercinta Turman Marbun, SE yang selalu sabar
dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang
dalam suka dan duka, kuucapkan terima kasih yang setulus tulusnya.
15. Tersangat istimewa kepada anak anaku tersayang, Timothy Arden Marbun
dan Felix Anderson Marbun yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dalam
penyelesaian tesis magister ini.
16. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan,
pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini,
penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
17. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan
semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis.Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr. Nova Lolika S. Silitonga
Tempat / tanggal lahir : Medan, 11November 1978
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : T.L Silitonga, SH
Nama Ibu : Tiarma Pakpahan
Nama Suami : Turman Marbun, SE
Nama Anak : 1. Timothy Arden Marbun
2. Felix Anderson Marbun
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar diSD Antonius VI Medan, tamat tahun 1991.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik Tri Sakti 1Medan, tamat tahun
1994.
3. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1Medan, tamat tahun 1997.
4. Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara, Medan tamat tahun
2003.
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005 : Dokter PTT pada Puskesmas Parlilitan Kabupaten
Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Tahun 2006- tahun 2012 : Dokter PNS pada RSUD dr. Djasamen Saragih,
Pematang Siantar, Sumatera Utara
Tahun 2012 s/d sekarang :Dokter PNS pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMBANG... ... xv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN………..
I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan………. . ... 6
I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Penelitian……... ... ... 6
I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat ... ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 8
II.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Menopause ... ... 22
II.2.4. Hormon Ovarium... ... 24
II.2.5. Perubahan Estrogen pada Menopause... ... 31
II.2.6. Hubungan Menopause dan Stroke... ... 34
II.6. KERANGKA TEORI 45 II.6. KERANGKA KONSEP ... ... 46
BAB III METODE PENELITIAN………... ... 47
III.1. TEMPAT DAN WAKTU………... ... 47
III.2. SUBYEK PENELITIAN………... ... 47
III.2.1. Populasi Sasaran………... ... 47
III.2.2. Populasi Terjangkau………... ... 48
III.2.3. Besar Sampel………... ... 48
III.2.4. Kriteria Inklusi Kasus…….………... ... 49
III.2.6 Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol……… ... 49
III.3. BATASAN OPERASIONAL………... ... 50
III.4. RANCANGAN PENELITIAN………... ... 52
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN………... ... 52
III.5.1. Instrumen………... ... 52
III.5.2. Pengambilan Sampel ... 52
III.5.3. Kerangka Operasional………... ... 54
III.5.4. Variabel yang Diamati………... ... 55
III.5.5. Analisa Statistik………... ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
IV.1 HASIL PENELITIAN ... ... 57
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... ... 57
IV.1.2. Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke………... 65
IV.1.3. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke... 66
IV.1.4 Hubungan antara kategori usia menopause Kejadian Stroke Iskemik……… ... 61
IV.1.5. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Iskemik………. ... 67
IV.1.6 Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Hemoragik……… ... 68
IV.1.7. Besar Odds Ratio (OR) Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Hemoragik... ... 69
IV.2. PEMBAHASAN... ... 71
IV.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian……… ... 72
IV.2.2 Hubungan Antara Kategori Usia Menoapuse dengan Kejadian Stroke……….. ... 74
IV.2.3 Besar risiko paparan atau OR kategori usia menopause dengan Kejadian Stroke………... 74
IV.2.4 Hubungan Antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke Iskemik………. ... 75
IV.2.5 Besar risiko paparan kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik……….. ... 76
IV.2.6 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik... ... 77
IV.2.7 Besar risiko paparan atau OR kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik……… ... 77
IV.2.8 Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
V.1. KESIMPULAN ... 81
V.2. SARAN ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR SINGKATAN
AMP : Adenosin Mono Phosphate
ATP : Adenosin triphosphat
cAMP : cyclic Adenosin Monophosphat
CT : Computed Tomography
E1 : Estron
E2 : Estradiol
E3 : Estriol
FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara FSH : Follicle Stimulating Hormone
GnRH : Gonadotropin-Releasing Hormon
HDL : High Density Lipoprotein
IK : Interval Kepercayaan
ISEC : Institute for Social and Economic Change LDL : Low Density Lipoprotein
LH : Luteinizing Hormone
MRI : Magnetic Resonance Imaging NO : Nitric Oxide
OR : Odds Ratio
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SHBG : Sex Hormon Binding Globulin
TIA : Transient Ischemic Attack
DAFTAR ISTILAH / LAMBANG
β : Beta
n : Besar sampel
O2 : Oksigen
p : Tingkat kemaknaan
PCO2 : Partial Pressure of Carbon Dioxide
r : Koefisien korelasi
Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,05) yang telahditentukan 1,96
Zβ : Nilai baku berdasarkan nilai β (0,20) yang ditentukan oleh peneliti 0,842
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kadar normal pada
estrogen………..………….28
Tabel 2 Karakteristik demografi subjek penelitian ... 64 Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian penderita stroke ... 65 Tabel 4 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian
stroke...………… ... 66 Tabel 5 Besar Odds Ratio (OR) kategori usia menopause dengan kejadian
stroke...……….. ... 67 Tabel 6 Hubungan antara Kategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke
Iskemik...……… ... 68 Tabel 7 Besar OR kategori usia menopause dengan kejadian stroke
iskemik………... ... 69 Tabel 8 Hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian Stroke
Hemoragik...……… ... 70 Tabel 9 Besar ORKategori Usia Menopause dengan Kejadian Stroke
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Perkiraan konsentrasi plasmagonadotropin…. 27
GAMBAR 2 Perubahan estradiol………. 33
GAMBAR 3 Efek estrogen pada metabolisme lipoprotein….. 37
GAMBAR 4 Efek estrogen pada arteriosklerosis……….. 38
GAMBAR 5 Efek estrogen pada endotel……… 40
GAMBAR 6 Diagram Suku………... 61
GAMBAR 7Diagram Pekerjaan………... 61
GAMBAR 8 Diagram Pendidikan……….. 62
GAMBAR 9 Diagram Usia Menopause……… 62
GAMBAR 10 Diagram Usia Menarche………….……….. 63
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN 4 SURAT KOMITE ETIK BIDANG KESEHATAN
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Menopause dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko stroke. Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat merugikankesehatanpembuluh darah.Akumulasi dari faktor-faktor risiko yang terjadi pada menopause mungkin karenakelebihan androgen dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke pada 10tahun setelah menopause.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang dilakukan terhadap pasien yang berobat di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko, semua subjek akan dinilai usia saat menopause.
Hasil : Dari 130 orang subjek penelitian yang terdiri dari 65 subjek penderita stroke dan 65 subjek penderita bukan stroke. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke. Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian sroke 0,6 (IK 95%
0,2-1,73)dan 0,6 (IK 95% 0,27-1,42). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik 0,5 (IK 95 % 0,14-1,54) dan 0,6 (IK 95 % 0,25-1,54). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik 1,4 (IK 95 % 0,12-15,63) dan 0,5 (IK 95 % 0,14-2,37).
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.
