HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh
Yashinta Wulansari Kondoy NIM : 019114050
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan untuk orang-orang
hebat dalam hidupku :
Ibu Harry Purwanti, yang telah memberiku kehidupan, Memberiku cinta dan dukungan dengan sepenuh hati,
Dan yang telah memberiku keleluasaan Untuk menjalani hidup sesuai keinginanku,
Mama benar-benar ‘my wonder woman’!! Carlo Denny M, tunanganku,
Yang selalu ada dan mendukung setiap langkahku. Monika Andjarsari, kakakku tercinta,
Yang selalu menghiburku,
Dan memberiku banyak pelajaran berharga tentang hidup. Ant. Krisna A. & Wiwuk P, adikku,
Kalian berdua telah mengajariku tentang pengorbanan dalam hidup. Lalang, Adit, Imel, keponakanku tercinta,
Kalian telah membuatku belajar untuk lebih dewasa lagi. Mbak Noor, sahabat sekaligus guruku,
Dan semua sahabatku,
Kalian membuat hidupku jadi lebih berwarna…
tiap detik kebersamaan yang kudapat bersama kalian begitu
berharga dan tak akan tergantikan oleh apapun…
… And there’s a hero comes along, with the strength to carry on, and you cast your fear aside, and you know you can survive so when you fell like hope is gone, look inside you and be strong, and you’ll find and see the truth that a HERO lies in you… (Mariah Carey)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
v
Yogyakarta, 29 Juli 2009 Penulis,
ABSTRAK
HUBUNGAN KOHESIVITAS KLIK DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI JOGJA
Yashinta Wulansari Kondoy Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Hubungan Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja. Klik adalah sebuah kelompok yang kecil dimana anggotanya merasa mengenal satu sama lain dan saling menghargai lebih baik dari pada orang lain di luar klik. Kohesivitas kelompok adalah derajat sejauh mana anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap tinggal dalam kelompok. Perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. Penelitian dilakukan pada 95 mahasiswa tingkat pertama di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kohesivitas klik dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja. Reliabilitas kedua skala di estimasi menggunakan tehnik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas untuk skala kohesivitas klik adalah 0,822 dan untuk skala perilaku konsumtif adalah 0,830. Analisis data dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0.660, p = 0.000 (p<0.01), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa tingkat pertama di Jogja.
Kata kunci : kohesivitas klik, perilaku konsumtif
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN
THE CLICK COHESIVENESS WITH THE CONSUMER BEHAVIOUR IN UNIVERSITY STUDENT AT YOGYAKARTA
Yashinta Wulansari Kondoy Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Current research was aimed to knowing correlation between click cohesiveness with consumtive behaviour of university student in Jogja. Click is a small group in which the members know and respect each others better than other people out of click. Group cohesiveness are some degree of how far the member of the group attracted one, another and feel motivated to stay in group. Consumer behaviour is a desire to consume some stuff which is not necessary in large amount to reach highly satisfaction. Data was collected from 95 university student of their first year at Yogyakarta. The hypothesis was there are relationship between the click cohesiveness with the consumer behaviour at university student in Yogyakarta.The reliability of both scale was estimated using Alpha Cronbach, with reliability coefficient for click cohesiveness scale was 0,822 and reliability coefficient for consumer behaviour scale was 0,830. The data analysis was using Pearson’s modul moment corelation.The correlation was 0.660, p = 0.000 (p<0.01), which that mean is a significant correlation between click cohesiveness and consumer behaviour in university student of the first year in Yogyakarta.
Keyword: click cohesiveness, consumer behaviour
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yashinta Wulansari Kondoy
NIM : 019114050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 29 Juli 2009 Yang menyatakan,
(Yashinta Wulansari Kondoy)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas kesempatan, berkat dan
kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Kohesivitas Klik dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Jogja”. Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Psikologi, Program Studi Psikologi.
Skripsi ini tersusun atas bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu, ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, penyemangat dan kekuatan dalam setiap nafasku.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Pak Agung, selaku Dosen Pembimbing yang sabar membimbing, membantu,
mendukung, dan selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bu Sylvi, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga sempat menjadi
dosen Pembimbing skripsi. Terima kasih atas perhatian, bantuan (yang tanpa
henti) dan masukkan dari awal kuliah hingga sekarang.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya
selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi.
6. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, Bu Nanik, Pak Gie. Terima kasih buat
semua dukungan dan bantuannya selama ini. Terima kasih buat kesabarannnya
dalam menjawab semua pertanyaan, dll. Makasih...
7. Mama. My supermom… Terima kasih atas cinta, ketulusan, doa, dukungan
dan pengorbanan yang sudah diberikan dan tidak pernah bosan untuk selalu
memberikan untukku. Semoga karyaku yang sederhana ini dapat membuatmu
tersenyum bangga.
8. Mb’ Monik, Dimas, Wiwuk. Terima kasih buat semua masukkan, dukungan,
dan penghiburan tanpa henti. Aku cinta kalian saudaraku...
9. Anak-anak Lonchie. Vera, Ita, Cintoel, Tyas, Ul-ul, Ani; akhirnya aku nyusul
juga...!!!!; dan Mira, ayo mi, kamu bisa!!! Kita selalu bareng di kampus dan
nongkrong (sayang lulusnya ga bareng juga. Hehehe). Terima kasih buat
semua masukan, saran, dan dukungan tanpa henti. I Love You All Sis....
Akhirnya selese juga niy. Horee...
10. Pupung, piggykuw (hahaha...), terima kasih ya om gendut. Karena ada kamu
hidupku jadi lebih bahagia. Hehehe...
11. Benny, mbak Mia, Kristo, Uwee, Mas Kari, Nana & Didiet. Terima kasih,
karena kalian sudah banyak menghibur dan menemaniku ketika aku lagi
suntuk dan jenuh.
12. Sony, terima kasih buat semua kerepotanmu ‘demi’ aku. “apa sih yang ga buat
aku?” hehehe...
13. Aan ‘Achong’, terima kasih buat semua dukunganmu di detik-detik terakhir.
Telponmu bener-bener memberi ‘semangat’!!!!
14. Fika, Dhianing, Anton, Arya, Adhe, Angga dll. Terima kasih!!!!! Dengan
semua ejekan dan hinaan dari kalian, aku jadi terpacu untuk terus menjalankan
ini semua. Terima kasih...
15. Anak-anak di kos Delima. Mbak Biru, Yani, Mbak Aix, Tyas,Cintul, & Ita;
terima kasih!!! Hari-hari yang kita lewati di kos itu bener-bener pengalaman
yang menyenangkan. Seneng banget bisa ketemu dan menjadi sahabat kalian.
Terima kasih buat semuanya. I Love You!!!
