• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan,

Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Faktor-faktor yang diuji hubungannya terhadap persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan antara lain ; aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol.

Untuk menguji hipotesis 2, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban dari 13 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan.

Aksesibilitas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) mudah apabila terdapat banyak jaringan transportasi menuju lokasi pasar, waktu tempuh yang cepat (≤30 menit), dan biaya transportasi murah, (b) sedang apabila waktu tempuhnya (30-60 menit) dan biaya transportasi yang cukup murah, (c) sulit apabila terdapat sedikit jaringan transportasi menuju lokasi pasar, jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh yang lama (>60 menit), dan biaya transportasi yang mahal.

Tabel 12. Hubungan Aksesibilitas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Tingkat Aksesibilitas Total

Mudah Sedang Sulit

Positif 1 1 1 3

Negatif 6 3 1 10

Total 7 4 2 13

Tabel 12 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 7 orang (53,8%) pedagang menyatakan variabel tingkat aksesibilitas menuju Pusat Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang memiliki kendaraan pribadi, sehingga waktu tempuh lebih cepat dan biaya transportasi lebih hemat, 4 orang (30,8%) pedagang menyatakan sedang karena untuk menuju Pusat Pasar Kota Medan beberapa pedagang menyewa kendaraan umum dan jarak tempuhnya lebih jauh, dan 2 orang lainnya (15,4%) menyatakan sulit karena lokasi pasar jauh dari tempat tinggal, sehingga waktu tempuh lebih lama dan biaya transportasi relatih lebih mahal.

Lalu lintas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) ramai apabila di setiap waktu ada banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, (b) sedang apabila hanya pada waktu tertentu banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan kurang berpotensi untuk membeli, (c) sepi apabila hanya sedikit orang yang lalu lalang di sekitar pasar.

Tabel 13. Hubungan Lalu Lintas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Tingkat Lalu Lintas Total

Ramai Sedang Sepi

Positif 2 1 0 2

Negatif 9 1 0 10

Total 11 2 0 13

Sumber : Lampiran 6 dan 9

Tabel 13 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 11 orang (84,6%) pedagang menyatakan variabel tingkat lalu lintas di Pusat Pasar Kota Medan adalah ramai karena ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, 2 orang (15,4%) pedagang menyatakan

sedang karena terdapat cukup banyak orang yang sekedar berlalu lalang di sekitar pasar, dan tidak ada pedagang yang menyatakan sepi karena selalu ada orang yang berlalu-lalang disekitar pasar.

Kenyamanan dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) sangat nyaman apabila pedagang merasa tidak ada beban pikiran saat berdagang, fasilitas di pasar dan sekitar pasar sangat lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (b) nyaman apabila pedagang merasa fasilitas di pasar dan sekitar pasar cukup lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (c) tidak nyaman apabila pedagang tidak merasa aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia.

Tabel 14. Hubungan Kenyamanan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Tingkat Kenyamanan Total

Sangat Nyaman Nyaman Tidak Nyaman

Positif 0 1 2 3

Negatif 0 9 1 10

Total 0 10 3 13

Sumber : Lampiran 6 dan 9

Tabel 14 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada pedagang menyatakan variabel tingkat kenyamanan di Pusat Pasar Kota Medan merasa sangat nyaman, 10 orang (76,9%) pedagang menyatakan nyaman karena merasa fasilitas yang tersedia cukup lengkap dan aman saat menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut, dan 3 orang (23,1%) pedagang lainnya merasa tidak nyaman.

Persaingan dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) tinggi apabila terdapat banyak pedagang produk sejenis dan sedikit pedagang produk tidak sejenis, (b) sedang

apabila terdapat pedagang produk sejenis dan produk tidak sejenis dengan jumlah yang sama, (c) rendah apabila terdapat sedikit pedagang produk sejenis tetapi banyak pedagang produk tidak sejenis.