ABSTRACT
BackgroundandPurpose : Menopauseis associatedwithincreased riskof stroke. Decreasedlevels ofestradiolatan early ageofmenopausecan bedetrimental tothe health ofblood vessels. The accumulationofrisk factorsthatoccuratmenopausemay bedue
toexcessandrogenandestrogendecreases, andcanexplain thedoubling of the riskof strokein10yearsaftermenopause.
Method : This studyis acase-control studyperformed onpatientswhoseek treatmentinDepartmentof NeurologyAdam MalikHospital. Afteradjusting forriskfactors, allsubjectswill beassessedagethrough menopause.
Result: Of
the130studysubjectsconsistedof65subjectsstrokepatientsand65patients without stroke. There was nosignificant relationshipbetweenmenopauseage
categorywithstroke. Odssratioof menopauseagecategorywithsrokeincidenceof 0.6(95% CI0.2 to 1.73) and0.6(95% CI0.27 to 1.42). Oddsratioof
menopauseagecategorywithincidentischemicstroke0.5(95% CI0.14 to 1.54) and0.6(95% CI0.25 to 1.54). Oddsratioof menopauseagecategorywiththe incidenceof hemorrhagicstroke1.4(95% CI0.12 to 15.63) and0.5(95% CI0.14 to 2.37).
Conclusion: There is nosignificant
relationshipbetweenmenopauseagecategorywithstroke.
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Menopause dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko stroke. Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat merugikankesehatanpembuluh darah.Akumulasi dari faktor-faktor risiko yang terjadi pada menopause mungkin karenakelebihan androgen dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke pada 10tahun setelah menopause.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang dilakukan terhadap pasien yang berobat di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko, semua subjek akan dinilai usia saat menopause.
Hasil : Dari 130 orang subjek penelitian yang terdiri dari 65 subjek penderita stroke dan 65 subjek penderita bukan stroke. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke. Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian sroke 0,6 (IK 95%
0,2-1,73)dan 0,6 (IK 95% 0,27-1,42). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke iskemik 0,5 (IK 95 % 0,14-1,54) dan 0,6 (IK 95 % 0,25-1,54). Besar Odss ratio kategori usia menopause dengan kejadian stroke hemoragik 1,4 (IK 95 % 0,12-15,63) dan 0,5 (IK 95 % 0,14-2,37).
Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.
ABSTRACT
BackgroundandPurpose : Menopauseis associatedwithincreased riskof stroke. Decreasedlevels ofestradiolatan early ageofmenopausecan bedetrimental tothe health ofblood vessels. The accumulationofrisk factorsthatoccuratmenopausemay bedue
toexcessandrogenandestrogendecreases, andcanexplain thedoubling of the riskof strokein10yearsaftermenopause.
Method : This studyis acase-control studyperformed onpatientswhoseek treatmentinDepartmentof NeurologyAdam MalikHospital. Afteradjusting forriskfactors, allsubjectswill beassessedagethrough menopause.
Result: Of
the130studysubjectsconsistedof65subjectsstrokepatientsand65patients without stroke. There was nosignificant relationshipbetweenmenopauseage
categorywithstroke. Odssratioof menopauseagecategorywithsrokeincidenceof 0.6(95% CI0.2 to 1.73) and0.6(95% CI0.27 to 1.42). Oddsratioof
menopauseagecategorywithincidentischemicstroke0.5(95% CI0.14 to 1.54) and0.6(95% CI0.25 to 1.54). Oddsratioof menopauseagecategorywiththe incidenceof hemorrhagicstroke1.4(95% CI0.12 to 15.63) and0.5(95% CI0.14 to 2.37).
Conclusion: There is nosignificant
relationshipbetweenmenopauseagecategorywithstroke.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian paling umum kedua
pada populasi dewasa di seluruh dunia. Diperkirakan5,7 juta orang meninggal
pada tahun 2005 dan 87% dari kematian iniberada di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah.Tanpa intervensi, jumlah kematian
globaldiproyeksikan akan meningkat menjadi 6,5 juta pada tahun 2015 dan 7,8
jutapada tahun 2030. Meskipun munculnya pengobatan yang dipilihpasien
dengan stroke, pendekatan terbaik untuk mengurangibeban stroke tetap
dengan pencegahan. Di Thailand, stroke adalah penyebab utama ketiga
kematian pada wanita dan pria dari segala usiakelompok masing-masing. Pada
tahun 1983, sebuah studi yang dilakukandi Bangkok Metropolitan menunjukkan
bahwaprevalensistroke adalah 690/100.000 penduduk (usia di atas 20tahun).
Studi lain pada tahun 1998, mengungkapkan prevalensistroke pada orang tua
(berusia di atas 60 tahun) adalah1,12%. (Hanchaiphiboolkul dkk 2011)
Petrea, dkk2009menemukan bahwa kejadian stroke meningkat pada
setiap dekade kehidupan padaperempuan dan laki-laki. Di antara mereka yang
berusia 45-84 tahun, kejadian stroke lebih tinggi pada pria dibandingkan pada
wanita (p <0,001). Pengaruh jenis kelamin terbalikpada kelompok tertua,
dengan kejadian stroke lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria antara
mereka yang berusia85-94. Wanita secara signifikan lebih tua pada stroke
memerlukan studi lebih lanjut. Perbedaan jenis kelamin pada stroke mulai
diakui, pengaruh tertentu estrogen dantestosteron pada endotelium dan sistem
vaskular, peran faktor resiko yang unik untukperempuan seperti penggunaan
kontrasepsi oral, terapi penggantian hormon dan kehamilan,keterlambatan
sistemik dalam pengenalan dan pengobatan yang tidak efisien dari faktor faktor
resiko stroke yang konvensionalpada wanita semuanya telah dianggap sebagai
penjelasan yang mungkin. (Petreadkk 2009) Di antara wanita kulit putih usia 45
sampai 54 tahun perkiraan kejadian stroke, termasuk iskemik dan perdarahan,
berkisar 0,58-1,02 per 1.000 per tahun. (Lisabeth dkk 2012)
Usia rata rata stroke dari data 28 Rumah Sakit di Indonesia adalah 58,8
tahun ± 13,3 tahun, dengan kisaran 18-95 tahun. Usia rata rata wanita lebih tua
dari pada pria (60,4 ± 13,8 tahun versus 57,5 ± 2,7 tahun). Usia kurang dari 45
tahun sebanyak 12,9 % dan lebih dari 65 tahun sebanyak 35,8%. Dari data ini
terlihat peningkatan kejadian stroke yang dengan bertambahnya usia. Menurut
Framingham terlihat korelasi yang bermakna antara kejadian stroke dengan
bertambahnya usia. Hal yang agak berbeda adalah kejadian pada wanita lebih
banyak dari pria (53,8 % versus 46,2 %), studi di Indonesia, sedangkan studi
Framingham, kejadian pada pria rata rata 2,5 kali lebih sering dari pada wanita.
