• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.10 Hubungan Antara Partisipasi Anggaran

Ada beberapa teori yang digunakan oleh para peneliti akuntansi manajemen dalam menjelaskan sistem akuntansi manajemen diantaranya teori rasional teknikal (technical-rational theory), teori kontinjensi (contingency theory) dan teori institusional (institutional theory). Teori rasional teknikal atau sering disebut juga dengan pendekatan technical rational adalah pendekatan yang umum terdapat pada buku-buku teks akuntansi manajemen (Houqe, 2003:9). Pendekatan ini didasarkan pada teori ekonomi neo klasik. Pendekatan ini menganggap akuntansi manajemen sebagai alat perhitungan (a computational decision-making tools) dalam pembuatan keputusan yang dapat membantu memaksimumkan tujuan organisasi. Menurut Anthony dalam Houqe, (2003:8) pendekatan technical rational menurut para ahli pengendalian manajemen (management control theorists) merupakan pendekatan yang dapat membantu manajer dalam membuat berbagai keputusan untuk memaksimumkan tujuan organisasi. Haque (2003:9) menyebutkan ada beberapa hal penting dalam pendekatan technical rational diantaranya; 1) preset goal or consistent goal set,2) akuntansi digunakan sebagai alat pembuat keputusan internal (internal decision-making tool) yang digunakan untuk mengukur efisiensi alokasi sumber daya pada setiap level organisasi, 3) fokus pada birokrasi, pengendalian yang hirarkis dan alokasi sumber daya yang optimal. Pada pendekatan technical rational informasi akuntansi digunakan untuk rasionalisasi pembuatan keputusan, misalnya dengan menggunakan sistem pengendalian anggaran melalui penetapan standar. Teori kontinjensi dalam

organisasi menyatakan tidak ada model universal yang dapat diterima sebagai suatu rancangan sistem organisasi. Gordon dan Miller (1976) menyarankan untuk menggunakan teori kontinjensi dalam pengembangan sistem akuntansi manajemen. Pengembangan sistem informasi akuntansi tergantung pada lingkungan, organisasi dan gaya pembuat keputusan (Gordon dan Miller, 1976). Dengan demikian ada dua faktor yang mempengaruhi efektifitas sistem akuntansi manajemen yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Efektifitas tersebut juga sangat tergantung pada kesesuaian karakteristik sistem akuntansi manajemen dan berbagai faktor yang mempengaruhi organisasi untuk mencapai berbagai tingkat efektivitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas tersebut diantaranya faktor lingkungan dan teknologi (Waterhouse dan Tiessen, 1978); strategi bisnis (Simon, 1987). Perubahan dalam lingkungan ekternal organisasi harus merubah sistem akuntansi manajemen (Atkinson et al., 1997; Haldma dan Laats, 2002; Waweru et al., 2004). Perubahan ini dibutuhkan karena para manajer memerlukan sistem akuntansi manajemen dalam bentuk khusus yang dapat membantu untuk membuat keputusan pada ketidakpastian lingkungan dan membantu memonitor kemajuan strategi yang dilakukan. (Baines dan Langfield-Smith , 2003).

Teori institusional, Burn dan Scapens (2000) menyatakan perubahan dalam akuntansi manajemen disebabkan karena perubahan peraturan dan rutinitas dalam organisasi. Menurut Burn dan Scapens (2000) sistem akuntansi manajemen terdapat dalam rutinitas dan peraturan organisasi. Akuntansi manajemen berpotensial menjadi hal yang melembaga, perubahan dan stabilitas bukan sesuatu yang independen melainkan keduanya simultan dalam proses yang sama. Doyle

(2008) melakukan pengujian dengan menggunakan dasar pemikiran Burn dan Scapens (2000). Pada sektor publik praktik akuntansi manajemen yang baru menjadi melembaga (intitutionalized) dengan perubahan rutin dan aturan organisasi, sedangkan pada privat sektor akuntansi manajemen tidak menjadi melembaga (Doyle, 2008). Berdasarkan berbagai teori yang digunakan untuk menjelaskan sistem akuntansi manajemen memperlihatkan bahwa sistem akuntansi manajemen tidak dapat dijelaskan oleh satu teori tunggal. Penggunaan berbagai teori menjadi saling melengkapi sehingga pemahaman terhadap sistem akuntansi manajemen menjadi lebih konprehensif.

Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang terdiri atas scope, timelines, integration, dan aggregation digunakan untuk memahami informasi dari perspektif pengguna (Chenhall dan Morris,1986). Karakteristik tersebut menurut Soobaroyen and Poorundersing (2008) merupakan pengukuran yang dapat dipercaya (reliable) terhadap kualitas sistem akuntansi manajemen dan juga menggambarkan kecanggihan.

Berikut ini akan dijelaskan setiap karakteristik: Scope rangkaian kesatuan antara ruang lingkup yang sempit disatu sisi dan ruang lingkup yang luas disisi lain (Bouwens dan Abernethy, 2000). Chong dan Eggleton (2003) menyatakan informasi yang disediakan sistem akuntansi manajemen dapat dibagi menjadi dua yaitu informasi ruang lingkup yang sempit (narrow-scope information) dan informasi yang memiliki ruang lingkup yang luas (broad-scope information). Sistem akuntansi manajemen dengan informasi yang sempit hanya menggambarkan data historis dan keuangan yang hanya berfokus pada kejadian-

kejadian dalam organisasi. Informasi yang sempit hanya memadai untuk fungsi perkerjaan statis karena hanya ada aturan dan prosedur yang hanya cukup untuk efektifitas kinerja. Informasi semacam ini berfungsi untuk membuat keputusan lingkungan organisasi yang dapat diprediksi, stabil dan untuk pekerjaan- pekerjaan rutin. Biasanya informasi yang sempit dihasilkan oleh sistem akuntansi tradisional.

Broadscope information, terdiri dari data internal, eksternal, kuantitatif, kualitatif, keuangan dan non keuangan yang berorientasi masa lalu dan masa yang akan datang (Gordon, 2000; Mia dan Winata, 2008).Informasi yang memenuhi karakteritik tersebut adalah informasi yang diperlukan oleh manajer dalam membuat keputusan manajerial yang bersifat tidak rutin karena tidak dapat memprediksi lingkungan yang sangat dinamis (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi yang demikian juga mampu membuat para manajer memahami hubungan antar input dan output (Abernethy dan Guthrie, 1994) dan juga dapat dijadikan penilaian tujuan antara setiap bagian konsisten satu sama lain.

Broadscope information juga dapat membantu manajer membandingkan biaya dari berbagai alternatif keputusan, mengarahkan pengembangan strategi, mengevaluasi strategi yang ada, fokus pada usaha yang mengarah pada perbaikan kinerja dan mengevaluasi kontribusi dan kinerja unit organisasi dan anggota yang berpartisipasi dalam proses anggaran (Kaplan, 1998; Sprinkle, 2003). Ruang lingkup luasnya informasi dapat digunakan sebagai informasi “pengarah perhatian” atau “attention directing” dan sebagai informasi untuk “memecahkan masalah” atau “problem solving” (Chenhall dan Morris; 1986; Tsui , 2001) yang dapat membantu para manajer. Informasi yang digambarkan oleh sistem akuntansi

manajemen dapat dikatagorikan ke dalam tiga parameter; yaitu fokus, kuantifikasi dan horizon waktu (Gordon dan Miller, 1976; Gordon dan Narayanan, 1984; Chenhall dan Morris, 1986). Broadscope information menfasilitasi pengendalian dan evaluasi melalui pelaporan data non financial yang berkaitan dengan perilaku bawahan. Informasi non financial ini yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan fungsi pengendalian bagi setiap karyawan dalam memenuhi target organisasi (Lillis, 2002).

Timelines merupakan informasi yang tepat waktu (timelines) menggambarkan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan dan mengambarkan frekuensi pelaporan informasi. Karakteristik timelines, ini dapat mengurangi ketidakpastian (uncertainty) karena mampu membuat manajer secara terus menerus menyesuaikan aktivitasnya untuk merespon perubahan yang diinginkan oleh setiap bahagian dalam organisasi. Sistem akuntansi manajemen dengan informasi yang tepat waktu akan mampu melaporkan kejadian-kejadian dan menyediakan informasi secepat mungkin sebagai umpan balik untuk membuat keputusan (Chenhall dan Morris, 1986).

Agregation menyediakan ringkasan informasi pada area fungsional (seperti ringkasan laporan kegiatan unit usaha lain, atau fungsi lain dari organisasi), selama periode tertentu (misalnya bulan, tahun) atau melalui model keputusan (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi diagregasikan pada tingkat fungsional yang ada baik informasi mengenai outcome ataupun hasil dari keputusan yang telah dibuat oleh bagian yang lain.Dimensi ini membuat para manajer mampu memproses informasi dalam jumlah yang besar, mempadatkan informasi dalam format yang dapat

diproses secara cepat dan dapat meningkatkan jumlah informasi yang diproses dalam waktu tertentu serta dapat mengurangi informasi yang overload. Informasi yang memenuhi karakteristik ini memungkinkan manajer mempertimbangkan beberapa alternatif dan membuat pemahaman yang lebih baik terhadap hubungan input dan output baik di dalam departemen maupun antar departemen. Dengan demikian kemungkinan solusi pemecahan masalah ditemukan yang akan mengoptimalkan organisasi secara keseluruhan.

Integration memberikan peran koordinasi antar sub unit yang saling ketergantungan. Informasi yang terintegrasi dapat mengurangi ketidakpastian, mendorong pembelajaran, mendapatkan ide-ide. Hal ini juga memungkinkan bagi para manajer untuk belajar bagaimana menyesuaikan produk dan metode produksi yang sesuai dengan departemen lainnya dan juga memungkinkan manajer memahami tujuan yang berbeda, pada unit pengambilan keputusan yang berbeda secara lebih baik (Bouwens dan Abernethy, 2000).

Dalam penelitian ini hubungan sistem akuntansi manajemen dengan kinerja dapat dijelaskan melalui teori technical rational. Pada teori technical rational informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi manajemen, terutama pada organisasi pemerintahan, dapat membantu alokasi sumber daya secara efisien dan efektif (Houge, 2003). Pada pendekatan ini mengambarkan, apabila organisasi berubah maka, sistem akuntansi manajemen juga akan berubah. Sistem akuntansi manajemen yang baru akan memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat keputusan (Moll, 2000). Oleh karena itu, sistem akuntansi manajemen

merupakan bagian, struktur, dan elemen organisasi yang membentuk sistem pengendalian manajemen (Simon, 1990).

Kinerja manajerial adalah kinerja manajer dalam memimpin unitnya yang dapat diukur dari bagaimana manajer tersebut menjalankan fungsi manajerialnya seperti planning, organizing, staffing, leading and controlling (Weihrich & Koontz, 2000). Kinerja manajerial mengambarkan derajat kesuksesan yang dicapai oleh seorang individu (Mahoney, Jerdee dan Carroll, 1963). Penekanan teori technical rational terlihat pada manfaat pengunaan sistem akuntansi manajemen yaitu memberikan informasi untuk membantu para pembuat keputusan (manajemen) dalam melaksanakan fungsinya, seperti planning, organizing, staffing, leading and controlling, sehingga, mengidentifikasi kinerja manajerial menurut pandangan teori ini, sekaligus menunjukkan fungsi sistem akuntansi manajemen. Untuk memastikan bahwa sistem akuntansi manajemen yang ada, dapat membantu manajemen, maka diperlukan karakteristik tertentu yang mengambarkan kualitas sistem akuntansi manajemen tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua karakteristik broadscope, timelines, agregation dan integration mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Mia dan Clarke, 1999; Chia, 1995; dan Soobaroyen dan Poorundersing, 2008). Karakteristik broadscope dan timelines mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Tsui, 2001; Eker, 2009; Etemadi et al, 2009). Karakteristik broadscope dan agregatian (Gul dan Chia, 1994) dan karakteristik broad scope mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial (Mia 1993; Chong dan Chong (1997). Beberapa peneliti lainnya menyatakan sistem

informasi bertindak sebagai sistem pembelajaran bagi perbaikan kinerja manajer (Ferris dan Haskins, 1988), kinerja yang tinggi diakibatkan dari ketersediaan informasi yang dibutuhkan (Hiromoto, 1988). Penelitian yang dilakukan Macintosh dan Williams (1992) pada sektor publik juga menyimpulkan bahwa sistem informasi dan akuntansi sangat bernilai untuk menjalankan berbagai peran manajerial.

Hasil penelitian Tsui (2001) menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dan sistem akuntansi manajemen negatif bagi manajer berkebangsaan China dan positif bagi manajer barat. Hasil penelitian Eker (2009) menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi anggaran dan sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial dimana karyawan yang memiliki kinerja yang lebih tinggi, lebih banyak menggunakan sistem akuntansi manajemen. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cheng (2012) menyatakan broadscope sistem akuntansi manajemen berinteraksi secara non- monotonik terhadap kinerja manajerial. Broadscope sistem akuntansi manajemen memoderasi secara positif hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial jika broad scope sistem akuntansi manajemen tinggi dan broad scope sistem akuntansi manajemen memoderasi secara negatif jika broad scope sistem akuntansi manajemen rendah. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa secara umum sistem akuntansi manajemen memoderasi hubungan antara partispasi anggaran dan kinerja manajerial. Berdasarkan kajian teori tersebut, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen dapat memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.

Dokumen terkait