16. Mb’ Noor. Terima kasih buat semuanya mbak. Dengan dukungan dari mbak,
aku bisa tetep semangat jalanin semua ini. Kayaknya ga ada kata-kata yang
tepat buat gambarin peran mbak buat aku. Terima kasih mbak.
17. Semua pihak, teman atau kenalan yang telah banyak membantu namun tidak
dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.
18. Dan terakhir,
Denny, tunanganku. Terima kasih buat semua cinta dan dukungan yang
selalu membuatku kuat dan tegar menjalani ini semua. Semua yang ada di
aku sekarang adalah karena bimbinganmu. Terima kasih. Semoga karya
sederhana ini juga dapat membuatmu bangga. I Love You...
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukkan yang membangun baik bagi penelitian
ini maupun bagi penulis pribadi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Kohesivitas Klik Pada Remaja ... 9
1. Klik Pada Remaja ... 9
2. Kohesivitas Kelompok ... 13
3. Kohesivitas Klik Pada Remaja ... 17
B. Perilaku Konsumtif ... 19
1. Definisi ... 19
2. Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif ... 22
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif 23
C. Hubungan antara Kohesivitas Klik Dengan Perilaku Konsumtif ... 25
D. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Variabel Penelitian ... 31
C. Definisi Operasional ... 31
D. Subjek Penelitian ... 33
E. Prosedur Penelitian. ... 33
F. Metode Pengumpulan Data ... 34
G. Uji Coba Penelitian ... 37
H. Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Pelaksanaan Penelitian ... 41
B. Analisa Data dan Hasil penelitian ... 41
1. Uji Normalitas ... 42
2. Uji Linearitas ... 42
C. Uji Hipotesis ... 42
D. Pembahasan ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran-saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skla Kohesivitas Klik ... 35
Tabel 3.2 Blue Print Skla Perilaku Konsumtif... 36
Tabel 3.3 Penyebaran Item Skala Kohesivitas Klik Setelah Uji Coba ... 37
Tabel 3.4 Penyebaran Item Skala Perilaku Konsumtif Setelah Uji Coba ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Kohesivitas dan Skala Perilaku Konsumtif try out ... 50
Data try out ... 56
Perhitungan Seleksi Item dan Reliabilitas Skala Kohesivitas Klik dan Skala Perilaku Konsumtif... 59
Lampiran B. Skala Kohesivitas Klik dan Perilaku Konsumtif ... 74
Data Penelitian ... 78
Uji Normalitas ... 83
Uji Linearitas ... 83
Uji Hipotesis ... 84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku
konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya
untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Berkenaan
dengan perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti apabila
melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.
Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan sekitar melalui
penampilan fisik yang berbeda dari sebelumnya. Keinginan remaja agar dapat
diterima oleh teman sebaya pada akhirnya setiap remaja berusaha untuk
mengikuti berbagai mode yang sedang trend.
Remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti
mode yang selalu berubah setiap saat. Namun seiring dengan terjadinya arus
globalisasi yang mengarah pada perubahan perekonomian, terjadi pula
perubahan dalam perilaku membeli pada remaja saat ini. Terkadang remaja
membeli sesuatu tidak berdasarkan kebutuhan ataupun fungsinya. Perilaku
membeli ini hanya dilakukan semata-mata karena kesenangan ataupun
kepuasan semata, sehingga menyebabkan remaja menjadi boros.
Remaja dianggap menjadi salah satu pasar yang potensial bagi para
penghasil produk karena karena perkembangan kepribadian yang penting
pada masa remaja adalah pencarian identitas diri sehingga siap menawarkan
beragam produk untuk membentuk atau melengkapi identitas remaja. Namun
di lain pihak, berdasarkan sebuah riset, remaja sebagai konsumen cenderung
memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak
berpikir hemat, dan kurang realistis. Karena itu, remaja biasanya mudah
terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung
boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang
dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja
(Tambunan, 2001).
Salah satu perubahan terjadi dalam perilaku konsumtif remaja guna
menunjukkan identitas pribadi dalam kelompoknya. Bagi kebanyakan remaja,
menganut gaya hidup seperti ini merupakan cara yang paling tepat untuk
dapat ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sosial yang diidamkan.
Remaja merupakan objek yang menarik untuk diminati oleh para ahli
pemasara dan alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk
pada usia remaja (Tambunan, 2001).
Hurlock (1990) menyatakan salah satu ciri masa adalah masa yang
tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan sesuai
dengan sudut pandangnya sendiri, yang mana pandangannya itu belum tentu
sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu,
bagaimana remaja memandang segala sesuatunya bergantung pada emosinya
sehingga menentukan pandangannya terhadap suatu objek psikologis.
perkembangan remaja pun memandang dan menghadapi hal-hal yang
berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen.
Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial ekonomi tersebut,
remaja memasuki tahap dimana sudah lebih bijaksana dan sudah lebih mampu
membuat keputusan sendiri (Steinberg, 1993). Hal ini meningkatkan
kemandirian remaja, termasuk juga posisinya sebagai konsumen. Remaja
memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan
uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin di beli. Namun di
lain pihak, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah
terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, kurang realistis.
Masa remaja adalah periode penting terhadap perkembangan fisik dan
psikis individu. Masa ini penuh dengan stress disebabkan banyaknya aktivitas
dan penyesuaian diri dari lingkungan. Berbagai aktivitas memaksa remaja
untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Permasalahan
ini tentu menimbulkan stress dan semakin memuncak dengan adanya konflik
peran dan identitas yang merupakan salah satu ciri khas dalam pergaulan
remaja (Hurlock, 1990).
Dalam kaitannya dengan perilaku remaja dalam mengkonsumsi
berbagai produk yang seharusnya bersifat tersier dan sebagian besar tidak
memiliki penghasilan tetap, tetapi ternyata mereka memiliki pengeluaran yang
mereka tidak terbatas, dalam arti bisa meminta uang kapan saja pada orang
tuanya (Steinberg, 1993).
Pada akhirnya remaja lebih mudah terpengaruh teman sebaya dalam
hal memilih dan membeli sesuatu tanpa memikirkan manfaatnya. Remaja
kurang selektif dalam memilih kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan
yang kurang penting. Remaja membuat pertimbangan untuk membeli suatu
produk menitikberatkan pada status sosial, mode dan kemudahan dari pada
pertimbangan ekonomi(Tambunan, 2001).
Menjadi masalah ketika remaja merasa bahwa mengkonsumsi
berbagai barang secara berlebihan dianggap sebagai hal yang wajar. Bahkan
remaja mengambil keputusan untuk membeli tanpa memikirkan kemampuan
diri dan kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Perilaku konsumtif
tersebut dapat terus mengakar di dalam gaya hidup setiap remaja, karena
dalam perkembangannya khususnya yang berada di kota-kota besar dimungkinkan mall sudah menjadi rumah kedua. Kenyataan dapat menjadi
pengaruh buruk bagi perkembangan diri remaja karena gejala pengaruh
negatif dari budaya konsumtif sudah banyak bermunculan.
Budaya konsumtif dianggap dapat memberikan kebahagiaan dan
membuat dirinya dikenal oleh teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya
merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar hidup bersama
orang lain yang bukan anggota keluarganya. dalam satu kelompok baru ini
keluarganya. Kelompok remaja mempunyai hirarki berdasarkan pada
keterikatan antara anggotanya yang berbeda satu dengan lainnya (Astuti
dalam Salim, Pratiwi, 2005).
Berkaitan dengan hal tersebut maka kebutuhan remaja sebagaimana
dengan kelompok sosial lain akan dipengaruhi oleh latar belakang sosio
ekonomi dan budaya. Adanya karakter sosio ekonomi yang berbeda maka
kebutuhan setiap remaja pun berbeda. Remaja membutuhkan petualangan,
persahabatan, kesempatan berkreasi, kegembiraan dan bebas dari tekanan,
prestasi, status dan pengakuan sosial (Astuti dalam Suparti dan Wiwik, 2005).
Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan
orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya.
Kelompok sebaya menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati
diri yang pada akhirnya banyak ditemukan kasus perilaku remaja yang
disebabkan pengaruh buruk dari kelompok teman sebaya ini. Pada dasarnya
tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri pada suatu kelompok karena
suatu kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap
remaja yang ingin bergabung (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).
Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri
mereka pada suatu kelompok karena suatu kelompok memiliki tuntutan yang
harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Sikap dan
penampilan remaja dalam kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh
berbelanja. Kebiasaan para anggota dalam kelompok sebaya disinyalir
memiliki kesamaan yang dilakukan secara rutin.
Dalam kelompok sebaya remaja mempunyai ciri khas yang
berbeda-beda sebagai identitas diri seperti cara berpakaian, cara berdandan, gaya
rambut, cara bersikap khususnya dalam membelanjakan uangnya demi
kesenangan. Kaum remaja merupakan pembeli potensial untuk produk-produk
seperti pakaian, sepatu, kosmetik bahkan sampai makanan (Monks, 2001).
Remaja mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang trend dan remaja
cenderung mengikuti mode yang beredar karena takut dibilang ketinggalan
jaman.
Hirarki tersebut memberikan makna tentang kesetiaan terhadap
kelompok teman sebaya sepertti klik, klub, organisasi dan tim menghasilkan
kontrol yang kuat atas kehidupan banyak remaja. Identitas kelompok sering
berperan daripada identitas pribadi, bentuk panggilan antara anggota
melambangkan intensitas ikatan antar anggota dan menunjukkan status yang
lebih tinggi dalam keanggotan kelompok (McLellan et al dalam Santrock,
2003). Kekuatan dalam kelompok dapat memberikan dampak bagi anggota,
hal tersebut muncul akibat dari peraturan yang di ciptakan oleh kelompok
untuk memberi tahu anggota bagaimana mereka seharusnya berperilaku.
Kepatuhan pada peraturan merupakan kondisi guna mendapatkan status dan
Pengakuan teman-teman sebaya terhadap status sosial kelompok
remaja tertentu dapat mempengaruhi perilaku remaja bahkan dapat
mengakibatkan perubahan dratis pada tingkah laku remaja bersangkutan.
Demi pengakuan tersebut, remaja seringkali bersedia melakukan berbagai
upaya meskipun hal itu bukan sesuatu yang diperlukan atau berguna bagi
mereka bila yang melihat adalah orang tua atau orang dewasa lainnya.
Dengan demikian apabila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh
pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka remaja
akan semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Berdasarkan
fenomena-fenomena diatas mengenai kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada
remaja, maka penulis ingin membahas lebih jauh tentang hubungan
kohesivitas klik terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian adalah : apakah terdapat hubungan antara kohesivitas klik dengan
perilaku konsumtif pada mahasiswa di Jogja?"
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kohesivitas
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu pengetahuan terutama tentang
kohesivitas klik dengan perilaku konsumtif pada remaja.
b. Manfaat Praktis
Sebagai referensi bagi masyarakat luas khususnya remaja (mahasiswa)
mengenai pergaulan terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kohesivitas Klik Pada Remaja 1. Klik Pada Remaja
a. Definisi
Klik merupakan kelompok dengan jumlah yang lebih kecil,
melibatkan keakraban yang lebih besar di antara anggota dan lebih
kohesif dari pada kerumunan serta memiliki ukuran yang lebih kuat
dari persahabatan (Santrock, 2003). Klik dipandang sebagai sesuatu
yang memainkan peran yang penting dalam usaha remaja untuk
mempertahankan harga diri dan perkembangan dari identitasnya
(Coleman, Erikson dalam Santrock, 2003).
Klik adalah sebuah grup kecil yang terdiri dari 2-12 individu, dan
jumlah rata-rata dalam klik adalah 5 atau 6 orang remaja (Steinberg,
1993). Klik adalah sebuah kelompok yang kecil dimana anggotanya
merasa mengenal satu sama lain dan saling menghargai lebih baik dari
pada orang lain di luar klik. Anggota dari klik dapat ditetapkan dari
aktivitas bersama atau persahabatan.
Klik merupakan hal yang penting karena menyediakan konteks
sosial yang utama tempat remaja berinteraksi dengan yang lainnya,
tempat remaja berkumpul dan bergaul, berbicara dengan remaja yang
lain dan membentuk persahabatan yang dekat (Feldman & Elliott,
1990).
b. Karakteristik Klik
Klik yang kecil dan lebih kohesif memberikan sensasi yang
lebih besar akan rasa persahabatan antara teman atau sahabat. Aktifitas
dalam klik lebih condong ke percakapan daripada ke orientasi aktifitas
sosial berbagi ide, keprihatinan, pandangan, evaluasi, dan lain-lain.
Menurut Dunphy (1963) dalam Berzonsky (1981) mengatakan bahwa
klik sesungguhnya mengembangkan pembentukan dan perluasan dari
kontak sosial lain dalam 2 cara :
1. Menyediakan perasaan aman bagi pribadi.
2. Kaum muda membentuk teman pribadi yang dapat memajukan atau
membuatnya lebih baik dihadapan remaja lain diluar klik.
Menurut Judith bahwa anak-anak disosialisasikan tentang
banyak hal dalam kebudayaannya dengan dipengaruhi oleh kelompok
sebaya dan merupakan tempat untuk menemukan tim kelompok yang
cocok, mengembangkan rasa komitmen dan saling berbagi dalam
mencapai tujuan dan belajar tentang banyak. Kelompok sebaya
diartikan sebagai kelompok kecil yang terdiri dari teman-teman dekat
yang disebut sebagai clique dan biasanya terdiri dari 4-6 orang dengan
jenis kelamin yang sama serta mempunyai pandangan dan aktivitas
Pembentukan klik diawali dengan adanya perasaan atau persepsi
yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul
motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama
dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan klik dilakukan dengan menentukan kedudukan
masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota).
Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan
antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan
(konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena
kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut sehingga setiap anggota
berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Dengan
demikian ciri-ciri dalam kelompok sebaya yaitu :
1. Ukuran klik lebih kecil dari crowd.
2. Klik terdiri dari 3-9 remaja (rata-rata terdiri dari 6 anggota).
3. Klik remaja yang terisolasi biasanya juga mengisolasi seorang
remaja yang cenderung ingin eksis.
Asosiasi kelompok sebaya pada masa remaja awal meliputi klik
dengan remaja yang mempunyai jenis kelamin sama. Asosiasi ini
memberikan fungsi penting dimana kaum muda mempunyai teman
untuk bersama dan berbicara. Dengan bertemu teman baru dan
membentuk relasi yang dekat dengan beberapa orang sahabat, kaum
lebih realistik dan jernih atas sebuah keputusan yang valid dari banyak
konsep dan ide yang dipegang selama terjadi perubahan interpersonal
(Steinberg,1993). Dengan demikian, setiap anggota kelompok dapat
menuangkan pendapat dan ide demi kepentingan bersama dan kegiatan
yang dilakukan oleh anggota kelompok agar kelompoknya dapat
menjadi sorotan teman-teman sebaya lainnya.
c. Dinamika Klik
Aktivitas kelompok sebaya (klik) terbentuk ketika masing-masing
anggota saling membutuhkan dan mempercayai berbagai hal yang sama
demi kepentingan kelompok serta mempengaruhi komposisi kelompok
sebaya (klik) (Steinberg,1993). Salah satu persamaan antara anggota
dalam kelompok sebaya terletak pada usia. Anggota kelompok sebaya
(klik) cenderung terdiri dari remaja dengan jenis kelamin yang sama.
Namun ketika terjadi perpecahan diantara anggota kelompok dapat
mempengaruhi pribadi anggota lain yang pada akhirnya anggota
tersebut memutuskan untuk bergabung dengan remaja lain mesikpun
berbeda jenis kelamin.
Remaja juga cenderung untuk membentuk klik dengan remaja
lain yang mempunyai kelas sosial yang sama. Indikator seperti
pendapatan, tempat tinggal dan reputasi dalam komunitas telah
Persamaan terakhir antara anggota klik adalah persamaan ras yang
terjadi karena kebutuhan, kemampuan bergaul dan tingkah laku.
Terdapat perbedaan antara kelompok sebaya (klik) dengan crowd
yaitu crowd memiliki jumlah anggota yang lebih banyak dari klik.
kekuatan dalam crowd tidak didasarkan pada persahabatan antar
anggota dan crowd menyediakan sebuah tempat untuk kepentingan
anggotanya. Dalam kelompok crowd memberikan arah kepada anggota
untuk menentukan nilai agar dapat mengukur kemampuan para
anggotanya (Brown dalam Feldman & Elliott,1990).
Remaja mempunyai persamaan kebutuhan dalam setiap kelompok
sebaya (klik) karena mempunyai hubungan yang signifikan serta
konsep diri lebih tinggi dibandingkan dengan remaja tanpa
persahabatan. Menurut Mannarino (1978) dalam Berzonsky (1981),
ketika 2 remaja berkomunikasi secara terbuka maka salah satu remaja
diantaranya menyadari bahwa mereka membagi ide dan perasaan
tertentu dengan sehabatnya dan mulai untuk menghargai setiap. Dapat
menerima setiap pendapat sebagai sesuatu yang unik dan menerima
2. Kohesivitas Kelompok a. Definisi
Kohesivitas kelompok adalah derajat sejauh mana
anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap
tinggal dalam kelompok. Robbins (1996) mendefinisikan Group
Cohesiveness merupakan suatu tingkat yang menggambarkan para
anggotanya tertarik satu sama lain dan dimotivasi untuk tetap berada di
dalam kelompok. Tingkat Kohesivitas dipengaruhi oleh jumlah waktu
yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan
dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok,
ancaman eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan
kegagalan kelompok di masa lalu. Semakin besar kesempatan bagi para
anggota kelompok untuk bertemu dan berinteraksi satu sama lain, maka
lebih besar juga kesempatan bagi anggota untuk menemukan minat
yang sama dan menjadi tertarik satu sama lain. Semakin sulit untuk
diterima menjadi anggota kelompok maka para anggotanya semakin
menghargai keanggotaan yang mereka miliki (Ikhsan dkk, 2005).
Kohesivitas kelompok dapat didefinisikan sebagai tingkat yang
menggambarkan suatu kelompok yang anggotanya mempunyai
pertalian dengan anggota lainnya dan keinginan untuk tetap menjadi
bagian dari kelompok tersebut (Kidwell, Mossholder dan Bennett dalam
menyebabkan individu cenderung lebih sensitif kepada anggota lainnya
dan lebih mau untuk membantu dan menolong mereka (Scachter,
Ellertson, McBride, dan Gregory dalam Kim dan Taylor, 2001).
Menurut Kreitner & Kinicki (2006) bahwa kelompok yang
kohesif akan terbentuk suatu group think, dimana semua kelompok
memiliki persamaan persepsi. Terbentuknya group think akan didukung
oleh anggota kelompok karena akan lebih mengutamakan tujuan
kelompok dan lebih menyenangi jika identitas kelompok dikenal.
Kelompok yang kohesif memiliki kesamaan pemikiran dan pandangan
antar anggota sangat diperlukan. Kohesivitas dalam kelompok akan
memunculkan perasaan kesatuan/keterpaduan antar anggota kelompok
sehingga akan menyatukan pribadi anggota. Semakin kohesif maka
akan memelihara group think karena disamping pendapat-pendapat
yang kritis, keinginan untuk maju didukung oleh anggota kelompok
(Kesipahada, 2009).
Kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang mendorong anggota
kelompok untuk tetap konsisten terhadap kebersamaan dengan anggota
kelompok dan mencegahnya dari pengaruh kelompok lainnya (Collins
& Raven dalam Klara, 2005). Kohesivitas dalam kelompok terjadi
karena adanya ketertarikan antar interpersonal dalam kelompok,
ketertarikan anggota pada berbagai kegiatan dan ketertarikan setiap
kebutuhannya. Semakin meningkatnya kepuasan maka anggota merasa
aman dan terlindungi karena adanya komunikasi yang lebih efektif,
bebas, terbuka dan terjadi interaksi sehingga anggota makin mudah
tunduk pada norma kelompok dan tidak memberikan toleransi pada
orang lain (Mc David dan Harary dalam Klara, 2005).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok
Kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap anggota-anggotanya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kohesivitas kelompok adalah : (Hare dalam Klara, 2005)
1. Faktor Situasional yang terdiri dari :
a). Ukuran kelompok, yaitu efektif berjumlah 5 orang) karena
b). Jaringan komunikasi, yaitu adanya interaksi diantara anggota.
c). Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota untuk
tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan
kelompok
2. Faktor Personal yang terdiri dari :
a). Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati
b). Kebutuhan interpersonal : inklusi, kontrol, afeksi
c. Aspek-Aspek kohesivitas kelompok
Menurut Collins et all (1964) dalam Gibson (1993), kohesivitas
untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan
kelompok dan kohesivitas kelompok (klik) diukur dari aspek-apsek :
a.Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal
b.sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya
Kelompok sebaya dapat memiliki kedekatan atau kesamaan
dalam sikap, perilaku, dan prestasi yang disebut Group Cohesiveness
dan umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama
dalam kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota
keluar dari kelompok (Gibson, 1993).
Kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
(Lewin dalam Klara: 2005)
1. Tujuan, yaitu mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan
dengan kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan
dan membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk
mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
tanggung jawab dan semua orang terlibat dalam pekerjaan
kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap
sumber daya keanggotaan (potensi anggota dimanfaatkan) dalam
4. Prosedur pengambilan keputusan yaitu tepat dan fleksibel
5. Kekuasaan dan pengaruh, yaitu keahlian kemampuan
6. Konflik, yaitu kontroversi ide/opini dan pemicunya berupa kebutuhan, kelangkaan sumber daya (uang, power), persaingan.
7. Kohesivitas meningkat yaitu saling menyukai, ingin terus menjadi
bagian kelompok, puas terhadap keanggotaan, tingkat penerimaan,
dukungannya dan kepercayaan meningkat
8. Kemampuan memecahkan masalah yaitu merasakan adanya
masalah mencari dan menetapkan solusi dan mengevaluasi
efektivitas solusi.
3. Kohesivitas Klik Pada Remaja
Ketika memahami tentang pengaruh kelompok sebaya maka remaja
akan mendapat pesan bahwa kelompok yang homogen pada remaja dapat
menjadi terkenal. Keberadaan kelompok sebaya secara umum telah
memberikan konsep yang berbeda-beda, misalnya kebudayaan kaum muda
(Burlingame, 1970). Masyarakat remaja (Coleman, 1961) dalam
Berzonsky, 1981) pada kenyataannya kelompok sebaya melibatkan
anggota dengan beragam hal guna meningkatkan kualitas pertemanan yang
ditunjukkan dalam ukuran dan derajat kelekatan kohesifnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dunphy (1963) dalam Berzonsky
yang cenderung dibentuk oleh kelompok sebaya yaitu mengenai tipe,
perbedaan, tujuan dan sifat struktural. Studi tersebut menunjukkan bahwa
klik sebagai kelompok ssebaya memainkan peran penting dalam
membantu meningkatkan sosialisasi heteroseksual pada anggotanya. Klik
sebagai kelompok sebaya berfungsi sebagai penasehat atau bahkan
perencana sosial ketika dibutuhkan seperti menyediakan sarana dimana
kaum muda dapat memperoleh status (Ausubel, 1954; Burlingame, 1970;
Dunphy, 1963). Dengan demikian remaja harus menghasilkan penerimaan
kelompok sebaya dan harus menyesuaikan diri pada harapan kesesuaian
dalam upaya untuk memelihara penerimaan yang berkesinambungan.
Klik sebagai salah satu bentuk kelompok sebaya dapat menjadi
teman berdiskusi tentang sesuatu masalah. Dalam klik maka para remaja
dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat ditemukan di rumahnya.
Interasksi sosial khususnya bersifat pribadi dapat mempengaruhi seseorang
mencurahkan isi hatinya kepada teman-temannya baik sesuatu yang
menyenangkan atau sesuatu yang menyedihkan. Oleh karena itu remaja
sering meninggalkan rumah dalam waktu yang berjam-jam lamanya.
Kelompok sebaya mempunyai karakteristik yaitu jumlah anggotanya
kecil, terdapat kepentingan yang bersifat umum namun terbagi secara
langsung, adanya kerja sama guna kepentingan yang diharapkan, setiap
pribadi saling memiliki hubungan yang erat dan pengertian di antar
kelompok sering terjadi tukar-menukar pengalaman, kerja sama,
tolong-menolong, tenggang rasa antar sesama anggota kelompok sebaya.
Terjadinya antipati dalam kelompok disebabkan oleh adanya ketidak
cocokan antara individu sehingga tenjadi pertentangan dan percecokan
antar anggota sehingga kohesivitas dalam sebuah kelompok sebaya tidak
bersifat netral maka perlu mengubah nilai-nilai kelompok agar kohesivitas
kelompok menuju ke arah yang tepat.
B. Perilaku Konsumtif 1. Definisi
Perilaku konsumtif merupakan tindakan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001). Engel (dalam
Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Fromm (1995) menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era
kehidupan yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah
kehilangan hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya. Perilaku
untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun sebenarnya
kebahagiaan yang diperoleh hanya bersifat semu.
Pendapat di atas berarti bahwa perilaku membeli yang berlebihan
tidak lagi mencerminkan usaha manusia untuk memanfaatkan uang secara
ekonomis namun perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu sarana untuk
menghadirkan diri dengan cara yang kurang tepat. Perilaku tersebut
menggambarkan sesuatu yang tidak rasional dan bersifat kompulsif
sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya.
Sedangkan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak
aman (Tambunan, 2001).
Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi
kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan
kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk
membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat
dari pembelian produk oleh konsumen yang bukan lagi untuk memenuhi
kebutuhan semata tetapi juga keinginan untukmeniru orang lain yaituagar
mereka tidak berbeda dengan anggota kelompoknya atau bahkan untuk
menjaga gengsi agar tidak ketinggalan jaman. (Tambunan, 2001).
Keputusan pembelian yang didominasi oleh faktor emosi
menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan
tentu menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama dan
menimbulkan pemborosan Mangkunegara (2002).
Remaja dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan
suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju masa dewasa
yang bebas, mandiri dan matang. Termasuk bagaimana individu
menampilkan diri secara fisik, hal ini agar sesuai dengan komunitas
mereka. Atau bisa juga dengan pengaruh iklan, karena akan timbul
keinginan untuk berbelanja seperti halnya iklan yang ditayangkan di
televisi. Keinginan ini mendorong remaja untuk cenderung berperilaku
konsumtif. (Tambunan, 2001).
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku
konsumtif adalah tindakan guna mendapatkan, menggunakan dan
mengambil keputusan dalam memilih sesuatu barang yang belum menjadi
kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama hanya karena ingin
mengikuti mode, mencoba produk baru, bahkan hanya untuk memperoleh
pengakuan sosial dengan dominasi faktor emosi sehingga menimbulkan
perilaku konsumtif. (Tambunan, 2001).
2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif menjelaskan tindakan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
terdapat aspek-aspek kecenderungan berperilaku konsumtif yaitu :
(Tambunan, 2001)
a. Impulsif, yaitu menunjukkan bahwa sikap konsumtif terjadi
semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba/keinginan sesaat.
Dilakukan tanpa terlebih dahulu membuat perencanaan dan
pertimbangan, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, serta
biasanya bersifat emosional.
b. Pemborosan, yaitu salah satu indikator yang paling menonjol di aspek
ini adalah berlebih-lebihan, selain itu aspek ini menjabarkan sikap
konsumtif sebagai perilaku membeli yang menghambur-hamburkan
banyak dana.
c. Mencari kesenangan (Pleasure seeking), yaitu suatu perilaku membeli
apa yang dilakukan semata-mata untuk mencari kesenangan.
d. Mencari kepuasan (Satisfaction seeking), yaitu memperlihatkan bahwa
sikap konsumtif didasari pada keinginan untuk selalu lebih dari yang
lain, selalu ada ketidakpuasan dan usaha untuk memperoleh
pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang
a. Faktor kebudayaan
Peranan setiap anggota keluarga dalam membeli berbeda-beda
menurut barang yang dibelinya. Pertumbuhan setiap anak di dalam
lingkungan masyarakat akan mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari
keluarga dan intitusi penting lainnya. Manusia dengan kemampuan
akal budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem perilaku
demi keperluan hidupnya (Kotler, 2000).
b. Faktor kelas sosial
Kelas sosial berpengaruh dalam kecenderungan perilaku konsumtif
seseorang yang ditunjukkan melalui pemilihan produk dan merek
tertentu seperti pakaian, peralatan rumah tangga, kegiatan di waktu
senggang dan mobil. Kelas sosial dapat ditunjukkan dengan gaya
hidup seseorang yang menampilkan pola perilaku seseorang dan
interaksinya di dunia (Lina & Rosyid, 1997).
c. Faktor kelompok referensi
Kelompok acuan (groups reference) berfungsi berbagai titik banding
baik langsung maupun tidak langsung yang membentuk sikap atau
perilaku konsumtif seseorang. Perilaku konsumsi yang berlebihan
sangat ditentukan oleh sikap mudah terpengaruh oleh kelompok
mempunyai karakteristik mudah dipengaruhi oleh kelompok sebaya
dan kelompok referensinya (Loudon & Bitta, 1984).
d. Kohesivitas kelompok
Remja yang bergabung dalam kelompok karena bagi masing-masing
anggota dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis
tertentu seperti pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (rasa
aman, cinta), dapat meningkatkan ketahanan yang adaptif dan
kebutuhan akan informasi (Forsyth dalam Collins & Raven, 1964).
e. Faktor kepribadian
Kepribadian yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku membeli
seseorang. Remaja yang sedang mengalami perkembangan
kepribadian memasuki tahap pencarian identitas diri, dimana harapan
dan peran teman berpengaruh pada setiap keputusannya. Konsep diri
yang dimiliki remaja juga turut membantu dalam usaha pencarian
identitas diri. Dasar pemikiran konsep diri adalah apa yang dimiliki
seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas “kita
adalah apa yang kita punya” (Mahendra, 2002).
f. Faktor motivasi
Motif (dorongan) merupakan suatu kebutuhan yang dirangsang untuk
membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya. Seseorang
pertama kali mencoba memenuhi kebutuhan yang paling pengting dan
akan mencoba memenuhi kebutuhan terpenting selanjutnya (Kotler &
Amstrong, 2001).
g. Faktor proses belajar dan keyakinan
Pembelajaran menggambarkan perubahan perilaku individu yang
muncul karena pengalaman. Proses belajar berlangsung melalui drive
(dorongan), stimuli (rangsangan), clues (petunjuk), responses
(tanggapan), dan reinforcement (penguatan) yang saling
mempengaruhi.
C. Hubungan Antara Kohesivitas Klik Dengan Perilaku Konsumtif
Hurlock (1991) menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa
yang tidak realistik, karena umumnya remaja memandang kehidupan sesuai
dengan sudut pandangnya sendiri. Pandangan remaja tersebut berbeda dengan
pandangan orang lain bahkan mungkin tidak sesuai dengan kenyataan.
Dengan demikian, sebagian besar remaja menghabiskan lebih banyak
waktunya bersama kelompok sebaya khususnya dengan sebuah kelompok
kecil (klik) yang merupakan teman-teman terdekat mereka dari pada
berkumpul bersama orang tua, saudara kandung atau agen sosialisasi yang
lainnya karena mempunyai pandangan dan aktivitas yang sam, tempat bagi
remaja untuk menemukan tim kerja kelompok yang cocok, mengembangkan
rasa komitmen dan kesetiaan untuk saling berbagi dalam mencapai tujuan dan
Hubungan pertemanan antara remaja yang tergabung dalam klik dapat
saling memberikan kontribusi dan pada akhinya muncul untuk meningkatkan
identitas diri kelompok tersebut. Sekelompok remaja tersebut akan berusaha
mempopulerkan diri mereka agar dipandang sebagai kelompok remaja yang
paling menonjol diantara teman sebayanya. Demi meningkatkan kualitas
hubungan diantara remaja dalam sebuah klik maka remaja tersebut berusaha
untuk mengubah berbagai penampilan diri secara bersama-sama sesuai
dengan situasi kondisi serta kebutuhan karena hal tersebut dapat
meningkatkan popularitas kelompok remaja bahkan mereka memandang
atribut yang superfisial sangat penting bila dibandingkan dengan substansi.
Perubahan perilaku remaja sebagai usaha untuk menyesuaikan diri
dengan norma kelompok sebaya, merupakan tuntutan kebutuhan kelompok
teman sebaya terhadap anggotanya bahkan pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota
kelompok tersebut. Kohesevitas klik mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan remaja khususnya dalam berperilaku konsumtif. Kekuatan
personal yang terdapat dalam kelompok sebaya terdiri atas keinginan untuk
melibatkan diri dalam memenuhi kebutuhan yaitu seperti berpakaian seperti
teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggotanya
(Santrock, 2002).
Menurut Hurlock (1999), karena remaja lebih banyak berada di luar
pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan
dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Kebanyakan
remaja berharap menjadi anggota kelompok klik yang memiliki komitmen
demi kepentingan kelompok agar dengan tujuan agar dikenal oleh teman
sebaya dilingkungannya.
Setiap anggota klik mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama
dan menjadikan kebutuhan sebagai identitas kelompoknya. Dalam mengikuti
perkembangan tersebut, anggota kelompok remaja sering mencari berbagai
informasi mengenai produk yang menjadi tujuan bersama. Klik merupakan
salah satu media dalam memberikan informasi bagi remaja-remaja
dilingkungannya. Semakin sering para anggota klik menikmati kegiatan
berbelanja bersama dengan teman-temannya maka semakin sering pula
mereka melakukan kegiatan berbelanja.
Salah satu cara yang dilakukan oleh kelompok sebaya adalah
mengkoleksi berbagai kebutuhan seperti membeli berbagai barang akan
dilakukan demi kelangsungan identitas diri kelompoknya bahkan akan
menjadi sebuah kewajiban bagi mereka dalam mengkoleksi barang-barang
yang sebenarnya tidak penting untuk dikonsumsi, akan tetapi para remaja
tersebut tetap melakukan apa yang menurut mereka benar. Kecenderungan
klik remaja dalam berperilaku konsumtif dapat mempengaruhi pola
pemikirannya dalam bergaul dilingkungan sekitar. Hal demikian dapat terjadi
membentuk sebuah karakter diri yang kuat karena adanya ikatan batin
diantara mereka, sehingga dalam setiap gerak langkahnya para remaja yang
tergabung dalam kelompok klik secara otomatis akan saling mendukung satu
dengan yang lain.
Perilaku konsumtif adalah tindakan remaja sebagai konsumen dalam
mendapatkan, menggunakan, dan mengambil keputusan dalam memilih
sesuatu barang yang belum menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi
prioritas utama, hanya karena ingin mengikuti mode, mencoba produk baru,
bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan sosial dengan dominasi faktor
emosi sehingga menimbulkan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif
merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat
terutama yang tinggal di perkotaan.
Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif
juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya
belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya.
Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk industri,
antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah
dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam
perilaku membeli yang tidak wajar.
Remaja yang tergabung dalam klik menganggap perilaku konsumtif
dilakukan karena memang dibutuhkan seperti mengikuti arus mode, mencoba
dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, karena karakteristik
remaja yang cenderung labil dan mudah dipengaruhi sehingga mendorong
munculnya berbagai gejala perilaku konsumsi yang tidak wajar (Zebua dan
Nurdjayadi, 2001).
Perilaku konsumtif dikalangan remaja dapat menjadi ajang
pemborosan biaya jika didasarkan pada faktor-faktor di atas, karena selain
remaja masih dalam pengawasan orang tua mereka juga mendapat sumber
dana masih dari orang tua. Dengan kata lain remaja belum memiliki
penghasilan sendiri dan melakukan pembelian secara berlebihan dari uang
yang diberikan (Tambunan, 2001).
Remaja cenderung menilai rekannya berdasarkan barang bermerk
yang dikenakannya dan remaja membutuhkan pertimbangan teman dalam
memutuskan barang yang akan dibeli. Remaja dengan sifat-sifatnya tersebut
merupakan sasaran pasar yang harus diperhatikan antara lain remaja bisa
dipandang sebagai konsumen langsung, karena sejumlah uang yang dapat
membeli kebutuhan sehari-hari. Pernyataan tersebut menandakan bahwa
remaja mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif seperti yang
dikemukakan Kartono (1990) bahwa pada masa remaja menjadi besarlah
minat terhadap penampilan dirinya.
Lingkungan dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh dalam
berperilaku konsumtif. Karena pada masa remaja penampilan secara fisik
kesan penilaian orang lain. Dalam membelanjakan uangnya kadangkala
remaja dinilai kurang efisien, karena pembelian barang yang dilakukan oleh
remaja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi karena
keinginan untuk meniru orang lain, mencoba produk baru atau memperoleh
pengakuan sosial. Produk-produk yang dipandang sebagai lambang atau
simbol status dikalangan remaja sangat mempengaruhi kebutuhan dan
perilaku hidup mereka.
Sebagai bagian dari masyarakat yang orientasinya tinggi, remaja
semakin sadar akan produk-produk baru dan bermerk. Remaja akan
cenderung meniru model-model baru dan hal ini diperkuat dengan maraknya
majalah remaja, iklan dan media lain yang langsung maupun tidak langsung
mengeksploitasi gaya hidup mewah dan mencolok. Tanpa disadari hal
tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga
menyebabkan remaja semakin terjerat dalam pola hidup yang konsumtif.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori diatas dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara kohesivitas klik dengan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis
eksplanatif yaitu bertujuan menjelaskan hubungan di antara variabel-variabel
dalam penelitian dan pengujian (Singarimbun, 1987). Penelitian ini termasuk
jenis penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasi merupakan jenis
penelitian yang berbentuk hubungan antara dua variabel. Penelitian
korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi pada satu variabel berkaitan
dengan variabel pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien
korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yaitu kohesivitas klik dan perilaku konsumtif.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (X) : Kohesivitas Klik
2. Variabel tergantung (Y) : Perilaku Konsumtif
C. Definisi Operasional
1. Kohesivitas Klik
Kohesivitas Klik merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok
meninggalkan kelompok. Kohesivitas klik diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Collins et all (1964) dalam Gibson (1993), terdiri dari :
a. Ketertarikan satu sama lain secara interpersonal.
b. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
kebutuhan anggotanya.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan semakin
tinggi kohesivitas kliknya. Semakin rendah skor yang diperoleh subjek
menunjukkan semakin rendah pula kohesivitas kliknya.
2. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan tindakan setiap individu yang
menginginkan suatu benda dan memaksakan untuk memiliki dengan cara
membeli. Perilaku konsumtif akan diukur dengan menggunakan skala
menurut Tambunan (2001) aspek-aspek tersebut adalah :
a. Impulsif, yaitu hasrat yang muncul tiba-tiba/keinginan sesaat,
dilakukan tanpa membuat perencanaan dan pertimbangan serta
bersifat emosional.
b. Pemborosan, yaitu aspek ini menjabarkan perilaku
menghambur-hamburkan banyak dana.
c. Mencari kesenangan (Pleasure seeking), yaitu suatu perilaku membeli
d. Mencari kepuasan (Satisfaction seeking), yaitu keinginan untuk selalu
lebih dari yang lain, ada ketidakpuasan dan usaha untuk memperoleh
pengakuan, serta biasanya diikuti oleh rasa bersaing yang tinggi.
Skor yang tinggi menunjukkan tingkat perilaku konsumtif yang
tinggi, dan skor yang rendah menunjukkan tingkat perilaku konsumtif
yang rendah pula pada subjek penelitian.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan
batasan usia antara 18-20 tahun yaitu mahasiswa tingkat pertama berbagai
universitas di Yogyakarta karena penulis mudah untuk melakukan komunikasi
dan dengan usia tersebut merupakan masa transisi dari pergaulan masa
sekolah menengah yang sedang menunjukan rasa ingin tahu dalam pergaulan
ke perguruan tinggi yang dituntut untuk mandiri. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan di beberapa tempat di Yogyakarta karena peneliti mendapatkan
jawaban yang beragam dan objektif dari setiap mahasiswa yang berbeda di
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Membuat angket tentang kohesivitas klik dan perilaku konsumtif yang
akan diujicobakan sehingga mendapatkan hasil yang valid dan reliabel
se-belum diberikan kepada responden sesungguhnya.
2. Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria, kemudian
re-sponden mengisi mengisi angket yang telah di rancang oleh penulis.
3. Menganalisis data yang masuk dengan menggunakan korelasi product
moment untuk melihat adanya hubungan antara kohesivitas klik dengan
perilaku konsumtif pada mahasiswa tingkat pertama.
4. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket
mengenai kohesivitas klik dan perilaku konsumtif.
a. Skala kohesivitas klik disusun dengan mengacu pada aspek-aspek
ko-hesivitas klik menurut Collins et all (1964) dalam Gibson (1993).
As-pek-aspek tersebut adalah ketertarikan satu sama lain secara
interper-sonal, dan anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas
b. Skala perilaku konsumtif disusun dengan mengacu pada aspek-aspek
menurut Tambunan (2001). Aspek-aspek tersebut adalah impulsif,
pemborosan, mencari kesenangan dan mencari kepuasan.
2. Skala Kohesivitas klik dan skala perilaku konsumtif, menggunakan
model penskalaan Likert atau metode rating yang dijumlahkan (Gable
dalam Azwar, 1999). Untuk setiap skala diberikan kategori empat
jawaban. Masing-masing item akan diberi penilaian 4, 3, 2, 1 untuk SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak
Setuju) untuk jawaban subjek pada item yang bersifat favorabel.
Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel akan digunakan
penilaian 1, 2, 3, 4 untuk STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),
S (Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
3. Untuk mengungkapkan aspek-aspek kohesivitas klik dan aspek-aspek
perilaku konsumtif maka dibuat pernyataan-pernyataan yang
mengidentifikasikan kohesivitas dan perilaku konsumtif.
Pernyataan-pernyataan tersebut berbentuk item-item yang bersifat favorabel dan
unfavorabel. Item yang bersifat favorabel adalah item yang mendukung
atau menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Sedangkan item
yang bersifat unfavorabel adalah item yang tidak mendukung atau
menunjukkan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Berdasarkan aspek-aspek
tersebut maka dibuat 40 untuk aspek kohesivitas dengan spesifikasi 20
untuk aspek perilaku konsumtif dengan spesifikasi 40 item bersifat
favorabel dan 40 item bersifat unfavorabel. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat dalam blue print berikut :
Tabel 3.1
Blue Print Skala Kohesivitas Klik
Aspek-aspek
Jumlah Item Favorabel Unfavorabe
l
Jumlah
1. Ketertarikan interpersonal 10 10 20
2. Anggota tertarik pada kelompok karena sebagai pemuas kebutuhan anggota
10 10 20
Jumlah 20 20 40
Tabel 3.2
Blue Print Skala perilaku Konsumtif
Aspek-aspek
Jumlah Item
Favorabel Unfavorabel Jumlah
1. Implusif 10 10 20
2. Pemborosan 10 10 20
3. Mencari Kesenangan 10 10 20
4. Mencari Kepuasan 10 10 20
Jumlah 40 40 80
4. Estimasi Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur
yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes
tersebut. Validitas skala kohesivitas dan perilaku konsumtif akan
diuji dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi menunjukkan
hendak diukur oleh tes tersebut. Validitas isi diestimasi lewat
pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat
professional judgement (Azwar, 1999).
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya
mencapai 0,900. Tetapi koefisien yang tidak setinggi masih dianggap
cukup memuaskan (Azwar, 1999). Estimasi reliabilitas skala dalam
pengukuran ini memakai teknik formula Alpha dari program SPSS
versi 13.00.
G. Uji Coba Penelitian 1. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 5
Juni 2009. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket
kohesivitas klik dan angket perilaku konsumtif kepada mahasiswa tingkat
pertama yang berusia 18 – 20 tahun di beberapa tempat di Yogyakarta.
2. Hasil Uji Coba
Berikut ini disajikan hasil dari uji coba dua alat penelitian, yakni
skala kohesivitas klik dan skala perilaku konsumtif yang dianalisis
a. Skala kohesivitas klik
1) Analisis item
Analisis item merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan
yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Jumlah
item dalam skala kohesivitas adalah 40 pernyataan yang terdiri dari
20 item favorabel dan 20 item unfavorabel. Penyebaran item
sete-lah uji coba adasete-lah :
Tabel 3.3
Penyebaran Item Skala Kohesivitas Klik Setelah Uji Coba
Indikator
Untuk uji rix butir kohesivitas klik, peneliti menggunakan kriteria
batasan rix ≥0,30 dan program SPSS versi 13.0. Terdapat 19 item
yang gugur dari 40 item yang diuji. Sehingga untuk skala
kohesivitas klik terdapat 21 item yang sahih. Bobot pada setiap
aspek kohesivitas klik sudah cukup seimbang, oleh karena itu
semua item yang sahih hasil dari uji di atas akan digunakan dalam
2) Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian
reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik Alpha
Cronbach dari program SPSS for Windows versi 13.00. Pada skala
kohesivitas klik diperoleh reliabilitas sebesar 0,822.
b. Skala perilaku konsumtif
1) Analisis item
Analisis item merupakan proses pemilihan pernyataan-pernyataan
yang baik, yang nantinya akan digunakan untuk item skala. Jumlah
item dalam skala perilaku konsumtif adalah 80 pernyataan yang
terdiri dari 40 item favorabel dan 40 item unfavorabel. Penyebaran
item setelah uji coba adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Penyebaran Item Skala Perilaku konsumtif Setelah uji Coba
Indikator
36 item yang gugur dari 80 item yang diuji. Sehingga untuk skala
perilaku konsumtif terdapat 44 item yang sahih. Bobot pada setiap
aspek perilaku konsumtif sudah cukup seimbang, oleh karena itu
semua item yang sahih hasil dari uji di atas akan digunakan dalam
skala perilaku konsumtif sebenarnya dan digunakan untuk
penelitian dengan pertimbangan bahwa item-item tersebut layak
untuk di telaah melalui jawaban yang diberikan responden.
2) Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengujian
reliabilitas skala dalam pengukuran ini memakai teknik Alpha
Cronbach dari program SPSS for Windows versi 13.00. Pada skala
perilaku konsumtif diperoleh reliabilitas sebesar 0,830.
H. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah
analisis korelasi Product Moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung. Intensitas hubungan antara
kohesivitas klik dan perilaku konsumtif dinyatakan dalam koefisien korelasi,
sedankan uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows