• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap) dengan perilaku

HASIL PENELITIAN

6.3 Pembahasan Hasil Bivariat

6.3.1 Hubungan antara faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap) dengan perilaku

ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak adalah pendidikan (p=0.040), pekerjaan (p=0.041), pengetahuan (p=0.032), sikap (p=0.002). Pendapatan (p=0.756), dan dukungan keluarga (p=0.387) tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Pendidikan dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan atara pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sen, Bharati, Som, Pal, & Bharati (2011) juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan satu-satunya variabel yang ditemukan yang dapat mempengaruhi gizi anak. Tingkat

pendidikan ibu menjadi prioritas utama untuk mengurangi prevalensi gizi kurang dan terhentinya pertumbuhan pada anak. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Henny menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pada balita (Intansari, 2009).

Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dalam menerima informasi yang ada. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pengetahuan yang didapat termasuk informasi mengenai kesehatan. Pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian makan pada anak. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi, diharapkan mempunyai daya terima yang lebih baik terhadap ilmu yang diterima sehingga diharapkan dapat dipraktikkan pada keluarga. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi dapat mempengaruhi ibu dalam mendapatkan informasi mengenai makanan yang tepat untuk anak (Ikhwansyah, 2007 dalam Nuris, 2013).

Pekerjaan dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Hal ini sesuai dengan Marsigit (2004) bahwa tingkat pendidikan memberikan peluang yang lebih baik bagi ibu rumah tangga untuk mendapatkan pekerjaan yang memadai. Pekerjaan responden sebagai ibu

rumah tangga memberikan keluluasaan karena tidak terikat kepada jam kerja yang teratur, sehingga responden cenderung memiliki waktu luang yang banyak. Waktu luang ini dimanfaatkan responden untuk memperoleh informasi yang cukup tentang cara memilih dan mengolah bahan makanan yang baik dan benar.

Pendapatan dalam penelitian diperoleh tidak ada hubngan yang bermakna antara pendapatan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Hasil ini berbeda dengan Hukum Perisse yang menyatakan jika terjadi peningkatan pendapatan, maka makanan yang dibeli akan lebih bervariasi (Parsiki, 2003). Menurut hukum ekonomi (hukum Engel) yang disebutkan bahwa mereka yang berpendapatan sangat rendah akan selalu membeli lebih banyak makanan sumber karbohidrat, tetapi jika pendapatannya naik maka makanan sumber karbohidrat yang dibeli akan menurun diganti dengan makanan sumber hewani dan produk sayuran (Soekirman, 2000).

Tingkat pendapatan menentukan makanan yang dibeli, dimana semakin tinggi pendapatan keluarga maka gizi anak juga akan tercukupi dan berpengaruh terhadap status gizinya (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2011), bahwa keluarga dengan pendaptan yang tinggi belum tentu

memperbaiki komposisi makanan sehingga belum tentu mutu makanannya lebih baik. Tidak adanya hubungan antara pendapatan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita dapat dikarenakan pendapatan atau sosial ekonomi memiliki cakupan yang sangat luas diantaranya meliputi beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya keadaan sosioal ekonomi orangtua di masyarakat yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kepadatan hunian dalam rumah.

Pengetahuan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Hasil ini sejalan dengan Yunitasari (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara praktik pemenuhan gizi balita dengan status gizi balita. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nurul (2010), meyatakan bahwa perilaku ibu dalam pemenuhan gizi sebagian besar (79.9%) adalah cukup dengan status gizi balita hampir seluruhnya (78.9%) adalah baik.

Seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya terbiasa menyaiapkan makanan bagi anggota keluarganya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar tentang menu sehat serta bergizi seimbang, sehingga makanan yang disajikan menarik untuk dikonsumsi serta sehat untuk mempertahankan derajat kesehatan (Sediaoetama, 2006).

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan, makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak diberi ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut (Khomsan, 2000). Ibu harus memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik agar dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dalam melaksanakan praktek asuhan kesehatan. Pengetahuan kesehatan yang baik akan mendatangkan perilaku kesehatan yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007).

Perbaikan gizi pada anak balita tergantung pada pola pengasuhan ibunya yaitu pada pemilihan pangan oleh ibunya sehingga dengan pengetahuan gizi, seorang ibu akan mampu memilih bahan makanan yang murah tetapi bergizi tinggi karena tidak semua harga bahan makanan yang mahal memiliki kandungan gizi tinggi. Pengetahuan gizi akan memberikan sumbangan pengertian tentang apa yang kita makan, mengapa kita makan, dan bagaimana hubungan makanan dengan kesehatan (Munadhiroh, 2009).

Menurut Suhardjo (2003) yang menyatakan pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting dalam menggunakan

makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga berpengaruh pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi rumah tangga sehari-hari. Lebih lanjut Priany (2002), bahwa pengetahuan ibu adalah pintu gerbang dalam penyiapan makan keluarga. Kebiasaan makan yang baik serta pemilihan makanan yang baik untuk keluarga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga.

Pengetahuan serta keterampilan ibu sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status nutrisi balitanya secara baik, dalam mengatur makanan agar menjadi lebih berguna bagi tubuh. Secara umum di negara berkembang ibu memainkan peranan penting dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk konsumsi keluarganya sehingga pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi jenis pangan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota keluarganya (Hardinsyah, 2007).

Sikap menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku ibu dalam pemenuhan nutrisi balita. Hal ini sesuai dengan Asdan Padang (2008) yang menyatakan sikap dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian MP-ASI. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan perilaku yang positif dari ibu dalam pemberian

nutrisi pada anak, maka sikapnya perlu dimodifikasi melalui berbagai kegiatan yang potensial di masyarakat setempat.

6.3.2 Hubungan antara faktor pendorong (dukungan keluarga)

Dokumen terkait