• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara durasi obat anti epilepsi dengan behavior

Analisa Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENELITIAN

V.1.8. Hubungan antara durasi obat anti epilepsi dengan behavior

Berdasarkan durasi pemakaian Asam Valproat diperoleh pemeriksaan BDI pada durasi 1 bulan – 1 tahun adalah 18% depresi minimal, 32% ringan, sama-sama 5,3% yang depresi sedang dan berat, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 7,9% depresi minimal, 18% ringan, 11% sedang dan hanya 2,6% berat. Pemeriksaan BAI pada durasi 1 bulan – 1 tahun diperoleh ansietas minimal dan ringan adalah sama-sama 24%, sedang 7,9% dan berat hanya 5,3%, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah ansietas minimal 16%, ringan 21%, sedang 2,6% dan tidak ada yang ansietas berat. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov antara durasi VPA dengan BDI dan BAI diperoleh nilai p adalah 0,975 dan 0,986 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi asam valproat dengan behavior pada pasien epilepsi. (Tabel 15)

Berdasarkan durasi pemakaian Phenitoin diperoleh pemeriksaan BDI pada durasi 1 bulan – 1 tahun adalah 6,8% depresi minimal, 21% ringan, 17% sedang, sedangkan pada durasi > 1 adalah 6,8% depresi ringan, 17% sedang dan 31% berat. Pemeriksaan BAI pada durasi 1 bulan – 1 tahun diperoleh sama-sama 17% yang ansietas minimal dan ringan, 10% sedang, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 35% ansietas ringan, 14% sedang dan 6,8% berat. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov antara durasi PHT dengan BDI dan BAI diperoleh nilai p adalah 0,021 dan 0,239 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi phenitoin dengan depresi namun tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan ansietas pada pasien epilepsi. (Tabel 15)

Berdasarkan durasi pemakaian PB diperoleh pemeriksaan BDI pada durasi 1 bulan – 1 tahun adalah 10% depresi minimal, 20% ringan dan 10% sedang , sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 30% depresi ringan, 10% sedang dan 20% berat. Pemeriksaan BAI pada durasi 1 bulan – 1 tahun diperoleh 10% ansietas minimal dan 30% ringan, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 10% ansietas minimal, 10% ringan, 30% sedang dan 10% berat. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov antara durasi PB dengan BDI dan BAI diperoleh nilai p adalah 0,952 dan 0,236 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi PB dengan behavior . (Tabel 15)

Sedangkan pemakaian Carbamazepine diperoleh pemeriksaan BDI pada durasi 1 bulan – 1 tahun adalah 10% depresi minimal, 20% ringan, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 10% depresi minimal, 10% ringan, 20% sedang dan 30% berat. Pemeriksaan BAI pada durasi 1 bulan – 1 tahun adalah 10% ansietas minimal, 20% ringan, sedangkan pada durasi > 1 tahun adalah 50% ansietas ringan, 10% sedang dan 10% berat. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov antara durasi CBZ dengan BDI dan BAI diperoleh nilai p adalah 0,234 dan 0,974 yang signifikan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi carbamazepine dengan behavior pada pasien epilepsi. (Tabel 15)

Tabel 15. Hubungan durasi konsumsi obat anti epilepsi dengan behavior

BDI

p

BAI

p Minimal Ringan Sedang Berat Minimal Ringan Sedang Berat

n % n % n % n % n % n % n % n % Durasi VPA: 1 bulan - 1 tahun 7 18 12 32 2 5,3 2 5,3 0,975* 9 24 9 24 3 7,9 2 5,3 0,986 > 1 tahun * 3 7,9 7 18 4 11 1 2,6 6 16 8 21 1 2,6 0 0 Total 10 26 19 50 6 16 3 7,9 15 40 17 45 4 11 2 5,3 Durasi PHT: 1 bulan - 1 tahun 2 6,8 6 21 5 17 0 0 0,021* 5 17 5 17 3 10 0 0 0,239* > 1 tahun 0 0 2 6,8 5 17 9 31 0 0 10 35 4 14 2 6,8 Total 2 6,8 8 28 10 35 9 31 5 17 15 52 7 24 2 6,8 Durasi 1 bulan - 1 1 10 2 20 1 10 0 0 0,952 1 * 10 3 30 0 0 0 0 0,236*

* PB: Uji Kolmogorov-Smirnov, p < 0,05 tahun > 1 tahun 0 0 3 30 1 10 2 20 1 10 1 10 3 30 1 10 Total 1 10 5 50 2 20 2 20 2 20 4 40 3 30 1 10 Durasi CBZ: 1 bulan - 1 tahun 1 10 2 20 0 0 0 0 0,234* 1 10 2 20 0 0 0 0 0,974* > 1 tahun 1 10 1 10 2 20 3 30 0 0 5 50 1 10 1 10 Total 2 20 3 30 2 20 3 30 1 10 7 70 1 10 1 10

IV.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan untuk melihat hubungan antara obat anti epilepsi dengan kognitif dan behavior pada pasien epilepsi yang telah konsumsi OAE minimal 1 bulan.