Tabel 15. Hubungan Persaingan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Tingkat Persaingan Total

Tinggi Sedang Rendah

Positif 1 2 0 3

Negatif 1 9 0 10

Total 2 11 0 13

Sumber : Lampiran 6 dan 9

Tabel 15 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 2 orang (15,4%) pedagang menyatakan variabel tingkat persaingan di Pusat Pasar Kota Medan adalah tinggi karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis, namun sedikit pedagang produk tidak sejenis, 11 orang (84,6%) pedagang menyatakan sedang karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis dan cukup banyak pedagang produk tidak sejenis, dan tidak ada responden yang menyatakan rendah.

Peraturan pemerintah dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) sangat tegas apabila pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah sangat tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang sangat tegas, (b) tegas apabila pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang cukup tegas, (c) tidak tegas apabila pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar tidak tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang tidak tegas.

Tabel 16. Hubungan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Peraturan Pemerintah Total

Sangat Tegas Tegas Tidak Tegas

Positif 0 2 1 3

Negatif 0 1 9 10

Total 0 3 10 13

Sumber : Lampiran 6 dan 9

Tabel 16 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada responden yang menyatakan variabel peraturan pemerintah dalam merelokasi pedagang adalah sangat tegas, namun ada 3 orang (23,1%) pedagang menyatakan tegas karena pedagang responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah tepat, namun kurang tegas, dan 10 orang (76,9%) pedagang lainnya menyatakan tidak tegas karena mayoritas pedagang responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang tidak tepat dan tidak tidak tegas.

Pensiasatan sistem kontrol juga dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) mudah apabila pedagang mengetahui jadwal akan dilakukan penertiban dan dapat dengan mudah menghindari penertiban pasar, (b) sedang apabila pedagang mengetahui adanya jadwal penertiban, namun sedikit sulit untuk menghindari penertiban pasar, (c) sulit apabila pedagang tidak mengetahui adanya jadwal penertiban, dan tidak mudah untuk menghindari penertiban pasar.

Tabel 17. Hubungan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

Persepsi Pensiasatan Sistem Kontrol Total

Mudah Sedang Sulit

Positif 1 1 1 3

Negatif 7 2 1 10

Total 8 3 2 13

Sumber : Lampiran 6 dan 9

Tabel 17 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 8 orang (61,5%) pedagang menyatakan variabel pensiasatan sistem kontrol di Pusat Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang mengetahui jadwal penertiban pasar, 3 orang (23,1%) pedagang menyatakan sedang karena mengetahui jadwal penertiban pasar, namun sulit untuk menghindari petugas penertiban pasar, dan 2 orang (15,4%) pedagang lainnya menyatakan sulit karena tidak mengetahui jadwal penertiban pasar sehingga sulit untuk menghindari petugas saat penertiban pasar dilakukan.

Untuk menguji apakah ada hubungan antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan dianalisis dengan uji Chi- Square. Hasil uji Chi-Square akan menunjukkan faktor-faktor yang memiliki hubungan nyata dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.

Tabel 18. Hasil Chi-Square Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan

No Faktor X2 Hitung X2 Tabel (α=0,05) Signifikansi Nilai Contingency coefficient 1 Aksesibilitas 1,130 df=2 diperoleh 5,991 0,568 0,283 2 Lalu Lintas 0,965 df=1 diperoleh 3,841 0,326 0,263 3 Kenyamanan 4,174 df=1 diperoleh 3,841 0,041 0,493 4 Persaingan 0,965 df=1 diperoleh 3,841 0,326 0,263 5 Peraturan Pemerintah 4,174 df=1 diperoleh 3,841 0,041 0,493 6 Pensiasatan Sistem Kontrol 1,499 df=2 diperoleh 5,991 0,473 0,322 Sumber : Lampiran 11

Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X2hitung 1,130 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat

bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,568>0,05, dan

contingency coefficient 0,283 atau sebesar 28,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan aksesibilitas bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Aksesibilitas identik dengan transportasi, pedagang yang berdomisili jauh dari pasar, baik pedagang besar atau pedagang eceran umumnya memiliki kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan umum. Teori pola produksi pertanian

von Thunen mengatakan biaya transportasi untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota berbanding lurus dengan jarak. Setiap petani di sekeliling kawasan kota akan menjual hasil pertaniannya ke kota tersebut melalui pedagang besar yang berada di kawasan tempat produksi, dengan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang. Jarak yang jauh, tidak menjadi kendala bagi pedagang karena mayoritas pedagang sampel memiliki kendaraan pribadi sehingga biaya transportasi lebih hemat dan walaupun tidak memiliki kendaraan pribadi, jaringan transportasi menuju Pusat Pasar Kota Medan, tergolong mudah.

Lalu lintas, diperoleh nilai X2hitung 0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai

X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh

sebesar 0,326>0,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan lalu lintas bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Tjiptono (2007) yang mengatakan bahwa lalu lintas merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha yang identik dengan banyaknya orang (pengunjung) yang lalu-lalang yang dapat memberikan peluang tehadap terjadinya buying. Orang yang lalu-lalang disekitar pasar tidak hanya pejalan kaki, namun juga yang menggunakan alat transportasi. Padatnya penduduk sekitar juga dapat memungkinkan terjadinya buying. Penduduk di sekitar Pusat Pasar Kota Medan dapat dikategorikan padat, karena lokasi Pusat Pasar Kota Medan berada di pusat kota. Menurut teori lokasi pendekatan pasar Losch, makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi semakin mahal.

Begitupun menurut Sistem K=3 dari Christaller yang beasumsi bahwa konsumen bertindak secara rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya. Jadi, dari sisi kepadatan penduduk, lalu lintas tidak menjadi kendala bagi persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan.

Kenyamanan, diperoleh nilai X2hitung 4,174 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh

sebesar 0,041<0,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar 49,3% yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1

diterima.

Sehingga dapat disimpulkan kenyamanan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Kenyamanan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha (Tjiptono, 2007), nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa dihargai, merasa aman, senang, dan tidak ada beban pikiran. Hal ini dapat dirasakan oleh sebagian pedagang di Pusat Pasar Kota Medan, sehingga kenyamanan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh bagi pedagang di Pusat Pasar Kota Medan dalam memilih lokasi berdagang.

Persaingan, diperoleh nilai X2hitung 0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai

X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh

sebesar 0,326>0,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan persaingan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota

Medan. Menurut Tjiptono (2007), persaingan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha. Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk sejenis, dapat pada produk substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Menurut pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, tingkat persaingan di Pusat Pasar Kota Medan adalah sedang, hal ini disebabkan oleh berkurangnya pedagang produk sejenis di pasar tersebut. Sehingga, tingkat persaingan yang sedang tersebut, tidak menjadi kendala bagi pedagang.

Peraturan pemerintah, diperoleh nilai X2hitung 4,174 lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi

diperoleh sebesar 0,041<0,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar 49,3% yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak

dan H1 diterima.

Sehingga dapat disimpulkan peraturan pemerintah merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Peraturan pemerintah merupakan faktor yan perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha (Tjiptono, 2007). Peraturan pemerintah mengenai tata ruang dibuat dengan memperhatikan kesehatan, keselamatan, dan pengendalian lingkungan. Untuk menjalankan peraturan pemerintah tersebut, perlu adanya tindakan yang tegas, agar peraturan tersebut dapat dipatuhi. Ketidaktegasan pemerintah dalam merelokasi pedagang berimbas pada masih adanya pedagang yang bertahan tidak mau pindah ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Sehingga, peraturan pemerintah menjadi kendala bagi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, hal ini disebabkan oleh pedagang

merasa perelokasian pedagang dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan tidak tepat dan tidak tegas, karena para pedagang sudah merasa nyaman berdagang di Pusat Pasar Kota Medan.

Pensiasatan sistem kontrol, diperoleh nilai X2hitung 1,499 lebih rendah

dibandingkan dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat bebas (df) = 2, dengan nilai

signifikansi diperoleh sebesar 0,473>0,05, dan contingency coefficient 0,283 atau sebesar 32,2% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0

diterima dan H1 ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan pensiasatan sistem kontrol bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, seperti yang tercantum pada Pasal 30 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar. Namun, sistem kontrol dapat disiasati, dengan kata lain dapat dihindari dengan berbagai cara. Sehingga sistem kontrol atau pengawasan pemerintah tidak menjadi kendala bagi pedagang di Pusat Pasar Kota Medan.

5.3. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, dan

Dokumen terkait