(Misbach, 2011)
Rocca dkk 2012 meneliti bahwa terdapat peningkatan resiko21% dari
semuakematiankarena strokepada wanita denganusia yang lebih
mudapadamenopause(≤ 44tahundibandingkan≥51tahun), terlepas
darijenismenopause(alamiataupundiinduksi).(Rocca dkk 2012)
Lisabeth dkk 2009 meneliti bahwa wanita yang mengalami menopause
sedangkan wanita dengan usia menopause 42 – 54 tahun dan usia menopause
≥ 55 tahun memiliki risiko yang lebih rendah. (Lisabeth dkk 2009)
Stroke iskemik adalah relatif jarang di kalangan wanita premenopause,
tetapi resiko meningkat dengan bertambahnya umur. Beberapa penelitian
epidemiologi berbasis populasi telah melaporkan perkiraan kejadian stroke
pada wanita setengah baya meningkat (termasuk rentang usia ketika sebagian
besar perempuan dengan pengalaman menopause).Studi ini meneliti risiko
strokepada wanita adalahterkait dengankejadian menopause, sebagian
karenaperubahan hormonal danpercepatanfaktor risiko. (Lisabeth dkk 2012)
Ovarium adalah organ dengan vaskularisasi yang banyak, dan
selanjutnyakerusakan iskemik pada ovarium dapat menyebabkan menopause
dini.Dalam istilah yang lebih umum, meskipun progresifitas dari
aterosklerosistelah dikenalsebagai konsekuensi darimenopause, tapi
bagaimana aterosklerosis dapat menyebabkan menopause dini memerlukan
penyelidikan lebih lanjut. (Kok dkk 2006)
Menopause dini adalah prediktor signifikan dari stroke dan penyakit
jantung koroner di masa mendatang pada penelitian pada populasi wanita
multietnis di Amerika, tidak bergantung dari faktor risiko kardiovaskuler yang
umum. Penelitian ini menemukan bahwa wanita dengan menopause dini
memiliki risiko sekitar dua kali lipat meningkat untuk kejadian stroke dan
penyakit jantung koroner. Penelitian ini menunjukkan bahwa menopause dini
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Penelitian sebelumnya telah
menemukan hubungan antara menopause dini dan stroke, meskipun tidak
konsisten. Studi kohort Jepang dan kohort Framingham telah menemukan risiko
muda dari 42 tahun dibandingkan dengan wanita tanpa menopause dini.
(WellonsM dkk 2012) Penjelasan biologisyang paling umum untukperlindungan
pada wanita terhadap stroke adalahterkait denganhormonsteroidseks,
khususnyaestrogen. Studi ini menunjukkanbahwa perempuandilindungi
olehestrogenendogen. (Reeves dkk 2008)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian penelitian terdahulu seperti yang
telah diuraikan di atas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke.
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) kategori usia
menopause dengan kejadian stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke iskemikdi RSUP. H. Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) kategori usia
5. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian strokehemoragik di RSUP. H. Adam Malik Medan.
6. Untuk mengetahui besar risiko paparan (Odss Ratio (OR)) usia menopause
dengan kejadian stroke hemoragik di RSUP H. Adam Malik Medan.
7. Untuk melihat gambaran karakteristik demografi pasien stroke yang sudah
menopause di ruangan rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik
Medan.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.2 Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan
tentang hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.
1.5.3 Manfaat Penelitian untuk Penelitian
Dengan mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang
hubungan antara kategori usia menopause dengan kejadian stroke.
1.5.4 Manfaat Penelitian untuk Masyarakat
Dengan mengetahui hubungan antara kategori usia menopause dengan
kejadian stroke maka para wanita yang belum menopause dapat
menghindarkan faktor faktor yang dapat mempercepat terjadinya menopause
dan bagi wanita menopause dapat memaksimalkan gaya hidup sehat untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. STROKE ISKEMIK
II.1.1. Defenisi
Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut disebabkan oleh
iskemik atau perdarahan berlangsung 24 jam atau meninggal, tapi tidak
memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan (Sacco dkk, 2013)
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. (Sjahrir, 2003)
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang dengan
cepat yang disebabkan oleh perdarahan di parenkim otak atau sistem ventrikel
yang tidakdisebabkan oleh trauma(Sacco dkk,2013)
II.1.2. Epidemiologi
Secara umum, angka kematian stroke pada negara-negara Asiakecuali
Jepang dan Singapura lebih tinggi daripada di negara Barat, namun ada
baiknya menyebutkan bahwa Jepang memilikimortalitas stroke yang tertinggi di
dunia pada tahun 1965. Halini cepatmenurun 80 % selama periode 1965-1990.
Angka kematian stroke di Jepang mirip dengan yang di negara-negara Barat.
Menariknya, tren kematian stroke di Cina dan Korea Selatan sekarang
menunjukkan karakteristik yang mirip dengantren Jepang yang diamati di masa
lalu. Dimana negara-negara Asia Timur memiliki angka kematian lebih tinggi
pada stroke, tetapi kematian karena penyakit jantung koroner lebih rendah dari
yang lebih tinggi pada penyakit jantung koronerdan stroke daripada
negara-negara Asia Timur atau negara-negara-negara-negara Barat. (Ueshima H dkk 2008)
Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat dengan
bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita pada usia yang lebih
muda tetapi tidak pada usia yang lebih tua. Perbandingan insidens pria dan
wanita pada umur 55-64 tahun adalah 1,25; pada umur 65-74 tahun adalah
1,50; 75-84 tahun adalah 1,07; dan pada umur ≥ 85 tahun adalah 0,76 .
(Rosamonddkk, 2007)
II.1.3. Klasifikasi Stroke
Dasar klasifikasi yang berbeda – beda diperlukan, sebab setiap jenis
stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda,
walaupun patogenesisnya sama (Misbach, 1999)
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
a. Stroke Iskemik
Transient Ischemic Attack (TIA)
Thrombosis serebri
Emboli serebri
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Stroke in evolution
III. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah
a. Sistem Karotis
b. Sistem vetebrobasiler
IV. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu
a. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
c. Lacunar Infarct (LACI)
d. Posterior Circulation Infarct (POCI)
V. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan krteria kelompok peneliti
TOAST (Sjahrir, 2003)
a. Aterosklerosis Arteri Besar
Gejala klinik dan penemuan imejing otak yang signifikan
(>50%) stenosis atau oklusi arteri besar di otak atau cabang
arteri di korteks disebabkan oleh proses aterosklerosis.
Gambaran computed tomography (CT) sken kepala MRI
menunjukkan adanya infrak di kortikal, serebellum, batang
otak, atau subkortikal yang berdiameter lebih dari 1,5 mm dan
potensinya berasal dari aterosklerosis arteri besar.
b. Kardioembolisme
Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber
embolus dari jantung terdiri dari :
1. Resiko tinggi
• Prostetik katub mekanik
• Mitral stenosis dengan atrial fibrilasi
• Atrial kiri / atrial appendage thrombus
• Sick sinus syndrome
• Miokard infark baru (< 4 minggu)
• Thrombus ventrikel kiri
• Kardiomiopati dilatasi
• Segmen ventricular kiri akinetik
• Atrial myxoma
• Infeksi endokarditis
2. Risiko sedang
• Prolaps katub mitral
• Kalsifikasi annulus mitral
• Mitral stenosis tanpa fibrilasi atrial
• Turbulensi atrial kiri
• Aneurisma septal atrial
• Paten foramen ovale
• Atrial flutter
• Lone atrial fibrillation
• Katub kardiak bioprostetik
• Trombotik endokarditis non bacterial
• Gagal jantung kongestif
• Segmen ventrikuler kiri hipokinetik
• Miokard infark (> 4 minggu, < 6 bulan)
c. Oklusi Arteri Kecil
Sering disebut juga infark lakunar, dimana pasien harus
mempunyai gejala gangguan disfungsi kortikal serebral.
Pasien biasanya mempunyai gambaran CT sken/ MRI kepala
normal atau infark lakunar dengan diameter < 1,5 mm di
daerah batang otak atau subkortikal.
d. Stroke Akibat dari Penyebab lain yang Menentukan
1. Non – Aterosklerosis Vaskulopati
• Non inflamasi
• Inflamasi non infeksi
• Infeksi
2. Kelainan Hematologi atau Koagulasi
e. Stroke Akibat dari Penyebab lain yang Tidak Dapat Ditentukan
II.1.4. Faktor Risiko Stroke
Beberapa faktor diketahui meningkatkan penyakit stroke, dan telah
dilakukan banyak studi berskala luas. Faktor risiko untuk terjadinya stroke dapat
diklasifikasikan berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak
(nonmodifiable, modifiable, atau potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well
documented atau less well documented) (Goldstein, 2006)
1. Non modifiable risk factors:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Berat badan lahir rendah
4. Ras/etnis
5. Genetik
1. Well-documented and modifiable risk factors
a. Hipertensi
b. Paparan asap rokok
c. Diabetes
d. Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
e. Dislipidemia
f. Stenosis arteri karotis
g. Sickle cell diseases
h. Terapi hormonal pasca menopause
i. Diet yang buruk
j. Inaktifitas fisik
k. Obesitas
3. Less well-documented and modifiable risk factors:
1. Sindroma metabolik
2. Penyalahgunaan alcohol
3. Penggunaan kontrasepsi ora
4. Sleep-disoerdered breathing
5. Nyeri kepala migren
6. Hiperhomosisteinemia
7. Peningkatan lipoprotein (a)
8. Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase
9. Hypercoagulability
10. Inflamasi
11. Infeksi
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan
hipoksia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi berantai yang berakhir
dengan kematian sel sel otak dan unsur-unsur pendukungnya. (Misbach,2007)
Iskemia dapat dibagi lagi menjadi tigamekanisme yang berbeda:
trombosis, emboli, danpenurunan perfusi sistemik. (Caplan, 2009)
1. Trombosis
Trombosis mengacu pada obstruksi aliran darah karena proses oklusi
lokaldalam satu atau lebih pembuluh darah. Lumen pembuluh darah yang
menyempit atau tersumbat oleh perubahan dalam dinding pembuluh darah
disertai pembentukan bekuan. Jenis yang paling umum dari patologi vaskular
adalah aterosklerosis, di mana jaringan fibrous dan otot tumbuh terlalu cepat
pada subintima,dan materi lemak membentuk plak yang dapatmengganggu
pada lumen. Selanjutnya, platelet atau trombosit menempel ke celah-celah plak
dan membentuk yang berfungsi sebagainidus untuk pengendapan fibrin,
trombin, danclot. (Caplan, 2009)
2. Emboli
Pada emboli, materi terbentuk di tempat lain dalamsistem vaskular pada
arteri dan memblok aliran darah. Penyumbatan bisa bersifat sementara atau
dapat bertahan selama berjam-jam atau berhari-hari sebelum berpindah ke
area yang lebih distal. Berbeda dengan trombosis, blok emboli lumen tidak
disebabkan oleh proses lokal yang berasal pada arteri yang tersumbat.Materi
yang muncul proksimal, paling seringdari jantung, dari arteri utama sepertiaorta,
karotis, dan arteri vertebralis, dan darivena sistemik. (Caplan,2000)
Dalampenurunan perfusisistemik, berkurangnyaaliran kejaringan
otakdisebabkan olehtekanan perfusi sistemik yang rendah. Penyebab yang
palingumum adalahkegagalan pompa jantung(paling sering karenainfark
miokardatauaritmia) danhipotensisistemik (karena kehilangan darah
atauhipovolemia).Dalam kasus tersebut, berkurangnyaperfusiadalahlebih
umumdaripadatrombosislokalatau embolidan mempengaruhiotaksecara
difusdanbilateral.(Caplan, 2009)
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti
(core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan
menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah
core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel sel otak dan jaringan
pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi – fungsinya
menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer
makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu
daerah hiperemik akibat adanya aliran daerah kolateral (luxury perfusion area).
Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik
akut supaya dapat direperfusi dan sel sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas
tergantung pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra
dapat berangsur angsur mengalami kematian. (Misbach,2007)
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara
bertahap, yaitu (Sjahrir, 2003):
Tahap 1:
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2:
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3: Inflamasi
Tahap 4: Apoptosis
Perdarahan otak merupakan penyebab stroke kedua terbanyak setelah
infark otak, yaitu 20 – 30% dari semua stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan
di Asia Tenggara (ASEAN), pada penelitian stroke oleh Misbach (1997)
menunjukkan stroke perdarahan 26%, terdiri dari lobus 10%, ganglionik 9%,
serebellar 1%, batang otak 2% dan subrakhnoid 4%. (Misbach, 2011)
Pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut anatominya atas
perdarahan intraserebral dan subarakhnoid.Sedangkan berdasarkan
penyebabnya, perdarahan intraserebral dibagi menjadi perdarahan
intraserebral primer dan sekunder. (Misbach 2011)
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling
sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi
kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer
mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada
kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan
rupturnya arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil
membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan
semakin besar. (Caplan, 2000)
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul
karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
(Caplan, 2000)
Pada perdarahan intraserebral, pembuluh yang pecah terdapat di
dalam otak atau massa pada otak, sedangkan pada perdarahan subrakhnoid,
pembuluh yang pecah terdapat di ruang subarakhnoid, di sekitar sirkulus
arteriosus Willisi. Pecahnya pembuluh darah disebabkan oleh kerusakan
dinding arteri (arteriosklerosis) atau karena kelainan kongenital atau trauma.
(Misbach, 2011)
II. 2 Menopause
II.2.1. Defenisi
Menopause didefinisikan sebagai usia pada periode menstruasi
terakhir(tahun) tanpa memiliki periode menstruasi selama minimal 12 bulan
berturut-turut.(Hefler, 2005) (Kok dkk 2006).Istilahmenopausemengacu
padasuatu fase waktuyang diikuti1 tahunsetelahberhentinya menstruasi.
Postmenopause menjelaskantahun-tahun setelahfase ini. (Hoffman dkk 2012)
Menurut WHO,
menopause adalah berhentinya menstruasi
secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Untuk
menentukan onset dilakukan secara retrospektif, dimulai dari
peningkatan kadar serum
follicle stimulating hormone (FSH)
.
(Ahlborg dkk 2003)
II.2.2. Epidemiologi
Sensus memperkirakan jumlah wanita pascamenopause di dunia sekitar
476 juta jiwa pada tahun 1990. Setidaknya pada tahun 2030 jumlah ini akan
bertambah menjadi 1.200 juta jiwa. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya usia harapan hidup secara perlahan
dan progresif. Dengan usia harapan hidup rata-rata lebih dari 78-80 tahun dan
usia menopause relatif stabil yaitu pada usia 50-51 tahun, wanita akan
menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause.
Sehingga terdapat kemungkinan untuk mengalami berbagai penyakit kronik
selama hidupnya yang diperkirakan 46% untuk penyakit jantung koroner, 20%
untuk stroke, 15% untuk fraktur panggul, 10% untuk kanker payudara, dan
2.6% untuk kanker endometrium. Di Amerika Utara, sebanyak 7-8% orang
berusia 75-84 tahun terkena demensia tipe Alzheimer dan wanita
pascamenopause memiliki risiko 1.4-3 kali lipat untuk penyakit Alzheimer
dibandingkan laki-laki, sedangkan risiko untuk terkena kanker kolorektal adalah
sekitar 6% di mana lebih dari 90% kasus terjadi setelah usia 50 tahun.
Mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada kasus ini dilaporkan berhubungan
dengan patofisiologi penyakit yang didasari oleh rendahnya kadar estrogen dan
progesteron tubuh.(Rachman I.A dkk 2004)
Sebuah survei di India yang dilakukan baru-baru ini oleh Institute for
Social and Economic Change (ISEC)telah membawa fenomena baru yang
penelitian ini berdasarkan pada 1998-1999 National Family Health Survey
menarik sampel dari 100000 perempuan pada rentang usia 15-50 tahun, pada
26 negara. Temuan menyoroti survei ISEC bahwa rata-rata hampir 4% dari
perempuan India sudah menopause antara usia 29-34 tahun, salah satu
ambang batas terendah untuk menopause di seluruh dunia. Laporan, yang
diajukan di Parlemen, mengatakan bahwa 3,1% wanita yang sudahmenopause
pada usia 30-34 tahun dan insiden meningkat menjadi 8% untuk kelompok usia
35-39 tahun. (Chakraborti R. 2013)
Di Inggris, usia rata-rata untuk menopause adalah 50 tahundan 9
bulan.Hal ini telah berubah sangat sedikit selama 100 tahun terakhir meskipun
penurunan rata-rata usiamenarche. Onset rata-rata perimenopause adalah
antara 45,5 dan 47,5 tahun, Dan itu berlangsung untukrata-rata 4 tahun.
(Rymer dkk 2009)
Hoffman dkk 2012 meneliti rata-rata usiawanitamengalamiperiode
menstruasiterakhir merekaadalahpada usia
51,5tahun,namunpenghentianmenstruasikarena kegagalanovariumdapat
terjadipada setiapusia.Kegagalan ovarium prematurmengacu
padaberhentinyamenstruasisebelum usia 40dan
berhubungandenganpeningkatan kadar folliclestimulatinghormone
(FSH).(Hoffman,dkk,2012)
II.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Menopause
Beberapa penelitian telah
menemukanbahwamenopausealamisebelumnyaadalahjuga terkaitdengan
lebih sedikit, tidak pernahmenggunakan kontrasepsi oral, dan berat badan yang
relatif rendah. Melakukan penurunanberat badanatau dietjuga telah
dikaitkandenganmenopauselebih awal.Kebanyakan faktor-faktor inidapat
mempengaruhihipotalamus-pituitarygonadal axisdan regulasi gonadotropindan
sex steroidhormon. (Gold dkk 2001)
Merokok, kekurangan gizi, dan statussosial ekonomi rendahtelah
dikaitkan denganmenopause lebih awal, tetapifaktor keturunantampaknya
menjadiyang paling pentingpenentuusia saatmenopause. (Lisabeth dkk 2012)
(Hoffman dkk 2012)
Merokok memiliki efekanti-estrogen pada perempuan. Hal ini
mungkinkarena perubahandalam metabolismeestrogenhepatik yang
disebabkan olehmerokok.Kemungkinansiklus tidak
teraturmeningkatdenganjumlah rokok yang dihisap. Hal inimenjadi peningkatan
risikoanovulasiyang menjadilebih besardengan tingkatmerokok. Efek
inimenurunkankesuburan pada wanitaserta mengurangiusiamenopause.
(Kapoor dkk 2005)(Jacobsen dkk 2004)
Karakteristik hormonal darimenopause atau postmenopause
masing-masingadalah peningkatan kadar LH dan FSHdisertai dengan
penurunanestrogen dan progesteron. (Fischl 2001)
Kadar FSH dan LH dalam serum secara signifikan meningkat pada
menopause dan setelah menopause,karena fungsi ovarium yang menurun,
dibandingkan dengan levelpada hormon seksualwanita dewasa. Kadar yamg
tinggi ini tetap di sekitar tingkat ini sampaionset senium ketika kadarnya mulai
Penyebabterjadinyaonset menopauseadalahmeningkatnyapenurunan fungsi
ovariumkarenadegenerasifolikel(atresia). (Fischl 2001)
Selain itu adajuga penurunan produksi estrogen.Penurunan stabil berat
organmenyajikan faktor pembatas tambahanuntuk fungsi ovarium.
Maksimalpuncak berat ovarium terdapat antara 25 dan30 tahun setelah waktu
itu, perlahan tapi teratur menurun. Karenanya atropi ovarium pada senium
dengan berat hanyasekitar sepertiga dari satu ovarium nomal. Penurunan
dalam berat dipicu oleh sklerosisdari hilusdengan kemudian penurunan perfusi
serta peningkatan deposit jaringan ikat dan penebalan dari kapsul. (Fischl
2001)
II.2.4Hormon Ovarium
A. Estrogen
Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17β-estradiol, estron, dan
estriol. Zat zat ini adalah steroid C18, yaitu tidak memiliki gugus metal angular
yang melekat ke posisi 10 atau konfigurasi Δ4-3-keto di cincin A.
Hormon-hormon ini disekresikan oleh teka interna dan sel granulose folikel ovarium,
korpus luteum, dan plasenta. Jalur biosintesisnya melibatkan pembentukannya
dari androgen. Juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di dalam
sirkulasi. Aromatase (CYP19) adalah enzim yang mengkatalisis perubahan
androstenedion menjadi estron dan perubahan testoteron menjadi estradiol.
(Ganong 2008)
Sel sel teka interna memiliki banyak reseptor LH, dan LH bekerja melalui
cAMP untuk meningkatkan perubahan kolesterol menjadi androstenedion.
sirkulasi. Sel teka intterna juga memberikan androstenedion pada sel
granulose. Sel granulose memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH
meningkatkan sekresi estradiol dari sel granulose dengan bekerja melalui siklik
AMP untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel granulose matang juga
memiliki reseptor LH dan LH juga merangsang pembentukan estradiol.
(Ganong 2008)
Jaringan stroma ovarium juga memiliki potensi membentuk androgen
dan estrogen. Namun, pada wanita pramenopause normal jaringan tersebut
mungkin hanya membentuk hormon-hormon ini dalam jumlah yang tidak
bermakna. 17β-estradiol, estrogen utama yang disekresikan, dalam sirkulasi
berada dalam keseimbangan dengan estron. Estron mengalami metabolisis
lebih lanjut menjadi estriol, sebagian besar mungkin terjadi di hati. 17β-estradiol
adalah estrogen paling kuat dari ketiganya, sedangkan estriol paling lemah.
(Ganong 2008)
Dua persen estradiol dalam darah berada dalam keadaaan bebas, dan
sisanya terikat ke protein: 60% ke albumin dan 38% ke gonadal steroid-binding
globulin (GBG) serupa dengan yang mengikat testoteron. Di hati, estradiol,
estron, dan estriol diubah menjadi konjugat glukoronida dan sulfat. Semua
senyawa ini, bersama dengan metabolit lain, diekskresikan di urin. Sejumlah
tertentu diekskresikan dalam empedu dan diserap kembali ke dalam darah
(sirkulasi enterohepatik). (Ganong 2008)
Perubahanovariumyang terjadiselama
siklusseksualtergantungsepenuhnya padahormongonadotropicFSHdanLH,
yang disekresikanoleh kelenjar hipofisisanterior.Dengan tidak adanyahormon
hampirtidak adahormonhipofisisgonadotropicyang disekresikan. Pada usia9
sampai 12tahun, hipofisismulaimengeluarkanFSHdanLH semakin progresif ,
yang mengarahuntukterjadinyasiklusseksualnormal
bulananmulaiusia11dan15tahun.Perubahan periode inidisebutpubertas, dan
waktusiklus menstruasipertama disebutmenarche.FSH danLHadalah
glikoproteinkecilyang memiliki beratmolekul sekitar30.000.Setiap
bulandarisiklusseksual wanita, terdapat
peningkatansiklusdanpenurunanFSHdanLH, seperti yang ditunjukkanpada
gambar1.(Guyton dkk 2006)
Hampir semua estrogen ini berasal dari ovarium, dan terdapat dua
puncak sekresi: satu tepat sebelum ovulasi dan satu selama fase midluteal.
Kecepatan sekresi estradiol ialah 36 µg/h (133 nmol/h) pada fase folikular awal,
380 µg/h tepat sebelum ovulasi, dan 250 µg/h selama fase midluteal. Setelah
menopause, sekresi estrogen menurun sampai ke kadar yang rendah. (Ganong
Gambar 1. Perkiraan konsentrasi
plasmagonadotropindanhormonovariumselama siklusseksualwanita normal.
Dikutip dari: Guyton A.C., Hall J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 14
Ed. Elsevier Inc. Philadelphia
Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan
motilitas tuba uterina. Hormon-hormon ini meningkatkan aliran darah uterus dan
memiliki efek penting pada otot polos uterus. Pada wanita imatur dan yang
menjalani kastrasi, uterus berukuran kecil serta miometriumnya atrofi dan
inaktif. Estrogen meningkatkan jumlah otot uterus dan kandungan protein
kontraktilnya. Di bawah pengaruh estrogen, otot menjadi lebih aktif dan mudah
terangsang, dan potensial aksi pada setiap serat menjadi lebih sering. Uterus
yang didominasi oleh estrogen juga peka terhadap oksitoksin. (Ganong 2008)
Tabel 1. Kadar estrogen normal pada wanita
Phase 17β estradiol Estron Estriol
Serum
Dikutip dari: Dikutip dari: Gruber C.J., Tschugguei W., Schneebeger C., Huber
J.C. 2002. Production and action of estrogens. N Engl J Med. 346:340-350
Estrogen memiliki efek menurunkan kolesterol plasma secara bermakna,
produksi NO setempat. Efek ini menghambat aterogenesis dan ikut berperan
menurunkan insidens infark miokardium dan penyulit lain penyakit vaskular
aterosklerotik pada wanita pramenopause. Estrogen dosis rendah tampak
menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular setelah menopause. Namun,
estrogen aktif oral dosis besar mendorong timbulnya trombosis, tampaknya
karena hormon ini mencapai hati dalam konsentrasi tinggi di darah portal dan
mengubah pembentukan faktor faktor pembekuan di hati. (Ganong 2008)
B. Progesteron
Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresikan oleh korpus
luteum, plasenta dan (dalam jumlah kecil) folikel. Hormon ini merupakan zat
antara penting dalam biosintesis steroid pada semua jaringan yang
menyekresikan hormon steroid, dan sejumlah kecil tampaknya masuk sirkulasi
dari testis dan korteks adrenal. 17α-Hidroksiprogesteron tampaknya
disekresikan bersama estrogen dari folikel ovarium, dan sekresinya setara
dengan sekresi 17β-estradiol. Sekitar 2% progesterone dalam darah berada
dalam keadaan bebas, sementara 80% terikat ke albumin dan 18% terikat ke
globulin pengikat kortikosteroid. Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat
dan diubah menjadi pregnandiol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan
asam glukuronat dan diekskresikan dalam urin. (Ganong, 2008)
Pada pria, kadar progesterone plasma adalah sekitar 0,3 ng/ml (1
nmol/L). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9 ng/ml (3 nmol/L). Perbedaan di atas
disebabkan oleh sekresi sejumlah kecil progesterone oleh sel-sel di folikel
ovarium; sel teka memberikan pregnenolon pada sel granulosa, yang
progesterone mulai meningkat. Selama fase luteal, korpus luteum
menghasilkan banyak progesteron dan terjadi peningkatan mencolok
progesteron plasma mencapai kadar puncak sekitar 18 ng/ml (60 nmol/L). Efek
stimulasi LH pada sekresi progesteron oleh korpus luteum disebabkan oleh
pengaktifan adenilil siklase dan melibatkan langkah selanjutnya yang
bergantung pada sintesis protein. (Ganong 2008)
Organ sasaran utama progesterone adalah uterus, payudara, dan otak.
Progesteron berperan dalam perubahan progestasional di endometrium dan
perubahan siklik di serviks dan vagina yang telah dijelaskan di atas. Hormon ini
memiliki efek antiestrogenik pada sel miometrium, menurunkan kemudahan otot
uterus terangsang, kepekaannya terhadap oksitosin, dan aktifitas listrik spontan
sementara meningkatkan potensial membran. Hormon ini juga menurunkan
jumlah reseptor estrogen di endometrium dan meningkatkan kecepatan
perubahan 17β-estradiol menjadi estrogen yang kurang aktif. Di payudara,
progesteron merangsang pembentukan lobules dan alveolus. Hormon ini
menginduksi diferensiasi jaringan duktus yang telah dipersiapkan oleh estrogen
dan mendorong fungsi sekresi payudara selama laktasi. (Ganong 2008)
Efek umpan balik progesteron bersifat kompleks dan terjadi pada tingkat
baik hipotalamus maupun hipofisis. Progesteron dosis besar menghambat
sekresi LH dan meningkakan efek inhibisi estrogen, yang mencegah ovulasi.
Progesteron bersifat termogenik dan mungkin berperan meningkatkan suhu
tubuh basal pada saat ovulasi. Hormone ini merangsang pernafasan, dan PCO2
alveolus pada wanita selama fase luteal siklus menstruasi lebih rendah
daripada PCO2 pada pria. Pada kehamilan, PCO2 turun seiring dengan
pernafasan ini tidak diketahui. Progesteron dosis besar menimbulkan
natriuresis, mungkin dengan menghambat efek aldosteron pada ginjal. Hormon
ini tidak memiliki efek anabolik yang bermakna. (Ganong 2008)
II.2.5Perubahan Estrogen pada Menopause
Kadar estrogen berfluktuasi pada seluruh siklus hidup wanita. Tiga
bentuk estrogen yang diproduksi pada wanita: estrone (E1), 17 - beta - estradiol
(estradiol, E2), dan estriol (E3). Selama tahun-tahun reproduksi, estradiol
adalah estrogen dominan dan diproduksi terutama oleh folikel dominan, dengan
tingkat yang dilaporkan berkisar 20-400 pg / mL selama siklus menstruasi.
Setelah menopause, ovarium mensintesis sedikit estrogen dan penurunan
estradiol ke tingkat yang lebih rendah, < 59 pg / mL. (Mansfield, 2011)
Transisi menopause dikaitkan dengan perubahan hormon yang
signifikan, yang paling penting,penurunan tingkat estradiol sekitar 60 %.Pasca -
menopause, kadarnya terus menurun dan tetap setelah 1 sampai 3 tahun.
Secara keseluruhan, tingkat estradiol menurun 7-10 kali lipatantara pra - dan
pasca - menopause. (Lisabeth dkk 2012)
Pada studi dari Yasui dkk 2012 menunjukkan
perubahansirkulasiestradiolpada wanitadari transisimenopauseke
pascamenopauseditandaisebagai berikut: tingkatestradiolyang tinggipada
wanitapremenopauseyangmenurun drastisdantingkatestradiolpada wanita
pascamenopausesecara signifikan lebih rendah sampai ke tingkat
6,1pg/mlpada wanita pascamenopause.(Gambar 2) (Yasui dkk 2012)
Transisi dari siklus ovulasi menopause biasanyadimulai pada akhir 40-an
menyebabkanpeningkatanrespon folikel ovarium dengan kadar estrogen yang
lebih tinggi secara keseluruhan. (Hoffman dkk 2012)
Perubahan ini, termasuk peningkatan pada kadar FSH, mencerminkan
penurunan kualitas dan kemampuanpenuaan folikel untuk mengeluarkan
inhibitori. Jika deplesi folikel berlanjut, episode anovulasimenjadi lebih umum.
Dengan kegagalan ovarium pada menopause, pelepasan hormon steroid
ovarium berhenti, dan loop umpan balik negatif dibuka. Selanjutnya,GnRH
dilepaskan pada frekuensi dan amplitudo maksimal. Hasilnya, sirkulasi kadar
FSH dan LH meningkat empat kali lipat lebihtinggidaripadatahun-tahun
reproduksi. (Hoffman dkk 2012)
Gambar 2 Perubahan estradiol dari transisi menopause ke pasca menopause
Yasui, T., Matsui, S., Tani, A., Kunimi, K., Yamamoto, S., Irahara, M. 2012.
Androgen in postmenopausal women. The Journal of Medical Investigation.
(59):12-27
II.2.6HubunganMenopause dan Stroke
Penurunanestradiol padatingkat usiadinidari menopausedapat
merugikankesehatanpembuluh darah. Menopause dikaitkan dengan
peningkatan faktor risiko stroke. Studi kohortwanita sehat melalui transisi
peningkatan glukosa puasa dan ukuran lain dari resistensi insulin, peningkatan
BMI, dan peningkatan tekanan darah. (Lisabeth dkk 2012)
Akumulasi dari faktor-faktor risiko ini mungkin karenakelebihan androgen
dan estrogen yang menurun, dan dapat menjelaskan dua kali lipat risiko stroke
pada 10tahun setelah menopause. (Lisabeth dkk 2012)
Studi observasional telah menunjukkan bahwa pada usia yang lebih
muda, wanita premenopause dilindungi dari stroke iskemik dibandingkan
dengan pria dari usia yang sama, dan perlindungan ini mungkin hilang dengan
bertambahnya umur. Karena temuan ini, serta mendukung bukti dari model
hewan, paparan estrogen endogen telah diduga menjadi pelindung untuk stroke
pada wanita premenopause. (Lisabeth dkk 2012)
Meskipun wanita memiliki insiden lebih rendah terkena stroke daripada
pria selama setengah baya, risiko mereka berlipat ganda dalam satu dekade
setelah menopause, hal ini menekankan perlunya untuk menyaring dan
mengelolafaktor risiko yang juga meningkat selama periode ini. (Lisabeth dkk
2012)
Pada studi kasus-kontrol yang dilakukan Hsieh dkk 2010, menarche dini
terkait secara independen dengan rendahnya risiko stroke iskemik, setelah
disesuaikan untuk faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini
menghasilkan hipotesis bahwa jika estrogen endogen sebagai pelindung,
indikator dari paparan tinggi estrogen menuju menarche dini, menopause
lambat dan eksposur estrogen yang lebih lama akan berhubungan dengan
rendahnya risiko stroke iskemik.Usiasaat menarche<14 tahunmerupakan
faktorindependen untukpenurunan risikostroke iskemik.Dibandingkandengan
sebagaikelompok referensi, menarcheantara usia14dan15tampaknyaterkait
denganrisiko yang lebih rendahdariiskemikstroke dansecara
signifikanmenurunrisikoyang diamati padamereka yangmengalami usia
menarche<14 tahun. (Hsieh dkk 2010)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, rata-rata
usia menarche pada perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun
(20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. (Amaliah
dkk 2012)
Penelitian Thomas F dkk mengungkapkan bahwa setidaknya dua
parameter yang mencerminkan kondisi hidup mempengaruhi variasi usia
menarche. Konsumsi kalori sayuran per orang dan setiap hari memiliki
pengaruh yang kecil, tetapi signifikan, mempengaruhi usia saat menarche,
mendukung gagasan bahwa kondisi gizi yang baik mendukung menarche dini.
Gizi buruk dikenal untuk mengubah rasio massa untuk lemak tubuh dan
melambatkan onset menarche.(Thomas F dkk 2001) Pada studi yang dilakukan
Forman dkk 2013 didapati hubungan antara usia menarche dan usia
menopause umumnya dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. (Forman M.R dkk
2013)
Kadar fisiologisestrogendikenaluntuk membantu menjagaprofillipoprotein
yang menguntungkanpada wanita. Estrogen memiliki efek menguntungkan
pada lipid dan lipoprotein. Secara khusus, estrogenmenurunkan kolesterol
totaldankolesterol low-density-lipoprotein(LDL) sekitar5-15%,
karenapeningkatanreseptor LDL hati, dan peningkatan katabolisme dan
Estrogen meningkatkan apolipoprotein A1 yaitu komponen protein utama
dari HDL pada plasma sehingga kolesterol HDL meningkat.Di sisi lain,
estrogenmeningkatkantrigliseridaplasma(TG) sekitar 20-25%. Selainefeknya
terhadapprofillipidserum, estradiolmemiliki kapasitasantioksidansehingga
ketikaestradioldiberikanuntuk wanita menopause, mengurangioksidasi
kolesterolLDLdanmeningkatkanbioaktivitas endotelialNO.Estrogen menurunkan
Hepatic Lipase atau Hepatic Triglyceride Lipase(HTGL) yang menghambat
Intermediate-density lipoprotein (IDL) menjadi LDL dan menurunkan
trigliserida.(Gouva dkk 2004)(Lobo 2007) (Gambar 3)
Secara khusus, seluruhkadar HDLdewasaadalah sekitar10mg/dLlebih
tinggipadaperempuan, dan perbedaan iniberlanjut sepanjangtahun tahun
pascamenopause. Selain itu, kadar kolesterol total dan
low-densitylipoprotein(LDL)lebih rendahpada wanitapremenopausedibandingkan
laki-laki. Setelahmenopausedan denganpenurunan berikutnya padaestrogen,
efekmenguntungkanpadalipidini menghilang. Kadar high-density
Gambar 3. Efek estrogen pada metabolisme lipoprotein
Dikutip dari: Honjo H, Urabe M, Tanaka K, Kashiwagi T, Okubo T, Tsuchiya H.
et al, Updated: August 18, 2012. Cardiovascular disease and hormone
replacement therapy. Available from:
http:/
Estrogen bekerja dengan aksi langsung dalam penghambatan terjadinya
hiperlipidemia dan penghambatan oksidasi kolesterol LDL.
Penghambatanhiperlipidemiaoleh estrogenmencegahdanmemperbaiki
sklerosisarteri. Estrogenjuga memilikiaksilangsung padasclerosisarteridengan
menghambatoksidasi danmenekan pertumbuhanataupenyebaran selotot
polos.Degenerasi lipidperoksida (oksidasi) kolesterol LDL, yangdiabsorpsi
olehmonositdanberubah menjadisel busadironggasubendothelialpembuluh
darah, menyebabkan aterosklerosisdi aortadanakhirnya sklerosis arterial.
Estrogen berfungsi untuk menekanoksidasiini. (Honjo dkk 2012) (Gambar 4)
Gambar 4. Efek estrogen dalam penghambatan terbentuknya arteriosklerosis
Dikutip dari: Honjo H, Urabe M, Tanaka K, Kashiwagi T, Okubo T, Tsuchiya H.
et al, Updated: August 18, 2012. Cardiovascular disease and hormone
replacement therapy. Available from:
Penurunan estrogen memberi efek pada pembuluh darah. Dimana
estrogen diduga menjadi agen-agen vasoprotektif alami. Reseptor estrogen
telah terdeteksi pada sel-sel otot polos arteri koroner dan sel-sel endometrium
pada berbagai tempat. Estrogen menyebabkan vasodilatasi jangka pendek
dengan meningkatkan pembentukan dan pelepasan nitrat oksida dan
prostasiklin pada sel-sel endotelial. Juga menurunkan tonus otot-otot polos
vaskuler dengan pembukaan saluran kalsium spesifik melalui mekanisme yang
tergantung pada siklik guanosin monofosfat. Peranan protektif estrogen
melawan aterosklerosis didukung dengan penemuan bahwa pengobatan
estrogen menurunkan progresi aterosklerosis arteri koroner pada binatang
percobaan yang telah diooforektomi. Pada tingkat seluler estrogen
menghambat apoptosis sel-sel endotelial. (Gruber dkk 2002) (Gambar 5)
Peningkatan berat badan adalah keluhan umum di kalangan wanita
padatransisi menopause. Dengan penuaan, metabolisme wanitamelambat,
mengurangi kebutuhan kalorinya. Jika kebiasaan makan dan olahragatidak
berubah, berat badan akan naik. (Hoffman dkk 2012)
Wanita yang dilaporkan dengan aktivitas lebih banyak memiliki
pertambahan berat badan yang kurang dari wanita kurang aktif.Kenaikan berat
badan selama periode ini dikaitkan dengan penumpukan lemakdi perut, yang
meningkatkan kemungkinan mengembangkanresistensi insulin dan diabetes
Gambar 5. Efek estrogen pada endotel Dikutip
dari: Gruber C.J., Tschugguei W., Schneebeger C., Huber J.C. 2002.
Production and action of estrogens. N Engl J Med. 346:340-350
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa estrogenmemiliki efek
modulasi pertama pada homeostasis sistemik glukosa.Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa pengobatan denganestrogen mengurangi komplikasi
komplikasi diabetes,dan menormalkan fungsi endotel pada diabetes.Reseptor
reseptor estrogen yang terdapat di pulauLangerhans dan efek dari 17 β
-estradiol dalam beberapa aspek fisiologispulau Langerhans telah dikenal untuk
waktu yang lama. Terlepas dari ini, mekanisme kerja17β - estradiol sebagian
besar masih tidak diketahui.Secara mekanis, telah diuraikan dalam
studisebelumnya bahwaestradiolmemilikiefek langsung insulinotropikdengan
memblokingsaluran kalium sensitif ATP yang terdapat dalammembran
sitoplasmasel βpankreas. ( Ahmed dkk 2012)
Tekanan darah sistolikmeningkat dengan usiaantara
iniberbaliksetelah usia60 tahun. Akibatnya, hipertensilebihumum di
kalanganlaki-lakipadausiamudadan di antaraperempuan padausia yang lebih
tua. Pola inikonsisten denganperbedaan yang berhubungan dengan usiadan
jenis kelamin pada produksi hormon 17β-estradiol (E2), yang dikenal dengan
efekvasodilatasi.Konsisten denganpenelitian sebelumnya, wanita
menopausememiliki kadar lebih rendahdari serum E1dan17β-E2 dibandingkan
dengan laki laki usia sama. (Masi dkk 2009)
Asap tembakaudari perilaku merokokdapat mempengaruhiindividu
untukmasalahaterogenikdantrombotik, secara signifikan meningkatkan
risikodari manifestasiiskemikseperti sindromkoroner akutdan stroke. Sawar
darah otak telah ditunjukkanuntuk mempertahankanhomeostasisotak. Hal ini
secara selektiftidak termasuksubstansi darah xenobiotik yang
palingendogenmemasukiotak, melindunginya dari
pengaruhsistemikdaneksogen. Sawar darah
otakdinamismerespongangguanhemodinamik(misalnya, iskemiafokal), melalui
pelepasanradikal bebasdangenerasisitokin. (Mazzone dkk 2010)
Hal ini jugamemainkan peranan pentingdalam melindungi
terhadapneurotoksisitas. Disfungsidarisawar darah otak terlibatdalam
patogenesisdanperkembangansejumlah gangguanneurologis termasuk stroke.
Setiapgangguanyang mempengaruhifungsisawar darah otakmungkin memiliki
efeksekunder padaaliran darah otak dantonus pembuluh darah, yang lebih
lanjutmempengaruhitransportasi di seluruhendoteliummikrovaskuler. (Mazzone
dkk 2010)
Merokokmeningkatkankejadian strokedaninfarkotaksekitar50% dengan