• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh

Yashinta Wulansari Kondoy NIM : 019114050

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan untuk orang-orang

hebat dalam hidupku :

Ibu Harry Purwanti, yang telah memberiku kehidupan, Memberiku cinta dan dukungan dengan sepenuh hati,

Dan yang telah memberiku keleluasaan Untuk menjalani hidup sesuai keinginanku,

Mama benar-benar ‘my wonder woman’!! Carlo Denny M, tunanganku,

Yang selalu ada dan mendukung setiap langkahku. Monika Andjarsari, kakakku tercinta,

Yang selalu menghiburku,

Dan memberiku banyak pelajaran berharga tentang hidup. Ant. Krisna A. & Wiwuk P, adikku,

Kalian berdua telah mengajariku tentang pengorbanan dalam hidup. Lalang, Adit, Imel, keponakanku tercinta,

Kalian telah membuatku belajar untuk lebih dewasa lagi. Mbak Noor, sahabat sekaligus guruku,

Dan semua sahabatku,

Kalian membuat hidupku jadi lebih berwarna…

tiap detik kebersamaan yang kudapat bersama kalian begitu

berharga dan tak akan tergantikan oleh apapun…

… And there’s a hero comes along, with the strength to carry on, and you cast your fear aside, and you know you can survive so when you fell like hope is gone, look inside you and be strong, and you’ll find and see the truth that a HERO lies in you… (Mariah Carey)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

v

Yogyakarta, 29 Juli 2009 Penulis,

(6)

ABSTRAK

HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA

Yashinta Wulansari Kondoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Hubungan Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja. Klik adalah sebuah kelompok yang kecil dimana anggotanya merasa mengenal satu sama lain dan saling menghargai lebih baik dari pada orang lain di luar klik. Kohesivitas kelompok adalah derajat sejauh mana anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap tinggal dalam kelompok. Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. Penelitian dilakukan pada 95 mahasiswa tingkat pertama di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kohesivitas klik dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja. Reliabilitas kedua skala di estimasi menggunakan tehnik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas untuk skala kohesivitas klik adalah 0,822 dan untuk skala perilaku konsumtif adalah 0,830. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0.660, p = 0.000 (p<0.01), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa tingkat pertama di Jogja.

Kata kunci : kohesivitas klik, perilaku konsumtif

(7)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN

THE CLICK COHESIVENESS WITH THE CONSUMER BEHAVIOUR IN UNIVERSITY STUDENT AT YOGYAKARTA

Yashinta Wulansari Kondoy Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Current research was aimed to knowing correlation between click cohesiveness with consumtive behaviour of university student in Jogja. Click is a small group in which the members know and respect each others better than other people out of click. Group cohesiveness are some degree of how far the member of the group attracted one, another and feel motivated to stay in group. Consumer behaviour is a desire to consume some stuff which is not necessary in large amount to reach highly satisfaction. Data was collected from 95 university student of their first year at Yogyakarta. The hypothesis was there are relationship between the click cohesiveness with the consumer behaviour at university student in Yogyakarta.The reliability of both scale was estimated using Alpha Cronbach, with reliability coefficient for click cohesiveness scale was 0,822 and reliability coefficient for consumer behaviour scale was 0,830. The data analysis was using Pearson’s modul moment corelation.The correlation was 0.660, p = 0.000 (p<0.01), which that mean is a significant correlation between click cohesiveness and consumer behaviour in university student of the first year in Yogyakarta.

Keyword: click cohesiveness, consumer behaviour

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yashinta Wulansari Kondoy

NIM : 019114050

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 29 Juli 2009 Yang menyatakan,

(Yashinta Wulansari Kondoy)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas kesempatan, berkat dan

kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja”. Skripsi

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Psikologi, Program Studi Psikologi.

Skripsi ini tersusun atas bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh

karena itu, ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, penyemangat dan kekuatan dalam setiap nafasku.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Pak Agung, selaku Dosen Pembimbing yang sabar membimbing, membantu,

mendukung, dan selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bu Sylvi, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga sempat menjadi

dosen Pembimbing skripsi. Terima kasih atas perhatian, bantuan (yang tanpa

henti) dan masukkan dari awal kuliah hingga sekarang.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya

selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi.

6. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, Bu Nanik, Pak Gie. Terima kasih buat

semua dukungan dan bantuannya selama ini. Terima kasih buat kesabarannnya

dalam menjawab semua pertanyaan, dll. Makasih...

(10)

7. Mama. My supermom… Terima kasih atas cinta, ketulusan, doa, dukungan

dan pengorbanan yang sudah diberikan dan tidak pernah bosan untuk selalu

memberikan untukku. Semoga karyaku yang sederhana ini dapat membuatmu

tersenyum bangga.

8. Mb’ Monik, Dimas, Wiwuk. Terima kasih buat semua masukkan, dukungan,

dan penghiburan tanpa henti. Aku cinta kalian saudaraku...

9. Anak-anak Lonchie. Vera, Ita, Cintoel, Tyas, Ul-ul, Ani; akhirnya aku nyusul

juga...!!!!; dan Mira, ayo mi, kamu bisa!!! Kita selalu bareng di kampus dan

nongkrong (sayang lulusnya ga bareng juga. Hehehe). Terima kasih buat

semua masukan, saran, dan dukungan tanpa henti. I Love You All Sis....

Akhirnya selese juga niy. Horee...

10. Pupung, piggykuw (hahaha...), terima kasih ya om gendut. Karena ada kamu

hidupku jadi lebih bahagia. Hehehe...

11. Benny, mbak Mia, Kristo, Uwee, Mas Kari, Nana & Didiet. Terima kasih,

karena kalian sudah banyak menghibur dan menemaniku ketika aku lagi

suntuk dan jenuh.

12. Sony, terima kasih buat semua kerepotanmu ‘demi’ aku. “apa sih yang ga buat

aku?” hehehe...

13. Aan ‘Achong’, terima kasih buat semua dukunganmu di detik-detik terakhir.

Telponmu bener-bener memberi ‘semangat’!!!!

14. Fika, Dhianing, Anton, Arya, Adhe, Angga dll. Terima kasih!!!!! Dengan

semua ejekan dan hinaan dari kalian, aku jadi terpacu untuk terus menjalankan

ini semua. Terima kasih...

(11)

15. Anak-anak di kos Delima. Mbak Biru, Yani, Mbak Aix, Tyas,Cintul, & Ita;

terima kasih!!! Hari-hari yang kita lewati di kos itu bener-bener pengalaman

yang menyenangkan. Seneng banget bisa ketemu dan menjadi sahabat kalian.

Terima kasih buat semuanya. I Love You!!!

16. Mb’ Noor. Terima kasih buat semuanya mbak. Dengan dukungan dari mbak,

aku bisa tetep semangat jalanin semua ini. Kayaknya ga ada kata-kata yang

tepat buat gambarin peran mbak buat aku. Terima kasih mbak.

