• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Hubungan antara Kohesivitas Klik Dengan

Hurlock (1991) menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa

yang tidak realistik, karena umumnya remaja memandang kehidupan sesuai

dengan sudut pandangnya sendiri. Pandangan remaja tersebut berbeda dengan

pandangan orang lain bahkan mungkin tidak sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian, sebagian besar remaja menghabiskan lebih banyak

waktunya bersama kelompok sebaya khususnya dengan sebuah kelompok

kecil (klik) yang merupakan teman-teman terdekat mereka dari pada

berkumpul bersama orang tua, saudara kandung atau agen sosialisasi yang

lainnya karena mempunyai pandangan dan aktivitas yang sam, tempat bagi

remaja untuk menemukan tim kerja kelompok yang cocok, mengembangkan

rasa komitmen dan kesetiaan untuk saling berbagi dalam mencapai tujuan dan

Hubungan pertemanan antara remaja yang tergabung dalam klik dapat

saling memberikan kontribusi dan pada akhinya muncul untuk meningkatkan

identitas diri kelompok tersebut. Sekelompok remaja tersebut akan berusaha

mempopulerkan diri mereka agar dipandang sebagai kelompok remaja yang

paling menonjol diantara teman sebayanya. Demi meningkatkan kualitas

hubungan diantara remaja dalam sebuah klik maka remaja tersebut berusaha

untuk mengubah berbagai penampilan diri secara bersama-sama sesuai

dengan situasi kondisi serta kebutuhan karena hal tersebut dapat

meningkatkan popularitas kelompok remaja bahkan mereka memandang

atribut yang superfisial sangat penting bila dibandingkan dengan substansi.

Perubahan perilaku remaja sebagai usaha untuk menyesuaikan diri

dengan norma kelompok sebaya, merupakan tuntutan kebutuhan kelompok

teman sebaya terhadap anggotanya bahkan pengaruh yang kuat dan dapat

menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota

kelompok tersebut. Kohesevitas klik mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan remaja khususnya dalam berperilaku konsumtif. Kekuatan

personal yang terdapat dalam kelompok sebaya terdiri atas keinginan untuk

melibatkan diri dalam memenuhi kebutuhan yaitu seperti berpakaian seperti

teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggotanya

(Santrock, 2002).

Menurut Hurlock (1999), karena remaja lebih banyak berada di luar

pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan

dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Kebanyakan

remaja berharap menjadi anggota kelompok klik yang memiliki komitmen

demi kepentingan kelompok agar dengan tujuan agar dikenal oleh teman

sebaya dilingkungannya.

Setiap anggota klik mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama

dan menjadikan kebutuhan sebagai identitas kelompoknya. Dalam mengikuti

perkembangan tersebut, anggota kelompok remaja sering mencari berbagai

informasi mengenai produk yang menjadi tujuan bersama. Klik merupakan

salah satu media dalam memberikan informasi bagi remaja-remaja

dilingkungannya. Semakin sering para anggota klik menikmati kegiatan

berbelanja bersama dengan teman-temannya maka semakin sering pula

mereka melakukan kegiatan berbelanja.

Salah satu cara yang dilakukan oleh kelompok sebaya adalah

mengkoleksi berbagai kebutuhan seperti membeli berbagai barang akan

dilakukan demi kelangsungan identitas diri kelompoknya bahkan akan

menjadi sebuah kewajiban bagi mereka dalam mengkoleksi barang-barang

yang sebenarnya tidak penting untuk dikonsumsi, akan tetapi para remaja

tersebut tetap melakukan apa yang menurut mereka benar. Kecenderungan

klik remaja dalam berperilaku konsumtif dapat mempengaruhi pola

pemikirannya dalam bergaul dilingkungan sekitar. Hal demikian dapat terjadi

membentuk sebuah karakter diri yang kuat karena adanya ikatan batin

diantara mereka, sehingga dalam setiap gerak langkahnya para remaja yang

tergabung dalam kelompok klik secara otomatis akan saling mendukung satu

dengan yang lain.

Perilaku konsumtif adalah tindakan remaja sebagai konsumen dalam

mendapatkan, menggunakan, dan mengambil keputusan dalam memilih

sesuatu barang yang belum menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi

prioritas utama, hanya karena ingin mengikuti mode, mencoba produk baru,

bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial dengan dominasi faktor

emosi sehingga menimbulkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif

merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat

terutama yang tinggal di perkotaan.

Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif

juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya

belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya.

Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri,

antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah

dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam

perilaku membeli yang tidak wajar.

Remaja yang tergabung dalam klik menganggap perilaku konsumtif

dilakukan karena memang dibutuhkan seperti mengikuti arus mode, mencoba

dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, karena karakteristik

remaja yang cenderung labil dan mudah dipengaruhi sehingga mendorong

munculnya berbagai gejala perilaku konsumsi yang tidak wajar (Zebua dan

Nurdjayadi, 2001).

Perilaku konsumtif dikalangan remaja dapat menjadi ajang

pemborosan biaya jika didasarkan pada faktor-faktor di atas, karena selain

remaja masih dalam pengawasan orang tua mereka juga mendapat sumber

dana masih dari orang tua. Dengan kata lain remaja belum memiliki

penghasilan sendiri dan melakukan pembelian secara berlebihan dari uang

yang diberikan (Tambunan, 2001).

Remaja cenderung menilai rekannya berdasarkan barang bermerk

yang dikenakannya dan remaja membutuhkan pertimbangan teman dalam

memutuskan barang yang akan dibeli. Remaja dengan sifat-sifatnya tersebut

merupakan sasaran pasar yang harus diperhatikan antara lain remaja bisa

dipandang sebagai konsumen langsung, karena sejumlah uang yang dapat

membeli kebutuhan sehari-hari. Pernyataan tersebut menandakan bahwa

remaja mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif seperti yang

dikemukakan Kartono (1990) bahwa pada masa remaja menjadi besarlah

minat terhadap penampilan dirinya.

Lingkungan dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh dalam

berperilaku konsumtif. Karena pada masa remaja penampilan secara fisik

kesan penilaian orang lain. Dalam membelanjakan uangnya kadangkala

remaja dinilai kurang efisien, karena pembelian barang yang dilakukan oleh

remaja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi karena

keinginan untuk meniru orang lain, mencoba produk baru atau memperoleh

pengakuan sosial. Produk-produk yang dipandang sebagai lambang atau

simbol status dikalangan remaja sangat mempengaruhi kebutuhan dan

perilaku hidup mereka.

Sebagai bagian dari masyarakat yang orientasinya tinggi, remaja

semakin sadar akan produk-produk baru dan bermerk. Remaja akan

cenderung meniru model-model baru dan hal ini diperkuat dengan maraknya

majalah remaja, iklan dan media lain yang langsung maupun tidak langsung

mengeksploitasi gaya hidup mewah dan mencolok. Tanpa disadari hal

tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga

menyebabkan remaja semakin terjerat dalam pola hidup yang konsumtif.

Dokumen terkait