Pada penelitian ini diagnosis pasien epillepsi umum idiopatik ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan pemeriksaan EEG. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan pemeriksaan MMSE dan digit span oleh peneliti dan pengisian kuisioner BDI dan BAI oleh sampel penelitian.

Rerata umur sampel pada penelitian ini adalah 26,07 ± 8,98 tahun, sedangkan pada penelitian Shehata 28,80±7,69 tahun. Tidak terdapat perbedaan rata-rata umur pada pasien-pasien bangkitan umum idiopatik. Rerata lama pendidikan sampel adalah 11,7±2,8 tahun sedangkan pada penelitian Shehata 9,04±3,74 tahun. Rerata dosis OAE pada penelitian ini, yaitu VPA 703,9±271,7 mg; PHT 279,3±61,9 mg; PB 82,5±73,2 mg dan CBZ 450±108 mg sedangkan pada penelitian Shehata diperoleh rerata dosis adalah CBZ 739,39±289,33 mg dan VPA 822,22±298,14 mg. (Shehata dkk, 2009)

Palanisamy dkk, 2011 melakukan penelitian pada kelompok pasien epilepsi yang baru didiagnosis dan pasien yang telah mengkonsumsi OAE setidaknya 1 tahun,dimana diperoleh nilai rerata MMSE untuk masing-masing kelompok adalah 24,50±2,573 dan 15,70±2,517 sedangkan pada penelitian ini diperoleh nilai rerata MMSE adalah 26,8±2,6. Adanya perbedaan nilai rerata MMSE antara penelitian oleh Palanisamy dengan penelitian ini, kemungkinan disebabkan oleh karena pada penelitian ini, sampel yang diteliti adalah semua

pasien epilepsi umum idiopatik, baik yang baru di diagnosis dan sudah mengkonsumsi OAE minimal 1 bulan maupun lebih dari 2 tahun.

Hasil penelitian ini diperoleh hubungan antara obat anti epilepsi dengan gangguan kognitif dimana pada pemeriksaan MMSE diperoleh nilai p 0,021 dan pemeriksaan digit span dengan nilai p 0,014. Studi Shehata dkk, 2009 membandingkan pasien epilepsi yang belum mendapat terapi dengan pasien telah diterapi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol orang sehat. Studi tersebut memperoleh hasil pasien yang telah mengkonsumsi OAE mengalami skor jelek pada digit span dan memori jangka pendek dibandingkan dengan pasien epilepsi yang belum mengkonsumsi OAE dan kelompok kontrol orang sehat. (Shehata dkk, 2009). Begitu juga pada penelitian Park, 2008 yang membandingkan kelompok pasien epilepsi yang mengkonsumsi OAE dengan kelompok kontrol orang sehat diperoleh bahwa masing-masing nilai rerata dan SD digit span forward adalah 8,6±3,1 dan 10,9±2,6 dan hasil uji statistik menggunakan uji t independent diperoleh p <0,001.(Park S, 2008)

Efek OAE terhadap kognitif memberi konstribusi fakta bahwa OAE tidak hanya menurunkan iritabilitas neuronal tetapi juga memperburuk eksitabilitas neuronal, pelepasan neurotransmitter, enzim dan perlambatan central information proccessing . Pemakaian CBZ berhubungan dengan disfungsi kognitif ringan termasuk sedasi yang berlebihan, atensi dan konsentrasi terganggu. Obat anti epilepsi yang memblok Na+ channel dihubungan secara signifikan terhadap besarnya kemunduran pada IQ di kemudian hari tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan IQ. Sedangkan VPA sedikit memberi

disebabkan oleh VPA akan menginhibisi aktivasi reseptor NMDA dan VPA mengurangi repetitive neuronal firing via blokage voltage-depedent Na+

Hubungan jenis OAE dengan behavior diperoleh hasil yang berbeda antara BDI dan BAI, dimana terdapat hubungan jenis OAE dengan depresi diperoleh nilai p 0,001 sedangkan terhadap ansietas diperoleh nilai p 0,790 yang berarti tidak ada hubungan antara jenis OAE dengan ansietas. Pada penelitian Shehata dkk, 2009 yang membandingkan kuisioner Becks antara kelompok pasien epilepsi yang belum mengkonsumsi OAE dengan kelompok kontrol (orang sehat) diperoleh p <0,0001 begitu juga nilai p yang sama ketika membandingkan kelompok pasien epilepsi yang telah mengkonsumsi OAE dengan kelompok kontrol. Berarti terdapat perbedaan behavior yang signifikan antara kelompok yang belum mengkonsumsi OAE maupun kelompok telah mengkonsumsi OAE dibanding kelompok kontrol, namum ketika kelompok pasien epilepsi yang belum mengkonsumsi OAE dibandingkan dengan kelompok yang telah mengkonsumsi OAE diperoleh nilai p 0,822 yang artinya tidak terdapat perbedaan behavior yang signifikan antara kedua kelompok. (Shehata dkk, 2009) Pada penelitian Mula dkk, 2009 diperoleh jenis OAE berhubungan dengan depresi yang dihubungkan dengan peningkatan neurotransmiter GABA dan defisiensi asam folat. Golongan barbiturat banyak menyebabkan depresi sedangkan carbamazepine jarang menyebabkan depresi.(Mula dkk, 2009)

channel.(Aldenkamp, 2005, Shahata dkk, 2005 dan Loring dkk, 2007)

Terdapat beberapa variabel yang terbukti menunjukkan hubungan antara obat anti epilepsi dengan gejala depresi, yaitu: peningkatan neurotransmiter inhibitor GABAergic , defisiensi asam folat, politerapi dan adanya sklerosis

dapat menyebabkan kadar asam folat yang rendah di serum, eritrosit atau LCS. Asam folat mempunyai peranan penting pada susunan saraf pusat, reaksi transmethylation, dan berhubungan dengan metabolisme monoamine. Bila kadar neurotransmiter monoamine seperti serotonin, norepinefrin dan dopamin) rendah atau adanya gangguan metabolisme dapat menyebabkan depresi.(Mula dkk, 2009)

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara OAE dengan ansietas. Begitu juga penelitian Park S, 2008 dilakukan pemeriksaan BDI dan BAI. Dimana pada pemeriksaan BDI diperoleh nilai rerata dan SD adalah 8,2±10,0 pada kelompok konsumsi OAE dan nilai p 0,874 dan pada pemeriksaan BAI diperoleh nilai rerata dan SD adalah 7,3±7,4 dengan nilai p 0,246 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara OAE dengan behavior. (Park S, 2008) Menurut Marco, 2009 bahwa adverse effects OAE yang dapat mengakibatkan ansietas tersering adalah lamotrigine, felbamate, levetiracetam, sedangkan pada penelitian ini obat-obat tersebut tidak dikonsumsi oleh sampel pada penelitian ini.(Marco, 2009)

Hasil pemeriksaan MMSE dan digit span pada kelompok monoterapi dan politerapi diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara jumlah OAE yang dikonsumsi dengan gangguan kognitif. Pada penelitian Aldenkamp, 2005 diperoleh adverse effect terhadap kognitif lebih menonjol pada pasien yang mengkonsumsi politerapi dan ketika diubah

hanya mengkonsumsi monoterapi OAE maka didapatkan perbaikan fungsi kognitif. (Aldenkamp, 2005 dan Eddy dkk, 2011).

berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok OAE dengan depresi maupun ansietas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shehata dkk, 2009 bahwa jumlah konsumsi OAE tidak berhubungan dengan behavior. (Shehata dkk, 2009) Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mula dkk, 2009 memperoleh hasil yang berbeda, dimana pada kelompok politerapi lebih signifikan mengalami depresi bila dikombinasi dengan golongan barbiturat dibandingkan kombinasi dengan carbamazepine.(Mula dkk, 2009)

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara durasi konsumsi OAE dengan kognitif maupun behavior. Kecuali phenitoin yang berhubungan dengan kognitif dan depresi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Shehata dkk, 2009 diperoleh hubungan antara durasi konsumsi OAE dengan memori dan behavior dengan nilai masing-masing p 0,036 dan 0,009.(Shehata dkk, 2009). Pengurangan yang berlebihan pada eksitabilitas neuronal dapat mengakibatkan kecepatan motorik dan psikomotorik melambat, dan atensi buruk dan terganggu pengolahan memori, yang merupakan efek samping umum pada blokade sodium channel dimana mekanisme kerja phenitoin adalah memblok katup Na+ (Ghaydaa, 2009). Studi yang dilakukan pada tikus percobaan diperoleh bahwa perburukkan memori dan belajar yang diinduksi oleh phenitoin sebabkan oleh penurunan aktifitas acetylcholineesterase di regio hippokampus. Dan akan terjadi perbaikan fungsi kognitif dan intelektual setelah pemberhentian obat selama 1 bulan (Kantoush dkk, 1998), namun menurut Aldenkamp bahwa perburukkan yang terjadi tetap menetap walaupun phenitoin telah dihentikan.(Aldenkamp, 2005). Begitu juga phenitoin dapat menginduksi perburukkan fungsi behavior oleh karena penurunan aktifitas

monoamine (serotonin, norepinefrin dan dopamin) di hippokampus, serebellum dan korpus striatum. (Kantoush dkk, 1998)

Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat beberapa perancu yang dapat mempengaruhi kognitif yang tidak disingkirkan pada penelitian ini. Banyak faktor dapat mempengaruhi kognitif pada pasien epilepsi seperti etiologi kejang, lesi serebral sebelum onset kejang, tipe kejang. Dan pada penelitian ini, ketiga faktor diatas telah diseragamkan dimana etiologi kejang adalah idiopatik, lesi serebral disingkirkan dengan pemeriksaan neurologis yang normal dan tipe kejang diseragam adalah bangkitan lena dan tonik-klonik. Namun, faktor lain seperti umur saat onset kejang, frekuensi, durasi dan keparahan kejang, disfungsi fisiologi intraiktal dan interiktal, kerusakan struktur serebral disebabkan oleh kejang berulang atau memanjang, faktor hereditas dan faktor psikososial tidak di skiring pada penelitian ini.

BAB V

Dokumen terkait