17. Semua pihak, teman atau kenalan yang telah banyak membantu namun tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.

18. Dan terakhir,

Denny, tunanganku. Terima kasih buat semua cinta dan dukungan yang

selalu membuatku kuat dan tegar menjalani ini semua. Semua yang ada di

aku sekarang adalah karena bimbinganmu. Terima kasih. Semoga karya

sederhana ini juga dapat membuatmu bangga. I Love You...

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukkan yang membangun baik bagi penelitian

ini maupun bagi penulis pribadi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

xi

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kohesivitas Klik Pada Remaja ... 9

1. Klik Pada Remaja ... 9

2. Kohesivitas Kelompok ... 13

3. Kohesivitas Klik Pada Remaja ... 17

(13)

B. Perilaku Konsumtif ... 19

1. Definisi ... 19

2. Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif ... 22

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif 23

C. Hubungan antara Kohesivitas Klik Dengan Perilaku Konsumtif ... 25

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 31

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Prosedur Penelitian. ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Uji Coba Penelitian ... 37

H. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Analisa Data dan Hasil penelitian ... 41

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Linearitas ... 42

C. Uji Hipotesis ... 42

D. Pembahasan ... 43

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran-saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 48

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skla Kohesivitas Klik ... 35

Tabel 3.2 Blue Print Skla Perilaku Konsumtif... 36

Tabel 3.3 Penyebaran Item Skala Kohesivitas Klik Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 3.4 Penyebaran Item Skala Perilaku Konsumtif Setelah Uji Coba ... 39

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Kohesivitas dan Skala Perilaku Konsumtif try out ... 50

Data try out ... 56

Perhitungan Seleksi Item dan Reliabilitas Skala Kohesivitas Klik dan Skala Perilaku Konsumtif... 59

Lampiran B. Skala Kohesivitas Klik dan Perilaku Konsumtif ... 74

Data Penelitian ... 78

Uji Normalitas ... 83

Uji Linearitas ... 83

Uji Hipotesis ... 84

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku

konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya

untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Berkenaan

dengan perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti apabila

melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.

Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan sekitar melalui

penampilan fisik yang berbeda dari sebelumnya. Keinginan remaja agar dapat

diterima oleh teman sebaya pada akhirnya setiap remaja berusaha untuk

mengikuti berbagai mode yang sedang trend.

Remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti

mode yang selalu berubah setiap saat. Namun seiring dengan terjadinya arus

globalisasi yang mengarah pada perubahan perekonomian, terjadi pula

perubahan dalam perilaku membeli pada remaja saat ini. Terkadang remaja

membeli sesuatu tidak berdasarkan kebutuhan ataupun fungsinya. Perilaku

membeli ini hanya dilakukan semata-mata karena kesenangan ataupun

kepuasan semata, sehingga menyebabkan remaja menjadi boros.

Remaja dianggap menjadi salah satu pasar yang potensial bagi para

penghasil produk karena karena perkembangan kepribadian yang penting

pada masa remaja adalah pencarian identitas diri sehingga siap menawarkan

(18)

beragam produk untuk membentuk atau melengkapi identitas remaja. Namun

di lain pihak, berdasarkan sebuah riset, remaja sebagai konsumen cenderung

memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak

berpikir hemat, dan kurang realistis. Karena itu, remaja biasanya mudah

terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung

boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang

dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja

(Tambunan, 2001).

Salah satu perubahan terjadi dalam perilaku konsumtif remaja guna

menunjukkan identitas pribadi dalam kelompoknya. Bagi kebanyakan remaja,

menganut gaya hidup seperti ini merupakan cara yang paling tepat untuk

dapat ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sosial yang diidamkan.

Remaja merupakan objek yang menarik untuk diminati oleh para ahli

pemasara dan alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk

pada usia remaja (Tambunan, 2001).

Hurlock (1990) menyatakan salah satu ciri masa adalah masa yang

tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan sesuai

dengan sudut pandangnya sendiri, yang mana pandangannya itu belum tentu

sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu,

bagaimana remaja memandang segala sesuatunya bergantung pada emosinya

sehingga menentukan pandangannya terhadap suatu objek psikologis.

(19)

perkembangan remaja pun memandang dan menghadapi hal-hal yang

berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen.

Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial ekonomi tersebut,

remaja memasuki tahap dimana sudah lebih bijaksana dan sudah lebih mampu

membuat keputusan sendiri (Steinberg, 1993). Hal ini meningkatkan

kemandirian remaja, termasuk juga posisinya sebagai konsumen. Remaja

memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan

uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin di beli. Namun di

lain pihak, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah

terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, kurang realistis.

Masa remaja adalah periode penting terhadap perkembangan fisik dan

psikis individu. Masa ini penuh dengan stress disebabkan banyaknya aktivitas

dan penyesuaian diri dari lingkungan. Berbagai aktivitas memaksa remaja

untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Permasalahan

ini tentu menimbulkan stress dan semakin memuncak dengan adanya konflik

peran dan identitas yang merupakan salah satu ciri khas dalam pergaulan

remaja (Hurlock, 1990).

Dalam kaitannya dengan perilaku remaja dalam mengkonsumsi

berbagai produk yang seharusnya bersifat tersier dan sebagian besar tidak

memiliki penghasilan tetap, tetapi ternyata mereka memiliki pengeluaran yang

(20)

mereka tidak terbatas, dalam arti bisa meminta uang kapan saja pada orang

tuanya (Steinberg, 1993).

Pada akhirnya remaja lebih mudah terpengaruh teman sebaya dalam

hal memilih dan membeli sesuatu tanpa memikirkan manfaatnya. Remaja

kurang selektif dalam memilih kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan

yang kurang penting. Remaja membuat pertimbangan untuk membeli suatu

produk menitikberatkan pada status sosial, mode dan kemudahan dari pada

pertimbangan ekonomi(Tambunan, 2001).

Menjadi masalah ketika remaja merasa bahwa mengkonsumsi

berbagai barang secara berlebihan dianggap sebagai hal yang wajar. Bahkan

remaja mengambil keputusan untuk membeli tanpa memikirkan kemampuan

diri dan kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Perilaku konsumtif

tersebut dapat terus mengakar di dalam gaya hidup setiap remaja, karena

dalam perkembangannya khususnya yang berada di kota-kota besar dimungkinkan mall sudah menjadi rumah kedua. Kenyataan dapat menjadi

pengaruh buruk bagi perkembangan diri remaja karena gejala pengaruh

negatif dari budaya konsumtif sudah banyak bermunculan.

Budaya konsumtif dianggap dapat memberikan kebahagiaan dan

membuat dirinya dikenal oleh teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya

merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar hidup bersama

orang lain yang bukan anggota keluarganya. dalam satu kelompok baru ini

(21)

keluarganya. Kelompok remaja mempunyai hirarki berdasarkan pada

keterikatan antara anggotanya yang berbeda satu dengan lainnya (Astuti

dalam Salim, Pratiwi, 2005).

Berkaitan dengan hal tersebut maka kebutuhan remaja sebagaimana

dengan kelompok sosial lain akan dipengaruhi oleh latar belakang sosio

ekonomi dan budaya. Adanya karakter sosio ekonomi yang berbeda maka

kebutuhan setiap remaja pun berbeda. Remaja membutuhkan petualangan,

persahabatan, kesempatan berkreasi, kegembiraan dan bebas dari tekanan,

prestasi, status dan pengakuan sosial (Astuti dalam Suparti dan Wiwik, 2005).

Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan

orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya.

Kelompok sebaya menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati

diri yang pada akhirnya banyak ditemukan kasus perilaku remaja yang

disebabkan pengaruh buruk dari kelompok teman sebaya ini. Pada dasarnya

tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri pada suatu kelompok karena

suatu kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap

remaja yang ingin bergabung (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).

Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri

mereka pada suatu kelompok karena suatu kelompok memiliki tuntutan yang

harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Sikap dan

penampilan remaja dalam kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh

(22)

berbelanja. Kebiasaan para anggota dalam kelompok sebaya disinyalir

memiliki kesamaan yang dilakukan secara rutin.

Dalam kelompok sebaya remaja mempunyai ciri khas yang

berbeda-beda sebagai identitas diri seperti cara berpakaian, cara berdandan, gaya

rambut, cara bersikap khususnya dalam membelanjakan uangnya demi

kesenangan. Kaum remaja merupakan pembeli potensial untuk produk-produk

seperti pakaian, sepatu, kosmetik bahkan sampai makanan (Monks, 2001).

Remaja mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang trend dan remaja

cenderung mengikuti mode yang beredar karena takut dibilang ketinggalan

jaman.

Hirarki tersebut memberikan makna tentang kesetiaan terhadap

kelompok teman sebaya sepertti klik, klub, organisasi dan tim menghasilkan

kontrol yang kuat atas kehidupan banyak remaja. Identitas kelompok sering

berperan daripada identitas pribadi, bentuk panggilan antara anggota

melambangkan intensitas ikatan antar anggota dan menunjukkan status yang

lebih tinggi dalam keanggotan kelompok (McLellan et al dalam Santrock,

2003). Kekuatan dalam kelompok dapat memberikan dampak bagi anggota,

hal tersebut muncul akibat dari peraturan yang di ciptakan oleh kelompok

untuk memberi tahu anggota bagaimana mereka seharusnya berperilaku.

Kepatuhan pada peraturan merupakan kondisi guna mendapatkan status dan

(23)

Pengakuan teman-teman sebaya terhadap status sosial kelompok

remaja tertentu dapat mempengaruhi perilaku remaja bahkan dapat

mengakibatkan perubahan dratis pada tingkah laku remaja bersangkutan.

Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai

upaya meskipun hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi

mereka bila yang melihat adalah orang tua atau orang dewasa lainnya.

Dengan demikian apabila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh

pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka remaja

akan semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Berdasarkan

fenomena-fenomena diatas mengenai kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada

remaja, maka penulis ingin membahas lebih jauh tentang hubungan

kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian adalah : apakah terdapat hubungan antara kohesivitas klik dengan

perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja?"

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kohesivitas

(24)

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu pengetahuan terutama tentang

kohesivitas klik dengan perilaku konsumtif pada remaja.

b. Manfaat Praktis

Sebagai referensi bagi masyarakat luas khususnya remaja (mahasiswa)

mengenai pergaulan terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa di

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kohesivitas Klik Pada Remaja 1. Klik Pada Remaja

a. Definisi

Klik merupakan kelompok dengan jumlah yang lebih kecil,

melibatkan keakraban yang lebih besar di antara anggota dan lebih

kohesif dari pada kerumunan serta memiliki ukuran yang lebih kuat

dari persahabatan (Santrock, 2003). Klik dipandang sebagai sesuatu

yang memainkan peran yang penting dalam usaha remaja untuk

mempertahankan harga diri dan perkembangan dari identitasnya

(Coleman, Erikson dalam Santrock, 2003).

Klik adalah sebuah grup kecil yang terdiri dari 2-12 individu, dan

jumlah rata-rata dalam klik adalah 5 atau 6 orang remaja (Steinberg,

1993). Klik adalah sebuah kelompok yang kecil dimana anggotanya

merasa mengenal satu sama lain dan saling menghargai lebih baik dari

pada orang lain di luar klik. Anggota dari klik dapat ditetapkan dari

aktivitas bersama atau persahabatan.

Klik merupakan hal yang penting karena menyediakan konteks

sosial yang utama tempat remaja berinteraksi dengan yang lainnya,

tempat remaja berkumpul dan bergaul, berbicara dengan remaja yang

(26)

lain dan membentuk persahabatan yang dekat (Feldman & Elliott,

1990).

b. Karakteristik Klik

Klik yang kecil dan lebih kohesif memberikan sensasi yang

lebih besar akan rasa persahabatan antara teman atau sahabat. Aktifitas

dalam klik lebih condong ke percakapan daripada ke orientasi aktifitas

sosial berbagi ide, keprihatinan, pandangan, evaluasi, dan lain-lain.

Menurut Dunphy (1963) dalam Berzonsky (1981) mengatakan bahwa

klik sesungguhnya mengembangkan pembentukan dan perluasan dari

kontak sosial lain dalam 2 cara :

1. Menyediakan perasaan aman bagi pribadi.

2. Kaum muda membentuk teman pribadi yang dapat memajukan atau

membuatnya lebih baik dihadapan remaja lain diluar klik.

Menurut Judith bahwa anak-anak disosialisasikan tentang

banyak hal dalam kebudayaannya dengan dipengaruhi oleh kelompok

sebaya dan merupakan tempat untuk menemukan tim kelompok yang

cocok, mengembangkan rasa komitmen dan saling berbagi dalam

mencapai tujuan dan belajar tentang banyak. Kelompok sebaya

diartikan sebagai kelompok kecil yang terdiri dari teman-teman dekat

yang disebut sebagai clique dan biasanya terdiri dari 4-6 orang dengan

jenis kelamin yang sama serta mempunyai pandangan dan aktivitas

(27)

Pembentukan klik diawali dengan adanya perasaan atau persepsi

yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul

motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama

dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.

Pembentukan klik dilakukan dengan menentukan kedudukan

masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota).

Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan

antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan

(konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena

kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut sehingga setiap anggota

berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Dengan

demikian ciri-ciri dalam kelompok sebaya yaitu :

1. Ukuran klik lebih kecil dari crowd.

2. Klik terdiri dari 3-9 remaja (rata-rata terdiri dari 6 anggota).

3. Klik remaja yang terisolasi biasanya juga mengisolasi seorang

remaja yang cenderung ingin eksis.

Asosiasi kelompok sebaya pada masa remaja awal meliputi klik

dengan remaja yang mempunyai jenis kelamin sama. Asosiasi ini

memberikan fungsi penting dimana kaum muda mempunyai teman

untuk bersama dan berbicara. Dengan bertemu teman baru dan

membentuk relasi yang dekat dengan beberapa orang sahabat, kaum

(28)

lebih realistik dan jernih atas sebuah keputusan yang valid dari banyak

konsep dan ide yang dipegang selama terjadi perubahan interpersonal

(Steinberg,1993). Dengan demikian, setiap anggota kelompok dapat

menuangkan pendapat dan ide demi kepentingan bersama dan kegiatan

yang dilakukan oleh anggota kelompok agar kelompoknya dapat

menjadi sorotan teman-teman sebaya lainnya.

c. Dinamika Klik

Aktivitas kelompok sebaya (klik) terbentuk ketika masing-masing

anggota saling membutuhkan dan mempercayai berbagai hal yang sama

demi kepentingan kelompok serta mempengaruhi komposisi kelompok

sebaya (klik) (Steinberg,1993). Salah satu persamaan antara anggota

dalam kelompok sebaya terletak pada usia. Anggota kelompok sebaya

(klik) cenderung terdiri dari remaja dengan jenis kelamin yang sama.

Namun ketika terjadi perpecahan diantara anggota kelompok dapat

mempengaruhi pribadi anggota lain yang pada akhirnya anggota

tersebut memutuskan untuk bergabung dengan remaja lain mesikpun

berbeda jenis kelamin.

Remaja juga cenderung untuk membentuk klik dengan remaja

lain yang mempunyai kelas sosial yang sama. Indikator seperti

pendapatan, tempat tinggal dan reputasi dalam komunitas telah

(29)

Persamaan terakhir antara anggota klik adalah persamaan ras yang

terjadi karena kebutuhan, kemampuan bergaul dan tingkah laku.

Terdapat perbedaan antara kelompok sebaya (klik) dengan crowd

yaitu crowd memiliki jumlah anggota yang lebih banyak dari klik.

kekuatan dalam crowd tidak didasarkan pada persahabatan antar

anggota dan crowd menyediakan sebuah tempat untuk kepentingan

anggotanya. Dalam kelompok crowd memberikan arah kepada anggota

untuk menentukan nilai agar dapat mengukur kemampuan para

anggotanya (Brown dalam Feldman & Elliott,1990).

Remaja mempunyai persamaan kebutuhan dalam setiap kelompok

sebaya (klik) karena mempunyai hubungan yang signifikan serta

konsep diri lebih tinggi dibandingkan dengan remaja tanpa

persahabatan. Menurut Mannarino (1978) dalam Berzonsky (1981),

ketika 2 remaja berkomunikasi secara terbuka maka salah satu remaja

diantaranya menyadari bahwa mereka membagi ide dan perasaan

tertentu dengan sehabatnya dan mulai untuk menghargai setiap. Dapat

menerima setiap pendapat sebagai sesuatu yang unik dan menerima

(30)

2. Kohesivitas Kelompok a. Definisi

Kohesivitas kelompok adalah derajat sejauh mana

anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap

tinggal dalam kelompok. Robbins (1996) mendefinisikan Group

Cohesiveness merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para

anggotanya tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di

dalam kelompok. Tingkat Kohesivitas dipengaruhi oleh jumlah waktu

yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan

dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok,

ancaman eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan

kegagalan kelompok di masa lalu. Semakin besar kesempatan bagi para

anggota kelompok untuk bertemu dan berinteraksi satu sama lain, maka

lebih besar juga kesempatan bagi anggota untuk menemukan minat

yang sama dan menjadi tertarik satu sama lain. Semakin sulit untuk

diterima menjadi anggota kelompok maka para anggotanya semakin

menghargai keanggotaan yang mereka miliki (Ikhsan dkk, 2005).

Kohesivitas kelompok dapat didefinisikan sebagai tingkat yang

menggambarkan suatu kelompok yang anggotanya mempunyai

pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk tetap menjadi

bagian dari kelompok tersebut (Kidwell, Mossholder dan Bennett dalam

(31)

menyebabkan individu cenderung lebih sensitif kepada anggota lainnya

dan lebih mau untuk membantu dan menolong mereka (Scachter,

Ellertson, McBride, dan Gregory dalam Kim dan Taylor, 2001).

Menurut Kreitner & Kinicki (2006) bahwa kelompok yang

kohesif akan terbentuk suatu group think, dimana semua kelompok

memiliki persamaan persepsi. Terbentuknya group think akan didukung

oleh anggota kelompok karena akan lebih mengutamakan tujuan

kelompok dan lebih menyenangi jika identitas kelompok dikenal.

Kelompok yang kohesif memiliki kesamaan pemikiran dan pandangan

antar anggota sangat diperlukan. Kohesivitas dalam kelompok akan

memunculkan perasaan kesatuan/keterpaduan antar anggota kelompok

sehingga akan menyatukan pribadi anggota. Semakin kohesif maka

akan memelihara group think karena disamping pendapat-pendapat

yang kritis, keinginan untuk maju didukung oleh anggota kelompok

(Kesipahada, 2009).

Kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota

kelompok untuk tetap konsisten terhadap kebersamaan dengan anggota

kelompok dan mencegahnya dari pengaruh kelompok lainnya (Collins

& Raven dalam Klara, 2005). Kohesivitas dalam kelompok terjadi

karena adanya ketertarikan antar interpersonal dalam kelompok,

ketertarikan anggota pada berbagai kegiatan dan ketertarikan setiap

(32)

kebutuhannya. Semakin meningkatnya kepuasan maka anggota merasa

aman dan terlindungi karena adanya komunikasi yang lebih efektif,

bebas, terbuka dan terjadi interaksi sehingga anggota makin mudah

tunduk pada norma kelompok dan tidak memberikan toleransi pada

orang lain (Mc David dan Harary dalam Klara, 2005).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok

Kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh yang kuat

terhadap anggota-anggotanya dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kohesivitas kelompok adalah : (Hare dalam Klara, 2005)

1. Faktor Situasional yang terdiri dari :

a). Ukuran kelompok, yaitu efektif berjumlah 5 orang) karena

b). Jaringan komunikasi, yaitu adanya interaksi diantara anggota.

c). Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota untuk

tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan

kelompok

2. Faktor Personal yang terdiri dari :

a). Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati

b). Kebutuhan interpersonal : inklusi, kontrol, afeksi

c. Aspek-Aspek kohesivitas kelompok

Menurut Collins et all (1964) dalam Gibson (1993), kohesivitas

(33)

untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan

kelompok dan kohesivitas kelompok (klik) diukur dari aspek-apsek :

a.Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal

b.sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas

kebutuhan anggotanya

Kelompok sebaya dapat memiliki kedekatan atau kesamaan

dalam sikap, perilaku, dan prestasi yang disebut Group Cohesiveness

dan umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama

dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota

keluar dari kelompok (Gibson, 1993).

Kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

(Lewin dalam Klara: 2005)

1. Tujuan, yaitu mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan

dengan kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan

dan membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk

mencapainya.

2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan

3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota

tanggung jawab dan semua orang terlibat dalam pekerjaan

kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap

sumber daya keanggotaan (potensi anggota dimanfaatkan) dalam

(34)

4. Prosedur pengambilan keputusan yaitu tepat dan fleksibel

5. Kekuasaan dan pengaruh, yaitu keahlian kemampuan

6. Konflik, yaitu kontroversi ide/opini dan pemicunya berupa kebutuhan, kelangkaan sumber daya (uang, power), persaingan.

7. Kohesivitas meningkat yaitu saling menyukai, ingin terus menjadi

bagian kelompok, puas terhadap keanggotaan, tingkat penerimaan,

dukungannya dan kepercayaan meningkat

8. Kemampuan memecahkan masalah yaitu merasakan adanya

masalah mencari dan menetapkan solusi dan mengevaluasi

efektivitas solusi.

3. Kohesivitas Klik Pada Remaja

Ketika memahami tentang pengaruh kelompok sebaya maka remaja

akan mendapat pesan bahwa kelompok yang homogen pada remaja dapat

menjadi terkenal. Keberadaan kelompok sebaya secara umum telah

memberikan konsep yang berbeda-beda, misalnya kebudayaan kaum muda

(Burlingame, 1970). Masyarakat remaja (Coleman, 1961) dalam

Berzonsky, 1981) pada kenyataannya kelompok sebaya melibatkan

anggota dengan beragam hal guna meningkatkan kualitas pertemanan yang

ditunjukkan dalam ukuran dan derajat kelekatan kohesifnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dunphy (1963) dalam Berzonsky

(35)

yang cenderung dibentuk oleh kelompok sebaya yaitu mengenai tipe,

perbedaan, tujuan dan sifat struktural. Studi tersebut menunjukkan bahwa

klik sebagai kelompok ssebaya memainkan peran penting dalam

membantu meningkatkan sosialisasi heteroseksual pada anggotanya. Klik

sebagai kelompok sebaya berfungsi sebagai penasehat atau bahkan

perencana sosial ketika dibutuhkan seperti menyediakan sarana dimana

kaum muda dapat memperoleh status (Ausubel, 1954; Burlingame, 1970;

Dunphy, 1963). Dengan demikian remaja harus menghasilkan penerimaan

kelompok sebaya dan harus menyesuaikan diri pada harapan kesesuaian

dalam upaya untuk memelihara penerimaan yang berkesinambungan.

Klik sebagai salah satu bentuk kelompok sebaya dapat menjadi

teman berdiskusi tentang sesuatu masalah. Dalam klik maka para remaja

dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat ditemukan di rumahnya.

Interasksi sosial khususnya bersifat pribadi dapat mempengaruhi seseorang

mencurahkan isi hatinya kepada teman-temannya baik sesuatu yang

menyenangkan atau sesuatu yang menyedihkan. Oleh karena itu remaja

sering meninggalkan rumah dalam waktu yang berjam-jam lamanya.

Kelompok sebaya mempunyai karakteristik yaitu jumlah anggotanya

kecil, terdapat kepentingan yang bersifat umum namun terbagi secara

langsung, adanya kerja sama guna kepentingan yang diharapkan, setiap

pribadi saling memiliki hubungan yang erat dan pengertian di antar

(36)

kelompok sering terjadi tukar-menukar pengalaman, kerja sama,

tolong-menolong, tenggang rasa antar sesama anggota kelompok sebaya.

Terjadinya antipati dalam kelompok disebabkan oleh adanya ketidak

cocokan antara individu sehingga tenjadi pertentangan dan percecokan

antar anggota sehingga kohesivitas dalam sebuah kelompok sebaya tidak

bersifat netral maka perlu mengubah nilai-nilai kelompok agar kohesivitas

kelompok menuju ke arah yang tepat.

B. Perilaku Konsumtif 1. Definisi

Perilaku konsumtif merupakan tindakan untuk mengkonsumsi

barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk

mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001). Engel (dalam

Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat

didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung

terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa

ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Fromm (1995) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era

kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah

kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya. Perilaku

(37)

untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun sebenarnya

kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu.

Pendapat di atas berarti bahwa perilaku membeli yang berlebihan

tidak lagi mencerminkan usaha manusia untuk memanfaatkan uang secara

ekonomis namun perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu sarana untuk

menghadirkan diri dengan cara yang kurang tepat. Perilaku tersebut

menggambarkan sesuatu yang tidak rasional dan bersifat kompulsif

sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya.

Sedangkan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak

aman (Tambunan, 2001).

Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi

kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan

kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk

membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat

dari pembelian produk oleh konsumen yang bukan lagi untuk memenuhi

kebutuhan semata tetapi juga keinginan untukmeniru orang lain yaituagar

mereka tidak berbeda dengan anggota kelompoknya atau bahkan untuk

menjaga gengsi agar tidak ketinggalan jaman. (Tambunan, 2001).

Keputusan pembelian yang didominasi oleh faktor emosi

menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan

(38)

tentu menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama dan

menimbulkan pemborosan Mangkunegara (2002).

Remaja dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan

suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju masa dewasa

yang bebas, mandiri dan matang. Termasuk bagaimana individu

menampilkan diri secara fisik, hal ini agar sesuai dengan komunitas

mereka. Atau bisa juga dengan pengaruh iklan, karena akan timbul

keinginan untuk berbelanja seperti halnya iklan yang ditayangkan di

televisi. Keinginan ini mendorong remaja untuk cenderung berperilaku

konsumtif. (Tambunan, 2001).

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku

konsumtif adalah tindakan guna mendapatkan, menggunakan dan

mengambil keputusan dalam memilih sesuatu barang yang belum menjadi

kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama hanya karena ingin

mengikuti mode, mencoba produk baru, bahkan hanya untuk memperoleh

pengakuan sosial dengan dominasi faktor emosi sehingga menimbulkan

perilaku konsumtif. (Tambunan, 2001).

2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif menjelaskan tindakan untuk mengkonsumsi

barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk

(39)

terdapat aspek-aspek kecenderungan berperilaku konsumtif yaitu :

(Tambunan, 2001)

a. Impulsif, yaitu menunjukkan bahwa sikap konsumtif terjadi

semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba/keinginan sesaat.

Dilakukan tanpa terlebih dahulu membuat perencanaan dan

pertimbangan, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, serta

biasanya bersifat emosional.

b. Pemborosan, yaitu salah satu indikator yang paling menonjol di aspek

ini adalah berlebih-lebihan, selain itu aspek ini menjabarkan sikap

konsumtif sebagai perilaku membeli yang menghambur-hamburkan

banyak dana.

c. Mencari kesenangan (Pleasure seeking), yaitu suatu perilaku membeli

apa yang dilakukan semata-mata untuk mencari kesenangan.

d. Mencari kepuasan (Satisfaction seeking), yaitu memperlihatkan bahwa

sikap konsumtif didasari pada keinginan untuk selalu lebih dari yang

lain, selalu ada ketidakpuasan dan usaha untuk memperoleh

pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang

(40)

a. Faktor kebudayaan

Peranan setiap anggota keluarga dalam membeli berbeda-beda

menurut barang yang dibelinya. Pertumbuhan setiap anak di dalam

lingkungan masyarakat akan mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi,

keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari

keluarga dan intitusi penting lainnya. Manusia dengan kemampuan

akal budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem perilaku

demi keperluan hidupnya (Kotler, 2000).

b. Faktor kelas sosial

Kelas sosial berpengaruh dalam kecenderungan perilaku konsumtif

seseorang yang ditunjukkan melalui pemilihan produk dan merek

tertentu seperti pakaian, peralatan rumah tangga, kegiatan di waktu

senggang dan mobil. Kelas sosial dapat ditunjukkan dengan gaya

hidup seseorang yang menampilkan pola perilaku seseorang dan

interaksinya di dunia (Lina & Rosyid, 1997).

c. Faktor kelompok referensi

Kelompok acuan (groups reference) berfungsi berbagai titik banding

baik langsung maupun tidak langsung yang membentuk sikap atau

perilaku konsumtif seseorang. Perilaku konsumsi yang berlebihan

sangat ditentukan oleh sikap mudah terpengaruh oleh kelompok

(41)

mempunyai karakteristik mudah dipengaruhi oleh kelompok sebaya

dan kelompok referensinya (Loudon & Bitta, 1984).

d. Kohesivitas kelompok

Remja yang bergabung dalam kelompok karena bagi masing-masing

anggota dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis

tertentu seperti pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (rasa

aman, cinta), dapat meningkatkan ketahanan yang adaptif dan

kebutuhan akan informasi (Forsyth dalam Collins & Raven, 1964).

e. Faktor kepribadian

Kepribadian yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku membeli

seseorang. Remaja yang sedang mengalami perkembangan

kepribadian memasuki tahap pencarian identitas diri, dimana harapan

dan peran teman berpengaruh pada setiap keputusannya. Konsep diri

yang dimiliki remaja juga turut membantu dalam usaha pencarian

identitas diri. Dasar pemikiran konsep diri adalah apa yang dimiliki

seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas “kita

adalah apa yang kita punya” (Mahendra, 2002).

f. Faktor motivasi

Motif (dorongan) merupakan suatu kebutuhan yang dirangsang untuk

membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya. Seseorang

pertama kali mencoba memenuhi kebutuhan yang paling pengting dan

(42)

akan mencoba memenuhi kebutuhan terpenting selanjutnya (Kotler &

Amstrong, 2001).

g. Faktor proses belajar dan keyakinan

Pembelajaran menggambarkan perubahan perilaku individu yang

muncul karena pengalaman. Proses belajar berlangsung melalui drive

(dorongan), stimuli (rangsangan), clues (petunjuk), responses

(tanggapan), dan reinforcement (penguatan) yang saling

mempengaruhi.

C. Hubungan Antara Kohesivitas Klik Dengan Perilaku Konsumtif

Hurlock (1991) menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa

yang tidak realistik, karena umumnya remaja memandang kehidupan sesuai

dengan sudut pandangnya sendiri. Pandangan remaja tersebut berbeda dengan

pandangan orang lain bahkan mungkin tidak sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian, sebagian besar remaja menghabiskan lebih banyak

waktunya bersama kelompok sebaya khususnya dengan sebuah kelompok

kecil (klik) yang merupakan teman-teman terdekat mereka dari pada

berkumpul bersama orang tua, saudara kandung atau agen sosialisasi yang

lainnya karena mempunyai pandangan dan aktivitas yang sam, tempat bagi

remaja untuk menemukan tim kerja kelompok yang cocok, mengembangkan

rasa komitmen dan kesetiaan untuk saling berbagi dalam mencapai tujuan dan

(43)

Hubungan pertemanan antara remaja yang tergabung dalam klik dapat

saling memberikan kontribusi dan pada akhinya muncul untuk meningkatkan

identitas diri kelompok tersebut. Sekelompok remaja tersebut akan berusaha

mempopulerkan diri mereka agar dipandang sebagai kelompok remaja yang

paling menonjol diantara teman sebayanya. Demi meningkatkan kualitas

hubungan diantara remaja dalam sebuah klik maka remaja tersebut berusaha

untuk mengubah berbagai penampilan diri secara bersama-sama sesuai

dengan situasi kondisi serta kebutuhan karena hal tersebut dapat

meningkatkan popularitas kelompok remaja bahkan mereka memandang

atribut yang superfisial sangat penting bila dibandingkan dengan substansi.

Perubahan perilaku remaja sebagai usaha untuk menyesuaikan diri

dengan norma kelompok sebaya, merupakan tuntutan kebutuhan kelompok

teman sebaya terhadap anggotanya bahkan pengaruh yang kuat dan dapat

menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota

kelompok tersebut. Kohesevitas klik mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan remaja khususnya dalam berperilaku konsumtif. Kekuatan

personal yang terdapat dalam kelompok sebaya terdiri atas keinginan untuk

melibatkan diri dalam memenuhi kebutuhan yaitu seperti berpakaian seperti

teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggotanya

(Santrock, 2002).

Menurut Hurlock (1999), karena remaja lebih banyak berada di luar

(44)

pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan

dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Kebanyakan

remaja berharap menjadi anggota kelompok klik yang memiliki komitmen

demi kepentingan kelompok agar dengan tujuan agar dikenal oleh teman

sebaya dilingkungannya.

Setiap anggota klik mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama

dan menjadikan kebutuhan sebagai identitas kelompoknya. Dalam mengikuti

perkembangan tersebut, anggota kelompok remaja sering mencari berbagai

informasi mengenai produk yang menjadi tujuan bersama. Klik merupakan

salah satu media dalam memberikan informasi bagi remaja-remaja

dilingkungannya. Semakin sering para anggota klik menikmati kegiatan

berbelanja bersama dengan teman-temannya maka semakin sering pula

mereka melakukan kegiatan berbelanja.

Salah satu cara yang dilakukan oleh kelompok sebaya adalah

mengkoleksi berbagai kebutuhan seperti membeli berbagai barang akan

dilakukan demi kelangsungan identitas diri kelompoknya bahkan akan

menjadi sebuah kewajiban bagi mereka dalam mengkoleksi barang-barang

yang sebenarnya tidak penting untuk dikonsumsi, akan tetapi para remaja

tersebut tetap melakukan apa yang menurut mereka benar. Kecenderungan

klik remaja dalam berperilaku konsumtif dapat mempengaruhi pola

pemikirannya dalam bergaul dilingkungan sekitar. Hal demikian dapat terjadi

(45)

membentuk sebuah karakter diri yang kuat karena adanya ikatan batin

diantara mereka, sehingga dalam setiap gerak langkahnya para remaja yang

tergabung dalam kelompok klik secara otomatis akan saling mendukung satu

dengan yang lain.

Perilaku konsumtif adalah tindakan remaja sebagai konsumen dalam

mendapatkan, menggunakan, dan mengambil keputusan dalam memilih

sesuatu barang yang belum menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi

prioritas utama, hanya karena ingin mengikuti mode, mencoba produk baru,

bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial dengan dominasi faktor

emosi sehingga menimbulkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif

merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat

terutama yang tinggal di perkotaan.

Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif

juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya

belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya.

Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri,

antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah

dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam

perilaku membeli yang tidak wajar.

Remaja yang tergabung dalam klik menganggap perilaku konsumtif

dilakukan karena memang dibutuhkan seperti mengikuti arus mode, mencoba

(46)

dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, karena karakteristik

remaja yang cenderung labil dan mudah dipengaruhi sehingga mendorong

munculnya berbagai gejala perilaku konsumsi yang tidak wajar (Zebua dan

Nurdjayadi, 2001).

Perilaku konsumtif dikalangan remaja dapat menjadi ajang

pemborosan biaya jika didasarkan pada faktor-faktor di atas, karena selain

remaja masih dalam pengawasan orang tua mereka juga mendapat sumber

dana masih dari orang tua. Dengan kata lain remaja belum memiliki

penghasilan sendiri dan melakukan pembelian secara berlebihan dari uang

yang diberikan (Tambunan, 2001).

Remaja cenderung menilai rekannya berdasarkan barang bermerk

yang dikenakannya dan remaja membutuhkan pertimbangan teman dalam

memutuskan barang yang akan dibeli. Remaja dengan sifat-sifatnya tersebut

merupakan sasaran pasar yang harus diperhatikan antara lain remaja bisa

dipandang sebagai konsumen langsung, karena sejumlah uang yang dapat

membeli kebutuhan sehari-hari. Pernyataan tersebut menandakan bahwa

remaja mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif seperti yang

dikemukakan Kartono (1990) bahwa pada masa remaja menjadi besarlah

minat terhadap penampilan dirinya.

Lingkungan dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh dalam

berperilaku konsumtif. Karena pada masa remaja penampilan secara fisik

(47)

kesan penilaian orang lain. Dalam membelanjakan uangnya kadangkala

remaja dinilai kurang efisien, karena pembelian barang yang dilakukan oleh

remaja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi karena

keinginan untuk meniru orang lain, mencoba produk baru atau memperoleh

pengakuan sosial. Produk-produk yang dipandang sebagai lambang atau

simbol status dikalangan remaja sangat mempengaruhi kebutuhan dan

perilaku hidup mereka.

Sebagai bagian dari masyarakat yang orientasinya tinggi, remaja

semakin sadar akan produk-produk baru dan bermerk. Remaja akan

cenderung meniru model-model baru dan hal ini diperkuat dengan maraknya

majalah remaja, iklan dan media lain yang langsung maupun tidak langsung

mengeksploitasi gaya hidup mewah dan mencolok. Tanpa disadari hal

tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga

menyebabkan remaja semakin terjerat dalam pola hidup yang konsumtif.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori diatas dapat dirumuskan hipotesis dalam

penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara kohesivitas klik dengan

(48)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis

eksplanatif yaitu bertujuan menjelaskan hubungan di antara variabel-variabel

dalam penelitian dan pengujian (Singarimbun, 1987). Penelitian ini termasuk

jenis penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasi merupakan jenis

penelitian yang berbentuk hubungan antara dua variabel. Penelitian

korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi pada satu variabel berkaitan

dengan variabel pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien

korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yaitu kohesivitas klik dan perilaku konsumtif.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) : Kohesivitas Klik

2. Variabel tergantung (Y) : Perilaku Konsumtif

C. Definisi Operasional

1. Kohesivitas Klik

Kohesivitas Klik merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok

(49)

meninggalkan kelompok. Kohesivitas klik diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Collins et all (1964) dalam Gibson (1993), terdiri dari :

a. Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal.

b. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas

kebutuhan anggotanya.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan semakin

tinggi kohesivitas kliknya. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek

menunjukkan semakin rendah pula kohesivitas kliknya.

2. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif merupakan tindakan setiap individu yang

menginginkan suatu benda dan memaksakan untuk memiliki dengan cara

membeli. Perilaku konsumtif akan diukur dengan menggunakan skala

menurut Tambunan (2001) aspek-aspek tersebut adalah :

a. Impulsif, yaitu hasrat yang muncul tiba-tiba/keinginan sesaat,

dilakukan tanpa membuat perencanaan dan pertimbangan serta

bersifat emosional.

b. Pemborosan, yaitu aspek ini menjabarkan perilaku

menghambur-hamburkan banyak dana.

c. Mencari kesenangan (Pleasure seeking), yaitu suatu perilaku membeli

(50)

d. Mencari kepuasan (Satisfaction seeking), yaitu keinginan untuk selalu

lebih dari yang lain, ada ketidakpuasan dan usaha untuk memperoleh

pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.

Skor yang tinggi menunjukkan tingkat perilaku konsumtif yang

tinggi, dan skor yang rendah menunjukkan tingkat perilaku konsumtif

yang rendah pula pada subjek penelitian.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan

batasan usia antara 18-20 tahun yaitu mahasiswa tingkat pertama berbagai

universitas di Yogyakarta karena penulis mudah untuk melakukan komunikasi

dan dengan usia tersebut merupakan masa transisi dari pergaulan masa

sekolah menengah yang sedang menunjukan rasa ingin tahu dalam pergaulan

ke perguruan tinggi yang dituntut untuk mandiri. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan di beberapa tempat di Yogyakarta karena peneliti mendapatkan

jawaban yang beragam dan objektif dari setiap mahasiswa yang berbeda di

(51)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat angket tentang kohesivitas klik dan perilaku konsumtif yang

akan diujicobakan sehingga mendapatkan hasil yang valid dan reliabel

se-belum diberikan kepada responden sesungguhnya.

2. Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria, kemudian

re-sponden mengisi mengisi angket yang telah di rancang oleh penulis.

3. Menganalisis data yang masuk dengan menggunakan korelasi product

moment untuk melihat adanya hubungan antara kohesivitas klik dengan

perilaku konsumtif pada mahasiswa tingkat pertama.

4. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket

mengenai kohesivitas klik dan perilaku konsumtif.

a. Skala kohesivitas klik disusun dengan mengacu pada aspek-aspek

ko-hesivitas klik menurut Collins et all (1964) dalam Gibson (1993).

As-pek-aspek tersebut adalah ketertarikan satu sama lain secara

interper-sonal, dan anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas

(52)

b. Skala perilaku konsumtif disusun dengan mengacu pada aspek-aspek

menurut Tambunan (2001). Aspek-aspek tersebut adalah impulsif,

pemborosan, mencari kesenangan dan mencari kepuasan.

2. Skala Kohesivitas klik dan skala perilaku konsumtif, menggunakan

model penskalaan Likert atau metode rating yang dijumlahkan (Gable

dalam Azwar, 1999). Untuk setiap skala diberikan kategori empat

jawaban. Masing-masing item akan diberi penilaian 4, 3, 2, 1 untuk SS

(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak

Setuju) untuk jawaban subjek pada item yang bersifat favorabel.

Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel akan digunakan

penilaian 1, 2, 3, 4 untuk STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),

S (Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

3. Untuk mengungkapkan aspek-aspek kohesivitas klik dan aspek-aspek

perilaku konsumtif maka dibuat pernyataan-pernyataan yang

mengidentifikasikan kohesivitas dan perilaku konsumtif.

Pernyataan-pernyataan tersebut berbentuk item-item yang bersifat favorabel dan

unfavorabel. Item yang bersifat favorabel adalah item yang mendukung

atau menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Sedangkan item

yang bersifat unfavorabel adalah item yang tidak mendukung atau

menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Berdasarkan aspek-aspek

tersebut maka dibuat 40 untuk aspek kohesivitas dengan spesifikasi 20

(53)

untuk aspek perilaku konsumtif dengan spesifikasi 40 item bersifat

favorabel dan 40 item bersifat unfavorabel. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat dalam blue print berikut :

Tabel 3.1

Blue Print Skala Kohesivitas Klik

Aspek-aspek

Jumlah Item Favorabel Unfavorabe

l

Jumlah

1. Ketertarikan interpersonal 10 10 20

2. Anggota tertarik pada kelompok karena sebagai pemuas kebutuhan anggota

10 10 20

Jumlah 20 20 40

Tabel 3.2

Blue Print Skala perilaku Konsumtif

Aspek-aspek

Jumlah Item

Favorabel Unfavorabel Jumlah

1. Implusif 10 10 20

2. Pemborosan 10 10 20

3. Mencari Kesenangan 10 10 20

4. Mencari Kepuasan 10 10 20

Jumlah 40 40 80

4. Estimasi Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur

yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes

tersebut. Validitas skala kohesivitas dan perilaku konsumtif akan

diuji dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi menunjukkan

(54)

hendak diukur oleh tes tersebut. Validitas isi diestimasi lewat

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat

professional judgement (Azwar, 1999).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya

mencapai 0,900. Tetapi koefisien yang tidak setinggi masih dianggap

cukup memuaskan (Azwar, 1999). Estimasi reliabilitas skala dalam

pengukuran ini memakai teknik formula Alpha dari program SPSS

versi 13.00.

G. Uji Coba Penelitian 1. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 5

Juni 2009. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket

kohesivitas klik dan angket perilaku konsumtif kepada mahasiswa tingkat

pertama yang berusia 18 – 20 tahun di beberapa tempat di Yogyakarta.

2. Hasil Uji Coba

Berikut ini disajikan hasil dari uji coba dua alat penelitian, yakni

skala kohesivitas klik dan skala perilaku konsumtif yang dianalisis

(55)

a. Skala kohesivitas klik

1) Analisis item

Analisis item merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan

yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Jumlah

item dalam skala kohesivitas adalah 40 pernyataan yang terdiri dari

20 item favorabel dan 20 item unfavorabel. Penyebaran item

sete-lah uji coba adasete-lah :

Tabel 3.3

Penyebaran Item Skala Kohesivitas Klik Setelah Uji Coba

Indikator

Untuk uji rix butir kohesivitas klik, peneliti menggunakan kriteria

batasan rix ≥0,30 dan program SPSS versi 13.0. Terdapat 19 item

yang gugur dari 40 item yang diuji. Sehingga untuk skala

kohesivitas klik terdapat 21 item yang sahih. Bobot pada setiap

aspek kohesivitas klik sudah cukup seimbang, oleh karena itu

semua item yang sahih hasil dari uji di atas akan digunakan dalam

(56)

2) Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian

reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik Alpha

Cronbach dari program SPSS for Windows versi 13.00. Pada skala

kohesivitas klik diperoleh reliabilitas sebesar 0,822.

b. Skala perilaku konsumtif

1) Analisis item

Analisis item merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan

yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Jumlah

item dalam skala perilaku konsumtif adalah 80 pernyataan yang

terdiri dari 40 item favorabel dan 40 item unfavorabel. Penyebaran

item setelah uji coba adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Penyebaran Item Skala Perilaku konsumtif Setelah uji Coba

Indikator

(57)

36 item yang gugur dari 80 item yang diuji. Sehingga untuk skala

perilaku konsumtif terdapat 44 item yang sahih. Bobot pada setiap

aspek perilaku konsumtif sudah cukup seimbang, oleh karena itu

semua item yang sahih hasil dari uji di atas akan digunakan dalam

skala perilaku konsumtif sebenarnya dan digunakan untuk

penelitian dengan pertimbangan bahwa item-item tersebut layak

untuk di telaah melalui jawaban yang diberikan responden.

2) Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian

reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik Alpha

Cronbach dari program SPSS for Windows versi 13.00. Pada skala

perilaku konsumtif diperoleh reliabilitas sebesar 0,830.

H. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah

analisis korelasi Product Moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas dan variabel tergantung. Intensitas hubungan antara

kohesivitas klik dan perilaku konsumtif dinyatakan dalam koefisien korelasi,

sedankan uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows

Gambar

Tabel 3.1 Blue Print Skla Kohesivitas Klik .................................................
Blue PrintTabel 3.1 Skala Kohesivitas Klik
Penyebaran Item Skala Kohesivitas Klik Setelah Tabel 3.3Uji Coba
Penyebaran Item Skala Perilaku konsumtif Setelah uji CTabel 3.4oba

Referensi

Dokumen terkait

Arah kebijakan dan strategi Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tahun 2015-2019 mengacu pada Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010- 2035 yang dapat disimpulkan dalam

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah